An-Nisa Ayat 176 Penafsiran Ayat Kalalah

Dalam riwayat lain dikemukakan bahwa „Umar pernah bertanya kepada Nabi saw. tentang pembagian waris kalalah. Maka Allah menurunkan Ayat ini sebagai pedoman pembagian waris 24 c Penafsiran Wahbah Zuhaili Seorang meninggal tidak punya anak, tapi punya saudara perempuan kandungsaudara dari bapak, maka ia dapat ½ dari bagian. Umar merasa kesulitan untuk memahami tentang hukum kalâlah yang ia tulis dalam kitab shahihainnya Bukhari Muslim. Tiga perkara yang umar sukai dari baginda Rasulullah saw yakni selalu mengingatkan kepada kami dari 3 perkara itu yang termasuk dalam masalah waris, diantaranya masalah pembagian waris untuk kakek, masalah kalâlah dan masalah riba masalah riba disini sebagaimana yang sudah dijelaskan di akhir surat al-baqarah yang menerangkan tentang riba. Dan Ibnu Majah juga meriwayatkan hadis mengenai 3 perkara kalalah, riba, khilafah dalam kitabnya. Makna walad disini meliputi meliputi lakiperempuan, karena pembahasan dalam kalalah orang yang tidak punya anak sama sekali baik lakiperempuan dan tidak punya orang tua. Maksud saudara perempuan sekandungdari bapak di jelaskan dalam ayat 176 adapun saudara perempuan dari ibu Allah telah menerangkan hukumnya di awal surat an-nisaa dengan kesepakatan para ulama sebagaimana yang telah diterangkan. 24 K.H.Q Shaleh, H.A.A Dahlan , dkk , ASBABUN NUZUL , CV Penerbit Diponegoro , Bandung, cet 10 Hal 180 Saudara perempuan mendapatkan ½ kalau seseorang yang meninggal mempunyai anak perempuan. Kalau misalnya mepunyai anak laki – laki saudara perempuan tidak mendapatkan apa-apa. Adapun ayat tersebut menerangkan saudara perempuan yang memperoleh ½ ketika tidak punya anak laki lakiperempuan, maka hal itu bukanlah yang dikehendaki. Dan diisyaratkan pula dalam memperoleh ½ jika sang mayat tidak punya orang tua. Dan syarat ini sudah menjadikan ijma para ulama . Allah berfirman yakni saudara laki – laki yang mewarisi tirkah kepada saudara perempuannya secara keseluruhan dengan ashabah , jika saudara perempuan tersebut tidak punya anak tidak ada ortu yang menghijabnya dari waris. Maksud saudara disini adalah saudara perempuan kandung saudara dari bapak . Adapun saudara perempuan dari ibu maka ia tidak bisa dapat secara penuh, tetapi bagiannya hanya 16. Jika saudara perempuan terdapat dua orang sekandungdari bapak bukan ibu lebih, maka bagi keduanya dapat 23 dari apa yang ditinggalkan saudara laki – laki. Maksud disini adalah 2 saudara perempuan mendapatkan 23 secara bersamaan. Kalau yang menerima waris beberapa saudara lakiperempuan kandung , maka bagiannya laki - laki seumpama bagian 2 wanita. Adapun beberapa saudara dari ibu maka mereka mendapatkan sama 23. 25

C. Analisa

Pendapat Wahbah mengenai Kalâlah adalah seseorang yang meninggal dan tidak memiliki orang tua serta anak . 26 Pendapat Wahbah mengenai Kalâlah disini memiliki persamaan dengan ulama sebelumnya yakni Syeikh Asy - Syinqithi dan Buya Hamka yang mendefinisikan Kalâlah adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak lagi memiliki ayah ibu dan seterusnya dan kerabat yang merupakan cabangnya anak dan seterusnya 27 , ataupun ada orang yang meninggal dan tidak ada lagi ayah – bundanya telah meninggal lebih dahulu , serta tidak pula mempunyai anak yang akan menerima pusakanya. 28 Namun M.Quraish Syihab tidak sependapat dengan Wahbah dalam mendefinisikan Kalâlah yakni seseorang yang meninggal tidak meninggalkan ayah serta tidak meninggalkan anak, 29 dan pendapat Kalâlah menurut M.Quraish Syihab ini memiliki persamaan dengan ulama sebelumnya yakni Ibnu Katsir yang mendefinisikan Kalâlah 25 Wahbah Az-Zuhaili, , Tafsir munir fi al-Aqidah wa asy- Syari’ah wa al-Manhaj , Dimasyq : Dar al-Fikri, 1998, cet. I, Jilid IV, Hal.56 - 58 26 Wahbah Az-Zuhaili, , Tafsir munir fi al-Aqidah wa asy- Syari’ah wa al-Manhaj , Dimasyq : Dar al-Fikri, 1998, cet. I, Jilid IV, Hal.54 27 Syaikh Asy-Syanqithi ; penerjemah Fathurazi, Tafsir Adhwaul Bayan Tafsir Al- qur’an dengan Al-qur’an , pustaka Azzam Jakarta Selatan , 2006 . Hal : 629 28 Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid ke IV , PT. Pustaka PAnjimas, Jakarta 1983. Cet. I , Hal : 285 29 M. Quraish Syihab, Tafsir al - Misbah , Pesan,Kesan, dan Keserasian Al- Qur’an , Jilid 2 , Hal.348 adalah seseorang yang meninggal dan tidak memiliki anak dan ayah. 30 Lain halnya Syeikh asy – Sya’rawi mempunyai pendapat yang berbeda sendiri mengenai definisi Kalâlah yakni , seseorang yang meninggal dunia , dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perenpuan . 31  Penjelasan mengenai bagian – bagian untuk ahli waris :  Bagian untuk saudara laki – laki dan perempuan seibu yang ditinggalkan oleh pewaris Pada Pembagian ini Wahbah berpendapat bahwa seseorang yang meninggal dan ia meninggalkan saudara laki – laki atau saudara perempuan dari ibu, maka masing – masing mendapatkan 16 dari tirkah 32 . Akan tetapi jika jumlah mereka banyak, maka mereka mendapatkan 13 secara bersama – sama. jadi mereka dihukumi sama atau tidak dibedakan antara laki – laki atau perempuan. 33 Pendapat Wahbah mengenai pembagian ini memiliki persamaan dengan para mufasir lainnya, baik ulama sebelumnya maupun penerusnya. Pertama, M.Quraish Shihab berpendapat mengenai pembagian ini jika ada seseorang lelaki meninggal tetapi tidak meninggalkan ayah dan tidak meninggalkan anak, atau jika ada perempuan yang meninggal tetapi ia mempunyai seorang saudara laki-laki atau seorang saudara perempuan dari ibu, maka masing-masing dari kedua jenis 30 M.Nasib ar- Rifa‟I, Tafsir Ibnu Katsir jilid 1, Penerjemah : Syihabuddin, Gema Insai : Hal 865 31 Syekh Muhammad Mutawalli Sya‟rawi , Tafsir Asy-Sya’rawi tim penerjemah Safir al - Azhar , Duta al - Azhar, , PT ikrar mandiri abadi , Jakarta, hal : 492 32 Wahbah Az-Zuhaili, Pnrjmh abdul Hayyie al-Kattani, dkk. Fiqih Islam Wa adillatuhu , Dimasyq : Dar al-Fikri Jakarta : Gema Insani, Mei 2011 cet I, Jilid 10 Hal : 394 33 Wahbah Az-Zuhaili, , Tafsir munir fi al-Aqidah wa asy- Syari’ah wa al-Manhaj , Dimasyq : Dar al-Fikri, 1998, cet. I, Jilid III, Hal : 279 saudara itu seperenam bagian dari harta warisan. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang 13 itu, dibagi dengan rata sesudah dipenuhi wasiat yang diwasiatkannya. 34 Kedua, Syeikh Asy- Syanqithi berpendapat mengenai pembagian ini yang dimaksud dengan saudara – saudara dalam ayat ini adalah jika jumlah saudara itu hanya satu orang maka ia akan mendapat seperenam dari harta warisan, sedangkan jika jumlahnya banyak maka mereka akan bersekutu dalam 13 dari harta warisan baik laki – laki maupun perempuan 35 . dan Ketiga, Buya Hamka berpendapat mengenai pembagian ini seseorang lelaki meninggal dalam keadaan tidak meninggalkan orang tua dan tidak meninggalkan anak, atau demikian juga jika ada perempuan yang meniggal tetapi ia mempunyai seorang saudara laki-laki atau seorang saudara perempuan dari ibu, maka masing-masing dari kedua jenis saudara itu seperenam bagian dari harta warisan. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih dari seorang, Buya Hamka berbeda pendapat, yakni mereka mendapatkan 13 dengan ketentuan yang laki – laki mendapat dua kali bagian perempuan. 36  Bagian suami jika istri yang meninggal dan bagian istri jika suami meninggal Pada pembagian suami maupun istri, Wahbah berpendapat Suami mendapatkan ½ dari tirkah yang ditinggalkan oleh istri ketika mayit tidak meninggalkan anak baik anak laki – laki perempuan dari suamisuami lain , 34 M. Quraish Syihab, Tafsir al - Misbah , Pesan,Kesan, dan Keserasian Al- Qur’an , Jilid 2 , Hal 349 35 Syaikh Asy-Syanqithi ; penerjemah Fathurazi, Tafsir Adhwaul Bayan Tafsir Al- qur’an dengan Al-qur’an , pustaka Azzam Jakarta Selatan , 2006 . Hal 628 36 Hamka, Tafsir al-Azhar, Jilid ke IV , PT. Pustaka Panjimas, Jakarta 1983. Cet. I , Hal : 286