36
3.8. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan : 1. Metode studi pustaka yaitu dengan mengkaji berbagai literatur pustaka
seperti jurnal, makalah, dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan topik penelitian.
2. Metode dokumentasi yaitu dengan cara mencatat atau mendokumentasikan data seperti laporan keuangan perusahaan sesuai data yang diperlukan yang
tercantum pada Bursa Efek Indonesia, www.idx.co.id
.
3.9. Metode Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunkan SPSS versi 22.
3.9.1. Analisis Deskriptif
Sangadja dan Sopiah 2010:210 menyatakan “analisis deskriptif adalah analisis yang lebih hendak menggambarkan fakta sebagaimana adanya”. Selain
itu analisis ini juga bertujuan untuk mengumpulkan, mengklasifikasikan, menganalisis, mengemukakan, dan menggambarkan data secara sistematis dan
objektif, sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai objek yang diteliti.
3.9.2. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan uji analisis regresi linear berganda, maka hal yang pertama dilakukan adalah uji asumsi klasik, yang bertujuan untuk
mendapatkan nilai estimasi yang diperoleh bersifat BLUE Best, Linear, Unbiased, and Estimator, yang artinya nilai estimator yang terbaik, estimator
Universitas Sumatera Utara
37 yang linear, dan estimator yang tidak bias. Maka data-data yang digunakan
dalam analisis regresi terlebih dahulu akan diuji normalitas, uji multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi yang dibentuk dari variabel dependen dan independen mempunyai distribusi normal
Gujarati, 2003;45. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisi grafik dan analisis
statistik. Penelitian ini menggunakan analisis statistik dengan uji Kolmogrov Smirnov. Pedoman pengambilan keputusan rentang data tersebut mendekati
atau merupakan distribusi normal berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov dapat dilihat dari :
a. Apabila nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas yang terdapat pada kolom Kolmogorov-Smirnov dan kolom Shapiro-Wilk lebih kecil dari alpha
atau tingkat kesalahan yang ditetapkan 0,05, maka data yang dianalisis tersebut terdistribusi secara tidak normal.
b. Apabila nilai Sig. Atau signifikansi atau nilai probabilitas yang terdapat pada kolom Kolmogorov-Smirnov dan kolom Shapiro-Wilk lebih besar
dari alpha atau tingkat kesalahan yang ditetapkan 0,05, maka data yang dianalisis tersebut terdistribusi secara tidak normal.
2. Uji Multikolinearitas
Multikolinieritas adalah situasinya korelasi variabel-variabel bebas diantara satu dengan yang lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya
Universitas Sumatera Utara
38 Multikolinieritas dalam model regresi dapat dilihat dari nilai Tolerance dan
Variance Inflation Factor VIF. Salah satu ciri persamaan regresi yang mengalami masalah multikolonieritas adalah nilai R2 yang tinggi namun
memiliki sedikit variabel independen yang mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Jika nilai Tolerance 0,10 atau VIF 10 maka
terjadi multikolinieritas Ghozali,2006;67.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 sebelumnya.Jika terjadi korelasi, maka ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu dengan yang lain. Masalah ini timbul karena residual kesalahan pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi
lainnya, biasanya dijumpai pada data deret waktu time series. Konsekuensi adanya autokorelasi dalam model regresi adalah variance sample tidak dapat
menggambarkan variance populasinya, sehingga model regresi yang dihasilkan tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai
independen tertentu Ghozali, 2006:73. Kriteria pengujian Autokorelasi dengan menggunakan pengujian Durbin Watson DW adalah sebagai berikut:
a. Angka DW di bawah -2 berarti ada autokorelasi positif, b. Angka DW di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada autokorelasi,
c. Angka DW di atas +2 berarti ada autokorelasi negatif.
Universitas Sumatera Utara
39
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari resideal satu pengamatan ke pengamatan
yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedasitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Untuk menguji ada tidaknya
heteroskedastisitas pada penelitian ini digunakan grafik plot antara nilai prediksi variabel dependen ZPRED dengan risidualnya SRESID melalui
program SPSS. Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilihat dengan ada atau tidaknya pola tertentu pada grafik sctter plot antara SRESID dan
ZPRED. Dasar pengambilan keputusan Ghozali,2006:78 : a. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titiki yang membentuk suatu pola yang
teratur bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka telah terjadi Heteroskedastisitas.
b. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik melebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.
3.9.3. Regresi Linear Berganda
Model persamaan regresi yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tobins Q = a + b1ROA + b2CR + e
Keterangan: Tobin’s Q : Nilai Perusahaan
a : Konstanta
Universitas Sumatera Utara
40 b
: Koefisien Regresi ROA
: Variabel Profitabilitas CR
: Variabel Likuiditas e
: Error Menurut Ghozali 2006:108, ketepatan fungsi regresi tersebut dalam
menaksir nilai aktual dapat diukur dari goodness of fit-nya, yang secara statistik dapat diukur dari koefisien determinasi.
3.9.3.1. Uji Koefisien Determinasi
Uji Koefisien determinasi R2 pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati suatu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determinasi adalah hubungan terhadap jumlah variabel independen yang
dimasukkan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel
tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Oleh karena itu, banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan
nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan ke dalam model.
Universitas Sumatera Utara
41
3.9.4. Pengujian Hipotesis