Soeharjo dan Patong dalam Nursiah, 2012 menyatakan bahwa analisis pendapatan usahatani memerlukan dua hitungan pokok, yaitu keadaan penerimaan
dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu yang ditetapkan. Penerimaan usahatani berwujud tiga hal, yaitu :
1. Hasil penjualan tanaman, ternak, dan hasil ternak
2. Produksi yang dikonsumsikan keluarga
3. Kenaikan nilai industri
2.2 Kopi
Kopi adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang ternasuk dalam family Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuh tegak, bercabang, dan tinggi
dapat mencapai 12 meter. Daunnya bulat telur dan ujungnya agak meruncing. Daun tumbuh pada batang, cabang, dan ranting Anonymous, 1982.
2.2.1 Pentingnya Tanaman Kopi
Sudah beberapa abad lamanya, kopi menjadi bahan perdagangan, maka dalam menyukseskan pelita ini, perkebunan kopi mendapat
kepercayaan dan tugas berat dari pemerintah untuk menghasilkan kopi sebagai bahan ekspor. Sebab dari berbagai penjuru dunia banyak orang yang
suka minum kopi, tetapi negaranya tidak menghasilkan kopi, sehingga Negara tersebut harus membeli dari Negara lain. Maka dewasa ini tanaman
kopi lebih meluas. Perluasan perkebunan kopi itu tidak hanya terbatas pada perusahaan
perkebunan besar saja, akan tetapi justru perkebunan rakyatlah yang semakin meluas. Di tahun 2013 luas perkebunan rakyat adalah seluas
1.193,10 Ha dan 47.000,8 Ha luas perkebunan besar. Hal ini dapat kita lihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.1 Luas Areal Tanaman Kopi Perkebunan Rakyat dan Perkebunan Besar, 2005-2013
Tahun Perkebunan Rakyat Ha
Perkebunan Besar 000 Ha 2005
1.202,40 52,9
2006 1.255,10
53,6 2007
1.243,40 52,5
2008 1.236,80
58,3 2009
1.217,50 48,7
2010 1.162,80
47,6 2011
1.185,00 48,7
2012 1.187,70
47,6 2013
1.193,10 47,8
Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan
Daerah-daerah yang rakyatnya banyak menanam kopi adalah Aceh, Sumatera SelatanLampung, Bali dan Sulawesi Selatan. Sedangkan yang
diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar adalah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dengan demikian yang menghasilkan bahan ekspor itu bukan hanya
perkebunan besar saja, tetapi tanaman rakyat pun menghasilkan bahan ekspor.
Dari hasil ekspor ini, negara dapat memperoleh uang dalam jumlah besar, sehingga dapat dipergunakan untuk membeli alat-alat dan bahan-
bahan industri yang belum bisa dibuat. Di samping itu tanaman kopi juga mempunyai fungsi sosial dan ekonomi, sebab dengan adanya perkebunan
tersebut, berarti memberi kesempatan kerja bagi mereka yang memerlukannya dan dapat juga meningkatkan pendapatan para petani kopi
AAK, 1988. 2.2.2
Sejarah Perkembangan Kopi Di Dunia
Nama-nama jenis kopi sulit ditentukan, karena spesies ditentukan oleh beberapa pengarang buku dari 25 sampai 100 lebih. Wellmann 1961
menyusun daftar sebanyak 64 spesies, tetapi ada yang hanya dianggap sebagai varietas saja. Maka jenis spesies yang tepat kurang lebih ada 60.
Kebanyakan spesies itu terdapat di Afrika tropis, yakni sebanyak 33 spesies, 14 spesies di Madagaskar, 3 spesies di Mauritius dan Reunion, 10 spesies di
Asia tenggara tropis. Ditinjau dari segi ekonomi, spesies yang terpenting ialah kopi arabika
yang menghasilkan 90 dari kopi dunia pada waktu belum ada robusta J.E. Purseglove; kopi canephora 9 dan kopi liberika kurang dari 1 AAK,
1988. 1.
Kopi Arabika Kopi arabika adalah jenis biji tertua dan merupakan yang paling
banyak dibudidayakan. Kopi arabika tumbuh baik secara alami pada ketinggian sekitar 1.500 - 2.000-an meter di atas permukaan laut.
Daerah asal kopi arabika adalah pegunungan Ethiopia Afrika. Dari Ethiopia kopi tersebut tersebar ke Negara Arab semenjak tahun 575.
Di Indonesia kopi arabika pertama kali dibawa ke Jawa pada tahun 1696 oleh bangsa Belanda AKK, 1988. Jenis arabika mempunyai
ciri-ciri sebagai berikut : Habitus : Perdu, tinggi 2-3 meter
Batang : Tegak, bulat, percabangan monopodial, permukaan kasar.
Daun : Tunggal, berhadapan, lonjong, panjang 8-15 cm, lebar 4-7
cm. Bunga
: Majemuk, bentuk payung, kelopak lonjong, lima helai, panjang 3 mm, tangkai benang sari berlekatan.
Buah : Bulat telur, diameter 0,5-1 cm, masih muda hijau setelah
tua merah. Biji
: Berbentuk bola. Akar
: Tunggang, kuning muda. 2.
Kopi Robusta Kopi jenis robusta di temukan pada tahun 1870-an, tumbuh liar di
Kongo. Pohon robusta merupakan tanaman yang tumbuh pada ketinggian rendah permukaan laut sampai 600 meter. Tahan pada
kelembaban dan lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan kopi arabika. Kopi robusta matang dalam waktu sekitar setangah dari
waktu yang dibutuhkan kopi arabika dan menghasilkan hampir dua kali lebih banyak buah kopi. Jenis tanaman robusta ini aslinya tumbuh
di hutan belantara dengan keadaan tanaman yang sangat padat dan dapat hidup dari permukaan laut sampai pada ketinggian 1.500 meter.
Temperatur yang dikehendaki untuk jenis ini ialah sekitar 21-24
o
c. Kopi robusta memiliki ukuran biji kopi yang besar. Bentuknya oval,
tinggi kafein dan memiliki aroma yang kurang harum. Robusta dapat dikembangkan dalam lingkungan dimana arabika tidak dapat tumbuh.
Ciri-ciri kopi robusta adalah : Habitus : Perdu, tinggi 5 meter.
Batang : Berkayu, keras, putih keabu-abuan.
Daun : Tunggal, bulat telur, panjang 5-15 cm, lebar 4-6.5 cm.
Bunga : Majemuk, mahkota berbentuk bintang.
Buah : Diameter 5 mm, warna hijau setelah tua kemerahan.
Biji : Bulat telur, berbelah dua, keras.
Akar : Tunggang, kuning muda.
3. Kopi Liberika
Kopi liberika adalah jenis kopi yang berasal dari Liberia dan Afrika Barat. Kopi ini dapat tumbuh hingga 9 meter. Kopi liberika
menghendaki syarat-syarat tumbuh yang lebih ringan bila dibandingkan dengan kopi arabika dan robusta. Tanaman ini lebih
mudah menyesuaikan diri dan dapat tumbuh di dataran rendah dan iklim yang panas. Letak ketinggian dari permukaan laut menentukan
besar kecilnya hujan dan kekuatan pancaran sinar matahari. Semakin tinggi letaknya akan semakin banyak hujan, tetapi semakin kurang
jumlah pancaran sinar matahari. Kesemuanya ini akan berpengaruh besar terhadap perkembangan bunga dan pembentukan buah.
Kopi ini memiliki beberapa karakteristik. Yaitu : • Ukurannya lebih besar dari kopi arabika dan robusta
• Berbuah sepanjang tahun • Kualitas buah relatif rendah
• Ukuran buah tidak merata • Tumbuh baik di dataran rendah
2.2.3 Sejarah Perkebunan Kopi Di Indonesia