A. Latar Belakang Masalah

Melda safitri : Analisis Anggaran Biaya Sebagai Alat Ukur Kinerja Pada PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan, 2009. USU Repository © 2009

BAB I PENDAHULUAN

F. A. Latar Belakang Masalah

Kinerja merupakan hasil akhir dari aktivitas baik individu maupun perusahaan. Perusahaan sering menjadikan kinerj asebagai sebuah nilai yang akan menjadi tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu perusahaan dalam menjalankan suatu perencanaan perusahaan tersebut. Mengukur kinerja dalam perusahaan tidak terlepas dari analisis keuangan. Kondisi keuangan mencerminkan arus kas dalam mencapai profitabilitas yang diinginkan oleh pemilik perusahaan Mulyadi, 2001:22. Analisis keuangan tidak terlepas dari anggaran. Anggaran merupakan alat manajemen dalam mencapai tujuan Nafarin, 2000: 7. Anggaran menyediakan standar untuk melakukan evaluasi kinerja dalam perusahaan. Evaluasi kinerja dalam anggaran diukur dengan membandingkan hasil realisasi dengan anggaran yang sudah dianggarkan perusahaan. Anggaran memegang peranan penting dalam dunia usaha. Hal ini dikarenakan anggaran menyajikan informasi mengenai kegiatan operasional perusahaan dalam satu periode tertentu agar tujuan dari perusahaan dapat tercapai semaksimal mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut perusahaan perlu menyusun perencanaan anggaran yang menyeluruh tentang kegiatan perusahaan untuk waktu yang akan datang dan dibuat berdasarkan data waktu sebelumnya yang disesuaikan dengan kondisi yang akan datang. Kegiatan perusahan yang tidak terencana dengan baik maka pelaksanaan menjadi tidak efektif dan efisien, dengan demikian diperlukan langkah-langkah dari pihak manajemen perusahan untuk menyusun strategi operasi serta mengukur dan Melda safitri : Analisis Anggaran Biaya Sebagai Alat Ukur Kinerja Pada PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan, 2009. USU Repository © 2009 mengevaluasi pelaksanaan strategi tersebut, apakah mencapai sasaran atau tidak. Penyusunan strategi tersebut dijabarkan dalam nilai uang yang disebut anggaran. Dengan adanya anggaran maka perusahaan dapat mengetahui terjadinya penyimpangan yang akan timbul dalam rangka menjalankan kegiatan operasional yakni dengan cara membandingkan anggaran dengan data aktual atau realisasinya. Salah satu fungsi anggaran yaitu sebagai alat pengawasan, dimana anggaran biaya operasi yang dikeluarkan oleh perusahaan tetap diawasi dan dikendalikan. Penyusunan atau penentuan anggaran biaya operasi akan mempermudah pimpinan perusahaan untuk melaksanakan aktivitas perusahaan dan melaksanakan tugasnya dalam melakukan pengendalian pembiayaan yang lebih baik. Walaupun perusahaan telah menyusun anggaran biaya operasi, namun bukan berarti setiap saat biaya yang digunakan sesuai jumlahnya dengan yang ada pada anggaran biaya operasi. PDAM Tirtanadi merupakan perusahaan daerah yang bergerak dalam bidang jasa pengolahan air baku hingga menjadi air bersih, yang memiliki 15 kantor cabang untuk daerah Medan dan sekitarnya dan salah satunya adalah PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan. Dalam hal pengeluaran biaya-biaya operasional terlebih dahulu menyusun anggaran yang nantinya dijadikan sebagai standar pelaksanaan biaya operasional. Realisasi anggaran biaya operasi periode 2003 sampai dengan 2007 sering mengalami penyimpangan yang tidak menguntungkan, yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini: Melda safitri : Analisis Anggaran Biaya Sebagai Alat Ukur Kinerja Pada PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan, 2009. USU Repository © 2009 Tabel 1.1 Anggaran dan Realisasi Biaya Operasional PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan Tahun 2003-2007 Sumber : PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan, 2008 Data diolah Keterangan: i. M : Menguntungkan ii. TM : Tidak Menguntungkan Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa anggaran biaya pada tahun 2004 sebesar Rp. 4.575.586.253 meningkat menjadi Rp 5.173.951.074 pada tahun 2005, sedangkan realisasi yang terjadi pada tahun 2004 sebesar Rp 5.332.852.515 mengalami penurunan pada tahun 2005 menjadi sebesar Rp 5.152.360.935. Fenomena data yang dapat dilihat pada Tabel 1.1, bahwa anggaran biaya yang dibuat tidak selalu searah dengan realisasi anggaran setiap tahunnya yang dapat dilihat pada tahun 2005, dimana anggaran biaya meningkat tetapi realisasi anggaran menurun. Selisih yang terjadi antara anggaran dan realisasi, sifatnya selisih tidak menguntungkanTM unfavorable variance, karena selisih-selisih yang terjadi tidak dapat dikatakan sebagai sumber penambah kekayaan perusahaan dan ini dapat merugikan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut dan mengingat pentingnya anggaran biaya operasi oleh perusahaan maka peneliti tertarik untuk menganalisis dan meneliti dalam bentuk Tahun Anggaran Realisasi Selisih Persentase Ket Rp. Rp. Rp. Rp. 2003 18.219.009.018 5.060.274.892 13.158.734.126 72,23 M 2004 4.575.586.253 5.332.852.515 -757.266.262 -16,55 TM 2005 5.173.951.074 5.152.360.936 21.590.138 0,42 M 2006 6.932.834.805 6.444.350.035 488.484.770 7,05 M 2007 9.521.889.077 6.941.512.440 2.580.376.638 27,10 M Melda safitri : Analisis Anggaran Biaya Sebagai Alat Ukur Kinerja Pada PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan, 2009. USU Repository © 2009 skripsi dengan judul “Analisis Anggaran Biaya Sebagai Alat Ukur Kinerja Pada PDAM Tirtanadi Cabang Padang Bulan”.

G. B. Perumusan Masalah