Pengaruh Sikap terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial

5.2. Pengaruh Sikap terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perawat yang bersikap positif sebanyak 19 orang 30,2 menggunakan APD dan 44 orang 69,8 tidak menggunakan APD, sedangkan perawat yang bersikap negatif sebanyak 2 orang 8,3 menggunakan APD dan 22 orang 91,7 tidak menggunakan APD. Dari hasil analisis uji fisher exact test antara sikap dengan penggunaan APD diperoleh nilai p = 0,048 dan OR = 4,750, Karena nilai p 0,048 α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan penggunaan APD dengan OR = 4,750 yang berarti bahwa perawat yang bersikap positif cenderung akan menggunakan APD 4,750 kali dibanding perawat yang bersikap negatif. Sikap seseorang merupakan faktor predisposisi yang mempermudah untuk seseorang untuk bertindak terhadap objek tertentu. Sikap untuk terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, banyak sedikitnya pengalaman seseorang mengacu pada pengalaman orang lain. Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan respon terhadap suatu obyek atau sekumpulan obyek dalam bentuk perasaan memihak favourable maupun tidak memihak unfavourable melalui proses interaksi komponen komponen sikap yaitu kognitif pengetahuan, afektif perasaan dan konatif kecenderungan mendukung terhadap upaya kesehatan. Dalam penelitian ini ada sebagian perawat bersikap negatif terhadap penggunaan APD. Sikap negatif perawat di RS Sari Mutiara Medan ini dipengaruhi oleh kebiasaan yang telah dibentuk di lingkungan RS, dimana menggunakan APD Universitas Sumatera Utara saat melakukan pelayanan kepada pasien tidak menjadi kebiasaan di lingkungan RS. Selain itu, sikap negatif perawat dipengaruhi oleh tidak adanya orang lain yang menjadi acuan dalam penggunaan APD dan kurang tersedianya sarung tangan dan masker sehingga sarung tangan dan masker yang berfungsi sebagai APD yang sebaiknya digunakan satu kali setiap pelayanan per pasien digunakan berkali-kali oleh perawat. Penggunaan sarung tangan dan masker berkali-kali dapat menjadi sumber infeksi nosokomial. Berdasarkan hasil penelitian Sarlito 2009 individu memiliki sikap negatif ketika individu tidak mampu menerima, menghargai, dan bertanggungjawab terhadap stimulus, dalam hal ini ketentuan menggunakan APD saat praktik. Responden dengan sikap negatif hampir 50 memiliki resiko tinggi tidak menggunakan APD sehingga peningkatan sikap sangat diperlukan. Pada penelitian ini sebagian besar perawat yang bersikap negatif tidak menggunakan APD. Hal ini sejalan dengan Putra 2010 yang mendapatkan bahwa sikap berhubungan dengan penggunaan APD. Sikap perawat yang positif cenderung melakukan APD. Hal ini sejalan dengan Maja 2009 yang mendapatkan bahwa sikap berhubungan dengan penggunaan APD. Sikap negatif yang ditunjukkan dengan menolak menggunakan APD karena merasa tidak nyaman mendorong responden untuk berperilaku tidak menggunakan APD dengan nilai p = 0,004. Universitas Sumatera Utara Hasil penelitian Kotwal 2010 yang mendapatkan bahwa ada hubungan antara sikap dengan penggunaan APD. Sikap negatif responden disebabkan karena merasa interaksinya dengan pasien terbatasi dan prosedur penggunaan APD yang membutuhkan waktu. Dalam penelitian ini sebanyak 68 tidak menggunakan APD dan sebagian besar bersikap negatif. Menurut asumsi peneliti, peningkatan sikap sangat diperlukan perawat untuk mencegah penularan infeksi nosokomial. Peningkatan sikap perawat dapat dilakukan dengan membudayakan kebiasaan penggunaan APD saat melayani pasien. Kebiasaan menggunakan APD dapat terwujud jika adanya kerjasama yang baik dari pihak RS sehingga dapat mengawasi perawat pada saat melayani pasien dan perawat yang tidak menggunakan APD saat melayani pasien diberikan sanksi. Pengawasan dan pemberian sanksi dari pihak RS juga harus diimbangi dengan penyediaan APD yaitu sarung tangan dan masker yang cukup sehingga perawat dapat menggunakan sarung tangan dan masker yang steril dan digunakan hanya satu kali untuk melayani satu orang pasien. Penyediaan APD yang cukup diharapkan mampu meningkatkan perilaku perawat dalam penggunaan APD. Penyediaan APD merupakan tanggungjawab pihak RS. Hal ini sesuai dengan Pasl 67 UU No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan dan UU No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja yang menyebutkan bahwa pengusaha yang memperkerjakan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan. Perlindungan yang diberikan berupa penggunaan APD. Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi nomor 8 tahun 2010, penggunaan APD bertujuan untuk melindungi Universitas Sumatera Utara seseorang yang fungsinya mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh dari potensi bahaya di tempat kerja. 5.3. Pengaruh Kepatuhan terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa perawat yang patuh sebanyak 14 orang 43,8 menggunakan APD dan 18 orang 56,2 tidak menggunakan APD, sedangkan perawat yang tidak patuh sebanyak 7 orang 12,7 menggunakan APD dan 48 orang 87,3 tidak menggunakan APD. Dari hasil analisis uji chi-square antara kepatuhan dengan penggunaan APD diperoleh nilai p = 0,001 dan OR = 5,333, Karena nilai p 0,001 α 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan dengan penggunaan APD dengan OR = 5,333 yang berarti bahwa perawat yang patuh cenderung akan menggunakan APD 5,333 kali dibanding perawat yang tidak patuh. Berdasarkan analisis multivariat diketahui bahwa variabel kepatuha adalah faktor yang paling memengaruhi penggunaan APD. Faktor – faktor yang memengaruhi ketidakpatuhan adalah pemahaman tentang intruksi, kualitas interaksi, isolasi sosial dan keluarga serta motivasi. Pada penelitian ini pemahaman tentang instruksi dapt dilihat dengan pertanyaan tentang pihak rumah sakit memberikan pengarahan untuk menggunakan APD sebelum melaksanakan kegiatan, pemberitahuan manfaat dan resiko dari pemakaian APD, pengarahan yang diberikan dapat dipahami dengan baik dan intruksi tertulis dengan jelas dan mudah dilaksanakan interpretasi. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar perawat menjawab tidak untuk pertanyaan-pertanyaan tersebut yang berarti Universitas Sumatera Utara bahwa pemahaman tentang instruksi masih kurang. Pemahaman terhadap instruksi berpengaruh kepada tindakan yang dilakukan, tak seorang pun dapat mematuhi intruksi jika ia salah paham tentang intruksi yang diberikan kepadanya. Peneliti berasummsi bahwa pemahaman tentang instruksi yang kurang menjadi alasan perawat tidak menggunakan APD. Kualitas interaksi menjadi bagian yang penting dalam menentukan derajat kepatuhan. Dalam penelitian ini pertanyaan tentang ada teguran langsung dari pihak RS ketika anda tidak menggunakan APD pada saat melakukan tindakan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar perawat menjawab tidak. Selain pemahaman tentang instruksi dan kualitas interaksi, faktor lain yang penting adalah isolasi sosial dan keluarga. Dalam penelitian ini isolasi sosial dapat dilihat dari jawaban responden pada pertanyaan tentang teman selalu mengingatkan untuk menggunakan APD, mengikuti anjuran untuk menggunakan APD. Berdasarkan hasil peenlitian dikatahui bahwa sebagian besar perawat menjawab tidak sehingga dapat diketahui bahwa isolasi sosial pada perawat di RS Sari Mutiara Medan masih kurang. Faktor lain yang memengaruhi kepatuhan adalah motivasi. Motivasi dapat diperoleh dari diri sendiri dan lingkungan. Dalam penelitian ini motivasi dapat dilihat dari pertanyaan tentang ada perbedaan pemakaian APD saat melakukan tindakan terhadap pasien dengan penyakit tertentu dan pihak RS menyediakan tempat penyimpanan APD yang sedang dan sudah terpakai secara khusus di ruangan, termotivasi menggunakan APD saat melakukan tindakan keperawatan, berusaha menyediakan sendiri perlengkapan perlindungan diri bila persediaan di RS sudah Universitas Sumatera Utara habis atau tidak ada dan pihak RS memberikan penghargaan reward kepada perawat yang menggunakan APD. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar perawat menjawab tidak pada pertanyaan tersebut sehingga dapat diketahui bahwa motivasi perawat di RS Sari Mutiara Medan masih kurang. Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan kepatuhan diketahui bahwa sebagian besar perawat tidak patuh menggunakan APD. Ketidakpatuhan menggunakan APD ini disebabkan oleh banyak faktor. Menurut konsep Health Belief Model HBM dalam Machfoedz dan Eko 2007, kemungkinan orang melakukan pencegahan tergantung secara langsung pada hasil dari dua keyakinan atau penilaian kesehatan helath belief yaitu ancaman yang dirasakan dari sakit atau luka perceived threat of injury or illness dan pertimbangan tentang keuntungan kerugian benefits and cost. Penilaian pertama adalah ancaman yang dirasakan terhadap risiko yang akan muncul. Hal ini mengacu pada sejauh mana seseorang berpikir penyakit atau kesakitan betul- betul merupakan ancaman pada dirinya. Asumsinya adalah bahwa bila ancaman yang dirasakan meingkat maka perilaku pencegahan juga akan meningkat. Penelitian Henderson 2001 mendapatkan bahwa staf yang merasa dirinya berada pada risiko terinfeksi lebih mungkin mematuhi pedoman kewaspadaan universalstandar. Selain persepsi perawat tentang ancaman pada ketidakpatuhan menggunakan APD, faktor keselamatan kerja menjadi faktor lain yang memengaruhi kepatuhan menggunakan APD. Menurut CDC dalam Sahara 2011. Iklim kerja mencakup enam komponen, yaitu 1 adanya dukungan top manajemen pimpinan untuk program keselamatan kerja, 2 tidak adanya hambatan untuk melakukan praktik kerja aman, 3 Universitas Sumatera Utara kebersihan dan keteraturan tempat kerja, 4 minimalisasi konflik komunikasi antara petugasnya, 5 adanya feefback terkait keselamatan kerja yang berkalapelatihan oleh supervisor, dan 6 ketersediaan APD dan engineering control. Hasil penelitian McGrovern 2000 menyimpulkan bahwa rumah sakit yang telah membudayakan keselamatan kerja memiliki perawat 2,9 kali lebih patuh untuk menjalankan kewaspadaan standar termasuk di dalamnya perilaku penggunaan APD. Selain itu, perawat maupun tenaga kesehatan lainnya yang telah mendapatkan pelatihan tentang APD memiliki peluang 5,7 kali lebih patuh menggunakan APD saat praktik. Hal ini sejalan dengan Kermode 2005 yang mendapatkan bahwa iklim keselamatan kerja safety climate berhubungan dengan tingkat kepatuhan di antara perawat. Banyaknya penelitian yang mendapatkan bahwa adanya hubungan iklim kerja dengan kepatuhan, maka organisasi pelayanan kesehatan seharusnya menciptakan komitmen untuk menjadikan keselamatan kerja yang positif, yaitu adanya komitmen untuk menjadikan keselamatan kerja sebagai sesuatu hal yang penting dan diprioritaskan, dimana komitemn tersebut dapat diwujudkan baik dalam kata-kata maupun tindakan. Keselamatan kerja harus diintegrasikan ke dalam sistem manajemen orgasnisasi. Selain faktor di atas, hasil penelitian Kelen dalam Sahara 2011, ketidakcukupan waktu menjadi alasan yang kuat pada ketidakpatuhan. Oleh karena itu, perlu diberikan pelatihan mengenai manajemen waktu yang baik bagi perawat dan bidan. Salah satu tujuan manajemen waktu untuk membantu individu itu sendiri Universitas Sumatera Utara menjadi sadar tentang bagaimana menggunakan waktunya sebagai salah satu sumber daya dalam mengorganisir, memprioritaskan, dan keberhasilan dalam setiap kegiatan. Dengan demikian pekerjan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien dengan hasil pekerjaan yang diperoleh akan lebih berkualitas. Selain itu penelitian Pinem 2003 menyimpulkan bahwa faktor yang memengaruhi perawat tidak patuh menggunakan APD adalah faktor ketidaktersediaan fasilitas. Banyaknya faktor yang menyebabkan ketidakpatuhan di atas, hasil penelitian di lapangan diketahui bahwa sebagian besar responden yang tidak menggunakan APD menyatakan bahwa tidak adanya pengawasan dan tidak adanya tempat penyimpanan APD dan tidak adanya inisiatif menyediakan APD sendiri bila persediaan di RS habis. Selain itu sanksi yang diberikan oleh pihak RS jika tidak menggunakan APD hanya sanksi lisan, sanksi tulisan jarang dilakukan. Pemberian sanksi kepada perawat yang tidak menggunakan APD perlu dilakukan agar perawat mau menggunakan APD. Menurut UU No. 1 Tahun 2007 Pasal 2 ayat 1 sanksi yang diberikan dapat berupa ancaman pidana atas pelanggaran peraturannya dengan hukuman kurungan selama-lamanya 3 tiga bulan atau denda setinggi-tingginya Rp. 100.000,- Seratus ribu rupiah. Adanya hubungan antara kepatuhan dengan penggunaan APD sejalan dengan Siagian 2012 yang mendapatkan bahwa ada hubungan antara kepatuhan dengan penggunaan APD. Perawat yang patuh cenderung akan menggunakan APD. Menurut asumsi peneliti, kepatuhan perawat di RS disebabkan karena kurangnya perhatian pimpinan dalam hal membudayakan penggunaan APD. Universitas Sumatera Utara

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen yang terkait

Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Umum Daerah Djoelham Binjai

14 122 86

Supervisi Kepala Ruangan dan Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan

9 64 94

Pengaruh Pengawasan Dan Kepatuhan Terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri Pada Perawat Dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Sakit Umum Daerah Kisaran

19 151 144

Karakteristik Penderita Pneumonia Pada Balita Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Sipirok Kabupaten Tapanuli Tapanuli Selatantahun 2001-2005

0 20 96

Karakteristik Penderita Demam Tifoid Rawat Inap di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2001-2003

0 39 94

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku - Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Kepatuhan Perawat terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2014

0 1 34

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang - Pengaruh Pengetahuan, Sikap dan Kepatuhan Perawat terhadap Penggunaan Alat Pelindung Diri dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Sari Mutiara Medan Tahun 2014

0 0 7

PENGARUH PENGETAHUAN, SIKAP DAN KEPATUHAN PERAWAT TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT SARI MUTIARA MEDAN TAHUN 2014

0 0 18

Supervisi Kepala Ruangan dan Kepatuhan Perawat dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di Rumah Sakit Sari Mutiara Medan

1 1 20

PENGARUH PENGAWASAN DAN KEPATUHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI PADA PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KISARAN TESIS

0 1 16