Perilaku profesional mahasiswa Pembahasan
Hal ini sesuai dengan penelitian Passi et. al 2010 yang menyatakan adanya korelasi antara perilaku yang tidak memuaskan pada catatan
di sekolah dengan perilaku yang selanjutnya. Seharusnya mahasiswa juga dapat berjuang untuk kejujuran dan menghindari kecurangan atau
plagiarisme MSU, 2008. Integritas akademik dan kejujuran merupakan dasar bagi reputasi institusi pendidikan dan lulusannya.
Sehingga sangat penting bagi semua anggota institusi pendidikan untuk mempromosikan dan melindungi integritas akademik dan
kejujuran Faculty of Engineering University of Victoria, 2000. Untuk mengurangi risiko lulusan yang berperilaku tidak profesional, calon
mahasiswa harus dinilai untuk atribut non kognitif yang mungkin bisa menjadi prediksi perilaku profesional dimasa mendatang Passi et. al,
2010. Pada sikap caring and compassion mahasiswa terlihat pada
kegiatan menjenguk teman yang sakit, memberikan solusi ketika temannya ada masalah, mempunyai kepedulian yang tinggi, dan mau
bersosialisasi. Seperti yang dikemukakan oleh MSU 2008, mahasiswa diharapkan dapat berbelas kasih, menggunakan empati
untuk merasakan pengalaman dan keprihatinan orang lain. Karena sikap tersebut dapat membantu mahasiswa dalam menghadapi
tantangan kerja profesional. Sehingga membangun iklim yang humanisme di lingkungan pendidikan akan sangat mempengaruhi
perkembangan peserta didik terhadap penerapan nilai, sikap dan keterampilan yang tepat Yung, 2011.
Penerapan respect for others mahasiswa meliputi sikap menghormati baik terhadap, dosen, karyawan maupun mahasiswa
yang lain dan mau menerima budaya mahasiswa lain yang memang berbeda-beda. MSU 2008 menjelaskan bahwa mahasiswa harus
mampu mempertahankan sikap dan perilaku menghormati. Rasa hormat tersebut membutuhkan apresiasi perasaan, keyakinan, dan
pengalaman orang lain. Dengan demikian, mahasiswa dapat belajar
53
tentang perbedaan kelompok sosial dan budaya sehingga akan menimbulkan pemahaman yang lebih dalam. Selain itu, dengan sikap
menghormati dan menghargai mahasiswa dapat menunjukkan komitmen untuk menyelesaikan konflik secara musyawarah,
menunjukkan kepekaan terhadap kebutuhan, perasaan, dan keinginan anggota tim, dan menunjukkan kerendahan hati dalam interaksi
dengan orang lain Yung, 2011. Responsibility and accountability mahasiswa dinilai masih kurang
dan perlu diperbaiki. Mahasiswa dinilai kurang disiplin terhadap waktu dan peraturan yang berlaku di institusi. Hal ini senada dengan
penelitian yang dilakukan oleh Ainsworth, M. A and Szauter, K. M 2006, bahwa mayoritas responden menyatakan penyimpangan
perilaku profesional mahasiswa terkait tanggung jawab dan integritas. Menurut MSU 2008, seharusnya mahasiswa menyadari bahwa
sebagai seorang profesional dia memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa tujuan profesional terpenuhi pada kondisi apapun.
Seorang mahasiswa yang menerima tanggung jawab profesional akan memberikan kontribusi dalam pembelajaran yang positif dan
lingkungan disekitarnya. Mahasiswa akan hadir dan tepat waktu untuk kegiatan yang merupakan bagian integral dari pengalaman dan
kebutuhan belajarnya. Mereka akan bertanggung jawab untuk memberitahu orang lain terlebih dahulu bila memungkinkan ketika
terlambat. Kurangnya disiplin mahasiswa dapat disebabkan oleh beberapa
hal, antara lain kurangnya kesadaran mahasiswa, kebiasaan, ataupun pengaruh dari lingkungan. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto
2003, yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi disiplin siswa yaitu adanya dorongan dari dalam diri siswa intern seperti
pengetahuan, kesadaran, ketaatan, dan latihan berdisiplin. Sedangkan dorongan dari luar siswa ekstern mencakup lingkungan, teman,
54
saudara, kebiasaan pembinaan dari rumah, pengawasan, hukuman, nasehat dan sebagainya.
Sikap excellence and scholarship mahasiswa masih terbatas pada pengembangan diri melalui keikutsertaan dalam seminar-seminar dan
browsing materi di internet dan perpustakaan. Mahasiswa diharapkan menguasai pengetahuan dasar, keterampilan, dan sikap yang relevan
dengan bidangnya yang merupakan kebutuhan seumur hidup. Mahasiswa dapat meningkatkan kompetensinya dengan belajar secara
individu maupun dalam kelompok MSU, 2008. Sedangkan self-critical dan peer study group belum sepenuhnya dilaksanakan. Hal tersebut
dipengaruhi oleh karena keterbatasan individu mahasiswa dan kurangnya kesadaran mahasiswa terhadap pentingnya pengembangan
diri. Hal tersebut sesuai dengan pendapat MSU 2008, dimana
mahasiswa diharapkan dapat mengidentifikasi dan mulai mengatasi keterbatasan pribadi dan hambatan lain untuk pembelajaran dan
pengembangan diri. Sikap Leadership mahasiswa untuk menjadi seorang pemimpin
dinilai masih kurang. Hal tersebut dapat dipengaruhi karena masih kurangnya jiwa kepemimpinan mahasiswa, kurangnya skill
kepemimpinan, kurangnya kemampuan untuk membangun suatu budaya yang memfasilitasi profesionalisme, dan kurangnya role model
yang tepat. Menurut Yung 2011 ada tiga faktor utama yang mempengaruhi perkembangan profesionalisme, yaitu pembelajaran
formal, role-modelling, dan budaya dari lingkungan. Hal ini
diperkuat dengan pendapat Passi et. al 2010, dimana institusi perlu melibatkan
anggota fakultas dalam analisis lingkungan pendidikan dan memberikan role model sehingga peserta didik dapat memahami,
merenungkan dan menggunakannya sebagai pengalaman belajar yang efektif. Hal tersebut akan membantu siswa mengidentifikasi role
model sebagai modalitas penting untuk mempelajari profesionalisme,
55
termasuk keteladanan anggota fakultas dan teman-teman Baernstein et. al, 2009.