Efek merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo kota Medan.

(1)

EFEK MEROKOK TERHADAP KONDISI

PERIODONTAL PADA TUKANG BECAK DI

KELURAHAN TANJUNG REJO KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoler gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh: PUTRI EMILIA NIM: 050600089

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2009

Putri Emilia

Efek merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo kota Medan

xii + 47 halaman

Latar belakang : Merokok sudah menjadi kebiasaan yang meluas di masyarakat tetapi kebiasaan merokok ini jarang diakui orang sebagai kebiasaan yang buruk. Merokok mempunyai resiko terkena penyakit periodontal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perokok mempunya kondisi kesehatan periodontal yang lebih buruk dibandingkan kelompok yang tidak merokok terutama dalam hal tingginya skor plak, meningkatnya prevalensi gingivitis dan periodontitis serta rendahnya pendarahan gingiva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo.

Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan menggunakan teknik kuesioner dan pemeriksaan terhadap 85 sampel merokok dan tidak merokok pada tukang becak di Kelurahan Tanjung Rejo Kota Medan. Setelah itu dilakukan pengukuran terhadap pengukuran terhadap Indeks Periodontal (IP), Oral Hygiena Indeks Simplified (OHIS), dan Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD).


(3)

Hasil : Pada penelitian ini terdapat perokok 79% dan tidak perokok 21%. Perokok memiliki skor IPPD yang lebih sedikit daripada sampel tidak merokok. Perokok memiliki skor OHIS yang lebih tinggi daripada sampel tidak merokok tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada IP. Lama dan jumlah rokok memiliki hubungan yang signifikan terhadap kondisi periodontal dalam hal skor OHIS dan IPPD namun memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap skor IP. Jenis rokok yang paling banyak digunakan adalah rokok kombinasi.

Kesimpulan : Ada hubungan merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo kota Medan. Kebiasaan merokok, jumlah rokok dan lama merokok berhubungan secara signifikan terhadap skor OHIS dan skor IPPD namun memberikan pengaruh yang tidak signifikan dengan skor IP. Pengguna rokok kombinasi memiliki persentase terbesar mengalami penyakit periodontal daripada rokok kretek dan rokok putih.


(4)

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 5 September 2009

Pembimbing : Tanda tangan

1. Saidina Hamzah Daliemunthe, drg., Sp. Perio(K) NIP : 19450905 197201 1 001

...

2. Zulkarnain, drg., M. Kes NIP : 19551020 198503 1 001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 5 September 2009

TIM PENGUJI SKRIPSI

KETUA : Saidina Hamzah Daliemunthe, drg., Sp. Perio(K)

... ANGGOTA : 1. Zulkarnain, drg., M. Kes

... 2. Irma Ervina, drg., Sp. Perio

... 3. Irmansyah, drg., Ph.D

...

Mengetahui : KETUA DEPARTEMEN

Zulkarnain, drg., M. Kes . ... NIP. 19551020 198503 1 001


(6)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini telah selesai disusun penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di Medan.

Dalam penulisan skripsi ini, rasa terima kasih secara khusus penulis tujukan kepada orang tua tersayang yaitu ayahanda H.Ir. Rusdi Rani dan ibunda Rosma Nasution yang senantiasa mendoakan, menyayangi, membimbing dan mendukung penuh baik moril maupun materil, semangat dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat mengecap masa pendidikan hingga selesai di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Medan dan menyelesaikannya penulisan skripsi dengan baik. Penulis juga mengucapkan rasa sayang tidak terhingga kepada kakanda tersayang Hendry Rusdy,drg dan Kiki Prayogi,dr atas dukungan, perhatian, dan bantuannya serta yang teristimewa Teguh Maulana Rambe yang tak pernah lelah mendengarkan keluh-kesah penulis dan senantiasa memberikan semangat, doa dan dukungan yang tiada henti-hentinya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Dalam menulis skripsi ini penulis telah banyak mendapat bimbingan, pengarahan, saran-saran dan bantuan dari berbagai pihak oleh karena itu pada kesempatan ini dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Ismet Daniel Nasution,drg.,Sp.Pros(K).,Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(7)

2. Saidina Hamzah Daliemunthe,drg.,Perio selaku dosen pembimbing utama sekaligus koordinator skripsi yang banyak membantu dalam membimbing dan memberi petunjuk kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Zukarnain,drg.,M.Kes selaku Kepala Departemen Periodonsia dan dosen pembimbing kedua yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi bimbingan, pengarahan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Seluruh staf pengajar khususnya staf pengajar di Departemen Periodonsia dan pegawai FKG USU atas segala bimbingan dan bantuan selama penulis melaksanakan perkuliahan dan penyusunan skripsi di Fakultas Kedokteran Gigi.

5. Syafrinani,drg.,Sp.Pros(K) selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Drs. Abdul Jalil A.A., M.Kes selaku Pembantu Dekan I Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah meluangkan waktu, tenaga, pikiran serta bimbingan dalam melakukan analisis statistik hasil penelitian.

7. Sahabatku D’Zero (Fany Wahyuni, Rara Syafara, Arma Lidya, Beby Ayu Pratiwi, dan Maulina Juwita) yang selalu bersama penulis dan selalu setia baik suka maupun duka dalam menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.


(8)

8. Teman-temanku Aya, Pipit, Opi, Bunga, Riris, Dina, Thomas, Ari, Haikal, Nita dan teman-teman stambuk ’05 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah memberi semangat, dukungan dan membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan kepada penulis Tika, Risna, Ira, Kur, B’Sigit, k’eny, dan pihak-pihak lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu dalam kesempatan ini. Penulis memohon maaf apabila terdapat segala kesalahan selama penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki menjadikan skripsi ini kurang sempurna, tetapi penulis mengharapkan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.

Medan, Agustus 2009 Penulis,

(Putri Emilia) NIM: 050600089


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Hipotesa ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bahan Kimia pada Rokok ... 7

2.1.2 Nikotin... 7

2.1.2 Karbon monoksida ... 7

2.1.3 Tar ... 7

2.2 Efek Rokok Terhadap Jaringan Periodontal... 8

2.2.1 Perubahan vaskularisasi ... 9

2.2.2 Penumpukan plak dan kalkulus ... 9

2.2.3 Pembentukan saku dan kehilangan perlekatan ... 11

2.2.4 Kehilangan tulang alveolar ... 12

2.2.5 Penurunan antibodi ... 12

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian ... 14

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

3.3 Populasi dan sampel... . 14

3.4 Besar Sampel... ... 15

3.5 Kriteria Inklusi... .. 15


(10)

3.7 Definisi Operasional ... 17

3.8 Alat Dan Bahan Penelitian ... 18

3.9 Cara Pengumpulan Data... 18

3.10 Metode Pengukuran ... 19

3.11 Skema Penelitian ... 22

3.12 Skema Alur Pikir ... 23

3.13 Metode Analisis Data ... 24

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Data Demografis Subjek penelitian ... 25

4.2 Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap Indeks Periodontal (IP) ... 27

4.3 Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) ... 28

4.4 Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) ... 29

4.5 Hubungan kebiasaan merokok terhadap kondisi periodontal ... 30

4.6 Distribusi data jumlah rokok terhadap Indeks Periodontal (IP) ... 31

4.7 Distribusi data jumlah rokok terhadap Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) ... 32

4.8 Distribusi data jumlah rokok terhadap Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) ... 33

4.9 Hubungan jumlah rokok terhadap kondisi periodontal ... 34

4.10 Distribusi data lama merokok terhadap Indeks Periodontal (IP) ... 35

4.11 Distribusi data lama merokok terhadap Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) ... 36

4.12 Distribusi data lama merokok terhadap Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) ... 37

4.13 Hubungan lama merokok terhadap kondisi periodontal ... 38

4.14 Distribusi jenis rokok dengan kesehatan periodontal ... 39

BAB 5 PEMBAHASAN ... 41

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 44

5.2 Saran... 44

DAFTAR RUJUKAN ... 45 LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Bahan-bahan berbahaya pada rokok ... 6 2 Periodontitis dan penumpukan plak pada tukang becak di

kelurahan Tanjung Rejo Kota Medan... 10

3 Kalkulus dan stein pada pada tukang becak di kelurahan

Tanjung Rejo Kota Medan... 10

4 Persentase kebiasaan merokok pada tukang becak di kelurahan

Tanjung Rejo Medan... 25

5 Persentase rentang umur tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo

Medan... 26

6 Persentase tingkat pendidikan penarik becak di kelurahan


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Bahan kimia dalam asap rokok yang dihisap... 6

2 Data demografis subjek penelitian ... 25

3 Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap

Indeks Periodontal (IP) ... 27

4 Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap

Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) ... 28

5 Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap

Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) ... 29

6 Hubungan kebiasaan merokok terhadap kondisi periodontal

pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan ... 30

7 Distribusi data jumlah rokok terhadap Indeks Periodontal (IP) .... 31

8 Distribusi data jumlah rokok terhadap Oral Hygiene Index

Simplified (OHIS) ... 32

9 Distribusi data jumlah rokok terhadap

Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) ... 33

10 Hubungan jumlah rokok terhadap kondisi periodontal


(13)

11 Distribusi data lama merokok terhadap Indeks Periodontal (IP) ... 35

12 Distribusi data lama merokok terhadap Oral Hygiene Index

Simplified (OHIS) ... 36

13 Distribusi data lama merokok terhadap Indeks Pendarahan

Papila Dimodifikasi (IPPD) ... 37

14 Hubungan jumlah rokok terhadap kondisi periodontal ... 38


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Formulir pemeriksaan penelitian efek merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di Kelurahan Tanjung Rejo Kota Medan


(15)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Periodonsia Tahun 2009

Putri Emilia

Efek merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo kota Medan

xii + 47 halaman

Latar belakang : Merokok sudah menjadi kebiasaan yang meluas di masyarakat tetapi kebiasaan merokok ini jarang diakui orang sebagai kebiasaan yang buruk. Merokok mempunyai resiko terkena penyakit periodontal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa perokok mempunya kondisi kesehatan periodontal yang lebih buruk dibandingkan kelompok yang tidak merokok terutama dalam hal tingginya skor plak, meningkatnya prevalensi gingivitis dan periodontitis serta rendahnya pendarahan gingiva. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo.

Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dengan menggunakan teknik kuesioner dan pemeriksaan terhadap 85 sampel merokok dan tidak merokok pada tukang becak di Kelurahan Tanjung Rejo Kota Medan. Setelah itu dilakukan pengukuran terhadap pengukuran terhadap Indeks Periodontal (IP), Oral Hygiena Indeks Simplified (OHIS), dan Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD).


(16)

Hasil : Pada penelitian ini terdapat perokok 79% dan tidak perokok 21%. Perokok memiliki skor IPPD yang lebih sedikit daripada sampel tidak merokok. Perokok memiliki skor OHIS yang lebih tinggi daripada sampel tidak merokok tetapi tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada IP. Lama dan jumlah rokok memiliki hubungan yang signifikan terhadap kondisi periodontal dalam hal skor OHIS dan IPPD namun memberikan pengaruh yang tidak signifikan terhadap skor IP. Jenis rokok yang paling banyak digunakan adalah rokok kombinasi.

Kesimpulan : Ada hubungan merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo kota Medan. Kebiasaan merokok, jumlah rokok dan lama merokok berhubungan secara signifikan terhadap skor OHIS dan skor IPPD namun memberikan pengaruh yang tidak signifikan dengan skor IP. Pengguna rokok kombinasi memiliki persentase terbesar mengalami penyakit periodontal daripada rokok kretek dan rokok putih.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

World Health Organisation telah menetapkan tanggal 31 Mei sebagai hari bebas tembakau sedunia. Hal ini menunjukkan semakin meningkatnya perhatian dunia terhadap akibat negatif rokok bagi kesehatan dan kesejahteraan manusia.1,2

Data WHO tahun 2002 menyebutkan Indonesia mengkonsumsi rokok sebesar 215 miliar batang sehingga Indonesia menempati urutan ke 5 di dunia dengan konsumsi tertinggi setelah Republik Rakyat Cina (1.643 miliar batang), Amerika Serikat (451 miliar batang), Jepang (328 miliar batang), dan Rusia (258 miliar batang).3 WHO juga menyebutkan bahwa persentase jumlah perokok meningkat setiap tahun di negara berkembang, sedangkan di negara maju angka ini menurun sekitar 1,1 persen per tahun.4

Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan banyak penyakit, diantaranya kanker paru, bronchitis kronik, emfisema, penyakit kardiovaskuler, kanker mulut, tenggorok, kerongkongan, penyakit pembuluh darah, ulkus peptikum, gangguan janin dalam kandungan, dll.

Rongga mulut merupakan bagian tubuh yang pertama kali terpapar langsung dengan asap rokok. Merokok dapat menyebabkan terganggunya kesehatan gigi dan mulut seperti halitosis, resesi gingiva, diskolorasi gigi, inflamasi kelenjar saliva, meningkatkan penumpukan plak dan kalkulus pada gigi yang kemudian akan menjadi penyakit periodontal, kehilangan tulang pada rahang, terjadinya leukoplakia,


(18)

memperlambat proses penyembuhan pada pencabutan gigi dan perawatan periodontal serta meningkatkan resiko terjadinya kanker di rongga mulut.8,9

Kebiasaan merokok merupakan salah satu faktor resiko penyakit periodontal.8,9,10 Berdasarkan data National Health and Nutrition Examination Survey III (NHANES III) dimana melibatkan 12.329 subjek berumur >18 tahun, Tomar dan Asma menyimpulkan kasus periodontitis yang diakibatkan oleh perokok aktif adalah 41,9% dan bekas perokok 10,9%. Perokok memiliki kemungkinan 4 kali menderita periodontitis dibanding yang tidak merokok setelah disesuaikan umur, jenis kelamin, ras, pendidikan dan pendapatan. Bekas perokok memiliki rasio 1,68 kali terkena periodontitis. 10

Markkanen dkk melakukan penelitian yang melibatkan 8000 orang yang berumur diatas 30 tahun dengan melihat hubungan antara merokok, penyakit periodotal dan beberapa faktor lain. Sampel dibagi pada 2 kelompok yaitu yang memiliki saku periodontal dan tidak dan secara keseluruhan resiko rasionya adalah 1,39 dan sedikit lebih tinggi pada pria dibanding wanita.12 Banihashemrad dkk melaporkan adanya hubungan antara resesi gingiva dengan merokok. Resesi gingiva lebih besar pada perokok (1,12mm) dibandingkan dengan yang tidak merokok (0,36mm).

Penelitian yang dilakukan Darmojo mendapatkan prevalensi merokok pada tukang becak 96%, paramedik 79,8%, pegawai negeri 51,9%, dan dokter 36,8%.

11

4

Satu dari tiga orang dewasa merokok dan 73% pria tanpa pendidikan formal merokok juga dinyatakan pria berpenghasilan rendah memiliki pervalensi lebih tinggi namun konsumsi rokok lebih rendah. 13


(19)

Ada kecenderungan peningkatan konsumsi rokok di negara sedang berkembang. Alasannya, semakin banyak Negara sedang berkembang yang menjadi tempat pelemparan komoditi tembakau karena : 1) demografis : dalam 20 tahun terakir ini terdapat pertumbuhan penduduk dari 1,5 menjadi 2 milyar di negara-negara berkembang. 2) kesadaran penduduk yang rendah terhadap bahaya merokok. 3) sosial ekonomi meningkat dan kemampuan membeli rokok juga meningkat. 4) proteksi terhadap zat-zat berbahaya umumnya kurang. 5) merokok juga didominasi oleh kelompok pendapatan rendah pekerja kasar (blue colar) termasuk kalangan penarik becak.

1. Apakah ada hubungan merokok terhadap jaringan periodontal pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo kota Medan?

2

Kelurahan Tanjung Rejo adalah salah satu kelurahan yang ada di Medan. Terdapat banyak penduduk yang berprofesi sebagai tukang becak. Data yang tercatat pada kantor kelurahan terdapat 500 orang yang berprofesi sebagai tukang becak, baik yang mengendarai becak dayung maupun becak motor.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian maka permasalahan penelitian sebagai berikut:

2. Apakah ada hubungan jumlah rokok yang di hisap per hari terhadap jaringan periodontal pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo kota Medan?

3. Apakah ada hubungan lama merokok terhadap jaringan periodontal pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo kota Medan?


(20)

4. Berapa besarkah persentase penyakit periodontal yang ditimbulkan oleh jenis rokok pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo kota Medan?

1.3 Hipotesa

Ada hubungan merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo kota Medan.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui hubungan merokok terhadap jaringan periodontal pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo kota Medan.

2. Untuk mengetahui hubungan jumlah rokok yang di hisap per hari terhadap jaringan periodontal pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo kota Medan. 3. Untuk mengetahui hubungan lama merokok terhadap jaringan periodontal pada

tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo kota Medan.

4. Untuk mengetahui persentase penyakit periodontal yang ditimbulkan oleh jenis rokok pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo kota Medan.

1.5 Manfaat Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi tenaga kesehatan gigi menge nai kondisi masyarakat akan penyakit periodontal dan sebagai bahan penyuluhan kepada masyarakat akibat kebiasaan merokok terhadap penyakit periodontal.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian dihirup asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa.15 Merokok sudah menjadi kebiasaan yang meluas di masyarakat tetapi kebiasaan merokok ini jarang diakui orang sebagai kebiasaan yang buruk.5 Sementara, alasan utama merokok adalah menghilangkan rasa jenuh, ketagihan dan untuk menghilangkan stress.5,16

Sejak rokok daun tembakau dipopulerkan pada abad XVI di Eropa, jumlah perokok terus meningkat.Dahulu daun tembakau digunakan sebagai obat perangsang, menekan rasa lapar dan haus serta sebagai obat mengurangi rasa sakit bila digunakan dalam dosis kecil. Daun tembakau sebagai bahan baku rokok pertama diketahui di Amerika tahun 1535.16 Tembakau yang digunakan adalah daun tembakau kering yang dirajang maupun tidak di rajang. Bahan baku rokok hanya tembakau dikenal dengan rokok putih, sedangkan rokok kretek menggunakan bahan baku tembakau dan cengkeh dengan perbandingan 60:40. Rokok cerutu merupakan daun tembakau kering yang dirajang agak lebar disusun sedemikian rupa kemudian dibalut dengan tembakau juga.15

Rokok merupakan gabungan dari bahan-bahan kimia. Satu batang rokok yang dibakar akan mengeluarkan 4000 bahan kimia.4,5,16 Secara umum bahan-bahan ini dapat dibagi menjadi dua golongan besar yaitu komponen gas (92%) dan komponen padat atau partikel (8%).6,16


(22)

Tabel 1.Bahan Kimia dalam Asap Rokok yang dihisap <Sitepoe M. Usaha Mencegah bahaya rokok. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta: 1997>

Setiap hisapan asap rokok mengandung 1014 radikal bebas dan 1016 oksidan yang semuanya akan masuk terhisap ke dalam paru-paru. Oleh sebab itu bila seseorang membakar kemudian menghisap rokok maka artinya ia juga menghisap bahan-bahan kimia yang berbahaya yang terdapat didalamnya.7

Gambar 1.Bahan-bahan berbahaya pada rokok<http://bimaconcept.wordpress.com /zat-yang-terkandung-dalam-rokok/>(13 juli 2009)

No Bagian Partikel Bagian gas

1. Tar Karbon monoksida

2. Indol Amoniak

3. Nikotin Asam hidroayanat

4. Karbazol Nitrogen oksida

5. Kresol Formaldehid

Catatan

Keseluruhan bersifat karsinogen dan iritasi serta berbagai toksis yang lain.

Catatan

Keseluruhan gas ini bersifat karsinogen, mengiritasi, racun bulu getar alat pernafasan dan sifat racun yang lain.


(23)

2.1. Bahan kimia pada rokok

Adapun beberapa bahan-bahan kimia yang terdapat dalam rokok adalah: 2.1.1 Nikotin

Komponen ini paling banyak dijumpai didalam rokok. Nikotin berbentuk cairan, tidak berwarna, merupakan basa yang mudah menguap.6 Nikotin merupakan bahan yang mempunyai aktivitas biologis yang potensial yang akan menaikkan tekanan darah, menambah denyut jantung dan menginduksi vasokontriksi perifer.4,5,6 Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari mudah membuat seseorang ketagihan.5

2.1.2 Karbon monoksida

Karbon monoksida (CO) merupakan gas bersifat toksis yang bertentangan dengan oksigen dalam transpor haemoglobin. Dalam rokok terdapat gas CO sejumlah 2-6% pada saat merokok, sedangkan gas CO yang dihisap oleh perokok paling rendah sejumlah 400 ppm (parts per milion) sudah dapat meningkatkan kadar karboksi-hemoglobin dalam darah sejumlah 2-16%.15 Kadar normal karboksi-hemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. 5,15 Sementara dalam darah perokok mencapai 4-15%. Apabila keadaan terus berjalan akan terjadi polycythemia (pertambahan kadar butir darah merah) yang mempengaruhi fungsi saraf pusat.15,16 Kandungan kadar karbon monoksida di dalam rokok kretek lebih rendah daripada di dalam rokok putih.

Tar adalah kumpulan dari beribu-ribu bahan kimia dalam komponen padat asap rokok dan bersifat karsinogen.

15

2.1.3 Tar

5

Tar merupakan bagian partikel rokok sesudah kandungan nikotin dan uap air diasingkan.16 Pada saat rokok dihisap, tar masuk ke


(24)

dalam rongga mulut sebagai uap padat. Setelah dingin akan menjadi padat dan membentuk endapan berwarna coklat pada permukaan gigi, saluran pernafasan dan paru-paru.5 Dalam tar terdapat bahan karsinogenik yaitu polisiklik hidokarbon aromatis yang memicu kanker paru juga dijumpai N nitrosamine nikotin yang berpotensi besar sebagai karsinogenik terhadap jaringan paru-paru.15 Kadar tar pada sebatang rokok yang dihisap adalah 24-45 mg, sedangkan bagi rokok yang mempergunakan filter dapat mengalami penurunan 5-15 mg. Walaupun diberi filter, efek karsinogenik pada paru-paru tidak berguna jika ketika merokok dihirup dalam-dalam, menghisapnya berkali-kali dan jumlah rokok yang dipergunakan bertambah banyak.

2.2 Efek Rokok Terhadap Jaringan Periodontal 16

Merokok merupakan salah satu faktor etiologi penunjang penyakit periodontal karena dapat mempermudah penumpukan kalkulus. Hal tersebut diduga karena stein tembakau yang ditimbulkan menyebabkan kekasaran pada permukaan gigi, sehingga lebih mudah ditumpuki plak dental yang akhirnya mengalami kalsifikasi menjadi kalkulus. Asap rokok bisa memperlemah kemampuan khemotaksis dan fagositosis netrofil serta kandungan nikotin pada rokok dapat memperlemah kemampuan fagositosis, menekan proliferasi osteoblas dan juga mengurangi aliran darah ke gingiva.9


(25)

Ada beberapa dampak negatif merokok terhadap jaringan periodontal. Hal tersebut akan diuraikan berikut ini:

2.2.1 Perubahan vaskularisasi

Banyak penelitian yang menemukan berkurangnya aliran darah ke gingiva disebabkan oleh nikotin.5,6 Nikotin pada rokok merangsang ganglia simpatetik untuk memproduksi neurotransmitter termasuk katekolamin. Hal ini mempengaruhi α -reseptor pada pembuluh darah yang menyebabkan vasokontriksi. Vasokontriksi dari pembuluh darah perifer yang disebabkan oleh merokok mempunyai tanda-tanda gingivitis yang lebih sedikit dibanding yang tidak merokok dan tanda-tanda klinis gingiva seperti kemerahan, berdarah dan eksudasi bukan sebagai bukti pada perokok.17 Shizamaki dkk melaporkan bahwa merokok memiliki hubungan yang signifikan dengan kedalaman probing dan kehilangan perlekatan dan perokok dan bekas perokok memiliki efek penurunan pendarahan pada gingiva.18

2.2.2 Penumpukan plak dan kalkulus

Tar dalam asap rokok memperbesar perluang terjadinya gingivitis, disebabkan oleh plak bakteri dan faktor lain yang dapat menyebabkan bertumpuknya plak disekitar gingiva. Tar dapat mengendap pada permukaan gigi sehingga permukaannya menjadi kasar dan mempermudah perlekatan plak.5


(26)

Gambar 2.Periodontitis dan penumpukan plak pada salah satu tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo Kota Medan

Macgregor dalam tinjauan merokok dan penyakit periodontal, mengukur daerah plak dan proporsi dari gingiva margin yang kontak dengan plak pada 64 perokok dan 64 tidak perokok yang telah di sesuaikan umur dan jenis kelamin. Ditemukan perokok memiliki plak yang lebih tinggi dari bukan perokok dan ada kecenderungan peningkatan deposit plak dengan meningkatnya konsumsi jumlah rokok.17

Gambar 3. Kalkulus dan stein pada pada salah satu tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo Kota Medan

Penelitian-penelitian epidemiologis lainnya juga menunjukkan bahwa deposisi kalkulus, debris dan stain semakin bertambah pada perokok daripada bukan perokok. Akumulasi plak dalam rongga mulut juga lebih besar pada perokok daripada bukan perokok.6


(27)

2.2.3 Pembentukan saku dan kehilangan perlekatan

Secara klinis perbedaan periodontitis dan gingivitis adalah adanya kehilangan perlekatan jaringan ikat ke gigi pada keadaan gingiva yang terinflamasi. Juga terjadi kehilangan ligamen periodontal dan terganggunya perlekatan ke sementum dan resorbsi tulang alveolar. Bersama-sama dengan kehilangan perlekatan terjadi migrasi perlekatan epitel sepanjang permukaan akar gigi dan resorpsi tulang alveolar. Secara histopatologis lesi periodontitis dalam banyak hal adalah sama dengan lesi matap gingivitis.9

Pembentukan saku periodontal terjadi karena serabut kolagen yang berada persis apikal dari epitel penyatu mengalami penghancuran. Ada dua kemungkinan mekanisme penghancuran kolagen tersebut yaitu pertama kolagenase dan enzin lisosomal lain dilepas LPN dan makrofag menghancurkan kolagen dan kedua fibroblas memfagositosa serabut kolagen dengan cara menjulurkan processus sitoplasmiknya ke perbatasan ligamen periodontal-sementum atau dengan jalan meresorbsi fibril kolagen yang tertanam dalam sementum dan fibril matriks sementum.

Pertumbuhan dan perlekatan jaringan fibroblas ligamen periodontal pada lapisan jaringan yang terlindungi dapat dihalangi oleh konsentrasi nikotin yang tinggi (diatas 1mg/ml) tetapi tidak mempengaruhi perbedaan konsentrasi pada level plasma seorang perokok. Giannopovlou dan kawan-kawan melaporkan konsentrasi nikotin yang tinggi (100ng/ml sampai 25μg/ml) dapat menjadi racun dengan menghalangi proses proliverasi jaringan fibroblas. Hal ini juga menunjukkan proliferasi sel


(28)

ligamen periodontal dan sintesis protein dapat dihambat dengan dosis yang bergantung pada keadaannya. 19

2.2.4 Kehilangan tulang alveolar

Merokok memiliki hubungan dengan peningkatan kehilangan perlekatan jaringan periodontal, pembentukan poket dan kehilangan tulang alveolar. 8 Bergstrom, Eliasson dan Dock menunjukkan bahwa merokok memiliki hubungan dengan peningkatan periodontal poket dengan kehilangan tulang dibandingkan dengan bukan perokok dan bekas perokok dimana kesehatan periodontal diperkirakan sama selama 10 tahun periode penelitian. 20

Proses resorbsi tulang bisa berlangsung karena aktivitas sel-sel tertentu, mediator inflamasi seperti PGE2 dan enzim. Dua sel yang terlibat pada resorbsi tulang yaitu osteoklas yang menyingkirkan bahan mineral tulang dan sel mononukleus yang berperan dalam degradasi matriks organik tulang.

Pada perokok terdapat penurunan antibodi yang terdapat di dalam saliva yang berguna untuk menetralisir bakteri dalam rongga mulut dan terjadi gangguan fungsi sel-sel pertahanan tubuh.

9

2.2.6 Penurunan antibodi

5

Respon antibodi berhubungan dengan merokok.21 Serum imunnoglobulin G yang terdiri dari IgG1, IgG2, IgG3, dan IgG4 pada saliva diproduksi untuk memperkuat respon imun terhadap serotype-karbohidrat spesifik yang disekresikan oleh bakteri yang dapat menyebabkan penyakit periodonsium.9 Kandungan nikotin pada rokok, dapat menekan respon antibodi dalam memproduksi sistem imun. Pada seorang perokok terlihat berkurangnya level produktifitas IgG


(29)

terutama level subklas serum IgG2 saliva. Serum ini yang memegang peran penting dalam memperkuat respon imun dalam melawan serotype-karbohidrat yang spesifik yang disekresikan oleh sel bakteri, terutama P.intermedia, Fusobacterium nucleatum dan A. actinomycetecomitans.21,22


(30)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Rancangan Penelitian

Jenis rancangan penelitian adalah cross sectional yaitu penelitian non eksperimental dalam rangka mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko merokok dengan efek yaitu keparahan penyakit periodontal, oral higiena dan pendarahan.

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian :

Kelurahan Tanjung Rejo kota Medan. 3.2.2Waktu Penelitian

April – Juli 2009 3.3 Populasi dan sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian adalah tukang becak yang beroperasi di kelurahan Tanjung Rejo yang mempunyai kebiasaan merokok dan tidak merokok.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah tukang becak yang merokok dan tidak merokok yang beroperasi di kelurahan Tanjung Rejo Medan yang memenuhi keriteria yang tetah ditentukan.


(31)

3.4. Besar Sampel

Besar sampel pada penelitian ini berjumlah 85 orang. Dengan menggunakan sampel tunggal untuk uji hipotesis proporsi suatu populasi dengan menggunakan rumus:

(

)

(

)

2

0 2 0 P P Q P Z Q P Z n a a a o − +

= α β

Dimana:

Po : proporsi pendarahan gingiva tahun 2000 = 0,05 Qo : 1- Po = 1- 0,05 = 0,95

Pa : proporsi pendarahan gingiva tahun 2006 = 0,001 Qa : 1- 0,001 = 0.999

Zα : tingkat kemaknaan (ditetapkan peneliti = 1,96)

Zβ : 1,036

(Pa-Po)2

(

)

(

)

2

0 2 0 P P Q P Z Q P Z n a a a o − +

= α β

: dengan selisih yang ada, perbedaan tidak lebih dari 5% Jadi,

(

)

(

)

2

2 05 , 0 ) 999 , 0 )( 001 , 0 ( 036 , 1 ) 095 , 0 )( 005 , 0 ( 96 , 1 + = n

n = 84,6 ∞ 85 orang

3.5 Kriteria Inklusi

1) Berumur 20-50 tahun berjenis kelamin pria 2) Tidak memakai gigi tiruan sebagian lepasan


(32)

3.6 Variabel Penelitian

3.6.1 Variabel Tergantung

Variabel tergantung (efek) yaitu tingkat keparahan penyakit periodontal yang terdiri dari level penyakit periodontal, level oral hyg iena dan level pendarahan.

3.6.2 Variabel Bebas

Variabel bebas (faktor resiko) yang dipelajari yaitu kebiasaan merokok. 3.6.3 Variabel Kendali

1) Umur

3.6.4 Variabel Tak Terkendali 1) Pengetahuan

2) Pendidikan 3) Penghasilan

Variabel Tergantung 1.level penyakit periodontal 2.level oral hygiene

3.level pendarahan

Variabel Kendali 1.Umur

Variabel Tak Terkendali 1. Pengetahuan

2. Pendidikan 3. Penghasilan Variabel Bebas

1.Perokok -lama merokok -jenis rokok -jumlah rokok 2. Bukan perokok


(33)

3.7 Definisi operasional variabel

1) Perokok adalah seseorang yang merokok sedikitnya 1 batang per hari selama sekurang-kurangnya 1 tahun.

- Jumlah batang rokok per hari adalah rokok yang dihisap oleh perokok dalam satuan batang perhari

 Perokok ringan adalah mereka yang merokok kurang dari 10 batang per hari

 Perokok sedang adalah mereka yang merokok 10-20 batang per hari  Perokok berat adalah mereka yang merokok lebih dari 20 batang per hari - Jenis rokok adalah spesifikasi rokok apa yang dihisap, yang terdiri atas

rokok putih, kretek, kombinasi (rokok putih dan rokok kretek).

- Lama merokok yaitu waktu sejak kebiasaan merokok di mulai sampai dilakukan pemeriksaan:

a. 1-2 tahun b. 3-4 tahun c. 5-10 tahun d. >10 tahun

2) Bukan perokok adalah seseorang yang tidak merokok atau orang yang diluar kriteria perokok.

3) Level penyakit periodontal adalah periksaan keadaan periodontal rongga mulut yang dilakukan menggunakan indeks periodontal dari Russel.

4) Level Oral higiene ( debris + kalkulus ) adalah pemeriksaan kebersihan mulut yang dilakukan menggunakan indeks debris dan kalkulus.


(34)

5) Level pendarahan adalah pemeriksaan pendarahan yang dilakukan dengan Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD).

6) Jenis kelamin adalah pria dan wanita

7) Umur adalah rentang waktu dari lahir sampai saat ini. 3.8. Alat dan Bahan Penelitian

3.8.1 Alat Penelitian Alat

1. Prob periodontal ( Kohler, Germany ).

2. Pinset, sonde bengkok, kaca mulut ( SMIC, China ). 3.8.2 Bahan Penelitian

Bahan

1. Masker disposibel 2. Sarung tangan disposibel 3. Povidon Iodida

3.9 Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data karakteristik responden dilakukan dengan melakukan wawancara di lapangan. Pada responden yang memenuhi syarat dilakukan pemeriksaan. Sampel di dudukkan pada kursi yang telah di sediakan. Kemudian dilakukan pemeriksaan klinis terhadap sampel dengan menggunakan prob periodontal, sonde, kaca mulut, pinset di bawah penerangan sinar matahari. Kemudian hasil pemeriksaan dicatat pada formulir yang telah tersedia.


(35)

3.10 Metode Pengukuran

Gigi indeks yang digunakan adalah gigi indeks dari Ramfjord yaitu enam gigi terpilih masing-masing 16, 21, 24, 36, 41, 44 karena keenam gigi terpilih telah terbukti merupakan indikator yang dapat diandalkan bagi keadaan seluruh mulut. Bila salah satu gigi ini hilang maka akan di gantikan oleh gigi di sampingnya (17, 11, 25, 37, 42, 45). Indeks pengukuran tingkat keparahan penyakit periodontal yang di pakai pada penelitian ini adalah Indeks Periodontal yang dikembangkan oleh Russel, Indeks Periodontal (IP) oleh Russel

Skor Kriteria 0

1 2 6

8

Negatif. Tidak terlihat inflamasi pada gingiva maupun kehilangan fungsi akibat destruksi struktur periodontal pendukung.

Gingivitis ringan. Terlihat daerah inflamasi ringan pada daerah gingiva bebas,tapi perluasannya tidak sampai mengelilingi gigi

Gingivitis. Inflamasi telah meluas mengelilingi gigi, tetapi perlekatan epitel belum mengalami kerusakan

Gingivitis dengan pembentukan saku. Perlekatan epitel telah mengalami destruksi dan terjadi pembentukan saku absolut/ periodontal. Tidak ada hambatan pada fungsi pengunyahan; gigi masih ketat dan tidak bergeser posisinya

Destruksi lanjut disertai kehilangan fungsi pengunyahan. Gigi bisa goyang; bisa drifting, pada perkusi tidak berbunyi nyaring atau dapat di depresikan kedalam soket.

Indeks periodontal =

( )

6 diperiksa yang

gigi jumlah

skor jumlah

Berdasarkan skor indeks periodontal dapat ditetapkan kondisi klinis dan stadium penyakit individu, sebagai berikut:

Kondisi Klinis Rentangan Skor IP

Periodonsium secara klinis normal Gingivitis sederhana

Penyakit periodontal destruktif tahap awal Penyakit periodontal destruktif tahap mantap Penyakit pada tahap akhir

0,0 - 0,2 0,3 – 0,9 0,7 – 1,9 1,6 – 5,0 3,8 – 8,0


(36)

Simplified Oral Hygiene Index mengukur debris dan kalkulus yang menutupi permukaan gigi, dan terdiri dari dua komponen : Indeks Debris dan Indeks Kalkulus Kriteria skor untuk Indeks Debris

Skor Kriteria 0

1

2 3

Tidak dijumpai debris atau stein

Ada debris lunak menutupi tidak lebih dari sepertiga permukaan gigi atau adanya stein ( bercak ) ekstrinsik tanpa debris dengan tidak memperhitungkan perluasannya

Adanya debris lunak menutupi lebih dari sepertiga permukaan gigi,tetapi belum sampai duapertiga permukaan.

Adanya debris lunak menutupi lebih dari duapertiga permukaan gigi.

Indeks Debris =

( )

6 diperiksa yang gigi jumlah skor jumlah

Kriteria skor untuk Indeks Kalkulus Skor Kriteria

0 1 2

3

Tidak dijumpai kalkulus

Adanya kalkulus supragingival menutupi lebih dari sepertiga permukaangigi

Adanya kalkulus supragingival menutupi lebih dari sepertiga tapi belum melewati duapertiga permukaan gigi atau ada flek-flek kalkulus subgingival di sekeliling serviks gigi atau kedua-duanya.

Adanya kalkulus supragingival menutupi lebih dari duaperiga permukaan gigi atau kalkulus subgingival mengelilingi serviks gigi atau kedua-duanya.

Indeks Kalkulus =

( )

6 diperiksa yang gigi jumlah skor jumlah

Alat yang digunakan adalah kaca mulut dan sonde. Setiap permukaan gigi dibagi secara horizontal atas sepertiga gingival, seperiga tengah, dan sepertiga insisal. Untuk mengukur skor Indeks Debris, sonde ditempatkan pada sepertiga insisal gigi


(37)

kemudian digerakkan ke arah sepertiga gingival dan skr diberikan sesuai dengan kriteria di atas.

Skor akhir Indeks Debris dan Kalkulus individu dihitung dengan membagi jumlah skor Indeks Debris dan Kalkulus dari semua gigi yang diperiksa dengan jumlah permukaan gigi yang diperiksa ( Vestibular dan Oral ). Skor Indeks Debris dan Kalkulus dijumlahkan untuk mendapatkan Skor Higiena Oral berdasarkan rumus berikut :

Kemudian skor akhir dimasukkan kedalam tiga kategori untuk menetukan level Higiena Oral yaitu:

Level Higiena Oral Skor OHIS

Baik Sedang

buruk

0,0 -1,2 1,3 – 3,0 3,1 – 6,0

Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) yang dikemukakan oleh Saxer dan Muhelmann didasarkan pada pengamatan pendarahan gingiva yang timbul setelah prob periodontal diselipkan dari arah vestibular ke col sebelah mesial dari gigi yang diperiksa. Dengan tetap mempertahankan ujung prob menyentuh dasar sulkus, secara perlahan-lahan prob digerakkan sepanjang permukaan vestibular gigi. Prob kemudian ditarik keluar dari sulkus pada sudut mesiovestibular, prosedur ini diulangi pada setiap gigi yang akan diukur indeks pendarahannya.


(38)

Kriteria pemberian skor Pendarahan (IPPD) Skor Kriteria

0 1 2 3

Tidak terjadi pendarahan Pendarahan berupa titik kecil

Pendarahan berupa titik yang besar atau berupa garis Pendarahan menggenang di interdental

I PPD =

( )

6 diperiksa yang

gigi jumlah

skor jumlah

Kemudian skor akhir dimasukkan kedalam tiga kategori untuk menetukan level pendarahan yaitu:

3.11 Skema Penelitian

Level pendarahan Skor

Rendah Sedang Tinggi

0,0-1,0 1,01-2,01 2,01-3,00

SAMPEL

Tukang Becak yang Tidak Merokok

Tukang Becak yang Merokok

KUESIONER


(39)

3.12 Skema Alur Pikir

LATAR BELAKANG MASALAH

• Prevalensi penyakit periodontal yang tinggi di dunia dan di Indonesia.

• Jumlah perokok di Indonesia semakin meningkat.

• Merokok dapat menyebabkan banyak penyakit sistemik juga manifestasi di rongga mulut.

• Rongga mulut adalah yang pertama sekali terpapar oleh rokok. Merokok dapat Merokok dapat menyebabkan terganggunya kesehatan gigi dan mulut, diantaranya meningkatkan perlekatan plak, kalkulus, penyakit periodontal dan mempengaruhi pendarahan.

• Tukang becak memiliki banyak kesempatan untuk merokok dan alasan untuk merokok.

• Di Kelurahan Tanjung Rejo terdapat sebanyak 500 tukang becak.

Dari uraian di atas, maka timbul pemikiran apakah ada hubungan merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di Kelurahan Tanjung Rejo

Kota Medan?

Tujuan Penelitian :

Untuk mengetahui hubungan merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di Kelurahan Tanjung Rejo Kota Medan .

Judul Penelitian :

Efek merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di Kelurahan Tanjung Rejo Kota Medan


(40)

3.13 Metode Analisis Data

Untuk melihat sebaran data digunakan dalam bentuk tabulasi dan di deskripsikan. Analisis statistik untuk melihat hubungan signifikan atau tidak dan melihat sifat hubungan digunakan korelasi spreaman dengan α=0,05.


(41)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 85 orang yang diperoleh dari kelurahan Tanjung rejo yang berprofesi sebagai tukang becak.

4.1 Data Demografis Subjek Penelitian

Tabel 2. Data demografis tukang becak di Kelurahan Tanjung Rejo Kota Medan

VARIABEL

JUMLAH N=85

n %

1. kebiasaan merokok a. merokok

b. tidak merokok

67 18

79 21

2. Umur (%) a. 20-29 tahun b. 30-39 tahun c. 40-50 tahun

31 19 35

36 23 41

3. Tingkat Pendidikan a. SD

b. SLTP c. SLTA

d. Perguruan Tinggi

21 35 24 5

24 41 29 6

Sampel terdiri dari pria merokok sebanyak 67 orang (79%) dan yang tidak merokok 18 orang (21%).

Gambar 4. Persentase kebiasaan merokok pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo Medan 21%

79%

tidak merokok merokok


(42)

Seluruh sampel adalah pria (100%), rentang umur adalah 20-50 tahun. Tukang becak yang diperiksa paling banyak berumur antara 40-50 tahun yaitu 41%, diikuti 20-29 tahun 36% dan 30-39 tahun 23%.

Gambar 5. Persentase rentang umur tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo Medan

Tabel 1 memperlihatkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan tukang becak adalah SLTP yaitu 35 orang (41%) dan tingkat pendidikan perguruan tinggi menempati urutan terendah yaitu 5 orang (6%). Berikut akan dijelaskan secara rinci pada gambar 3.

Gambar 6. Persentase tingkat pendidikan penarik becak di kelurahan Tanjung Rejo Medan 24%

41% 29%

6%

SD SLTP SLTA

Perguruan Tinggi 36%

23%

41%

20-29 tahun 30-39 tahun 40-50 tahun


(43)

Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap Indeks Periodontal (IP) Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap Indeks Periodontal (IP) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap Indeks Periodontal (IP) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan

Dari tabel di atas dapat dilihat distribusi indeks periodontal pada sampel merokok dan tidak merokok. Pada level penyakit periodontal destruktif tahap awal terdiri dari perokok sebanyak 9 % pada tidak merokok 33,3%. Pada level penyakit periodontal destruktif tahap mantap terdiri dari perokok 79,1% dan tidak perokok 44,4% dan pada penyakit tahap akhir terdiri dari 11,9% perokok dan 22,2% tidak merokok.

Dari data diatas dapat dilihat bahwa tidak terlihat adanya perbedaan indeks periodontal pada tukang becak yang merokok dibandingkan dengan tidak merokok. Hal ini dimungkinkan karena sampel tidak merokok memiliki kesehatan periodontal yang lebih buruk dibanding yang merokok.

Indeks Periodontal(IP)

Kebiasaan merokok Tidak merokok merokok penyakit periodontal

destruktif tahap awal

Jumlah % total

6 33,3 %

6 9 % penyakit periodontal

destruktif tahap mantap

Jumlah % total

8 44,4%

53 79,1% penyakit periodontal

destruktif tahap akhir

Jumlah % total

4 22,2%

8 11,9%

Total Jumlah

% total

18 100,0%

67 100,0%


(44)

Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap Oral Hygiene Index Simplified (OHIS)

Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan

Dari tabel di atas dilihat persentase Oral higiena pada sampel merokok dan tidak merokok. Higiena oral pada level sedang terdiri dari merokok 20,9% dan tidak merokok 55,6%. Sedangkan pada level buruk terdiri dari merokok 79,1% dan tidak merokok 44,4%. Dari data diatas dapat dilihat lebih buruk higiena oral perokok dibanding tidak merokok.

Oral Hygiene Index Simplified (OHIS)

Kebiasaan merokok Tidak merokok merokok

sedang Jumlah

% total

10 55,6%

14 20,9%

buruk Jumlah

% total

8 44,4%

53 79,1%

Total Jumlah

% total

18 100,0%

67 100,0%


(45)

4.4 Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD)

Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi data antara kebiasaan merokok terhadap Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan.

Pada tabel di atas dapat dilihat IPPD pada level baik terdiri dari tidak merokok 22,2% dan merokok 62,7%. Pada level sedang terdiri dari tidak merokok 61,1% dan merokok 37,3% sedangkan pada level buruk hanya terdapat pada tidak perokok yaitu 16,7%. Pada perokok skor IPPD terlihat lebih rendah, hal ini disebabkan adanya vasokontriksi pembuluh darah oleh nikotin.

Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD)

Kebiasaan merokok Tidak merokok merokok

baik Jumlah

% total

4 22,2 %

42 62,7 %

sedang Jumlah

% total

11 61,1 %

25 37,3 %

buruk Jumlah

% total

3 16,7 %

0 0 %

Total Jumlah

% total

18 100,0%

67 100,0%


(46)

4.5 Hubungan kebiasaan merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan

Hubungan kebiasaan merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan dapat dilihat pada table 6.

Keterangan: *Signifikan

Tabel 6. Hubungan kebiasaan merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di Tanjung

Rejo Kota Medan

Tabel di atas menjelaskan bahwa tidak terdapat hubungan indeks periodontal dengan kebiasaan merokok (P>0,05). Sedangkan untuk indeks oral higiena dengan kebiasaan merokok menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0,05) dengan r=0,315 yang artinya semakin buruk kebiasaan merokok maka indeks oral higiena semakin buruk. Hal ini dapat dilihat dari sifat hubungan yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi spearman yang positif.

Hal yang sama juga terjadi pada indeks pendarahan papila dimodifikasi (IPPD) dengan kebiasaan merokok, dimana terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) dengan r= -0,378 yang bernilai negatif artinya semakin buruk kebiasaan merokok maka indeks pendarahan papila dimodifikasi maka semakin rendah disebabkan efek nikotin yang dapat menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah.

Variabel n r p

Kebiasaan merokok dan IP

Kebiasaan merokok dengan OHIS Kebiasaan merokok dengan IPPD

85 85 85

0.108 0.315* -0.378*

0.323 0.003 0.0001


(47)

4.6 Distribusi data jumlah rokok terhadap Indeks Periodontal (IP)

Distribusi data jumlah rokok terhadap Indeks Periodontal (IP) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Distribusi data jumlah rokok terhadap Indeks Periodontal (IP) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan

Dari tabel di atas dapat dilihat jumlah rokok yang dikonsumsi <10 batang sebanyak 44,8%, 10-20 batang 28,3% dan >20 batang 26,9%. Pada pengkonsumsi rokok <10 batang yang mengalami penyakit periodontal tahap mantap sebanyak 37,3% dan penyakit periodontal destruktif tahap akhir sebanyak 7,4%. Pada pengkonsumsi rokok 10-20 batang yang mengalami penyakit periodontal tahap awal sebanyak 1,5%, penyakit periodontal tahap mantap sebanyak 25,4% dan penyakit periodontal destruktif tahap akhir sebanyak 1,5%. Pada pengkonsumsi rokok >20 batang yang mengalami penyakit periodontal tahap awal sebanyak 9%, penyakit periodontal tahap mantap sebanyak 79,1% dan penyakit periodontal destruktif tahap akhir sebanyak 11,9%.

Indeks Periodontal(IP)

Jumlah rokok

Total

<10 batang 10-20batang >20 batang

penyakit periodontal destruktif tahap awal

Jumlah % total 0 0 % 1 1,5 % 5 7,5 % 6 9,0 % penyakit periodontal destruktif tahap mantap Jumlah % total 25 37,3 % 17 25,4 % 11 16,4 % 53 79,1 % penyakit periodontal destruktif tahap akhir Jumlah % dengan IP % total 5 7,4 % 1 1,5 % 2 3,0 % 8 11,9 %

Total Jumlah

% total 30 44,8 % 19 28,3 % 18 26,9 % 67 100,0%


(48)

4.7 Distribusi data jumlah rokok terhadap Oral Hygiene Index Simplified (OHIS)

Distribusi data jumlah rokok terhadap Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Distribusi data jumlah rokok terhadap Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan

Dari tabel di atas dapat dilihat Oral higiena pada tukang becak yang mengkonsumsi <10 batang sebesar 44,8% terdiri dari level sedang 11,9% dan level buruk 32,8%. Pada tukang becak yang mengkonsumsi rokok 10-20 batang sebesar 28,3% terdiri dari level sedang 7,5% dan level buruk 20,9%. Pada tukang becak yang mengkonsumsi rokok >20 batang sebesar 26,9% terdiri dari level sedang 1,5% dan level buruk 25,4%.

Oral Hygiene Index Simplified (OHIS)

Jumlah rokok

Total

<10 batang 10-20batang >20 batang

sedang Jumlah

% total

8 11,9 %

5 7,5 %

1 1,5 %

14 20,9 %

buruk Jumlah

% total

22 32,8 %

14 20,9 %

17 25,4 %

53 79,1 %

Total Jumlah

% total

30 44,8 %

19 28,3 %

18 26,9 %

67 100,0%


(49)

4.8 Distribusi data jumlah rokok terhadap Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD)

Distribusi data jumlah rokok terhadap Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Distribusi data jumlah rokok terhadap Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan.

Dari tabel di atas dapat dilihat sampel yang mengkonsumsi <10 batang sebanyak 44,8% yang terdiri dari level baik 32,8% dan sedang 11,9%. Pada sampel yang mengkonsumsi 10-20 batang sebanyak 28,3%yang terdiri dari level baik 12% dan sedang 16,4%. Pada sampel yang mengkonsumsi >20 batang sebanyak 26,9% yang terdiri dari level baik 17,9% dan sedang 9%.

Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD)

Jumlah rokok

Total

<10 batang 10-20batang >20 batang

baik Jumlah

% total

22 32,8 %

8 12,0 %

12 17,9 %

42 62,7 %

sedang Jumlah

% total

8 11,9 %

11 16,4 %

6 9,0 %

25 37,3 %

Total Jumlah

% total

30 44,8 %

19 28,3 %

18 26,9 %

67 100,0%


(50)

Hubungan jumlah rokok terhadap kondisi periodontal

Hubungan jumlah rokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan dapat dilihat pada tabel 10.

Keterangan: *Signifikan

Tabel 10. Hubungan jumlah rokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di Tanjung Rejo

Kota Medan

Dari tabel diatas dapat dilihat tidak terdapat hubungan indeks periodontal dengan jumlah rokok (p>0,05).

Jumlah rokok dengan indeks oral higiena menunjukkan adanya hubungan yang signifikan (p<0,05) dengan r=0,335 yang artinya semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi indeks oral higiena semakin buruk. Hal ini dapat dilihat dari sifat hubungan yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi spearman yang positif.

Hal yang sama juga terjadi pada indeks pendarahan papila dimodifikasi (IPPD) dengan kebiasaan merokok dimana terdapat hubungan yang signifikan (p<0,05) dengan r= -0,216 artinya semakin banyak jumlah rokok yang dikonsumsi maka indeks pendarahan papila dimodifikasi maka semakin rendah. Hal ini dapat dilihat dari sifat hubungan yang ditunjukkan oleh koefisien korelasi spearman yang negatif.

Variabel n r p

Jumlah rokok dengan IP Jumlah rokok dengan OHIS Jumlah rokok dengan IPPD

67 67 67

-0.706 0.335* -0.216*

0.490 0.002 0.047


(51)

4.10 Distribusi data lama merokok terhadap Indeks Periodontal (IP)

Distribusi data lama merokok terhadap Indeks Periodontal (IP) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan dapat dilihat pada tabel 11.

Tabel 11. Distribusi data lama merokok terhadap Indeks Periodontal (IP) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan

Dari data diatas dapat dilihat tukang becak yang merokok 5-10 tahun sebanyak 19,4% yang terdiri dari penyakit periodontal destruktif tahap awal 1,5%, penyakit periodontal destruktif tahap mantap 16,4% dan penyakit periodontal destruktif tahap akhir 1,5%. Sedangkan pada tukang becak yang merokok >10 tahun sebanyak 80,6% yang terdiri dari penyakit periodontal destruktif tahap awal 7,5%, penyakit periodontal destruktif tahap mantap 62,7% dan penyakit periodontal destruktif tahap akhir 10,4%.

Indeks Periodontal(IP)

Lama merokok Total

5-10 tahun >10 tahun penyakit periodontal

destruktif tahap awal

Jumlah % total 1 1,5 % 5 7,5 % 6 9,0 % penyakit periodontal

destruktif tahap mantap

Jumlah % total 11 16,4 % 42 62,7 % 53 79,1 % penyakit periodontal

destruktif tahap akhir

Jumlah % total 1 1,5 % 7 10,4 % 8 11,9%

Total Jumlah

% total 13 19,4 % 54 80,6% 67 100,0%


(52)

4.11 Distribusi data lama merokok terhadap Oral Hygiene Index Simplified (OHIS)

Distribusi data lama merokok terhadap Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Distribusi data lama merokok terhadap Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan

Dari tabel di atas dapat dilihat persentase Oral Hygiene Index Simplified (OHIS) lebih tinggi pada tukang becak yang merokok lebih dari 10 tahun yaitu 80,6% yang terdiri dari OHIS level sedang sebesar 16,4% dan buruk 64,2%. Sedangkan pada tukang becak yang merokok 5-10 tahun sebesar 19,4% yang terdiri dari level sedang 4,5% dan level buruk 14,9%.

Oral Hygiene Index Simplified (OHIS)

Lama merokok Total

5-10 tahun >10 tahun

sedang Jumlah

% total

3 4,5 %

11 16,4 %

14 20,9 %

buruk Jumlah

% total

10 14,9 %

43 64,2 %

53 79,1 %

Total Jumlah

% total

13 19,4 %

54 80,6 %

67 100,0%


(53)

4.12 Distribusi data lama merokok terhadap Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD)

Distribusi data lama merokok terhadap Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan dapat dilihat pada tabel 13.

Tabel 13. Distribusi data lama merokok terhadap Indeks Pendarahan Palila Dimodifikasi (IPPD) pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan

Dari tabel di atas dapat dilihat Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi lebih tinggi pada tukang becak yang merokok lebih dari 10 tahun sebesar 80,6% yaitu pada level baik 59,7% dan level sedang 20,9%. Sedangkan pada tukang bacak yang merokok selama 5-10 tahun sebanyak 19,4% yang terdiri dari level baik 3% dan level sedang 16,4%.

Indeks Pendarahan Papila Dimodifikasi (IPPD)

Lama merokok Total

5-10 tahun >10 tahun

baik Jumlah

% total

2 3,0 %

40 59,7 %

42 62,7 %

sedang Jumlah

% total

11 16,4 %

14 20,9 %

25 37,3 %

Total Jumlah

% total

13 19,4 %

54 80,6 %

67 100,0%


(54)

4.13 Hubungan jumlah rokok terhadap kondisi periodontal

Hubungan jumlah rokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan dapat dilihat pada tabel 14.

Keterangan: *Signifikan

Tabel 14. Hubungan lama merokok terhadap kondisi periodontal pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan

Hubungan antara rama merokok dengan indeks periodontal dari hasil pengujian statistik diatas maka diperoleh nilai r= 0,103 dimana secara statistik tidak memiliki hubungan yang signifikan.

Terdapat hubungan antara jumlah rokok dan indeks oral higiena (p<0,05).Dari hasil pengujian korelasi spearman diperoleh nilai r= 0,272 yang bernilai positif dimana terdapat korelasi antara lama merokok dengan oral higiena artinya ada hubungan positif antara lama merokok dengan oral higiena dimana semakin lama seseorang merokok maka tingkat indeks oral higiena akan semakin tinggi dan begitu sebaliknya.

Hal yang sama juga terjadi pada indeks periodontal papilla dimodifikasi dimana terdapat hubungan antara lama merokok dengan indeks pendarahan. Dari hasil pengujian statistik spearman diperoleh nilai r= -0.533 yang bernilai negatif

Variabel n r p

Lama merokok dengan IP Lama merokok dengan OHIS Lama merokok dengan IPPD

67 67 67

0.103 0.272* -0.533*

0.346 0.012 0.0001


(55)

dimana terdapat korelasi antara lama merokok dengan oral higiena artinya ada hubungan negatif antara lama merokok dengan oral higiena dimana semakin lama seseorang merokok maka tingkat indeks pendarahan akan semakin rendah dan begitu sebaliknya.

4.14 Distribusi jenis rokok dengan kesehatan periodontal

Distribusi jenis rokok dengan kesehatan periodontal pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan dapat dilihat pada tabel 15.

Tabel 15. Distribusi jenis rokok dengan kesehatan periodontal pada tukang becak di Tanjung Rejo Kota Medan.

Level penyakit periodontal

Jenis rokok

Jumlah

Rokok kretek Rokok putih Rokok

kombinasi

n % n % n % n %

Indeks Periodontal

• Penyakit periodontal

destruktif tahap awal

• Penyakit periodontal

destruktif tahap mantap

• Penyakit pada tahap

akhir 3 10 2 4,5 14,9 3,0 0 17 3 0,0 25,4 4,5 3 26 3 4,5 38,8 4,5 6 53 8 9,0 79,1 11,9 Indeks Oral Higiena

• Sedang • Buruk 3 12 4,5 17,9 3 17 4,5 25,4 8 24 11,9 35,8 14 53 20,9 79,1 Indeks Pendarahan Papila

Dimodifikasi • Rendah • Sedang 7 8 10,4 11,9 11 9 16,4 13,4 24 8 35,8 11,9 42 25 62,7 37,3


(56)

Dari tabel diatas dapat dilihat persentase jenis rokok yang dikonsumsi yaitu rokok kretek 22,4% rokok putih 29,9% dan rokok kombinasi 47,8%. Rokok yang paling banyak dikonsumsi adalah rokok kombinasi disebabkan karena pendapatan yang tidak stabil maka tukang becak mengkonsumsi semua jenis rokok tanpa mengkhususkan harus menggunakan jenis tertentu.

Pada level penyakit periodontal destruktif tahap awal terdapat jumlah yang sama antara pengguna rokok kretek dan rokok kombinasi yaitu 4,5%. Pada level penyakit periodontal destruktif tahap mantap merupakan jumlah terbesar yaitu 79,1% yang terdiri dari pengguna rokok kretek 14,9%, rokok putih 25,4% dan rokok kombinasi 38,8%. Pada level penyakit periodontal destruktif tahap akhir sebanyak 11,9% yang terdiri dari pengguna rokok kretek 3%, rokok putih 4,5% dan rokok kombinasi 4,5%.

Pada indeks oral hygiene terlihat jumlah lebih tinggi pada pengguna rokok kombinasi yaitu sebesar 47,8% yang terdiri dari level sedang 11,9% dan level buruk 35,8%. Pada pengguna rokok kretek sebesar 22,4% yang terdiri dari OHIS level sedang sebesar 4,5% dan OHIS level buruk 17,9%. Pada pengguna rokok putih sebesar 29,9% yang terdiri dari OHIS level sedang sebesar 4,5% dan OHIS level buruk 25,4%.

Pada Indeks pendarahan papila dimodifikasi (IPPD) dapat dilihat pada IPPD level rendah sebesar 62,7% yang terdiri dari rokok kretek 10,4% rokok putih 16,4% dan rokok kombinasi 35,8%. Pada IPPD level sedang terdiri dari rokok kretek 11,9% rokok putih 13,4% dan rokok kombinasi 11,9%


(57)

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian pada 85 orang tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo Medan diperoleh persentase perokok sebanyak 79%. Persentase ini lebih rendah dibandingkan dengan kebiasaan merokok sopir angkutan umum seperti yang dilaporkan Natamiharja (2001) di Medan sekitar 94,79% adalah perokok.

Sampel berada dalam rentang umur 20-50 tahun. Pertimbangan pemilihan rentang umur tersebut adalah dibawah usia 20 tahun merupakan kategori usia anak sedangkan di atas usia 50 tahun ada pengaruh hormonal terhadap kesehatan periodontal dan dikhawatirkan dapat mengacaukan hasil penelitian.

Tingkat pendidikan dan sosioekonomi pada sampel yang rendah menyebabkan sample kurang memberi perhatian pada kesehatan rongga mulutnya dan diketahui pada tingkat pendidikan tersebut, sampel belum memiliki pengetahuan untuk penjagaan higiena oral. Hal ini dapat dilihat pada hasil penelitian mengenai kondisi periodontalnya dimana sebagian besar mengalami tingginya skor Oral Higiene Indeks Simplified.

Rata-rata indeks periodontal antara perokok dan tidak merokok memiliki perbedaan yang tidak bermakna secara statistik. Hal ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya pada data NHANES III (2000) yang menyatakan pahwa perokok memiliki kemungkinan 4 kali menderita periodontitis. Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar penelitian dilakukan setelah jam makan siang dimana keadaan oral higiena sampel lebih buruk sehingga dapat mengaburkan keadaan rongga mulut


(58)

sampel yang sebenarnya juga karena subjek penelitian kurang memperhatikan kesehatan periodontalnya karena pendidikan, ekonomi, dll

Rata- rata Indeks Oral Higiena Simpel pada perokok lebih buruk dibanding tidak perokok. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Macgregor dalam tinjauan merokok dan penyakit periodontal, mengukur daerah plak dan proporsi dari gingiva margin yang kontak dengan plak pada 64 perokok dan 64 tidak perokok yang telah di sesuaikan umur dan jenis kelamin. Ditemukan perokok memiliki plak yang lebih tinggi dari bukan perokok dan ada kecenderungan peningkatan deposit plak dengan meningkatnya konsumsi jumlah rokok.

Indeks Pendarahan pada perokok dan bukan perokok terdapat hubungan yang signifikan. Dimana perokok memiliki skor pendarahan yang lebih sedikit dibanding bukan perokok sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shizamaki dkk (2006) melaporkan bahwa merokok memiliki hubungan yang signifikan dengan kedalaman probing dan kehilangan perlekatan dan perokok dan bekas perokok memiliki efek penurunan pendarahan pada gingiva.

Kebiasaan merokok kurang dari 10 batang per hari persentasenya paling tinggi yaitu 44,8%. Hal ini berbeda dibandingkan data pada pegawai dinas pertanian tingkat I Sumatera Utara dimana paling tinggi pada jumlah lebih dari 20 batang yaitu 47,06%. Hal ini sesuai dengan data dari WHO yang menyatakan pria berpenghasilan rendah memiliki pervalensi lebih tinggi namun konsumsi lebih rendah.

Kebiasaan merokok lebih dari 10 tahun paling tinggi yaitu 80,6% lebih tinggi dibandingkan data pada pegawai dinas pertanian tingkat I Sumatera Utara yaitu 75,73%. Terdapat hubungan antara lama merokok dengan level penyakit periodontal


(59)

dimana semakin lama seseorang merokok maka kondisi periodontal akan semakin buruk dan terdapat hubungan yang signifikan secara statistik.

Jenis rokok yang paling banyak digunakan adalah rokok kombinasi yaitu sampel mengkonsumsi rokok putih dan rokok kretek. Disebabkan karena pendapatan yang tidak tetap maka sampel tidak mengkhususkan untuk menggunakan hanya satu jenis rokok. Dari hasil yang diperoleh dapat dilihat kondisi periodontal sampel yang mengkonsumsi rokok kombinasi lebih buruk dibanding dengan sampel yang mengkonsumsi rokok putih atau rokok kretek.


(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan :

1. Adanya hubungan kebiasaan merokok terhadap kesehatan periodontal pada tukang becak di kelurahan Tanjung Rejo Medan kecuali pada indeks periodontal.

2. Lama merokok berhubungan secara signifikan terhadap skor indeks oral higiena dan skor pendarahan, tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan indeks periodontal.

3. Jumlah rokok berhubungan secara signifikan terhadap kondisi periodontal pada skor indeks oral higiena dan skor pendarahan, tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan indeks periodontal.

4. Pengguna rokok kombinasi memiliki persentase terbesar mengalami penyakit periodontal daripada rokok kretek dan rokok putih.

6.2 Saran

1. Diharapkan hasil penelitian dapat memberi masukan bagi tenaga kesehatan gigi dan mulut untuk memberikan informasi yang jelas tentang penyakit periodontal akibat kebiasaan merokok dan cara penanggulangannya.

2. Perlu diadakan penelitian selanjutnya untuk mendapatkan informasi dan fakta tentang penyakit periodontal akibat kebiasaan merokok.


(61)

3. Hendaknya jumlah sampel seimbang dan dilakukan pemenuhan standart pemilihan sampling.

4. Diharapkan tenaga kesehatan gigi dan mulut ikut berperan aktif dalam usaha mengurangi jumlah perokok di Indonesia.


(62)

DAFTAR RUJUKAN

1. Aditama TY. Proses berhenti merokok. Jurnal

2.

Cermin Dunia Kedokteran 1995; 102: 37-9

3.

Natamiharja L, Butar butar L. Kebiasaan merokok dan karies gigi spesifik pada sopir-sopir di Medan. Dentika Dent J 2001; 6: 284-9

4.

Aditama TY. Rokok dan tuberkulosis paru. 16 April 2003. <http://64.203.71.11/kompas-cetak/0304/16/ilpeng/259139.html>(30 Nov 2009)

5. Anonymous. Rokok dan kesehatan rongga mulut.

Gsianturi. Merokok dan kesehatan..!. 30 Juli 2003.

<http://www.gizi.net/cgi-bin/berita/fullnenws.cgi?newsid1056948389> (25 Sep 2008)

6.

<http://www.pdgi-online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=30Itemid= 1> ( 21 Nov 2008)

Ruslan G. Efek merokok terhadap rongga mulut. Jurnal

7.

Cermin Dunia Kedokteran 1996;113: 41-3

8.

Aditama TY. Rokok dan kesehatan. Jakarta: UI Press, 1997: 17-25

Bougout J. Oral effects of tobacco Abuse.

9.

<http://www.maxillofacialcenter.com/TobaccoEffects.html>(19 Jan 2009) Daliemunthe SH. Periodonsia. Edisi kedua. Medan: USU Press, 2005:45-75


(63)

10.

11. Tomar dan Asma, Smoking-Attributable periodontitis in the United Status: Findings from NHANES III. J periodontal 2000; 71 :743-751

Natamiharja L, Gronycke. Indeks Periodontal dan hubungannya dengan kebiasaan merokok pada pegawai dinas pertanian tingkat I Sumatera Utara. Dentika Dent J 2004; 9: 16-12

12. Markkanen et al, Smoking and periodontal Disease in the Finnish Population aged 30 years and over. J Dent Res 1985; 64: 932-5

13. Banihashemrad et al, Effect of smoking on gingival recession. J Dent res 2008; 5: 1-4

14. WHO. 2003. Konsumsi Tembakau dan prevalensi merokok di Indonesia.

15.

<http://www.who.int/ncd/orh/index.html> (27 Nov 2008) Sitepoe M. Kekhususan rokok Indonesia

16. Sitepoe M. Usaha mencegah bahaya rokok. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta: 1997

. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta: 2000

17. Obradović et al. Smoking and periodontal review. Medical and Biology

2007; 14: 53-59

18. Shimazaki et al. The influence of current and former smoking on gingival bleeding: The Hisayama Study. J Periodontol 2006; 77 : 1430-5

19. Giannopoulou et al. Effects of nicotine on periodontal ligament fibroblast in vitro. J Clin Periodontol 1999; 26 ;49-55

20. Bergstrom et al. a 10-year prospective study of tobacco smoking and periodontal health. J Periodontol 2000; 71 : 1338-47


(64)

21. Hill, Johnson. Cigarette smoking and the periodontal patient. J Periodontol 2004; 75:196-209

22. Nakashima et al. Periodontal condition in an elderly Japanese population influenced by smoking status and serum immunoglobulin G2 levels. J Periodontol 2005; 76: 582-9


(65)

Crosstabs

Indeks Periodontal * kebiasaan merokok

Crosstab

6 6 12

2.5 9.5 12.0

50.0% 50.0% 100.0%

33.3% 9.0% 14.1%

7.1% 7.1% 14.1%

8 53 61

12.9 48.1 61.0

13.1% 86.9% 100.0%

44.4% 79.1% 71.8%

9.4% 62.4% 71.8%

4 8 12

2.5 9.5 12.0

33.3% 66.7% 100.0%

22.2% 11.9% 14.1%

4.7% 9.4% 14.1%

18 67 85

18.0 67.0 85.0

21.2% 78.8% 100.0% 100.0% 100.0% 100.0% 21.2% 78.8% 100.0% Count

Expected Count % within Indeks Periodontal

% within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within Indeks Periodontal

% within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within Indeks Periodontal

% within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within Indeks Periodontal

% within jumlah rokok % of Total

penyakit periodontal destruktif tahap awal

penyakit periodontal destruktif tahap mantap

penyakit pada tahap akhir Indeks

Periodontal

Total

tidak merokok merokok jumlah rokok


(66)

Indeks Oral Higiene * kebiasaan merokok

Crosstab

10 14 24

5.1 18.9 24.0

41.7% 58.3% 100.0%

55.6% 20.9% 28.2%

11.8% 16.5% 28.2%

8 53 61

12.9 48.1 61.0

13.1% 86.9% 100.0%

44.4% 79.1% 71.8%

9.4% 62.4% 71.8%

18 67 85

18.0 67.0 85.0

21.2% 78.8% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

21.2% 78.8% 100.0%

Count

Expected Count % within Oral Higiene Index

% within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within Oral Higiene Index

% within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within Oral Higiene Index

% within jumlah rokok % of Total

sedang

buruk Oral Higiene

Index

Total

tidak merokok merokok jumlah rokok


(67)

Indeks Pendarahan Papila dimodifikasi * kebiasaan merokok

Crosstab

4 42 46

9.7 36.3 46.0

8.7% 91.3% 100.0%

22.2% 62.7% 54.1%

4.7% 49.4% 54.1%

11 25 36

7.6 28.4 36.0

30.6% 69.4% 100.0%

61.1% 37.3% 42.4%

12.9% 29.4% 42.4%

3 0 3

.6 2.4 3.0

100.0% .0% 100.0%

16.7% .0% 3.5%

3.5% .0% 3.5%

18 67 85

18.0 67.0 85.0

21.2% 78.8% 100.0%

100.0% 100.0% 100.0%

21.2% 78.8% 100.0%

Count

Expected Count % within Indeks Pendarahan Papila dimodifikasi

% within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within Indeks Pendarahan Papila dimodifikasi

% within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within Indeks Pendarahan Papila dimodifikasi

% within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within Indeks Pendarahan Papila dimodifikasi

% within jumlah rokok % of Total

baik sedang buruk Indeks Pendarahan Papila dimodifikasi Total

tidak merokok merokok jumlah rokok


(68)

Correlations

1,000 ,197 ,020 ,108

. ,071 ,855 ,323

85 85 85 85

,197 1,000 ,170 ,315**

,071 . ,119 ,003

85 85 85 85

,020 ,170 1,000 -,378**

,855 ,119 . ,000

85 85 85 85

,108 ,315** -,378** 1,000

,323 ,003 ,000 .

85 85 85 85

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N IPK OHISK IPPDK jumlah rokok Spearman's rho

IPK OHISK IPPDK jumlah rokok

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Rata-rata* merokok

Descriptive Statistics

67 4,03 ,06 ,460

67 2,79 ,05 ,410

67 1,37 ,06 ,487

67 IPK

OHISK IPPDK

Valid N (listwise)

Statistic Statistic Std. Error Statistic

N Mean Std.

Rata-rata* tidak merokok

Descriptive Statistics

18 3,89 ,18 ,758

18 2,44 ,12 ,511

18 1,94 ,15 ,639

18 IPK

OHISK IPPDK

Valid N (listwise)

Statistic Statistic Std. Error Statistic

N Mean Std.


(69)

Crosstabs

Indeks Periodontal * jumlah rokok

Crosstab

0 1 5 6

2,7 1,7 1,6 6,0

,0% 16,7% 83,3% 100,0%

,0% 5,3% 27,8% 9,0%

,0% 1,5% 7,5% 9,0%

25 17 11 53

23,7 15,0 14,2 53,0

47,2% 32,1% 20,8% 100,0%

83,3% 89,5% 61,1% 79,1%

37,3% 25,4% 16,4% 79,1%

5 1 2 8

3,6 2,3 2,1 8,0

62,5% 12,5% 25,0% 100,0%

16,7% 5,3% 11,1% 11,9%

7,5% 1,5% 3,0% 11,9%

30 19 18 67

30,0 19,0 18,0 67,0

44,8% 28,4% 26,9% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

44,8% 28,4% 26,9% 100,0%

Count

Expected Count % within IPK % within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within IPK % within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within IPK % within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within IPK % within jumlah rokok % of Total

penyakit periodontal destruktif tahap awal

penyakit periodontal destruktif tahap mantap

penyakit pada tahap akhir IPK

Total

< 10 batang 10-20 batang >20 batang jumlah rokok

Total

Indeks Oral Higiene * jumlah rokok

Crosstab

8 5 1 14

6,3 4,0 3,8 14,0

57,1% 35,7% 7,1% 100,0%

26,7% 26,3% 5,6% 20,9%

11,9% 7,5% 1,5% 20,9%

22 14 17 53

23,7 15,0 14,2 53,0

41,5% 26,4% 32,1% 100,0%

73,3% 73,7% 94,4% 79,1%

32,8% 20,9% 25,4% 79,1%

30 19 18 67

30,0 19,0 18,0 67,0

44,8% 28,4% 26,9% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

44,8% 28,4% 26,9% 100,0%

Count

Expected Count % within OHISK % within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within OHISK % within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within OHISK % within jumlah rokok % of Total

sedang

buruk OHISK

Total

< 10 batang 10-20 batang >20 batang jumlah rokok


(70)

Indeks Pendarahan Papila dimodifikasi * jumlah rokok

Crosstab

22 8 12 42

18,8 11,9 11,3 42,0

52,4% 19,0% 28,6% 100,0%

73,3% 42,1% 66,7% 62,7%

32,8% 11,9% 17,9% 62,7%

8 11 6 25

11,2 7,1 6,7 25,0

32,0% 44,0% 24,0% 100,0%

26,7% 57,9% 33,3% 37,3%

11,9% 16,4% 9,0% 37,3%

30 19 18 67

30,0 19,0 18,0 67,0

44,8% 28,4% 26,9% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

44,8% 28,4% 26,9% 100,0%

Count

Expected Count % within IPPDK % within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within IPPDK % within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within IPPDK % within jumlah rokok % of Total

baik

sedang IPPDK

Total

< 10 batang 10-20 batang >20 batang jumlah rokok

Total

Correlations

Correlations

1,000 ,197 ,020 -,076

. ,071 ,855 ,490

67 67 67 67

,197 1,000 ,170 ,335**

,071 . ,119 ,002

67 67 67 67

,020 ,170 1,000 -,216*

,855 ,119 . ,047

67 67 67 67

-,076 ,335** -,216* 1,000

,490 ,002 ,047 .

67 67 67 67

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N IPK OHISK IPPDK jumlah rokok Spearman's rho

IPK OHISK IPPDK jumlah rokok

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.


(1)

Indeks Pendarahan Papila dimodifikasi * jumlah rokok

Crosstab

22 8 12 42

18,8 11,9 11,3 42,0

52,4% 19,0% 28,6% 100,0%

73,3% 42,1% 66,7% 62,7%

32,8% 11,9% 17,9% 62,7%

8 11 6 25

11,2 7,1 6,7 25,0

32,0% 44,0% 24,0% 100,0%

26,7% 57,9% 33,3% 37,3%

11,9% 16,4% 9,0% 37,3%

30 19 18 67

30,0 19,0 18,0 67,0

44,8% 28,4% 26,9% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

44,8% 28,4% 26,9% 100,0%

Count

Expected Count % within IPPDK % within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within IPPDK % within jumlah rokok % of Total

Count

Expected Count % within IPPDK % within jumlah rokok % of Total

baik

sedang IPPDK

Total

< 10 batang 10-20 batang >20 batang jumlah rokok

Total

Correlations

Correlations

1,000 ,197 ,020 -,076

. ,071 ,855 ,490

67 67 67 67

,197 1,000 ,170 ,335**

,071 . ,119 ,002

67 67 67 67

,020 ,170 1,000 -,216*

,855 ,119 . ,047

67 67 67 67

-,076 ,335** -,216* 1,000

,490 ,002 ,047 .

67 67 67 67

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

IPK

OHISK

IPPDK

jumlah rokok Spearman's rho

IPK OHISK IPPDK jumlah rokok

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.


(2)

Crosstabs

Indeks Periodontal * lama merokok

Crosstab

1 5 6

1,2 4,8 6,0

16,7% 83,3% 100,0%

7,7% 9,3% 9,0%

1,5% 7,5% 9,0%

11 42 53

10,3 42,7 53,0

20,8% 79,2% 100,0%

84,6% 77,8% 79,1%

16,4% 62,7% 79,1%

1 7 8

1,6 6,4 8,0

12,5% 87,5% 100,0%

7,7% 13,0% 11,9%

1,5% 10,4% 11,9%

13 54 67

13,0 54,0 67,0

19,4% 80,6% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

19,4% 80,6% 100,0%

Count

Expected Count % within IPK

% within lama merokok % of Total

Count

Expected Count % within IPK

% within lama merokok % of Total

Count

Expected Count % within IPK

% within lama merokok % of Total

Count

Expected Count % within IPK

% within lama merokok % of Total

penyakit periodontal destruktif tahap awal

penyakit periodontal destruktif tahap mantap

penyakit pada tahap akhir IPK

Total

5-10 tahun >10 tahun lama merokok


(3)

Indeks Oral Higiene * lama merokok

Indeks Pendarahan Papila dimodifikasi * lama merokok

Crosstab

3 11 14

2,7 11,3 14,0

21,4% 78,6% 100,0%

23,1% 20,4% 20,9%

4,5% 16,4% 20,9%

10 43 53

10,3 42,7 53,0

18,9% 81,1% 100,0%

76,9% 79,6% 79,1%

14,9% 64,2% 79,1%

13 54 67

13,0 54,0 67,0

19,4% 80,6% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

19,4% 80,6% 100,0%

Count

Expected Count % within OHISK % within lama merokok % of Total

Count

Expected Count % within OHISK % within lama merokok % of Total

Count

Expected Count % within OHISK % within lama merokok % of Total

sedang

buruk OHISK

Total

5-10 tahun >10 tahun lama merokok

Total

Crosstab

2 40 42

8,1 33,9 42,0

4,8% 95,2% 100,0%

15,4% 74,1% 62,7%

3,0% 59,7% 62,7%

11 14 25

4,9 20,1 25,0

44,0% 56,0% 100,0%

84,6% 25,9% 37,3%

16,4% 20,9% 37,3%

13 54 67

13,0 54,0 67,0

19,4% 80,6% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0%

19,4% 80,6% 100,0%

Count

Expected Count % within IPPDK % within lama merokok % of Total

Count

Expected Count % within IPPDK % within lama merokok % of Total

Count

Expected Count % within IPPDK % within lama merokok % of Total

baik

sedang IPPDK

Total

5-10 tahun >10 tahun lama merokok


(4)

Correlations

Crosstabs

Indeks Periodontal * jenis rokok

Crosstab

3 0 3 6

1,3 1,8 2,9 6,0

50,0% ,0% 50,0% 100,0%

20,0% ,0% 9,4% 9,0%

4,5% ,0% 4,5% 9,0%

10 17 26 53

11,9 15,8 25,3 53,0

18,9% 32,1% 49,1% 100,0% 66,7% 85,0% 81,3% 79,1% 14,9% 25,4% 38,8% 79,1%

2 3 3 8

1,8 2,4 3,8 8,0

25,0% 37,5% 37,5% 100,0% 13,3% 15,0% 9,4% 11,9%

3,0% 4,5% 4,5% 11,9%

15 20 32 67

15,0 20,0 32,0 67,0

22,4% 29,9% 47,8% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% 100,0% Count

Expected Count % within IPK % within jenis rokok % of Total

Count

Expected Count % within IPK % within jenis rokok % of Total

Count

Expected Count % within IPK % within jenis rokok % of Total

Count

Expected Count % within IPK % within jenis rokok penyakit periodontal

destruktif tahap awal

penyakit periodontal destruktif tahap mantap

penyakit pada tahap akhir IPK

Total

rokok kretek rokok putih kombinasi jenis rokok

Total Correlations

1,000 ,197 ,020 ,103

. ,071 ,855 ,346

67 67 67 67

,197 1,000 ,170 ,272*

,071 . ,119 ,012

67 67 67 67

,020 ,170 1,000 -,533**

,855 ,119 . ,000

67 67 67 67

,103 ,272* -,533** 1,000

,346 ,012 ,000 .

67 67 67 67

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N

IPK

OHISK

IPPDK

lama merokok Spearman's rho

IPK OHISK IPPDK

lama merokok

Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). *.

Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). **.


(5)

Indeks Oral Higiene * jenis rokok

Crosstab

3 3 8 14

3,1 4,2 6,7 14,0

21,4% 21,4% 57,1% 100,0%

20,0% 15,0% 25,0% 20,9%

4,5% 4,5% 11,9% 20,9%

12 17 24 53

11,9 15,8 25,3 53,0

22,6% 32,1% 45,3% 100,0%

80,0% 85,0% 75,0% 79,1%

17,9% 25,4% 35,8% 79,1%

15 20 32 67

15,0 20,0 32,0 67,0

22,4% 29,9% 47,8% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

22,4% 29,9% 47,8% 100,0%

Count

Expected Count % within OHISK % within jenis rokok % of Total

Count

Expected Count % within OHISK % within jenis rokok % of Total

Count

Expected Count % within OHISK % within jenis rokok % of Total

sedang

buruk OHISK

Total

rokok kretek rokok putih kombinasi jenis rokok


(6)

Indeks Pendarahan Papila dimodifikasi * jenis rokok

Crosstab

7 11 24 42

9,4 12,5 20,1 42,0

16,7% 26,2% 57,1% 100,0%

46,7% 55,0% 75,0% 62,7%

10,4% 16,4% 35,8% 62,7%

8 9 8 25

5,6 7,5 11,9 25,0

32,0% 36,0% 32,0% 100,0%

53,3% 45,0% 25,0% 37,3%

11,9% 13,4% 11,9% 37,3%

15 20 32 67

15,0 20,0 32,0 67,0

22,4% 29,9% 47,8% 100,0%

100,0% 100,0% 100,0% 100,0%

22,4% 29,9% 47,8% 100,0%

Count

Expected Count % within IPPDK % within jenis rokok % of Total

Count

Expected Count % within IPPDK % within jenis rokok % of Total

Count

Expected Count % within IPPDK % within jenis rokok % of Total

baik

sedang IPPDK

Total

rokok kretek rokok putih kombinasi jenis rokok