Rumusan Masalah Kerangka Pemikiran

15 dilandasi prinsip saling percaya,menghargai, dan menghormati. Dalam kerjasama internasional yang mencakup bidang ataupun aspek social,politik,ekonomi, maupun pertahanan dan keamanan dapat dilakukan lebih dari dua Negara maupun lembaga yang terlibat. Menurut K.J Holsti, istilah kerjasama internasional berarti Holsti, 1988 : “Pandangan bahwa dua atau lebih kepentingan, nilai, atau tujuan saling bertemu dan saling menghasilkan sesuatu , dipromosikan, atau dipenuhi oleh semua pihak sekaligus” Kerjasama internasional bukan saja dilakukan antar negara secara individual tetapi juga dilakukan antar negara yang bernaung dibawah organisasi atau lembaga internasional. Mengenai kerjasama internasional, Koesnadi Kartasasmita mengemukakan bahwa kerjasama internasional merupakan suatu keharusan sebagai akibat adanya hubungan interdependensi dan bertambahnya kompleksitas kehidupan manusia dan masyarakat internasional Kartasasmita, 1977:19. Mencermati tujuan utama suatu Negara dalam melakukan kerjasama internasional adalah untuk memenuhi kepentingan nasionalnya, yang tidak dimiliki di dalam negeri. Untuk itu, negara perlu memperjuangkan kepentingan nasionalnya di luar negeri. Dalam 16 kaitannya itu, diperlukan suatu kerjasama untuk mempertemukan kepentingan nasional antar Negara Dam Riswandi, 1955:15. Kerjasama internasional dilakukan sekurang-kurangnya harus memiliki dua syarat utama, yaitu pertama, adanya keharusan untuk menghargai kepentingan nasional masing-masing pihak yang terlibat. Tanpa adanya penghargaan, tidak mungkin dapat dicapai suatu kerjasama yang diharapkan. Kedua, adanya kepentingan bersama dalam mengatasi setiap persoalan yang timbul. Untuk mencapai keputusan bersama diperlukan komunikasi dan konsultasi secara berkesinambungan Dam Riswandi, 1955:16. Kerjasama dapat terjadi dalam konteks yang berbeda. Kebanyakan transaksi dan interaksi kerja sama terjadi secara langsung di antara dua negara yang menghadapi masalah atau hal tertentu yang mengandung kepentingan bersama. Usaha kerjasama lain juaga dijalankan dalam berbagai organisasi dan lembaga internasional. Beberapa organisasi internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, didasarkan ats kedaulatan setiap anggota ; mereka tidak dapat bertindak tanpa izin pihak-pihak yang terlibat dalam suatu isu dan perjanjian untuk bekerja sama biasanya hanya dibuat sesuai dengan keinginan anggota yang paling sedikit bekerja sama. Disamping kerjasama sederhana bilateralyang berifat incidental diantara dua negara dan 17 koordinasi multilateral kebiakan nasional atau pembentukan peraturan dalam lembaga-lembaga internasional aatau supranasional, ada kerja sama yang tidak dilembagakan yang disebut oleh Karl Deutch sebagai “masalah keamanan pl uralistik”. Dalam masyarakat keamanan pluralistik, dua negara atau lebih mempunyai banyak transaksi dan interaksi yang hampir terus-menerus, tetapi tidak perlu organisasi resmi untuk kerjasama Holsti, 1988:210-211 Seiring dengan berjalannya waktu, kerjasama di antara negara-negara intensitasnya semakin tiggi dan cakupannya semakin luas. Kerjasama multilateral tak terhindarkan lagi, sehingga ide pembentukan organisasi interasional Inter- Govermental OrganizationIGO dirasakan perlu untuk dibentuk Widjajanto, Monika, Kusumastuti, 2007. Menurut Imber terdapat 5 tujuan ideal negara mendirikan institusi internasional , yaitu Imber, 1992 : a menyediakan informasi bagi anggota-anggotanya, b menciptakan norma atau aturan yang mengatur tingkah laku anggotanya, c menciptakan aturan yang mengekang anggotanya sebab kerap sekali tak dihiraukan, d Organisasi internasional dapat meninjau aturan-aturan yang mereka buat, e dan organisasi internasional memberikan program atau pelayanan bagi anggota atau bagi komunitas yang lebih luas. 18 Kerusakan lingkungan hidup menjadi perhatian di lingkungan global,dimana aktor-aktor non negara memainkan peranan penting dalammerespon permasalahan lingkungan hidup internasional. Respon terhadappermasalahan lingkungan globalberfokus pada perkembangan danimplementasi dari rezim lingkunganhidup internasional Greene, 1996:202. Secara khusus makna lingkungan hidup itu sendiri yaitu seluruh kondisi eksternal yang mempengaruhi kehidupan dan peranan organisme. Kerjasama internasional dalam menagani isu lingkungan hidup global diarahkan untuk mencari kesepakatan ukuran-ukuran, patokan-patokan dan norma- norma internasional yang sah serta cara penerapannya. Berkaitan dengan masalah di kawasan Coral Triangle, Indonesia sebagai kawasan yang memiliki bentang terluas dalam kawasan tersebut berinisiatif dan mendorong negara-negara yang meliputi kawasan untuk bersama-sama menemukan solusi untuk memecahkan persoalan dalam kawasan tersebut. 2. Konsep rezim internasional Rezim berasal dari bahasa latinregimen sebuah aturan atau regere untuk mengatur Aggarwal, 1985. Dalam sistem Internasional, Intergovernmental Organizations IGOs mempunyai konstribusi untuk mengatur kerja sama. Secara 19 umum fungsi Organisasi Internasional dalam dunia Internasional menurut Karent Mingst adalah mempunyai kontribusi untuk mengatur kerjasama membantu menyelesaikan perselisihan, memfasilitasi pembentukan jaringan antar pemerintah dan antar bangsa, sebagai arena perundingan Internasional, sebagai tempat penciptaan rezim internasional. Menurut Stephen D. Krasner yang dimaksud rezim adalah “principle,norms, rules, and decisión-making procedures around which actor„s expectation converge in a given issue areal ” yang berarti suatu tatanan yang berisi kumpulan prinsip, norma, aturan, proses pembuatan keputusan, yang bersifat eksplisit maupun implisit, dan saling berkaitan dengan ekspektasi atau pengharapan aktor-aktor dan memuat kepentingan aktor tersebut dalam Hubungan Internasional Mingst, 1998. Menurut definisi ini, rezim memuat peran dan pedoman tingkah laku sehingga rezim dapat meningkatkan keakuratan tindakan dan rasa aman antar aktor internasional, hal ini membuat rezim dapat dipandang sebagai institusi Widjajanto, Monika, Kusumastuti, 2007. Krasner meletakan perkembangan rezim sebagai sebuah variabel yang dependen sedangkan variabel awal yang mempengaruhi dan dapat menjelaskan perkembangan rezim dibagi kedalam 5 poin yang paling utama, yaitu: 20 a. Kepentingan sikap aktor menyatu pada hasrat bersama untuk memaksimalisasi fungsi kegunaannya masing-masing, dimana ini tidak termasuk fungsi kegunaannya bagi negara lain. Variable ini hanya prihatin pada prilaku negara anggota lain apabila prilaku tersebut mempengaruhi kepentingan mereka Egoistic self-interest . b. Keputusan politik merupakan variabel kedua yang mempunyai dua macam orientasi terhadap penggunaan power, yaitu kekuasaan terhadap kepentingan umum power in service of the common good dan Kekuasaan terhadap kepentingan tertentu power in the service of particular interest. c. Norma-norma dan prinsip merupakan dua komponen kritis yang dapat mencerminkan karakteristik dari suatu rezim. d. Pemanfaatan dan kebiasaan Pemanfaatan menyatu pada prilaku dasar berdasarkan kegiatan aktual sedangkan kebiasaan merupakan kegiatan yang telah berlangsung lama. e. Pengetahuan merupakan landasan untuk kerjasama dengan menjelaskan interkoneksi yang kompleks yang sebelumnya tidak dimengerti 21 Masalah lingkungan hidup bisa memberikan tekanan pada negara untuk terlibat dalam kerjasama internasional yang lebih besar. Pengaplikasian keefektivitasan rezim dapat dilihat melalui rezim lingkungan internasional. Hurrel dan Kingbury menjelaskan adanya kebutuhan rezim lingkungan internasional seiring dengan meningkatnya skala permasalahan lingkungan dari lokal dan regional menuju global. Untuk menangani hal tersebut, maka dibutuhkan seperangkat aturan yang mampu disediakan oleh rezim dan institusi. Aturan-aturan yang dimaksud adalah seperti penciptaan hukum rezim lingkungan untuk menurunkan tingkat ketidakpastian permasalahan yang akan berujung pada ketidakefektifan rezim Rahmadhani, 2013. 3. Multitrack diplomacy Diplomasi merupakan agenda rutin sebuah negara untuk menjalin kerja sama dengan negara lain. Dewasa ini, aktivitas diplomasi menunjukkan peningkatan peran yang sangat signifikan seiring dengan semakin kompleksnya isu-isu dalam hubungan internasional. Hubungan internasional pun tidak lagi semata-mata dipandang sebagai hubungan antar negara namun juga meliputi hubungan antar masyarakat internasional. Dengan demikian, diplomasi tradisional atau yang dikenal dengan istilah first track diplomacy yang hanya melibatkan peran pemerintah dalam 22 menjalankan misi diplomasi, tentu saja tidak akan efektif dalam rangka menyampaikan pesan-pesan diplomasi terhadap suatu negara. Oleh karena itu, aktivitas diplomasi publik yang melibatkan peran serta publik akan sangat dibutuhkan dalam rangka melengkapi aktivitas diplomasi tradisional. Globalisasi membuka ruang keterlibatan publik dalam diplomasi. Diplomasi bukan lagi melulu urusan Pemerintah. Hubungan internasional tidak lagi semata-mata dipandang sebagai hubungan antarnegara, tapi juga meliputi hubungan antarmasyarakat internasional. Multi-track diplomacy merupakan suatu perluasan dan pembedaan antara first track diplomacy dan second track diplomacy yang dibuat oleh Joseph Montville di tahun 1982. Menurut Louis Diamond,multi-track diplomacy dinyatakan sebagai hubungan diplomasi antar bangsa yang dapat dikategorikan dengan diplomasi masyarakat atau diplomasi publik yang merupakan sistem dari beberapa komponen proses dari suatu tindak diplomasi Diamond McDonald, 1991. Louise Diamond dan McDonald mengembangkan kedua jalur tersebut menjadi sembilan jalur yakni: Pemerintah, conflict resolution professionals, bisnis, warga negara, penelitian, pelatihan dan pendidikan, aktivisme, agama, pendana atau pemberi dana dan media. 23 Diagram Multitrack System Track one diplomacy adalah diplomasi yang dilakukan oleh aktor negara yakni pemerintah government-to-government dan merupakan elemen penting dalam diplomasi. Track one diplomacy dilakukan dengan mempertimbangkan aspek formal dalam proses pemerintahan karena dilakukan oleh kepala negara ataupun diplomat professional serta wakil-wakil yang telah diberi instruksi oleh negara yang berdaulat. Track two diplomacy adalah bentuk diplomasi yang dilakukan oleh aktor-aktor non-negara dalam situasi informal untuk dapat menangani konflik-konflik antar kelompok masyarakat yang tujuannya menurunkan ketegangan dengan cara meningkatkan komunikasi dan saling pengertian untuk menciptakan perdamaian Gambar 1.1 24 dunia. Menurut McDonald, diplomasi jalur kedua ini adalah sebagai pendukung diplomasi jalur pertama dalam membuka jalan bagi negosiasi-negosiasi dan kesepakatan yang dilakukan oleh Pemerintah. Track three diplomacy adalah diplomasi bisnis yang melibatkan peran para pelaku bisnis melalui peluang kegiatan kerjasama internasional di bidang ekonomi guna menjalin relasi dengan negara-negara lain melalui komunikasi ataupun jaringan bisnis untuk membantu menciptakan perdamaian dan memperkokoh interaksi kerjasama bisnis dan perekonomian antarnegara. Track four diplomacy menggambarkan keikutsertaan masyarakat dalam diplomasi yang disebut citizen diplomacy. Peran seluruh lapisan masyarakat akan lebih mudah dan jangkauannya luas dalam menjalin relasi untuk mewujudkan perdamaian dan kerjasama baik itu melalui kegiatan pertukaran, organisasi sukarela dan organisasi non-Pemerintah lainnya, special-interest groups hingga para selebritis dinyatakan sebagai aktor baru dalam dunia perpolitikan global. Keterlibatan masyarakat luas dalam diplomasi multi jalur merupakan sebuah kecenderungan baru di era globalisasi sebagai ungkapan kepedulian dan tanggung jawab terhadap masalah-masalah yang terkait kebijakan luar negeri dan perdamaian dunia. 25 Track five diplomacy merupakan media yang dirancang untuk menghasilkan dan mentransfer informasi yang relevan dalam suatu konflik atau pilihan kebijakan yang direkomendasikan. Track six diplomacy melibatkan aktivis perdamaian,lingkungan, HAM dan isu- isu sosial lainnya. Dalam track ini,aktivis mencoba mengubah sikap, kebijakan, atau lembaga atau dalam pihak oposisi. Track seven diplomacy merupakan upaya masyarakat agama untuk terlibat dalam upaya rekonsiliasi pihak yang berkonflik. Track eight diplomacy terdapat organisasi maupun pihak yang memberi dukungan finansial dalam kegiatan yang berlansung di track lainnya yang memiliki masalah yang terus-menerus. Track nine diplomacy yang memainkan peran media tentunya dapat memberikan pengaruh yang signifikan dalam menyampaikan informasi dan aspirasi rakyat hingga menciptakan opini publik guna menjaga perdamaian dan meningkatkan kerjasama. Track nine diplomacy adalah bentuk diplomasi bagaimana opini publik dibentuk dan diekspresikan oleh berbagai elemen media. Di era globalisasi kini, media semakin berperan penting karena dengan mudah menyebarkan informasi 26 maupun peristiwa teraktual dari seluruh belahan dunia melalui televisi ataupun jaringan internet, sehingga sangat membantu dalam proses penyelenggaran diplomasi suatu negara. Media bertindak sebagai messenger dan berada dalam lingkaran sentris untuk menghubungkan peran para aktor multi-track diplomacy yang berperan aktif dalam membangun saling pengertian dan toleransi antarnegara, antar budaya ataupun antar agama. Pelaksanaan multi-track diplomacy didasarkan pada kesadaran dan keinginan aktor non-negara secara umum dari berbagai kalangan yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang berbeda-beda untuk melakukan usaha menciptakan peacemaking dan peacebuildingDiamond McDonald, 1991. Di dalam konsep multi-track diplomacy , sebuah negara memiliki beberapa pilihan track untuk menjalankan diplomasinya.Dirintis dari tahun 1960-anoleh Herbert Kelman, Edward Azar, John McDonald, John Burton, Johan Galtung, Joseph Montville, Harold Sanders dan lainnya, second track diplomacy semakin diakui sebagai komponen penting dalam proses multi-layered diplomatic yang bertujuan mengubah kekuatan dinamis kompleks, konflik berkepanjangan dalam proses keterlibatan yang konstruktif dan penggabungan pemecahan masalah Davies Kaufman, 2003. 27 Sebagai instrument soft power, perkembangan multitrack diplomacy tergolong pesat. Pesatnya perkembangan ini dipicu oleh kenyataan bahwa upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah dalam diplomasi jalur pertama dianggap telah gagal mengatasi konflik-konflik antarnegara. Kegagalan diplomasi jalur pertama telah mengembangkan pemikiran untuk meningkatkan diplomasi publik sebagai cara alternatif untuk menyelesaikan konflik-konflik antarnegara Diamond McDonald, 1991. Penerapan multi-track diplomacy akan semakin mendorong jaringan kerjasama suatu negara dengan negara lain karena komponen para aktor dalam multi-track diplomacy menempati posisi berbeda tetapi terkait satu sama lain dan saling berinteraksi untuk membangun kerjasama yang strategis, terlebih lagi media semakin bisa membentuk opini publik secara efektif yang dapat mempengaruhi tindakan pemerintah mengambil kebijakan melalui apa yang ditampilkan dalam berita melalui media cetak, media elektronik dan tentunya media online internet Diplomasi sebagai proses kunci melaksanakan komunikasi dan negosiasi bangsa Indonesia dengan bangsa lain untuk memperoleh bantuan internasional memerlukan keterlibatan seluruh komponen bangsa dalam berdiplomasi yang tidak 28 hanya melibatkan pemerintah satu dengan pemerintah lainnya tetapi juga masyaarkat seperti organisasi non pemerintah NGO ikut ambil bagian dalam proses kerjasama antar bangsa tersebut Saefudin, 2008. Menurut SBY, Indonesia tetap menjalankan politik bebas aktif namun kali ini dengan sistem diplomasi segala arah yang memungkinkan menjalin kemitraan dengan berbagai negara di dunia. Dalam pernyataannya yang dikutip dari ANTARA News, mengatakan bahwa Indonesia menjalin kemitraan dan bersahabat dengan berbagai negara sepanjang menguntungkan kepentingan bangsa dan negara Yudhoyono, 2008. Diplomasi Soft Power dengan menggunakan Diplomasi Multijalur Multi- track diplomacy yang diterapkan oleh pemerintahan SBY dalam kebijakan PLNRI adalah merupakan reaksi dan adaptasi pemerintahan SBY atas globalisasi. Dampak dari globalisasi mensyaratkan pentingnya kerjasama antar negara-negara dalam tata hubungan internasional dengan penekanan pada aspek soft power, mengingat dewasa ini tata hubungan internasional telah meninggalkan iklim persaingan idiologi maupun militer. 29

D. Hipotesa

Berdasarkan pada asumsi – asumsi yang sesusai dengan kerangka pemikiran, penulis menduga bahwa : Upaya Indonesia dalam menanggulangi kerusakan lingkungan di kawasan Coral Triangle dilakukan melalui 2 cara : - Pertama, pada level rezim internasional Indonesia mempelopori kerjasama internasional dengan membentuk Coral Triangle Initiative serta membuat berbagai kebijakan lingkungan kelautan untuk menanggulangi dan memberdayakan ekosistem kelautan demi kelangsungan hidup manusia. - Kedua, Indonesia mengajak peran serta dan dukunganberbagai stakeholder yang bukan hanya negara dalam kawasan melainkan juga negara luar kawasan, NGO lingkungan, IGO, media massa, aktivis, korporasi internasional maupun civil society ntuk berpartisipasi dalam melakukan upaya-upaya penyelamatan,pemberdayaan, dan pengelolaan kawasan secara berkelanjutan melalui implementasi kebijakan dalam regional plan of action. 30

E. Metode Penelitian

1. Tipe penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam tulisan ini adalah deskriptif, dimana metode deskriptif bertujuan untuk menjelaskan dan menggambarkan upaya kerjasama interasional dalam menangani kerusakan lingkungan di kawasan Segitiga Terumbu Karang serta penanggulangan dampak kerusakan yang ditimbulkan. 2. Teknik pengumpulan data Dalam tulisan ini penulis menggunakan metode telaah pustaka Library Search yaitu dengan mengumpulkan data dari literatur yang berhubungan dengan permasalahan yang akan dibahas, dan kemudian menganalisanya. Literatur ini berupa buku-buku, dokumen, jurnal-jurnal, majalah, surat kabar, dan situs-situs internet ataupun laporan-laporan yang berkaitan dengan permasalahan yang akan penulis teliti. 3. Jenis data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah sekunder. Data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui berbagai literatur yang menyangkut dan sesuai dengan objek penelitian. Data sekunder yang dibutuhkan adalah data yang diperoleh dari 31 beberapa sumber sumber ,baik berupa buku, jurnal, surat kabar, dan dokumen- dokumen yang terkait objek yang diteliti 4. Analisa data Dalam mengkaji masalah ini penulis menggunakan analisa data kualitatif karena data yang diperoleh tidak bisa diukur secara statistik-matematis. Dalam penulisan ini, data sekunder yang dipakai mayoritas berupa pendapat orang dan data pendukung kualitatif lain yang mencerminkan sikap, perilaku, pandangan dan ideologi seseorang yang tercermin dalam berbagai bentuk publikasi, baik cetak maupun elektronik. 5. Jangkauan penulisan Untuk memudahkan penulis di dalam menganalisis bahan, maka penelitian ini memerlukan batasan. Penelitian ini memfokuskan kerjasama negara-negara kawasan Segitiga Terumbu Karang daam Coral Triangle Initiative mulai kurun waktu 2007 hingga 2015. Namun ada kemungkinan penulis akan sedikit menyinggung masalah di luar tersebut, jika dianggap perlu dan relevan dengan penelitian ini.