Tinjauan Yuridis Terhadap Kebijakan Free Flow Of Goods Terhadap Negara-Negara Asia Tenggara (Asean) Dalam Implementasi Asean Economic Community (Aec) 2015 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Ekonomi Internasional Dan Nasional

(1)

A. Buku dan Makalah :

Adolf, Huala. 2005. Hukum Ekonomi Internasional. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

ASEAN Secretariat. 1995. ASEAN: An Overview. Jakarta: CV. Indah Grafika. Bank Indonesia. 2008. Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015: Memperkuat Sinergi ASEAN di Tengah Kompetisi Global. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Cipto, Bambang. 2007. Hubungan Internasional di Asia Tenggara : Teropong terhadap Dinamika, Realitas, dan Masa Depan. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Dam, S dan Riswandi. 1995. Kerja Sama ASEAN: Latar Belakang, Perkembangan, dan Masa Depan. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Departemen Perdagangan RI. Menuju ASEAN Economic Community 2015. Jakarta: Departemen Perdagangan RI.

Direktorat Jenderal Kerja Sama Perdagangan Internasional. 2015. Menjadi Juara di MEA 2015. Jakarta: Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.

Farida, E. 2014. Efektivitas Piagam ASEAN (ASEAN Charter) Bagi ASEAN Sebagai Organisasi Internasional. Jurnal Ilmiah Ilmu Hukum QISTI. Semarang: Universitas Diponegoro.

Harlianta. On Track to ASEAN Community 2015. Bandung: Universitas Sangga Buana.

Ibrahim, Johnny. 2005. Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif. Malang: Bayumedia Publishing.

Kusumaatmadja, M dan E.R. Agoes. 2012. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Alumni.

Luhulima, CPF, dkk. 2008. Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Parthiana, I.W. 2003. Pengantar Hukum Internasional. Bandung: Mandar Maju.

Prabowo, D dan S. Wardoyo. 2004. AFTA: Suatu Pengantar. Yogyakarta: BPFE.

Rasyidin, U dan D. Supriyadi. 2014. Pengantar Hukum Indonesia. Bandung: CV. Pustaka Setia.

Sabir, M. 1992. ASEAN: Harapan dan Kenyataan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sefriani. 2010. Hukum Internasional: Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. 2010. ASEAN: Selayang Pandang. Jakarta: Kementerian Luar Negeri RI.

Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia. 2012. ASEAN: Selayang Pandang. Jakarta: Kementerian Luar Negeri RI.

Siow Yue Chia. 2013. The ASEAN Economic Community: Progress, Challenges, and Prospects. Tokyo: Asian Development Bank Institute.

Siregar, H.B. 1998. Perkembangan Hukum Organisasi Internasional. Medan: Kelompok Studi Hukum dan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.


(2)

Starke, J.G. 2009. Pengantar Hukum Internasional. Jakarta: Sinar Grafika. Subagyo, P.J. 2006. Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Suherman, A.M. 2003. Organisasi Internasional & Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Sunggono, Bambang. 1997. Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Raja Grrafindo Persada.

Suryokusumo, Sumaryo. 1997. Studi Kasus Hukum Organisasi Internasional. Bandung: Alumni.

The ASEAN Secretariat. 2015. ASEAN Economic Community 2015: Progress and Key Achievements. Jakarta: The ASEAN Secretariat.

Wangke, Humphrey. 2014. Peluang Indonesia dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Info Singkat Hubungan Internasional Vol. VI No. 10/II/P3DI/Mei/2014. Jakarta: Pusat Pengkajian, Pengolahan Data dan Informasi Sekretariat Jenderal DPR RI.

Yulianingsih, W dan Moch. Firdaus Sholihin. 2014. Hukum Organisasi Internasional. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Yohanes, Triyana. 2015. Hukum Ekonomi Internasional. Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka.

B. Undang-Undang/Perjanjian Internasional: ASEAN Charter 2007.

ASEAN Economic Community Blueprint.

ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) 1995, tentang Persetujuan dan Kerja Sama dalam Rangka Liberalisasi Perdagangan Jasa ASEAN.

ASEAN Free Trade Area (AFTA) 1992, tentang Pembebasan Hambatan Tarif dan Non-Tarif Bagi Negara-Negara ASEAN

ASEAN Investment Area (AIA) 1998, tentang Persetujuan Kerja Sama dalam Bidang Investasi

ASEAN Preferential Trade Association 1997, tentang Penurunan Bea Masuk Dalam Perdagangan Antar Anggota ASEAN.

ASEAN Trade in Goods Arrangement (ATIGA) 2009, tentang Liberalisasi dan Fasilitasi Perdagangan Barang.

Charter of the Economic Rights and Duties of States 1974.

Declaration of ASEAN Concord II 2003, tentang Persetujuan Pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community)

Declaration on the ASEAN Economic Community Blueprint

General Agreement on Tariff and Trade 1947, tentang Prinsip-Prinsip Pokok Perdagangan Internasional

Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 6 Tahun 2014, tentang Peningkatan Daya Saing Nasional dalam Rangka Menghadapi MEA.

Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2013, tentang Kebijakan Upah Minimum dalam Rangka Keberlangsungan Usaha dan Peningkatan Kesejahteraan Pekerja

Indonesia, Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2011, tentang Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 2013, tentang Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam


(3)

Program Sistem Logistik Nasional (Sislognas),Pembentukan Komite Nasional MEA 2015, Pembentukan UKP4 untuk memonitor langkah pemerintah.

Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2010, tentang Ratifikasi ASEAN Agreement on the Harmonized Electrical and Electronic Equipment Regulatory Regime

Indonesia, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK.011/2010, tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor dalam Rangka ATIGA

Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2010, tentang Pengesahan ASEAN Trade in Goods Arrangements (ATIGA)

Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2008, tentang Kebijakan Industri Nasional.

Indonesia, Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri Berbasis Agro Tahun 2010-2014.

Indonesia, Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri Berbasis Manufaktur Tahun 2010-2014.

Indonesia, Peta Panduan (Road Map) Pengembangan Klaster Industri Prioritas Industri Elektronik Tahun 2010-2014

Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 ,tentang Perdagangan Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint

Piagam ASEAN

C. Internet :

Anonim. 2011. Kuatkan Industri, Pemerintah Buat Policy Paper.

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5266278a11557/kuatkan-industri--pemerintah-buat-ipolicy-paper-i, diakses tanggal 26 Januari 2016

Anonim. 2011. Perserikatan Bangsa-Bangsa.

https://id.wikipedia.org/wiki/Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses tanggal 14 November 2015

Anonim. 2012. Indonesia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa.

https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa, diakses tanggal 14 November 2015

Anonim. 2012. Indonesia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pengunduran Diri

dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

https://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia_dan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa#Pengunduran_diri_dari_Perserikatan_Bangsa_Bangsa_.281965-1966.29, diakses pada tanggal 14 November 2015

Anonim. 2012. Organisasi. https://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi, diakses pada tanggal 14 November 2015

Anonim. 2013. AFAS. http://stiebanten.blogspot.co.id/2011/06/afas-asean-framework-agreement-on.html, diakses pada tanggal 28 November 2015

Anonim. 2013. Antisipasi Kesiapan Indonesia.

http://antariksa2010.blogspot.co.id/2013/11/antisipasi-kesiapan-indonesia.html, diakses tanggal 29 Januari 2016

Anonim. 2013. Integrasi Regional. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131618-T%2027561-Dampak%20kemajuan-Analisis.pdf, diakses pada tanggal 16 Januari 2016.


(4)

pada tanggal 14 November 2015

Anonim. 2013. Piagam ASEAN.

https://id.wikipedia.org/wiki/Piagam_ASEAN, diakses tanggal 14 November 2015

Anonim. 2014. Industri Otomotif Indonesia.

http://scientiarum.uksw.edu/2014/07/01/industri-otomotif-indonesia-antara-aec-dan-eksistensi-merek-lokal/, diakses pada tanggal 27 Januari 2016

Anonim. 2014. Tujuan ASEAN. http://www.porosilmu.com/2015/09/tujuan-asean-yang-tertuang-dalam-piagam.html, diakses pada tanggal 16 November 2015

Anonim. 2015. Industri Elektronik Indonesia Belum Siap Hadapi MEA. http://www.kemenperin.go.id/artikel/10188/Industri-Elektronik-Indonesia-Belum-Siap-Hadapi-MEA, diakses pada tanggal 26 Januari 2016

Anonim. 2015. Industrialisasi Perikanan.

http://www.antaranews.com/berita/387578/industrialisasi-perikanan-kebijakan-strategis, diakses pada tanggal 26 Januari 2016

Anonim. 2015. Kedudukan ASEAN sebagai Organisasi.

http://www.landasanteori.com/2015/10/kedudukan-asean-sebagai-organisasi.html, diakses tanggal 20 November 2015

Anonim. 2015. Persiapan Indonesia dalam Menghadapi MEA. http://id.stie-

stmy.ac.id/berita-165-persiapan-indonesia-dalam-menghadapi-mea-masyarakat-ekonomi-asean.html, diakses pada tanggal 3 Februari 2016

Anonim. 2015. Politik Luar Negeri pada Era ASEAN Economic Community. https://www.academia.edu/7210491/Politik_Luar_Negeri_pada_Era_Asean_Economic_ Community_AEC_, diakses pada tanggal 18 Januari 2016

Diskusi Panel. 2015. Integrasi ASEAN Melalui Hukum: pemerintahan, manajemen, dan hubungan eksternal ASEAN. http://sp.beritasatu.com/home/integrasi-hukum-perkuat-asean/39276, diakses tanggal 16 Januari 2016

Diskusi Universitas Pelita Harapan di Hotel Aryaduta, Jakarta. 2015. ASEAN Through Integration Law. http://www.beritasatu.com/hukum/128770-integrasi-hukum-asean-perlu-segera-terealisasi.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2016

Fitri. 2014. ASEAN Economic Community (AEC) 2015, Peluang dan Tantangan Indonesia. http://m.kompasiana.com/fitri-kompasiana/asean-economic-

community-aec-2015-peluang-dan-tantangan-indonesia-are-you-ready_54f7833ca3331141758b4596.html, diakses pada tanggal 14 November 2015 Hamid Amren. 2015. Menyongson Masyarakat Ekonomi ASEAN.

http://www.kompasiana.com/hamidamren/menyongsong-masyarakat-ekonomi-asean_551b4e87a33311ec21b65eef, diakses pada tanggal 16 Januari 2016

Kementerian Luar Negeri RI. 2014. Kerjasama Ekonomi ASEAN. www.kemlu.go.id/Documents/Kerjasama%20Ekonomi%20ASEAN.doc, diakses pada tanggal 16 Januari 2016

Melia Galok. 2013. Latar Belakang Berdirinya ASEAN dan Sejarah Berdirinya ASEAN. http://sekelebatilmu.blogspot.co.id/2013/07/latar-belakang-berdirinya-asean-dan.html, diakses pada tanggal 18 November 2015

Pebriandini Widjaja. 2012. Perdagangan Bebas.

https://pebriandini.wordpress.com/2012/04/17/perdagangan-bebas/ diakses tanggal 14 November 2015


(5)

tanggal 14 November 2015

Rolas Jakson Tampubolon. 2015. Manfaatkan ATIGA Sebelum AFTA. http://www.kompasiana.com/www.rolastampubolon.wordpress.com/manfaatkan-atiga-sebelum-afta-2015_54f84f35a33311f07d8b4577, diakses pada tanggal 16 Januari 2016

World Trade Organization. 2016. Technical Information on Safeguard Measures. https://www.wto.org/english/tratop_e/safeg_e/safeg_info_e.htm, diakses pada tanggal 11 Maret 2016


(6)

BAB III

IMPLEMENTASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 SEBAGAI PENINGKATAN HUBUNGAN ANTAR NEGARA

ASIA TENGGARA

B. Latar dan Tujuan ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Sejak awal pembentukannya, ASEAN secara intensif membuat perjanjian dan kesepakatan di bidang ekonomi. Pada 24 Februari 1977, ASEAN menyepakati ASEAN Preferential Trade Association (PTA). Berdasarkan PTA ini, Negara-Negara anggota ASEAN sepakat untuk memberi keuntungan-keuntungan perdagangan bagi Negara-Negara anggota ASEAN. Inti dari program PTA ialah menurunkan bea masuk dalam perdagangan antar-anggota ASEAN di Manila.125 Namun sistem ini tidak memberikan manfaat banyak untuk mengembangkan perdagangan di antara Negara-Negara ASEAN. Terhambatnya ini diakibatkan oleh adanya penggunaan positive list untuk barang-barang yang tercantum ke dalam skema liberalisasi. Hal ini berbeda dengan negative list di mana dinyatakan barang-barang apa saja yang tidak termasuk. Sebagai akibatnya, banyak produk yang tidak dimasukkan.126

KTT ASEAN ke-4 pada tanggal 27-28 Januari 1992 di Singapura telah menetapkan bahwa kerja sama ASEAN akan ditingkatkan menjadi ASEAN Free Trade Area (AFTA) dimulai pada 1 Januari 1993. AFTA adalah kawasan perdagangan bebas ASEAN dimana tidak ada hambatan tarif maupun hambatan

125Dibyo Prabowo dan Sonia Wardoyo, AFTA: Suatu Pengantar, 2004, BPFE, Yogyakarta, Hal.7


(7)

non-tarif bagi Negara-Negara anggota ASEAN. 127 Tujuan strategis AFTA tersebut diimplementasikan melalui perjanjian ketiga, yaitu the 1992 Agreement

on Common Effective Preferential Tariff Scheme (the CEPT-AFTA Scheme).128

Berdasarkan the CEPT-AFTA Scheme, Negara-Negara anggota diberi waktu 5 hingga 8 tahun untuk mengurangi tarif terhadap produk-produk yang ditentukan hingga kurang dari 20%. Juga ditetapkan bahwa negara anggota diberi tambahan waktu 7 tahun untuk mengurangi tarif hingga 5% atau kurang. Tetapi perjanjian tidak mengamanatkan pemotongan tarif secara khusus. Meskipun Negara-Negara anggota didorong untuk mengurangi tingkat tarif tahunannya, namun mereka bebas untuk membuat rencana individualnya masing-masing untuk mengurangi bea masuk.129

AFTA mendorong bukan saja perdagangan antar Negara ASEAN tetapi juga perdagangan dan investasi dari Negara lain. Atas dasar itulah AFTA dapat dianggap sebagai “open regionalism” yaitu integrasi ekonomi dalam kawasan dan pada saat yang sama juga menerima baik hubungan perdagangan dan aliran investasi dari luar kawasan.130 Hal tersebut menjadi salah satu alasan dipercepatnya pelaksanaan AFTA yang harusnya dilaksanakan dalam jangka waktu 15 tahun (2008) menjadi hanya 10 tahun (2003).

Pada tahun 1995 ASEAN mulai memasukkan bidang jasa dalam kesepakatan kerja samanya yang ditandai dengan ditandatanganinya ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS). AFAS dipayungi dengan

127Sjamsumar Dam dan Riswandi, Kerja Sama ASEAN: Latar Belakang,

Perkembangan, dan Masa Depan, 1995, Ghalia Indonesia, Jakarta, Hal. 111

128Huala Adolf, op.cit, Hal. 135 129Ibid, Hal. 135-136


(8)

kesepakatan para pemimpin ASEAN yang dituangkan dalam Bangkok Summit Declaration of 1995, mengenai trade in services yang menegaskan hal-hal sebagai berikut131:

1. Sepakat untuk melakukan integrasi ekonomi

2. ASEAN akan terus bergerak meningkatkan kerjasama perdagangan jasa yang lebih terbuka melalui pelaksanaan the ASEAN Framework Agreement on Services.

3. Anggota ASEAN akan melakukan negosiasi specific commitment on market access, national treatment dan additional commitments yang mencakup seluruh modes of supply sektor jasa.

4. Liberalisasi sektor jasa dilakukan secara bertahap sampai tercapai tingkat liberalisasi yang lebih tinggi.

5. Negara anggota ASEAN diberikan fleksibilitas dalam melakukan offer.

Perundingan perdagangan jasa dalam AFAS dilakukan dengan mode of supply yakni: Mode 1 (Cross Border Supply), Mode 2 (Consumption Abroad), Mode 3 (Commercial Presence), dan Mode 4 (Movement of Individual Service Providers. Pada intinya perundingan liberalisasi jasa adalah menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan jasa internasional yang berkaitan dengan pembukaan akses pasar (market access) dan penerapan perlakuan nasional (national treatment) untuk setiap mode of supply. Dalam AFAS, anggota ASEAN

131http://stiebanten.blogspot.co.id/2011/06/afas-asean-framework-agreement-on.html, diakses pada tanggal 28 November 2015


(9)

didorong untuk memberikan tingkat komitmen lebih besar untuk sesama anggota ASEAN ketimbang komitmen mereka dalam GATS-WTO.132

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ochiai, 2006 menunjukkan bahwa komitmen liberalisasi baik akses pasar maupun perlakuan nasional atas empat sektor prioritas jasa, kecuali e-ASEAN, di ASEAN masih sangat rendah, kurang dari 10 persen dari total subsektor yang ada. Hal ini mengindikasikan bahwa peranan pemerintah masih cukup besar dalam perdagangan jasa empat sektor jasa prioritas di ASEAN. Namun hal ini tidak secara otomatis dapat diartikan sebagai rendahnya tingkat integrasi perdagangan jasa di ASEAN. Walaupun sebuah sektor atau subsektor jasa belum dinyatakan terbuka untuk penyedia jasa asing, tapi secara de facto proses liberalisasi telah terjadi karena adanya kebutuhan dari masyarakat ASEAN atas peningkatan jumlah dan kualitas pelayanan jasa prioritas seiring dengan kemajuan perekonomian Negara-Negara ASEAN.133

The Framework on the ASEAN Investment Area (AIA) yang ditandatangani pada 7 Oktober 1998 merupakan inisiatif investasi yang bertujuan mewujudkan ASEAN sebagai kawasan investasi yang menarik, kompetitif, terbuka, dan bebas dalam rangka menarik dan meningkatkan arus penanaman modal asing baik dari luar maupun dalam kawasan secara berkesinambungan. Perjanjian ini mengikat Negara anggota untuk secara progresif mengurangi atau menghapus peraturan, kebijakan dan kondisi yang dapat menghambat arus

132Bank Indonesia, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015: Memperkuat Sinergi

ASEAN di Tengah Kompetisi Global, 2008, Elex Media Komputindo, Jakarta, Hal. 128-129


(10)

investasi masuk dan memastikan pelaksanaan proyek penanaman modal asing di ASEAN dicapai dalam kurun waktu yang telah disepakati.134

Sebelum AIA, ASEAN telah memiliki Promotion and Protection of Investment Agreement atau Perjanjian ASEAN untuk Promosi dan Perlindungan Investasi (PAPPI) yang ditandatangani 1987 dalam rangka mempercepat proses industrialisasi yang terjadi di kawasan yang antara lain dilakukan melalui promosi dan perlindungan investor. Kedua perjanjian ini (AIA dan PAPPI) beserta seluruh amandemennya akan ditinjau kembali dan dijadikan satu perjanjian investasi yang komprehensif, meliputi kerja sama, fasilitasi, promosi, liberalisasi dan perlindungan investasi menjadi ASEAN Comprehensive Investment Agreement (ACIA).135

Melanjutkan agreement-agreement yang telah disebutkan diatas, implementasi ASEAN Economic Community 2015 bertujuan untuk mengubah ASEAN menjadi suatu wilayah yang memiliki pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan modal yang bebas.136 Hal ini serta merta dapat mengintegrasikan kelima sektor tersebut secara sinkron demi tercapainya dinamisme ekonomi yang lebih tinggi, kesejahteraan yang berkelanjutan, pertumbuhan dan pembangunan ASEAN yang inklusif dan terintegrasi.137

134

Ibid, Hal. 179

135Ibid, Hal. 180-181

136Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint : (4) ... to transform ASEAN into a region with free movement of goods, services, investment, skilled labour, and freer flow of capital.

137Declaration on the ASEAN Economic Community Blueprint : ... Determined to achieve higher levels of economic dynamism, sustained prosperity, inclusive growth, and integrated development of ASEAN


(11)

C. Tahapan Pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Reputasi ASEAN yang dicapai selama 40 tahun adalah sebagai modal dasar dan kuat dalam menghadapi tantangan kerja sama di masa mendatang. Terlepas dari segala kekurangannya, ASEAN yang dibentuk 8 Agustus 1967 melalui Deklarasi Bangkok telah memperlihatkan peran penting dalam menjamin stabilitas kawasan.138

Di awal pembentukannya pada 1967, ASEAN lebih ditujukan pada kerja sama yang berorientasi politik guna pencapaian kedamaian dan keamanan di kawasan Asia Tenggara. Dimulai dari lima Negara pendiri, yaitu Filipina, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand, kini ASEAN terdiri dari sepuluh Negara yang bergabung kemudian, yaitu Brunei Darussalam (1984), Vietnam (1995), Myanmar dan Laos (1997), dan Kamboja (1999).139

Dengan berjalannya waktu dan dalam rangka menghadapi berbagai tantangan kerja sama regional, termasuk krisis ekonomi di 1997, para pimpinan Negara ASEAN kembali memformulasikan “ASEAN Vision 2020” di Kuala Lumpur pada 15 Desember 1997 yang menjadi tujuan jangka panjang ASEAN, yaitu “... as a concern of Southeast Asian Nations, outward looking, living in peace, stability and prosperity, bounded together in partnership in dynamic

development and in a community of caring societies.”140 Hal ini sendiri telah

dinyatakan secara tegas dalam bagian Pendahuluan ASEAN Economic Blueprint yang menyatakan bahwa pemimpin-pemimpin bangsa ASEAN dalam KTT yang

138

CPF. Luhulima dkk, Masyarakat Asia Tenggara Menuju Komunitas ASEAN 2015, 2008, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, Hal. 1

139Bank Indonesia, op.cit., Hal. 1 140Ibid


(12)

diselenggarakan pada bulan Desember 1997 di Kuala Lumpur, telah menyepakati suatu transformasi terhadap ASEAN untuk menjadi suatu wilayah yang stabil, sejahtera, dan memiliki daya saing dengan pembangunan ekonomi yang seimbang, serta menurunkan tingkat kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi.”141

Persoalan ideologis memang sudah jauh terdesak ke belakang oleh tuntutan kerja sama ekonomi, khususnya sektor perdagangan dan investasi yang saling menguntungkan. Selama beberapa tahun terakhir ASEAN ditantang untuk mendorong kerja sama yang lebih erat dalam bidang ekonomi dan kebudayaan.142

Melalui tujuan tersebut, maka ASEAN harus menyelesaikan segala bentuk perseteruan dalam diri ASEAN sendiri maupun diluar Negara-Negara anggota ASEAN, membuat kawasan ASEAN sebagai kawasan bebas senjata nuklir dengan zona bebas senjata nuklir melalui perjanjian tentang Zona Bebas Senjata Nuklir (Treaty on the Southeast Asia Nuclear Weapon Free Zone-SEANWFZ). Kerja sama ini kemudian dilakukan bersama Negara-Negara yang mempunyai kepentingan di Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN

Regional Forum (ARF) pada 1994.143

Pada KTT ke-6 ASEAN tahun 1998 di Hanoi, Vietnam, para pemimpin ASEAN mengesahkan Rencana Aksi Hanoi (Hanoi Plan of Action/HPA) yang merupakan langkah awal untuk melaksanakan atau merealisasikan tujuan dari

141Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint : 1) The ASEAN Leaders at their Summit in Kuala Lumpur in December 1997 decided to transform ASEAN into a stable, prosperous, and highly competitive region with equitable economic development, and reduced poverty and socio-economic disparities (ASEAN Vision 2020).

142CPF. Luhulima dkk, loc.cit 143Ibid, Hal. 3


(13)

ASEAN Vision 2020. Para pemimpin ASEAN juga mengeluarkan Statement on Bold Measures dengan tujuan untuk mengembalikan kepercayaan pelaku usaha, mempercepat pemulihan ekonomi dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi dan finansial.144

Pada KTT ke-7 ASEAN tanggal 5 November 2001 di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam disepakati perlunya dibentuk Roadmap for Integration of ASEAN (RIA) guna memetakan tonggak penting yang harus dicapai beserta langkah-langkah spesifik dan jadwal pencapaiannya. Maka oleh Menteri Ekonomi ASEAN dalam pertemuan ke-34 tanggal 12 September 2002 di Bandar Sri Begawan, Brunei Darussalam RIA tersebut resmi ditandatangani.145

Pembentukan Komunitas ASEAN (ASEAN Community) direalisasikan pada 7 Oktober 2003, melalui Declaration of ASEAN Concord II (Bali Concord

II) yang dihasilkan pada Pertemuan Puncak ASEAN ke-9, di Bali.146 Selain

Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community), para pemimpin Negara-Negara ASEAN juga memproklamirkan pembentukan Komunitas Keamanan ASEAN (ASEAN Security Community), dan Komunitas Sosio-Kultural ASEAN (ASEAN Socio-Cultural Community).147 Ketiga pilar tersebut saling mengikat dan memperkuat satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama demi menjamin perdamaian yang dapat dipertahankan, stabilitas dan kemakmuran yang terbagi di kawasan Asia Tenggara. Tiga pilar pendukung Komunitas ASEAN ini

144Departemen Perdagangan RI, Menuju ASEAN Economic Community 2015, Departemen Perdagangan, Jakarta, Hal. 5

145Ibid, Hal.6 146

CPF. Luhulima dkk, op.cit, Hal. 5

147Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint : 2) ... In addition to the AEC, the ASEAN Security Community and the ASEAN Socio-Cultural Community are the other two integral pillars of the envisaged ASEAN Community.


(14)

menjadi paradigma baru yang akan menggerakkan kerja sama ASEAN ke arah sebuah komunitas dan identitas baru yang lebih mengikat.148

Dalam perkembangan realisasi konsep Masyarakat Ekonomi ASEAN selanjutnya, dirumuskan tujuan akhir integrasi ekonomi, yakni mewujudkan ASEAN Vision 2020 pada Deklarasi Bali Concord II, Oktober 2003. Pencapaian dilakukan melalui lima pilar, yaitu: aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih bebas. Berbagai kerja sama ekonomi dilakukan, khususnya di bidang perdagangan dan investasi, dimulai dari Preferential Trade Agreement (PTA, 1977), ASEAN Free Trade Area (AFTA, 1992), ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS, 1995), dan ASEAN Investment Area (AIA, 1998), kemudian dilengkapi dengan perumusan sektor prioritas integrasi dan kerja sama di bidang moneter lain.149

High Level Task Force (HLTF) on ASEAN Economic Integration yang dibentuk oleh ASEAN Economic Ministers berfokus dari pada liberalisasi perdagangan barang dan jasa, serta kemudahan investasi.150 HLTF merumuskan rekomendasi langkah langkah yang diperlukan guna mencapai MEA. Rekomendasi yang merupakan langkah inisiatif baru adalah sebagai berikut151 :

1. Mempercepat integrasi 11 sektor prioritas dengan Negara koordinator, yaitu:

a. Indonesia: produk berbahan kayu dan otomotif;

b. Malaysia: produk berbahan karet, tekstil dan produknya;

148

CPF. Luhulima dkk, op.cit, Hal. 5-6 149Bank Indonesia, op,cit, Hal. 2 150 CPF. Luhulima dkk, op.cit, Hal. 124 151Bank Indonesia, op.cit, Hal. 20-21


(15)

c. Myanmar: produk berbasis pertanian dan perikanan; d. Filipina: elektronika;

e. Singapura: e-ASEAN dan perawatan kesehatan; f. Thailand: perjalanan udara dan turis.

2. Pendekatan proses integrasi di sektor prioritas didasarkan pada memadukan kekuatan individu Negara guna keuntungan kawasan; memfasilitasi dan mendukung investasi intra-ASEAN; mempromosikan produk dan jasa “made in ASEAN”;

3. Menyusun roadmap untuk masing-masing sektor dengan memperhatikan keterlibatan sektor swasta;

4. Menyusun langkah percepatan liberalisasi di perdagangan barang dan jasa;

5. Memfasilitasi pergerakan terkait dengan bisnis dan pariwisata.

Disamping itu, HLTF juga merekomendasikan langkah-langkah penguatan institusi seperti memperkuat mekanisme pengambilan keputusan di forum/unit yang telah dibentuk, seperti AEM (ASEAN Economic Minister) serta SEOM (Senior Economist Officials Meeting); membentuk sistem yang efektif (advisory, konsultasi, dan mekanisme adjudicatory) guna menjamin pelaksanaan komitmen dan mempercepat penyelesaian sengketa; dan meningkatkan kapasitas Sekretariat ASEAN dalam melakukan studi terkait dengan perdagangan, investasi dan keuangan.152


(16)

Pada KTT ke-10 ASEAN di Vientiane, Laos tahun 2004, konsep komunitas ASEAN mengalami kemajuan dengan disetujuinya Vientiane Action Program (VAP). Melalui terbentuknya Vientiane Action Program (VAP), maka berakhirlah Hanoi Plan of Action (HPA) yang merupakan seri awal realisasi ASEAN Vision 2020. Sama halnya dengan HPA, VAP juga memiliki jangka waktu, yaitu dari 2004-2010. High Level Task Force (HLTF) diberikan kewenangan untuk melakukan evaluasi dan memberikan rekomendasi dalam mewujudkan ASEAN sebagai pasar tunggal dan basis produksi yang merupakan program pelaksanaan untuk 6 tahun sekaligus merupakan kelanjutan dari HPA guna merealisasikan tujuan akhir dari ASEAN Vision 2020 dan Bali Concord II.153

Langkah untuk memperkuat kerangka kerja MEA kembali bergulir di 2006.154 Pada Pertemuan Menteri Perekonomian Bangsa ASEAN (the ASEAN Economic Ministers Meeting) yang diselenggarakan di Kuala Lumpur, Malaysia pada bulan Agustus 2006, telah dicapai suatu kesepakatan untuk merancang suatu cetak biru yang tetap dan koheren untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (ASEAN Economic Community) dengan mengidentifikasi karakteristik dan elemen Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 yang sejalan dengan Bali Concord II dengan tujuan yang jelas serta jangka waktu implementasi yang didasarkan pada berbagai perkiraan seperti pemenuhan kebutuhan seluruh bangsa-bangsa anggota ASEAN yang fleksibel.155

153Departemen Perdagangan RI, op.cit, Hal. 7 154Ibid

155

Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint : 3) Subsequently, the ASEAN Economic Ministers Meeting (AEM) held in August 2006 in KualaLumpur, Malaysia,

agreed to develop “a single and coherent blueprint for advancing the AEC byidentifying the


(17)

Mempertimbangkan keuntungan dan kepentingan ASEAN untuk menghadapi tantangan daya saing global, diputuskan untuk mempercepat pembentukan MEA dari 2020 menjadi 2015.156 Hal ini disepakati pada KTT ke-12 ASEAN di Cebu, Filipina pada bulan Januari 2007, dimana para pemimpin Negara-Negara anggota ASEAN bersepakat untuk memiliki komitmen untuk mempercepat pembentukan ASEAN Economic Community pada ahun 2015 sesuai yang telah dicitakan dalam ASEAN Vision 2020 dan ASEAN Concord II. Dengan kata lain, para Pemimpin sepakat untuk mempercepat pembentukan ASEAN Economic Community pada tahun 2015 dan mengubah ASEAN menjadi suatu wilayah dengan pergerakan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan modal yang bebas.157 Keputusan ini juga menjadi political will para pimpinan ASEAN ditandai dengan ditandatanganinya ASEAN Charter (Piagam ASEAN) yang terdiri dari cetak biru dan jadwal strategis pencapaian MEA di Singapura pada KTT ke-13 ASEAN di Singapura pada 20 November 2007. Dokumen tersebut berisi komitmen Negara anggota atas keseriusan pencapaian MEA dimana evaluasi pencapaian MEA akan dilakukan melalui serangkaian indikator kinerja yang disepakati dan diumumkan ke masyarakat luas.158

targets and timelines for implementation of various measures as well as pre-agreedflexibilities to

accommodate the interests of all ASEAN Member Countries.” 156

Bank Indonesia, loc.cit 157

Introduction on the ASEAN Economic Community Blueprint : 4) At the 12th ASEAN Summit in January 2007, the Leaders affirmed their strong commitment to accelerate the establishment of an ASEAN Community by 2015 as envisioned in the ASEAN Vision 2020 and the ASEAN Concord II, and signed the Cebu Declaration on the Acceleration of the Establishment of an ASEAN Community by 2015. In particular, the Leaders agreed to hasten the establishment of the ASEAN Economic Community by 2015 and to transform ASEAN into a region with free movement of goods, services, investment, skilled labour, and free flow of capital.


(18)

Secara singkat, perjalanan menuju MEA tersebut disajikan pada skema sebagai berikut :

Skema 1. Skema Menuju MEA 2015159

D. Struktur ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Untuk mewujudkan harapan dan keinginan bersama ASEAN, yakni hidup damai, aman, stabil, makmur, dan sejahtera, Piagam ASEAN merumuskan secara detail tujuan dan prinsip ASEAN. Tujuan yang ingin dicapai sejalan dengan tujuan MEA, yaitu160:

159Ibid, Hal. 4

160Bank Indonesia, op.cit, Hal. 13 1967 ASEAN 1977 Preferential Trading Arrangement (PTA) 1992

ASEAN Free Trade Area (AFTA)

1997

ASEAN Vision 2020

2003

Bali Concord II

2007: KTT ASEAN ke-12: Percepatan MEA 2015

KTT ASEAN ke-13: ASEAN Charter dan

Blueprint MEA 2015 1967:Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand 1984: Brunei Darussalam 1995: Vietnam 1997: Laos, Myanmar 1999: Kamboja Lebih Berorientasi politik untuk kedamaian dan keamanan Asia Tenggara Lebih Berorientasi politik untuk kedamaian dan keamanan Asia Tenggara 1976 Sekretariat ASEAN 1977 Kerjasama Ekonomi ASA 1995 ASEAN Framework Agreement on Services (AFAS) 1998 ASEAN Investment Area (AIA)


(19)

1. Menciptakan ASEAN sebagai pasar tunggal dan kesatuan basis produksi;

2. Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan pembangunan di antara Negara anggota melalui bantuan dan kerja sama yang saling menguntungkan.

Transformasi mendasar yang dilakukan oleh Piagam ASEAN telah memberikan legal personality kepada ASEAN. Kini ASEAN sebagai organisasi kerja sama antarpemerintah memiliki identitas tersendiri terpisah dari identitas Negara anggota ASEAN. Sejalan dengan transformasi ini, dilakukan pula penyempurnaan kelembagaan, sehingga ASEAN diharapkan dapat merespons lebih baik berbagai permasalahan regional dan global yang semakin kompleks di masa yang akan datang.161

Secara garis besar, struktur kelembagaan dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015 dapat digambarkan sebagai berikut :

161Ibid, Hal. 14


(20)

Skema II. Struktur Kelembagaan dalam ASEAN Economic Community162

Catatan:

a. AEC Council : ASEAN Economic Community Council

b. AEM : ASEAN Economic Ministers

c. AFTA Council : ASEAN Free Trade Area Council d. AIA Council : ASEAN Investment Area Council

e. AMBDC : ASEAN Mekong Basin Development Cooperation

f. AFMM : ASEAN Mekong Finance Minister Meeting

g. AMAF : ASEAN Ministerial Meeting on Agriculture and Forestry h. AMMST : ASEAN Mnisterial Meeting on Science and Technology i. TELMIN : ASEAN Telecommunication and IT Minister Meeting j. AMMIN : ASEAN Ministerial Meeting on Minerals

k. AMEM : ASEAN Ministers of Energy Meeting l. ATM : ASEAN Transport Ministers Meeting m. M-ATM : Meeting of Tourism Ministers

162Harlianta, On Track to ASEAN Community 2015, Universitas Sangga Buana, Bandung, Hal. 9


(21)

Badan pengambil keputusan tertinggi di ASEAN adalah ASEAN Summit Meeting (Konferensi Tingkat Tinggi/KTT), yakni forum yang terdiri dari Kepala Negara/Pemerintahan Negara anggota. KTT ASEAN diselenggarakan satu tahun sekali di Negara yang menjadi ketua ASEAN. Masa jabatan Ketua ASEAN berlaku satu tahun dan dirotasi berdasarkan urutan alfabet.163 Berdasarkan Pasal 7 ASEAN Charter, ASEAN Summit memiliki kewajiban sebagai berikut164 :

1. Be the supreme policy-making body of ASEAN;

2. Deliberate, provide policy guidance and take decisions on key issues

pertaining to the realisation of the objectives of ASEAN, important matters of interest to Member States and all issues referred to it by the ASEAN Coordinating Council, the ASEAN Community Councils and ASEAN Sectoral Ministerial Bodies;

3. Instruct the relevant Ministers in each of the Councils concerned to

hold ad hoc inter-Ministerial meetings, and address important issues concerning ASEAN that cut across the Community Councils. Rules of procedure for such meetings shall be adopted by the ASEAN Coordinating Council;

4. Address emergency situations affecting ASEAN by taking appropriate

actions;

5. Decide on matters referred to it under Chapters VII

and VIII;

6. Authorise the establishment and the dissolution of Sectoral Ministerial

Bodies and other ASEAN institutions; and

7. Appoint the Secretary-General of ASEAN, with the rank and status of

Minister, who will serve with the confidence and at the pleasure of the Heads of State or Government upon the recommendation of the ASEAN Foreign Ministers Meeting.

Dengan kata lain, Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN berkewajiban165 : 1. Sebagai badan pengambil kebijakan tertinggi;

2. Membahas, memberikan arah kebijakan dan mengambil keputusan atau isu-isu utama yang menyangkut realisasi tujuan-tujuan ASEAN, hal-hal pokok yang menjadi kepentingan Negara-Negara Anggota, dan

163Ibid

164ASEAN Charter, Article 7 165Piagam ASEAN, Pasal 7


(22)

segala isu yang dirujuk kepadanya oleh Dewan Koordinasi ASEAN, Dewan-Dewan Komunitas ASEAN, dan Badan-Badan Kementerian Sektoral ASEAN;

3. Menginstruksikan para Menteri yang relevan di tiap-tiap Dewan terkait untuk menyelenggarakan pertemuan-pertemuan antar-Menteri yang bersifad ad-hoc dan membahas isu-isu penting ASEAN yang bersifat lintas Dewan Komunitas. Aturan-aturan pelaksanaan pertemuan-pertemuan dimaksud diadopsi oleh Dewan Koordinasi ASEAN;

4. Menangani situasi darurat yang berdampak pada ASEAN dengan mengambil tindakan-tindakan yang tepat;

5. Memutuskan hal-hal yang dirujuk kepadanya berdasarkan Bab VII dan VIII (piagam ini);

6. Mengesahkan pembentukan dan pembubaran Badan-Badan

Kementerian Sektoral dan lembaga-lembaga ASEAN lain; dan

7. Mengangkat Sekretaris Jenderal ASEAN, dengan pangkat dan status setingkat Menteri, yang akan bertugas atas kepercayaan dan persetujuan para Kepala Negara atau Pemerintahan berdasarkan rekomendasi Pertemuan para Menteri Luar Negeri ASEAN.

KTT ASEAN dibantu oleh ASEAN Coordinating Council yang terdiri dari menteri luar negeri ASEAN, yang melakukan pertemuan paling sedikit 2 tahun sekali. Badan ini akan mengoordinasikan kebijakan, efisiensi dan kerja sama dalam mencapai Masyarakat ASEAN dengan ASEAN Community Councils


(23)

yang terdiri dari: (i) ASEAN Political-Security Council; (ii) ASEAN Economic Community Council; dan (iii) ASEAN Socio-Cultural Community Council. Perkembangan dan rekomendasi pencapaian Masyarakat ASEAN dilaporkan kepada KTT ASEAN.166 Adapun fungsi dan tugas ASEAN Coordinating Council sebagaimana tertuang dalam Piagam ASEAN (ASEAN Charter) adalah sebagai berikut167 :

1. Menyiapkan pertemuan-pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN;

2. Mengoordinasikan pelaksanaan perjanjian-perjanjian dan keputusan-keputusan Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN;

3. Berkoordinasi dengan Dewan-Dewan Komunitas ASEAN untuk meningkatkan keterpaduan kebijakan, efisiensi, dan kerja sama antar- mereka;

4. Mengoordinasikan laporan-laporan Dewan-Dewan Komunitas ASEAN kepada Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN;

5. Mempertimbangkan laporan tahunan Sekretaris Jenderal mengenai hasil kerja ASEAN;

6. Mempertimbangkan laporan Sekretaris Jenderal mengenai fungsi-fungsi dan kegiatan-kegiatan Sekretariat ASEAN serta badan-badan relevan lain;

7. Menyetujui pengangkatan dan pengakhiran para Deputi Sekretaris Jenderal ASEAN berdasarkan rekomendasi Sekretaris Jenderal; dan

166Bank Indonesia, loc.cit 167Piagam ASEAN, Pasal 8


(24)

8. Menjalankan tugas-tugas lain yang diatur dalam Piagam ini atau fungsi-fungsi lainnya seperti yang ditetapkan oleh Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN.

ASEAN Economic Community Council (AEC Council) merupakan dewan yang mengkoordinasikan semua economic sectoral ministers seperti bidang perdagangan, keuangan, pertanian dan kehutanan, energi, perhubungan, pariwisata dan telekomunikasi dan lain-lain. Pertemuan AEC Council berlangsung sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun yang dirangkaikan dengan pertemuan

ASEAN Summit.168

ASEAN Economic Ministers (AEM) merupakan dewan Menteri yang mengkoordinasikan negosiasi dan proses implementasi integrasi ekonomi. Para AEM melakukan pertemuan AEM, AEM Retreat, dan dalam rangkaian ASEAN Summit. AEM menyampaikan laporannya kepada AEC Council, dan selanjutnya AEC Council melaporkan semua hasil-hasil implementasi ASEAN Blueprint kepada ASEAN Summit.169

ASEAN Free Trade Area Council (AFTA Council) adalah dewan menteri ASEAN yang pada umumnya diwakili oleh Menteri Ekonomi masing-masing Negara Anggota bertanggung jawab atas proses negosiasi dan implementasi komitmen di bidang perdagangan barang ASEAN. AFTA Council melakukan pertemuan tahunan para Menteri Ekonomi ASEAN dalam rangkaian pertemuan sebelum AEM.170

168Departemen Perdagangan RI, op.cit, Hal. 13 169Ibid, Hal. 15


(25)

ASEAN Investment Area Council (AIA Council) adalah dewan menteri ASEAN yang bertanggung jawab atas proses negosiasi dan implementasi komitmen di bidang investasi ASEAN. Pada umumnya, AIA Council mengadakan pertemuan tahunan dalam rangkaian dengan pertemuan AEM.171

Senior Economic Official Meeting (SEOM) merupakan pertemuan ASEAN di tingkat pejabat Eselon 1 yang menangani bidang ekonomi. Pertemuan diadakan 4 (empat) kali dalam setahun, SEOM 1, 2, 3, dan 4. Dalam 2 (dua) pertemuan SEOM (1 dan 3), pertemuan fokus pada isu intra ASEAN sedangkan pada 2 (dua) pertemuan SEOM lainnya (2 dan 4), ASEAN mengundang Negara Mitra Dialog yaitu China, Jepang, Korea, India, Australia & New Zealand untuk melakukan konsultasi dengan SEOM ASEAN. SEOM dalam pertemuannya menerima laporan hasil pertemuan dari dan membahas isu yang masih pending di tingkat Coordinating Committee/ Working Group.172

Coodinating Commitees / Working Groups merupakan pertemuan teknis setingkat pejabat Eselon 2 atau Pejabat Eselon 3 di instansi terkait masing-masing Negara Anggota ASEAN. Pertemuan ini diadakan 4 (empat) kali dalam setahun, dimana hasil pertemuannya akan dilaporkan kepada SEOM untuk diteruskan kepada AEM, AEC Council, ASEAN Coordinating Council dan ASEAN

Summit.173

171Loc.cit

172Ibid, Hal. 16 173Loc.cit


(26)

E. Bentuk-Bentuk Kesepakatan yang Diimplementasikan ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Dalam situasi persaingan ekonomi yang semakin tajam, ada kekhawatiran bahwa Asia Tenggara akan tertinggal jauh dari pesatnya pertumbuhan ekonomi Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dan India. Gagasan membentuk Komunitas Ekonomi ASEAN diharapkan bisa mengalirkan semangat baru untuk berintegrasi ke dalam dan meningkatkan daya saing kawasan agar dapat merebut investasi asing.174

Sejalan dengan aspek ekonomi dalam Visi ASEAN 2020, Komunitas Ekonomi ASEAN diharapkan menjadi suatu pasar tunggal dan basis produksi di mana arus barang, jasa, investasi, modal, dan pekerja terampil bisa bebas bergerak.175 Komunitas Ekonomi ASEAN ini juga diharapkan dapat menciptakan ASEAN sebagai kawasan ekonomi yang kompetitif, berdaya saing tinggi, dan terintegrasi penuh dalam ekonomi global.176

ASEAN Economic Community Blueprint yang disahkan dalam KTT ke-13 pada bulan November 2007 di Singapura, terdiri atas empat pilar yang berhubungan satu sama lain, yakni177 :

1. Pilar pertama yaitu pasar tunggal dan basis produksi (Single Market and Production Base) yang menekankan terciptanya suatu pasar tunggal dan basis produksi melalui arus barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan modal yang bebas. Hal ini ditujukan untuk

174CPF. Luhulima dkk, op.cit, Hal. 109-110 175

Ibid, Hal. 110

176Bank Indonesia, op.cit, Hal. 37

177The ASEAN Secretariat, ASEAN Economic Community 2015: Progress and Key


(27)

liberalisasi pasar yang memberikan kesempatan yang lebih besar kepada masyarakat ASEAN untuk melakukan perdagangan dan bisnis didalam lingkup ASEAN dengan biaya yang diminimalisir serta menjadikan ASEAN sebagai suatu tujuan investasi yang menarik bagi investor internasional maupun lokal.

2. Pilar kedua yaitu wilayah ekonomi yang kompetitif (Competitive Economic Region) yang membantu menciptakan lingkungan yang baik untuk bisnis serta mendukung inovasi-inovasi yang mungkin terjadi dalam implementasi ASEAN Economic Community ini. Hal ini dapat dicapat melalui penerapan kerangka dasar, standar dan kerja sama yang melintasi banyak daerah, seperti sektor pertanian dan pelayanan keuangan, serta dalam peraturan mengenai persaingan, hak kekayaan intelektual, dan perlindungan konsumen. AEC juga mendukung peningkatan keterhubungan transportasi dan jaringan infrastruktur lainnya; dengan kata lain AEC memfasilitasi transportasi lintas batas dan berandil dalam mengurangi biaya dalam melakukan bisnis, selain memberikan masyarakat ASEAN berikut bisnis-bisnisnya dengan kesempatan yang lebih baik untuk bekerja sama. Sehingga perkembangan tersebut memberikan peluang untuk memulai bisnis baru, memperluas basis pasar yang telah ada, mendorong ketersediaan barang dan jasa dalam wilayah ASEAN serta menciptakan lapangan pekerjaan.


(28)

3. Pilar ketiga yaitu pembangunan ekonomi yang adil dan merata (Equitable Economic Development) berfokus pada tercapainya pertumbuhan dan pembangunan yang seimbang dan berkelanjutan. Hal ini dapat tercapai melalui inisiatif kreatif yang mendorong UKM untuk berpartisipasi dalam ikatan perdagangan regional maupun global, serta memfokuskan upaya untuk medorong kapabilitas Negara-Negara anggota baru ASEAN untuk memastikan integrasi Negara-Negara tersebut secara efektif kedalam AEC.

4. Pilar keempat yaitu integrasi ke dalam ekonomi global (Integration into Global Economy) menargetkan integrasi penuh ASEAN kedalam ekonomi global. Hal ini ditempuh melalui pendekatan yang koheren terhadap hubungan perekonomian antara Negara-Negara anggota ASEAN dengan Negara-Negara diluar ASEAN, termasuk melalui zona perdagangan bebas dan perjanjian kerjasama ekonomi yang komprehensif, serta peningkatan partisipasi dalam jaringan pasokan global.

Keempat karakteristik tersebut termuat dalam cetak biru Komunitas Ekonomi ASEAN yang dihasilkan dari Pertemuan ke-38 ASEAN Economic Ministers (AEM) di Kuala Lumpur, Malaysia pada Agustus 2006. Cetak biru KEA itu memiliki sasaran dan kerangka waktu yang jelas dalam mengimplementasikan berbagai langkah serta fleksibilitas yang telah disepakati


(29)

sebelumnya guna mengakomodasi kepentingan seluruh Negara anggota ASEAN.178

Pasar tunggal dan basis produksi ASEAN terdiri atas lima elemen inti, yaitu179 :

1. Free Flow of Goods (Alur bebas barang);

2. Free Flow of Services (Alur bebas jasa);

3. Free Flow of Investment (Alur bebas investasi);

4. Free Flow of Capital (Alur bebas modal); and

5. Free Flow of Skilled Labour (Alur bebas tenaga terampil).

Disamping itu, pasar tunggal dan basis produksi ASEAN juga terdiri atas 2 komponen yang penting, yakni sektor integrasi prioritas (priority integration

sectors), dan pangan, pertanian dan kehutanan (food, agriculture, and forestry).180

Alur bebas barang merupakan salah satu tujuan penting dalam implementasi pasar tunggal dan basis produksi ASEAN Economic Community 2015. Suatu pasar tunggal untuk barang (dan jasa) juga akan memfasilitasi pembangunan jaringan produksi regional dan meningkatkan kapasitas ASEAN sebagai pusat produksi global atau sebagai bagian dari rantai pasokan global.181

178

Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, ASEAN Selayang Pandang, 2012, Sekretariat Direktorat Jenderal Kerja Sama ASEAN, Jakarta, Hal. 31

179ASEAN Economic Community Blueprint, Article 9. 180Loc.cit

181ASEAN Economic Community Blueprint, Article 10: Free flow of goods is one of the principal means by which the aims of a single market and production base can be achieved. A single market for goods (and services) will also facilitate the development of production networks

in the region and enhance ASEAN‟s capacity to serve as a global production centre or as a part of


(30)

Adapun yang termasuk dalam jadwal strategis aliran bebas barang dalam skema

ASEAN Economic Community adalah sebagai berikut182 :

1. Penghapusan hambatan tarif. Tarif terhadap semua barang-barang intra-ASEAN akan dihapuskan sesuai dengan jadwal dan komitmen yang telah disepakati dalam perjanjian CEPT-AFTA serta perjanjian/protokol lainnya yang berkaitan.183

2. Penghapusan hambatan non-tarif. Fokus utama ASEAN menuju 2015 akan dipusatkan pada penghapusan hambatan non-tarif (Non-tariff

Barriers) secara penuh.184

3. Rules of Origin (ROO) atau pengaturan asal. Menempatkan ROO

yang responsif terhadap proses produksi global sehingga dapat memfasilitasi perdagangan dan investasi antara Negara Anggota ASEAN, menumbuhkan jaringan produksi regional, mendorong pengembangan UKM dan mempersempit kesenjangan pembangunan, serta meningkatkan penerapan skema CEPT-AFTA.185

4. Fasilitas perdagangan. Perdagangan dan bea masuk, proses, prosedur, dan informasi terkait yang mudah, harmonis, dan terstandarisasi diperkirakan akan menurunkan biaya yang timbul atas transaksi di

182

Bank Indonesia, op.cit, Hal. 105

183ASEAN Economic Community Blueprint, Article 13: Elimination of Tariffs. Tariffs on all intra-ASEAN goods will be eliminated in accordance with the schedules and commitments set out in the CEPT-AFTA Agreement and other relevant Agreements/Protocols.

184

ASEAN Economic Community Blueprint, Article 14: Elimination of Non-Tariff Barriers. ASEAN has achieved significant progress in tariff liberalisation. The main focus of ASEAN towards 2015 will be placed on the full elimination of nontariff barriers (NTBs).

185ASEAN Economic Community Blueprint, Article 15: Rules of Origin (ROO): Putting in place ROO which are responsive to the dynamic changes in global production processes so as to: facilitate trade and investment among ASEAN Member Countries; promote a regional production network; encourage development of SMEs and the narrowing of development gaps; and promote the increased usage of the AFTA CEPT Scheme.


(31)

ASEAN yang mana akan meningkatkan daya saing ekspor dan memfasilitasi integrasi ASEAN menjadi sebuah pasar tunggal barang, jasa, dan investasi dan basis produksi yang tunggal.186

5. Integrasi kepabeanan. Implementasi ASEAN Economic Community mengadopsi rencana strategis pembangunan bea cukai 2005-2010 (the Strategic Plan of Customs Development) dalam hal integrasi kepabeanan AEC 2015.187

6. ASEAN Single Window. Implementasi langkah-langkah untuk

menyederhanakan, harmonisasi, dan standarisasi perdagangan dan kepabeanan, proses, prosedur, dan penerapan teknologi, informasi, dan komunikasi di semua bidang terkait untuk fasilitas perdagangan akan menjadi hal yang penting dalam suatu gagasan mutakhir dari

ASEAN Single Window.188

7. Standar dan hambatan teknis perdagangan. Sistem standar, jaminan yang berkualiatas, akreditasi, dan pengukuran merupakan hal-hal yang penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas biaya produksi impor/ekspor dalam wilayah ASEAN. Standar, pengaturan teknis dan prosedur kelayakan akan diselaraskan melalui ASEAN

186

ASEAN Economic Community Blueprint, Article 16: Trade facilitation. Simple, harmonised and standardised trade and customs, processes, procedures and related information flows are expected to reduce transaction costs in ASEAN which will enhance export competitiveness and facilitate the integration of ASEAN into a single market for goods, services and investments and a single production base.

187ASEAN Economic Community Blueprint, Article 17: Customs Integration. In light of the acceleration of AEC, the realisation of ASEAN Customs Vision 2020 is brought forward to 2015. In particular, the 2005-2010 Strategic Plan of Customs Development

188

ASEAN Economic Community Blueprint, Article 18: ASEAN Single Window. The implementation of measures of simplifying, harmonising and standardising trade and customs, processes, procedures and the application of ICT in all areas related to trade facilitation would be paramount in the ultimate creation of an ASEAN Single Window.


(32)

Policy Guideline on Standards and Conformance dengan transparansi yang lebih besar, peningkatan kualitas penilaian kelayakan, dan partisipasi sektor swasta.189

Aliran bebas sektor jasa merupakan salah satu elemen penting dalam mewujudkan Komunitas Ekonomi ASEAN, yang didalamnya tidak ada hambatan bagi para pemasok jasa ASEAN dalam penyediaan jasanya secara lintas Negara di kawasan ASEAN sesuai dengan pengaturan domestik di setiap Negara anggota ASEAN. Liberalisasi sektor jasa dirundingkan dalam beberapa negosiasi, khususnya melalui Komite Koordinator Sektor Jasa (Coordinating Committee on Services). Perundingan sektor-sektor jasa tertentu seperti jasa keuangan dan transportasi udara dilaksanakan oleh kementerian terkait. Dalam proses liberalisasi jasa, tidak diperkenankan adanya penarikan kembali komitmen dan kebebasan yang telah disepakati oleh seluruh Negara anggota ASEAN.190

Dengan adanya alur bebas jasa, ASEAN juga bekerja keras dalam menentukan kualifikasi profesional dengan tujuan memfasilitasi pergerakan jasa-jasa tersebut di lingkup kawasan ASEAN dengan menghilangkan batasan-batasan

189

ASEAN Economic Community Blueprint, Article 19: Standards and Technical Barriers to Trade. Systems of standards, quality assurance, accreditation, and measurement are crucial to promote greater efficiency and enhance cost effectiveness of production of intra-regional imports/exports. Standards, technical regulations and conformity assessment procedures will be harmonised through the implementation of the ASEAN Policy Guideline on Standards and Conformance, with greater transparency, improved quality of conformity assessment and active participation of the private sector.

190

ASEAN Economic Community Blueprint, Article 20: Free flow of trade in services is one of the important elements in realising ASEAN Economic Community, where there will be substantially no restriction to ASEAN services suppliers in providing services and in establishing companies across national borders within the region, subject to domestic regulations. Liberalisation of services has been carried out through rounds of negotiation mainly under the Coordinating Committee on Services. Negotiation of some specific services sectors such as financial services and air transport are carried out by their respective Ministerial bodies. In liberalising services, there should be no back-loading of commitments, and pre-agreed flexibility shall be accorded to all ASEAN Member Countries.


(33)

dalam perdagangan jasa 5 sektor penting, yakni : transportasi udara, e-ASEAN, kesehatan, turisme, dan logistik.191

Suatu keadaan investasi bebas dan terbuka merupakan kunci untuk meningkatkan daya saing ASEAN dalam hal menarik investasi asing langsung maupun investasi intra-ASEAN. Arus masuk investasi baru dan reinvestasi yang berkelanjutan akan meningkatkan dan memastikan perkembangan ekonomi ASEAN yang dinamis.192 Untuk meningkatkan integrasi regional serta mempertahankan daerah investasi yang memiliki daya saing, maka perlu diperhatikan hal-hal seperti : perlindungan investasi (investment protection), fasilitas dan kerja sama (facilitation and cooperation), promosi dan daya tarik

(promotion and awareness), dan liberalisasi (liberalisation).193

Alur modal dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015 yang lebih bebas pada dasarnya memperhatikan keseimbangan antara pentingnya aliran modal dan keperluan kebijakan kehati-hatian (safeguard measures) dalam mengantisipasi kemungkinan terjadi gejolak yang berkaitan dengan lalu lintas modal tersebut.194 Kebijakan kehati-hatian (safeguard measures) didefinisikan sebagai suatu tindakan “darurat” sehubungan dengan peningkatan impor produk

191

ASEAN Economic Community Blueprint, Article 21: In facilitating the free flow of services by 2015, ASEAN is also working towards recognition of professional qualifications with a view to facilitate their movement within the region.

192ASEAN Economic Community Blueprint, Article 23: A free and open investment regime is key to enhancing ASEAN‟s competitiveness in attracting foreign direct investment (FDI)

as well as intra-ASEAN investment. Sustained inflows of new investments and reinvestments will promote and ensure dynamic development of ASEAN economies.

193ASEAN Economic Community Blueprint, Article 26-Article 30 194Bank Indonesia, op.cit, Hal. 211


(34)

tertentu, dimana impor tersebut akan atau telah mengancam cedera serius pada industri dalam negeri Negara anggota pengimpor.195

Alur bebas tenaga terampil bertujuan untuk memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para pekerja untuk dapat mengisi lowongan kerja yang tersedia, keluar dan masuk dari satu wilayah ke wilayah Negara lain tanpa hambatan yang berarti.196

Sebagai kawasan ekonomi berdaya-saing, implementasi ASEAN

Economic Community (AEC) 2015 akan beragenda pada197 :

1. Pengaturan mengenai persaingan (competition policy), dimana tujuan utama pengaturan mengenai persaingan ini adalah untuk mendorong budaya persaingan yang sehat198;

2. Perlindungan konsumen (Consumer Protection). Langkah-langkah perlindungan konsumen sudah dikembangkan bersama dengan langkah-langkah ekonomi yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan terkait perlindungan konsumen199;

3. Hak kekayaan intelektual (Intellectual Property Rights). Posisi Negara anggota ASEAN mayoritas adalah Negara berkembang, meskipun Singapura memiliki ketertarikan cukup besar dalam perlindungan kekayaan intelektual pada sektor biomedis dan

195https://www.wto.org/english/tratop_e/safeg_e/safeg_info_e.htm, diakses pada tanggal 11 Maret 2016.

196Ibid, Hal.243 197

Siow Yue Chia, The ASEAN Economic Community: Progress, Challenges, and Prospects, 2013, Asian Development Bank Institute, Tokyo, Hal. 22

198

ASEAN Economic Community Blueprint, Article 41: The main objective of the competition policy is to foster a culture of fair competition...

199ASEAN Economic Community Blueprint, Article 42: ... Consumer protection measures are already being developed in tandem with the proposed economic measures to address the already emerging consumer protection.


(35)

teknologi mutakhirnya, sedangkan Negara anggota ASEAN lainnya berfokus pada perlindungan budaya tradisional, obat-obatan, dan tumbuhan. Pembangunan hak kekayaan intelektual penting untuk membangun ASEAN sebagai suatu kawasan ekonomi yang inovatif dan kompetitif200;

4. Pembangunan infrastruktur (Infrastructure Development) yang mencakup201 :

a. Kerja sama transportasi (transport cooperation); b. Transportasi darat (land transport);

c. Transportasi air dan udara (maritime and air transport); d. Infrastruktur informasi (information infrastructure); e. Kerja sama dalam bidang energi (energy cooperation);

f. Kerja sama dalam bidang pertambangan (mining cooperation); g. Keuangan dalam proyek infrastruktur (financing of infrastructure

projects)

5. Perpajakan (Taxation) yang beragenda pada penyelesaian jaringan perjanjian bilateral dalam hal penghindaran pajak berganda diantara Negara-Negara anggota ASEAN202.

6. Transaksi Elektronik (e-Commerce) yang beragenda pada pembuatan pengaturan dan infrastruktur yang legal untuk transaksi elektronik dan memperbolehkan perdagangan barang online dalam cakupan

200Siow Yue Chia, op.cit., Hal. 22 201

ASEAN Economic Community Blueprint, Article 46-Article 57

202ASEAN Economic Community Blueprint, Article 58: Actions: i. Complete the network of bilateral agreements on avoidance of double taxation among all Member Countries by 2010, to the extent possible.


(36)

ASEAN melalui pelaksanaan e-ASEAN Framework Agreement serta didasarkan pada kerangka kerja yang umum203.

Pembangunan ekonomi yang adil dan merata dalam cetak biru ASEAN Economic Community (AEC) 2015 hanya berfokus pada 2 (dua) cakupan, yakni usaha kecil menengah (Small or Medium-sized Enterprise) yang bertujuan untuk mempersempit kesenjangan pembangunan antara Negara-Negara anggota ASEAN, dan Initiative for ASEAN Integration (IAI) yang bertujuan untuk mempersempit kesenjangan pembangunan antara ASEAN6 (Indonesia, Singapore, Thailand, Brunei Darussalam, Filipina, dan Malaysia) dan CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam).204

Dalam hal membuat bisnis di ASEAN agar dapat bersaing secara internasional, membuat ASEAN sebagai suatu segmen rantai pasokan global yang dinamis dan kuat serta menjamin pasar dalam kawasan tetap menarik minat investasi asing, sangat penting bagi ASEAN untuk berintegrasi ke dalam ekonomi global (Integration into the Global Economy) dengan 2 (dua) aksi, yaitu205 :

1. ASEAN harus mempertahankan “Sentralitas ASEAN” dalam hubungan ekonomi eksternal, termasuk negosiasi untuk perdagangan bebas dan perjanjian kerja sama ekonomi komprehensif ;

2. ASEAN juga harus meningkatkan partisipasi dalam jaringan pasokan global

203ASEAN Economic Community Blueprint, Article 59:To lay the policy and legal infrastructure for electronic commerce and enable on-line trade in goods (e-commerce) within ASEAN through the implementation of the e-ASEAN Framework Agreement and based on common reference frameworks.

204Siow Yue Chia, op.cit, Hal. 23


(37)

NASIONAL INDONESIA MENGENAI KEBIJAKAN FREE FLOW OF GOODS DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 A. Integrasi Perangkat Hukum Negara-Negara ASEAN terhadap

Sektor-Sektor yang Fundamental dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Pertemuan ke-39 ASEAN Economic Ministers (AEM) pada tahun 2007 menjadi titik tolak sejarah integrasi Negara-Negara ASEAN dalam bidang ekonomi, dimana pada pertemuan tersebut disepakati suatu cetak biru pelaksanaan ASEAN Economic Community 2015 (AEC Blueprint) beserta jadwal strategis yang mencakup inisiatif-inisiatif baru serta roadmap yang jelas untuk mencapai pembentukan ASEAN Economic Community pada tahun 2015.

Pada hakikatnya, ASEAN Economic Community ditujukan untuk memperluas pasar dan meningkatkan kompetensi perdagangan dengan menghilangkan hambatan-hambatan yang berkaitan dengan ekonomi, perdagangan, dan industri antar Negara anggota ASEAN dengan mengintegrasikan berbagai aspek yang terkait dengan perdagangan barang, jasa, investasi, modal dan tenaga kerja terampil kedalam suatu pasar tunggal dan basis produksi tunggal.

Namun, integrasi regional juga memiliki potensi risiko. Pertama, dapat menimbulkan kerugian kesejahteraan jika "efek penciptaan perdagangan"


(38)

dibayangi oleh “efek pengalihan perdagangan”, yaitu jika penghapusan hambatan perdagangan di antara Negara-Negara anggota menyebabkan perdagangan lebih efisien dengan Negara-Negara non-anggota dibandingkan jika dialihkan ke Negara anggota yang kurang efisien. Kedua, akan menyebabkan “pengalihan efek investasi” dimana investasi sumber daya yang terbatas dialihkan ke pasar terpadu dengan skala yang lebih besar. Ketiga, ada kekhawatiran terhadap “efek mangkuk mie” (“noodle bowl effect”), mengacu pada potensi masalah yang mungkin timbul sebagai akibat dari kurangnya koherensi antara perbedaan perjanjian yang tumpang tindih.287

Fokus khusus pada pangan, pertanian dan kehutanan berkaitan dengan bagaimana mengembangkan sebuah sektor yang dipertimbangkan paling sensitif oleh anggota ASEAN. Karena hal ini akan diintegrasikan dalam sebuah pasar tunggal, Cetak Biru Masyarakat Ekonomi ASEAN melihat bagaimana liberalisasi perdagangan di wilayah ini akan dilaksanakan, dan bagaimana standard-standard umum dikembangkan. Selain itu, kerja sama dan alih teknologi dengan bantuan organisasi-organisasi internasional/regional (seperti Food and Agricultural Organzation/FAO) dan sektor swasta juga menjadi perhatian ASEAN. Hal ini juga mengundang produsen pertanian melalui promosi dan berjaringan kerja sama pertanian.288

Selain pasar tunggal, Komunitas Ekonomi ASEAN juga melihat sebuah kawasan ekonomi dengan semangat kompetisi yang tinggi, pembangunan ekonomi yang setara, dan integrasi penuh dalam ekonomi global. Pembangunan

287 http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/131618-T%2027561-Dampak%20kemajuan-Analisis.pdf, Hal. 77, diakses pada tanggal 16 Januari 2016


(39)

kawasan kompetitif ini akan dilakukan dengan membuat beberapa kebijakan bersama dan pembangunan infrastruktur yang dibutuhkan. Untuk itu, ASEAN akan menyelaraskan kebijakan-kebijakan kompetisi, perlindungan konsumen, hak kekayaan intelektual, pajak dan e-commerce. ASEAN akan mendirikan sebuah jaringan transportasi yang terintegrasi (udara, laut, dan darat); mengembangkan sistem ICT yang dapat dihubungkan dan digunakan oleh semua Negara di kawasan ini; mencari proyek-proyek untuk jaringan listrik dan pipa gas yang terintegrasi; mempromosikan sektor penambangan; dan menarik sektor swasta untuk mendanai upaya-upaya tersebut.289

Berkaitan dengan disepakatinya draft AEC Blueprint, pada pertemuan ke-39 AEM juga disepakati mengenai Roadmap for ASEAN integration of the Logistics Services Sector sebagai priotitas ke-12 untuk integrasi ASEAN dan menandatangani “Protocol to Amend Article 3 of the ASEAN Framework (Amandment) Agreement for the Integration of the Priority Sectors”. Dengan demikian, ke-12 Priority sectors dimaksud adalah agro-based products, air-travel, automotivr, e-ASEAN, electronics, fisheries, healthcare, rubber-based

products, textiles & apparels, tourism, wood-based products, logistics services.290

Oleh sebab itu, penting bagi Negara-Negara anggota ASEAN untuk memiliki perangkat hukum baik nasional maupun berupa perjanjian bilateral atau multilateral yang konkret untuk menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 sebagai suatu tindakan preventif untuk melindungi kepentingan

289 Loc.cit

290 www.kemlu.go.id/Documents/Kerjasama%20Ekonomi%20ASEAN.doc, Hal. 3, diakses pada tanggal 16 Januari 2016.


(40)

Negaranya apabila terjadi konflik dalam pelaksanaan ASEAN Economic

Community (AEC) di kemudian hari.291

Professor European University Institute, EUI President ad Interim Marise Cremona mengatakan potensi Negara di ASEAN dalam menerapkan integrasi hukum cukup besar. "Salah satu faktornya hampir sebagian besar Negara di ASEAN seperti Singapura, Indonesia, Malaysia mempunyai isu yang sama yaitu masalah perubahan iklim, dan masalah ketenagakerjaan,"292

Marise menjelaskan, Negara-Negara di Eropa telah mengintegrasikan sistem hukum mereka. Jadi ketika mereka menghadapi permasalahan, maka Negara di Eropa saling membantu. Hal yang sama seharusnya terjadi antar Negara ASEAN. Dia mengatakan, salah satu keuntungan integrasi sistem hukum adalah sesama Negara ASEAN bisa membuat nota kesepahaman bersama terkait isu penting, sehingga Negara ASEAN saling mendukung menciptakan keharmonisan tidak hanya di sektor hukum, tetapi juga dalam sektor-sektor lain seperti ekonomi dan perdagangan.293

Dalam kesempatan yang sama, Advokat, Konsultan Hukum dan Mediator Universitas Pelita Harapan Henry Panggabean menilai ide mempersatukan sistem hukum sesama Negara ASEAN cukup baik. Menurut dia, setiap Negara ASEAN mempunyai permasalahan hukum yang berbeda-beda. Contohnya Indonesia, masalah yang sering terjadi adalah narkoba dan korupsi. Adapun Thailand masalah terorisme. Jika Negara ASEAN ingin menerapkan

291Diskusi Universitas Pelita Harapan "ASEAN Through Integration Law" di Hotel Aryaduta, Jakarta, Senin (29/7), dari http://www.beritasatu.com/hukum/128770-integrasi-hukum-asean-perlu-segera-terealisasi.html, diakses pada tanggal 16 Januari 2016

292Ibid 293Ibid


(41)

integrasi hukum maka pekerjaan rumah yang pertama kali harus dilakukan adalah membereskan dahulu masalah di Negara masing-masing atau yang disebut dalam istilah hukum trend nasional. Jika trend nasional di Negara sudah beres, baru Pemerintah memikirkan untuk menerapkan integrasi hukum.294

"Indonesia adalah Negara paling besar di ASEAN, permasalahan hukum di Indonesia juga banyak tapi yang paling besar adalah masalah narkoba dan korupsi, dua hal itulah yang mesti dibereskan setelah itu baru kita pikirkan tentang konsep integrasi bidang hukum," Dia menjelaskan konsep integrasi hukum ini sangat baik untuk diterapkan. Menurutnya jika Indonesia tidak mempunyai metode hukum yang pas, maka bisa belajar dari Negara ASEAN lain.295

Di samping itu, Executive Dean of the school Law, UPH John Riady menilai integritas hukum sesama Negara ASEAN harus segera dilakukan karena posisi Negara-Negara ASEAN di dunia internasional cukup besar apalagi dalam bidang hukum. Menurutnya Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Negara ASEAN lainnya harus segera membahas ide ini, dan diharapkan bisa diimplementasikan bersamaan dengan ASEAN Economic Community pada 2015.296

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan bahwa pembangunan komunitas ASEAN 2015 sedang dalam proses adaptasi dan transformasi. Aturan hukum sangat penting dalam membangun komunitas untuk menyatakan identitas Piagam ASEAN. “Dibutuhkan komitmen regional dan nasional dalam menyelesaikan masalah-masalah lintas batas melalui kerjasama

294Ibid 295Ibid 296Ibid


(42)

dan kolaborasi regional bahkan dalam masalah hukum. Misalnya polusi asap lintas batas, penyelundupan orang, lingkungan hidup, terorisme, dan keamanan, Kendalanya, harmonisasi hukum nasional Negara anggota ASEAN dengan hukum regional kami menemukan adanya ketegangan baik eksplisit maupun implisit untuk dapat diimplementasikan dalam kawasan. Kita perlu mengadopsi solusi politik dan cara sinergi pada hukum nasional dan konten regional”297

Pieter Jan Kujiper, peneliti dari Universitas Amsterdam, menyarankan ASEAN perlu membuat perjanjian dan kesepakatan sebagai satu kesatuan atas nama organisasi internasional. Pasalnya, selama ini perjanjian-perjanjian di ASEAN dibuat oleh tiap anggota ASEAN secara individu. ASEAN harus sebagai sebuah pihak dalam perjanjian atau bersama-sama Negara anggota dalam membuat perjanjian. “Bila perjanjian dibuat secara eksternal oleh masing-masing Negara ASEAN akan dikhawatirkan akan memiliki konsekuensi hukum. Perlu agar sebuah kesepakatan di ASEAN dibuat secara bersama-sama sebagai satu kesatuan,”298

B. Pengaturan Free Flow of Goods dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015

Arus bebas barang merupakan salah satu elemen utama AEC Blueprint dalam mewujudkan masyarakat ekonomi ASEAN dengan kekuatan pasar tunggal dan berbasis produksi. Masyarakat Ekonomi ASEAN (AEC) merupakan langkah

297

Diskusi panel “Integrasi ASEAN Melalui Hukum: pemerintahan, manajemen, dan hubungan eksternal ASEAN” di Jakarta, Senin (29/7), dari http://sp.beritasatu.com/home/integrasi-hukum-perkuat-asean/39276, diakses tanggal 16 Januari 2016


(43)

lebih maju dan komprehensif dari kesepakatan perdagangan bebas ASEAN (

Asean Free Trade Area/AFTA). AEC Blueprint mengamanatkan liberalisasi

perdagangan barang yang lebih meaningful dari CEPT-AFTA. Komponen arus perdagangan bebas tersebut meliputi penurunan dan penghapusan tarif secara signifikan maupun penghapusan hambatan non tarif sesuai skema AFTA. 299Maka dari itu, Negara-Negara anggota ASEAN telah menyepakati ASEAN Trade in Goods Agreement (ATIGA) pada pertemuan KTT ASEAN ke-14 tanggal 27 Februari 2009 di Chaam, Thailand.300

ATIGA (ASEAN Trade in Goods Agreement) yang merupakan kodifikasi dari keseluruhan kesepakatan ASEAN dalam liberalisasi dan fasilitasi perdagangan barang (trade in goods) yang disesuaikan dengan AEC Blueprint.301 ATIGA terdiri dari 11 bab, 98 pasal, dan 10 lampiran, yang antara ainnya mencakup prinsip-prinsip umum perdagangan internasional (non-discrimination), Most Favoured Nations, national treatment), liberalisasi tarif, pengaturan non-tarif, ketentuan asal barang, fasilitasi perdagangan, kepabeanan, standar, regulasi teknis dan prosedur pemeriksaan penyesuaian, Sanitary and Phytosanitary Measures, dan kebijakan pemulihan perdagangan (safeguards, anti-dumping,

countervarting measures).302 ATIGA bertujuan mewujudkan kawasan arus barang

yang bebas sebagai salah satu prinsip dasar pasar tunggal Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang bertujuan untuk meminimalisir hambatan dan memperkuat kerjasama antar anggota, menurunkan biaya, meningkatkan perdagangan dan

299Hamid Amren, http://www.kompasiana.com/hamidamren/menyongsong-masyarakat-ekonomi-asean_551b4e87a33311ec21b65eef, diakses pada tanggal 16 Januari 2016

300Departemen Perdagangan RI, op.cit, Hal. 18 301Hamid Amren, loc.cit


(44)

kawasan investasi yang kompetitif, efesiensi ekonomi serta menciptakan pasar yang lebih besar.303

Ada 5 elemen penting dalam ATIGA sebagaimana yang dijelaskan diatas. Dalam buku ATIGA terbitan ASEAN halaman 1, dijelaskan sebagai berikut304:

1. ATIGA consolidates and streamlines all the provisions in the CEPT-AFTA, and formalizes several ministerial decisions. As a result, the ATIGA has become a single legal instrument for government officials who implement and enforce the Agreement, as well as for the private sectors who are the beneficiaries. (ATIGA mengkonsolidasikan dan menyederhanakan seluruh ketentuan yang terdapat dalam CEPT-AFTA, serta memformalkan beberapa keputusan tingkat menteri. Sebagai hasilnya, ATIGA menjadi perangkat hukum tunggal tidak hanya bagi pejabat Pemerintahan yang menerapkan dan mengamankan perjanjian tersebut, namun juga bagi pelaku usaha yang menjadi pemetik manfaatnya);

2. The ATIGA annex provides the full tariff reduction schedule of each Member States and spells out the tariff rates to be applied on each product for each year up to 2015. This makes tariff reduction schedules transparent and predictable for the business community. A single legal enactment to effectively implement the stipulated

303

Hamid Amred, loc.cit

304Rolas Jakson Tampubolon,

http://www.kompasiana.com/www.rolastampubolon.wordpress.com/manfaatkan-atiga-sebelum-afta-2015_54f84f35a33311f07d8b4577, diakses pada tanggal 16 Januari 2016


(45)

reduction schedule up to 2015 is also expected. (Annex pada ATIGA menunjukkan jadwal penurunan tarif secara menyeluruh dari setiap Negara anggota dan menguraikan tingkat tarif yang dikenakan kepada setiap produk per tahunnya hingga tahun 2015. Hal ini membuat rencana penurunan tarif menjadi lebih transparan dan memberikan kepastian bagi komunitas bisnis. Sebuah pengundangan komitmen juga telah dilakukan untuk menerapkan secara efektif jadwal penurunan tarif sampai pada tahun 2015);

3. The ATIGA comprises elements to ensure the realisation of free flow of goods within ASEAN, including the following: tariff liberalization, removal of non-tariff barriers, rules of origin, trade facilitation, customs, standards and conformance, and sanitary and phytosanitary measures. The ATIGA contains comprehensive coverage of commitments related to trade in goods and mechanisms for its implementation as well as institutional arrangements. This would allow for synergy of actions being undertaken by the various ASEAN sectoral bodies (ATIGA mencakup beberapa elemen untuk dapat memastikan terwujudnya arus perdagangan barag bebas di kawasan ASEAN, temasuk diantaranya: liberalisasi tarif, penghapusan hambatan non-tarif, keterangan asal barang, fasilitas perdagangan, kepabeanan, standar dan kesesuaian, dan kebijakan sanitary dan phytosanitary. ATIGA meliputi cakupan komprehensif dari komitmen di bidang perdagangan barang, serta mekanisme penerapan serta


(46)

pengaturan kelembagaannya. Hal ini akan memungkinkan terbentuknya sinergi dari langkah-langkah yang diambil oleh berbagai badan-badan sektoral ASEAN);

4. With the objectives of eliminating non-tariff barriers, the provisions of non-tariff measures (NTM) in the ATIGA have been enhanced further through codification of measures, as well as establishment of a mechanism to monitor the commited elimination of non-tariff barriers. (dengan tujuan untuk menghilangkan hambatan non0tarif, ketentuan mengenai kebijakan non-tarif dalam ATIGA telah dikembangkan lebih jauh melalui kodifikasi tindakan-tindakan, dan melalui penyusunan mekanisme untuk mengawasi komitmen pengurangan hambatan-hambatan non-tarif);

5. The ATIGA places emphasis on trade facilitation measures by including the ASEAN Framework on Trade Facilitation. Subsequently, ASEAN has developed the Trade Facilitation Work Programme for the period of 2009-2015. (ATIGA memberikan penekanan pada langkah-langkah fasilitasi perdagangan dengan memasukkan Kerangka Kerja Fasilitas Perdagangan ASEAN. Lebih jauh lagi, ASEAN telah mengembangkan Program Kerja Fasilitas Perdagangan untuk periode 2009-2015)

Dengan ATIGA diharapkan akan memberikan manfaat dalam hal kepastian hukum dibidang perdagangan barang, meningkatkan volume ekspor diinternal Negara anggota, meningkatkan produktivitas dan daya saing, iklim


(47)

usaha yang kondusif, terciptanya lapangan kerja baru, penyederhanaan prosedur kepabeanan, pemanfaatan teknologi serta terciptanya perdagangan barang yang transparan, adil dan terstandarisasi.305

ATIGA mulai berlaku setelah diratifikasi oleh seluruh Negara anggota. Pada saat ATIGA berlaku, beberapa perjanjian ASEAN yang berhubungan dengan perdagangan barang seperti perjanjian CEPT dan beberapa protokol lainnya akan tergantikan. Indonesia meratifikasi ATIGA melalui Peraturan Presiden No. 2 Tahun 2010 tentang Pengesahan ASEAN Trade in Good Arrangement (ATIGA) yang kemudian diteruskan dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 128/PMK.011/2010 tentang Penetapan Tarif Bea Masuk Atas Barang Impor Dalam Rangka ATIGA tertanggal 12 Juli 2010 sebagai implementasi dari ATIGA. Dalam lampiran peraturan tersebut, terdapat beberapa produk dari Negara ASEAN yang diberikan Bea Masuk 0 %. Tentu dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi sebagaimana yang telah diatur dalam peraturan tersebut. Salah satunya adalah wajib membuat “Form D”.306

Dengan ATIGA diharapkan akan memberikan manfaat dalam hal kepastian hukum dibidang perdagangan barang, meningkatkan volume ekspor diinternal Negara anggota, meningkatkan produktivitas dan daya saing, iklim usaha yang kondusif, terciptanya lapangan kerja baru, penyederhanaan prosedur kepabeanan, pemanfaatan teknologi serta terciptanya perdagangan barang yang transparan, adil dan terstandarisasi.307

305Hamid Amren, loc.cit

306Rolas Jakson Tampubolon, loc.cit 307Loc.cit


(1)

2. Bapak Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing I dan Dosen Hukum Internasional. Terima kasih atas bantuan dan bimbingan beliau yang bermanfaat.

3. Bapak Arif, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing II dan Dosen Hukum Internasional. Terima kasih atas segala bantuan, kritikan, saran, kesabaran dalam membimbing Penulis, dan telah menjadi tempat bertanya dan berkeluh kesah Penulis sampai skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Dr. Dedi Harianto, S.H., M.Hum, selaku Dosen Pembimbing Akademik. Terima kasih atas arahan dan bimbingan sejak menjadi mahasiswa baru sampai sekarang.

5. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara atas segala ilmu yang telah diberikan.

6. Ibunda dan Ayahanda tercinta, Juliaty Herman Komar, S.E. dan Willy Wijaya OEI, S.E., S.H. Adik-adik Penulis, Steven Wijaya, Kevin Wijaya, dan Vincent Wijaya. Terima kasih atas segala doa, semangat, dan dukungan yang tak pernah berhenti diberikan. Semoga kelak Penulis dapat membanggakan kalian semua.

7. Seluruh keluarga besar yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima kasih atas segala dukungan, doa, dan motivasi yang diberikan hingga saat ini. Semoga Penulis dapat membalas kebaikannya.


(2)

Simanungkalit, Putri Indra Khairul Nasution, William Riyandi Halomoan, Yara Olivia, Heru Sinaga, Ronny P. Milala, Sonia Ivana Barus dan Andreas F. Brahmana yang telah menemani hari-hari dan memberikan dorongan moril terhadap Penulis mulai dari masa-masa orientasi hingga saat ini.

9. Teman-teman Grup A Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2012 yang telah menemani hari-hari Penulis di kampus sejak menjadi mahasiswa baru hingga sekarang.

10.Teman-teman International Law Student Association (ILSA), khususnya kepada Anderson, Faisal Anshari Dwana, Alfian Syahri, Pratami Ajenia, Bella Titis Giantika sebagai pengurus ILSA 2012 yang telah memberikan dukungan kepada Penulis hingga detik-detik menuju ujian skripsi.

11.Adik-adik Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara angkatan 2015, khususnya Hari Julianto Wijaya, Irwin Djono, Charles Gulo, Felix Kusuma, Kent Christian, Sandra Irene Novthalia Purba, Laora Happy Nia Silitonga, Putri Tresia, Meydana Nurwasih Sitorus, Fanidia Tumanggor, Maria Aruan dan segenap adik-adik lain yang tidak dapat disebutkan namanya. Terima kasih atas dorongan dan motivasi kalian selama proses penulisan skripsi ini. Serta teman-teman lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima kasih atas segala waktu yang telah dihabiskan bersama Penulis selama masa perkuliahan hingga sekarang.


(3)

12.Teman-teman seangkatan di Fakultas Ekonomi Universitas Prima Indonesia angkatan 2012 yang telah memberikan dorongan dan motivasi kepada Penulis selama ini.

13.Berbagai narasumber dan pihak-pihak lain yang telah membantu penyelesaian penulisan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis berharap semoga Tuhan yang Maha Esa berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang membantu. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan,

Medan, Maret 2016


(4)

DAFTAR ISI

ABSTRAK iii

ABSTRACT iv

DAFTAR SINGKATAN v

KATA PENGANTAR viii

DAFTAR ISI xii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 9

C. Tujuan Penelitian 9

D. Manfaat Penelitian 10

E. Keaslian Penelitian 11

F. Tinjauan Pustaka 11

G. Metode Penelitian 16

BAB II KEBERADAAN/KEDUDUKAN ASEAN SEBAGAI ORGANISASI INTERNASIONAL

A. Sejarah Terbentuknya ASEAN 21

B. Latar dan Tujuan Dibentuknya ASEAN 25

C. Struktur Organisasi ASEAN 34

D. Kedudukan ASEAN sebagai Organisasi Internasional 39

BAB III IMPLEMENTASI ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015 SEBAGAI PENINGKATAN HUBUNGAN ANTAR NEGARA


(5)

ASIA TENGGARA

A. Latar dan Tujuan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 50 B. Tahapan Pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) 2015 55 C. Struktur ASEAN Economic Community (AEC) 2015 62 D. Bentuk-Bentuk Kesepakatan yang Diimplementasikan dalam ASEAN

Economic Community (AEC) 2015 70

BAB IV PENGATURAN HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL DAN HUKUM NASIONAL INDONESIA MENGENAI KEBIJAKAN FREE FLOW OF GOODS DALAM ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) 2015

A. Integrasi Perangkat Hukum Negara-Negara ASEAN terhadap Sektor-Sektor yang Fundamental dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015 81 B. Pengaturan Free Flow of Goods dalam ASEAN Economic Community

(AEC) 2015 86

C. Tinjauan Hukum Ekonomi Internasional Mengenai Kebijakan Free Flow

of Goods dalam ASEAN Economic Community (AEC) 2015 93

D. Tinjauan Hukum Nasional Mengenai Free Flow of Goods dalam ASEAN

Economic Community (AEC) 2015 107

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 123


(6)

DAFTAR PUSTAKA


Dokumen yang terkait

Analisis Terhadap Asean Tourism Agreement (Ata) 2002 Dalam Hubungannya Terhadap Asean Economic Community 2015 Dan Pengaruhnya Terhadap Indonesia

9 87 153

Tinjauan Hukum Internasional Mengenai Regulasi Hukum Nasional Indonesia Sebagai Negara Anggota Asean Dalam Rangka Menghadapi Asean Economic Community 2015

2 82 130

Peran ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) Terhadap Kebijakan Liberalisasi Tenaga Kerja Indonesia (STUDI KASUS TENAGA KERJA INDONESIA DI MALAYSIA)

4 74 89

Pengaruh ASEAN Charter (Piagam ASEAN) terhadap Yurisdiksi Negara Anggotanya

3 80 108

Asean Economic Community (AEC) 2015 (Studi : Persiapan Pemerintah Indonesia Dalam Menghadapi ASEAN Economic Community (AEC) 2015 Pilar Fasilitas Perdagangan Khususnya Dalam Pembentukan Indonesia National Single Windows (INSW)

1 51 87

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

4 105 139

Tinjauan Yuridis Terhadap Kebijakan Free Flow Of Services Terhadap Tenaga Kerja Terampil Negara- Negara Anggota Asean Dalam Implementasi Asean Economic Community (Aec) 2015 Ditinjau Dari Perspektif Hukum Ekonomi Internasional Dan Nasional

1 31 128

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 10

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 2

Kesepakatan Investasi Langsung Dalam Rangka Asean Economic Community (AEC) 2015 Menurut Perspektif Hukum Perjanjian Internasional dan Hukum Nasional

0 0 21