Perkembangan Terkait Mobilitas Tenaga Kerja Antar Negara Anggota ASEAN

64

C. Perkembangan Terkait Mobilitas Tenaga Kerja Antar Negara Anggota ASEAN

1. Implementasi Berdasarkan ASEAN Framework Agreement on Services Dengan terbentuknya AFAS negara-negara anggota menyetujui bahwa akan ada aliran modal maupun tenaga kerja terampil dan profesional yang lebih bebas di antara negara-negara anggota. 107 Agenda ini telah berkembang relatif pada saat yang sama dengan perkembangan mobilitas WTO GATS. Aliran tenaga kerja terampil dan profesional ini terkait dengan perdagangan jasa yaitu dengan apa yang disebut dengan mode 4 mobility of natural person yang merupakan salah satu dari empat mode perdagangan antar batas negarayang didefinisikan oleh perjanjian 1995 WTO GATS. Tujuan dari mobility of natural person itu sendiri berusaha untuk memperluas perdagangan jasa dan memperdalam integrasi ekonomi antar negara yang terlibat di dalamnya. Sejauh ini, anggota ASEAN telah menegosiasikan delapan paket komitmen dalam kerangka AFAS, meletakkan persyaratan dalam Moda 4 sebagai akses pasar dan perlakuan nasional dibawah kesepakatan yang dilakukan secara horizontal. Selain itu, jadwal spesifik komitmen dan daftar berisi ketentuan-ketentuan tarif bea masuk umum yang diambil oleh masing-masing negara di sektor-sektor tertentu untuk kategori tertentu dari penyedia layanan misalnya pengecualian tarif bea masuk umum Singapura memungkinkan kehadiran tenaga kerja terampil atau semi-terampil yang berasal dari sumber-sumber tradisional, 108 perhitungan dalam peninjauan kebijakan domestik berkala; Indonesia mencadangkan pekerjaan yang membutuhkan tenaga kerja semi-terampil untuk wara negara Indonesia, dengan pengecualian secara terbatas untuk warga negara dari Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, Papua Nugini, dan Australia. 107 ASEAN Frameworks Agreement on Services, Article 4 e 108 Negara-negara yang termasuk dalam pengecualian ini tidak ditentukan secara spesifik dalam daftar pengecualian bea masuk umum Singapura Berdasarkan Paket 8 Komitmen Persetujuan Kerangka Kerja ASEAN di Bidang Jasa . 65 Meskipun beberapa putaran perundingan dibidang jasa dan paket komitmen ditandatangani, anggota ASEAN belum bergerak lebih jauh dari hasil WTO GATS awal. Secara khusus, komitmen pada moda 4 terutama terkait dengan investasi dan arus bisnis, dipandang sebagai sesuatu yang hanya memfasilitasi pergerakan tenaga kerja terampil, manajer, dan staf yang berkualitas di bawah kategori pengalihan intra-perusahaan yang memiliki cabang- cabang di negara-negara yang berbeda. 109 2. Implementasi Berdasarkan on Movement of Natural Person Perjanjian Movement of Natural Person MNP ditandatangani oleh negara-negara ASEAN pada tahun 2012, namun pelaksanaannya bervariasi di seluruh negara anggota ASEAN. 110 Selain menggabungkan semua komitmen dalam mode 4 yang asalnya merupakan bagian dari AFAS, juga bertujuan untuk lebih memfasilitasi pergerakan orang secara alami yang terlibat dalam perdagangan barang, jasa dan investasi melalui prosedur imigrasi efisien bagi orang-orang tersebut untuk masuk dan tinggal sementara di negara tujuan. Komitmen pada mobilitas tertulis awalnya diatur dalam AFAS dan kemudian diatur juga di dalam MNP walaupun tetap dalam cakupan yang terbatas, mirip dengan yang telah disepakati oleh anggota ASEAN dalam GATS. Lebih khusus, kategori penyedia jasa yang membuat komitmen horisontal telah dibuat untuk orang yang diserahi komitmen tersebut terutama Intra-Perusahaan durasi tinggal antara 2 hingga 58 tahun dan Pengunjung Bisnis diperbolehkan untuk tinggal 30 sampai 90 hari, dan 120 hari di Indonesia. Hanya Vietnam yang lebih memfokuskan terhadap keahlian danperdagangan yang terkait tenaga kerja terampil dalam Perjanjian MNP dengan memungkinkan adanya mobilitas penyedia jasa berdasarkan perjanjian dengan negara tersebut 109 Flavia Jurje, ASEAN Economic Community, what model for labor mobility?, Switzerland: NNCR Trade Regulation, 2015, hal.4 110 Indonesia , Filipina , dan Laos misalnya masih meratifikasi perjanjian ini secara domestik 66 untuk tinggal selama maksimum 90 hari dan tunduk pada persyaratan pendidikan dan pengalaman, yang baru-baru ini diikuti oleh Kamboja. 111 3. Implementasi Berdasarkan Mutual Recognition Agreement Kebebasan yang terlalu luas kadang bisa menjadi boomerang tersendiri, oleh karena itu ketetapan dalam arus bebas di sektor tenaga kerja terampil diatur dalam suatu rencana atau penatapan yang dinamakan Mutual Recognition Arrangement MRA. MRA sendiri merupakan kesepakatan yang diakui bersama oleh seluruh negara ASEAN untuk saling mengakui atau menerima beberapa atau semua aspek hasil penilaian seperti hasil tes atau berupa sertifikat. MRA bertujuan untuk menciptakan suaut prosedur dan mekanisme akreditasi untuk mendapatkan kesetaraan serta mengakui perbedaan antar negara untuk pendidikan, pelatihan, pengalaman, dan persyaratan lisensi untuk para tenaga kerja terampil yang ingin berpraktek. Negara-negara anggota ASEAN sendiritelah terlibat dalam mengembangkan beberapa Mutual Recognition Arrangements MRA, merupakan hal yang dipandang sebagai langkah penting menuju mobilitas yang lebih besar dan integrasi regional. Dimana hal ini dimaksudkan untuk memfasilitasi perdagangan jasa dengan saling mengakui hak, perizinan, atau sertifikasi tenaga kerja terampil, namun dengan mempertimbangkan peraturan domestik dan kondisi permintaan pasar. 112 Diskusi tentang harmonisasi jasa profesional telah berkembang di delapan sektor, meliputi teknik, akuntansi, arsitektur, survei, keperawatan, praktisi gigi dan medis, dan pariwisata. Namun demikian, pelaksanaan MRA ini masih berada dalam proses, dengan tingkat pelaksanaan yang berbeda-beda bagi setiap keterampilan yang diatur di dalam MRA dan 111 Ibid 112 ASEAN Integration in Services 2009, hal . 20 67 sebagian besar tergantung pada kapasitas regulasi nasional. Khususnya, untuk profesi seperti teknik dan arsitektur, badan-badan regional, dalam bentuk Chartered Professional Coordinating Committees , telah dirancang untuk mengembangkan dan memantau standar yang diterima antar negara anggota dan kriteria untuk memfasilitasi praktek profesi masing-masing dalam negara- negara ASEAN. Hanya dua profesi ini yang menetapkan kelayakan yang disebut ASEAN Chartered Professional Engineer atau ASEAN Architect. 113 Untuk mendapatkan sertifikasi standar, pemohon harus memegang lisensi profesional yang dikeluarkan oleh badan pengawas di dalam negeri, yang kemudian akan ditinjau oleh Chartered Professional Engineers Coordinating Committee atau the ASEAN Architect Council. Jika permohonan disetujui, tenaga kerja terampil di bidang teknik atau arsitektur tersebut diperbolehkan untuk bekerja sebagai Registered Foreign Professional Engineer di negara ASEAN lain, namun tunduk pada aturan domestik dan regulasi di negara penerima. persyaratan kebangsaan kewarganegaraan sehingga bisa merupakan hambatan untuk pergerakan tenaga kerja terampil di kawasan ini. 114 Oleh karena itu, MRA tidak menyamakan pengakuan otomatis pergerakan bebas tenaga kerja terampil di kawasan ASEAN. Untuk profesi lainnya, MRAs hanya meletakkan prinsip- prinsip dan kerangka kerja untuk negosiasi pengakuan dan mobilitas kondisi untuk profesional secara bilateral atau multilateral dan tetap tunduk pada berbagai peraturan nasional. Misalnya, meskipun MRA untuk keperawatan memberikan pada prinsipnya kesempatan besar bagi perawat untuk berlatih di negara lain, persyaratan bahasa sebenarnya bisa 113 Flavia Jurje, op.cit, hal. 5 114 Ibid 68 meningkatkan hambatan serius untuk mobilitas misalnya untuk perawat Filipina untuk berlatih di Thailand, calon harus lulus lisensi nasional ujian dalam bahasa Thai. Dalam visi MEA 2015, negara-negara anggota berjanji untuk adanya mobilitas intra- regional yang lebih besar dari tenaga kerja terampil, upaya yang juga didukung oleh mitra eksternal. Program yang diprakarsai oleh pemerintah Australia dan New Zeeland, yang disebut Kualifikasi Regional Kerangka Acuan merupakan proyek untuk memperlancar mobilitas tersebut. Tujuannya adalah untuk memperkuat kapasitas kelembagaan dan mendukung negara- negara ASEAN mengembangkan instrumen kebijakan yang efisien untuk akreditasi dan lisensi tenaga kerja terampil. 115 Penilaian MRA di tingkat nasional dibagi menjadi dua bagian: a. Tahap pelaksanaan MRA di masing-masing negara, dan b. Persiapan lingkungan peraturan di negara-negara anggota. Elemen pertama meneliti kemajuan dalam hal berikut: penyampaian pemberitahuan partisipasi, pembentukan komite pemantauan, penyusunan dan penyampaian laporan penilaian, penyaringan pelamar domestik, persetujuan pemohon dalam negeri oleh pemerintah, dan pembentukan sistem untuk mengotorisasi RFPEs . Elemen kedua tampak pada lingkungan peraturan. Bagian ini berfokus pada aspek pertama pelaksanaan nasional. Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Viet Nam telah menyelesaikan semua persiapan dalam hal ini. Sementara negara-negara lain masih memiliki beberapa langkah untuk menyelesaikan persiapan tersebut. Perbaikan dalam proses implementasi MRA dibandingkan dengan status MRA di 2011 adalah sebagai berikut: 115 Ibid 69 a. Semua AMSs telah mengajukan resmi masing-masing notificationsof partisipasi. b. Semua AMSs telah menyiapkan komite monitoring mereka termasuk Lao PDR dan Myanmar baru-baru ini. c. Semua AMSs memiliki pernyataan mereka masing-masing penilaian disetujui oleh ACPECC Laos, Myanmar, dan Filipina havegottenthe persetujuan. d. Komite pemantauan di semua AMSs, kecuali Kamboja, Laos, dan Thailand, telah melakukan pemantauan pelamar domestik untuk diserahkan kepada ACPECC Myanmar, Filipina, dan VietNam yang baru-baru ini telah dilaksanakan proses penyaringannya.

D. Mobilitas Tenaga Kerja Terampil Sebagai Bentuk Implementasi ASEAN Economic

Dokumen yang terkait

Analisis Terhadap Asean Tourism Agreement (Ata) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap Asean Economic Community 2015 Dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia

9 87 153

Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota Asean Dalam Rangka Menghadapi Asean Economic Community 2015

2 82 130

Peran ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) Terhadap Kebijakan Liberalisasi Tenaga Kerja Indonesia (STUDI KASUS TENAGA KERJA INDONESIA DI MALAYSIA)

4 74 89

Pengaruh ASEAN Charter (Piagam ASEAN) terhadap Yurisdiksi Negara Anggotanya

3 80 108

Asean Economic Community (AEC) 2015 (Studi : Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)

1 51 87

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

4 105 139

Tinjauan Yuridis Terhadap Kebijakan Free Flow Of Goods Terhadap Negara-Negara Asia Tenggara (Asean) Dalam Implementasi Asean Economic Community (Aec) 2015 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Ekonomi Internasional Dan Nasional

7 44 149

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 10

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 2

PERAN ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) TERHADAP KEBIJAKAN LIBERALISASI TENAGA KERJA INDONESIA

0 0 10