Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih

tradisional ke makanan ala barat dengan karakteristik kandungan lemak, kolesterol, garam yang tinggi dan rendah serat. Tingginya lemak pada kelompok siswa obesitas, berpotensi pada terjadinya ketidakseimbangan antara asupan kalori dengan kalori yang dipergunakan, sehingga menimbulkan terjadinya peningkatan berat badan. Hal ini sesuai dengan pendapat CDC 2001 yang menyatakan bahwa keseimbangan energi dapat diibaratkan seperti timbangan, dimana pertambahan berat badan dapat terjadi ketika kalori yang dikonsumsi lebih besar daripada kalori yang digunakan. Laporan National Dietary Survey of Schoochildren tahun 1985 dan National Nutrition Survey yang dilaksanakan oleh Australian Food and Nutrition Monitoring Unit tahun 1995, menyatakan bahwa terjadi peningkatan asupan energi bagi anak berumur 10 – 15 tahun lebih dari 10 , antara tahun 1985 dan 1995 Cook dkk, 2001.

5.3 Hubungan Aktivitas Fisik dengan Kejadian Gizi Lebih

Menurut penelitian yang dilakukan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa semua mahasiswa yang aktivitasnya ringan status gizi normal. Sebanyak 9,1 mahasiswa dengan aktivitas fisik sedang memiliki status gizi normal dan 90,9 memiliki status gizi lebih. Sedangkan semua yang beraktivitas fisik berat memiliki status gizi lebih. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji pearson chi square diketahui bahwa terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian gizi lebih p= 0,0001 0,005. Hasil penelitian Yani 2013 menunjukan bahwa terdapat perbedaan penggunaan waktu untuk aktivitas fisik antara kelompok siswa yang obesitas Universitas Sumatera Utara dengan yang tidak, terutama menyangkut penggunaan waktu untuk aktivitas sedang dan aktivitas berat. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang buruk berpengaruh terhadap kejadian obesitas. Demikian juga penggunaan waktu untuk aktivitas berat, menunjukkan adanya pengaruh terhadap kejadian obesitas sebesar 26 kali. Artinya, siswa yang obesitas akan berpeluang terkena obesitas 17 kali lebih besar dibandingkan dengan siswa yang tidak obesitas apabila menggunakan waktu untuk aktivitas sedang 2,9 jam. Siswa yang obesitas, berpeluang terjadi sebesar 26 kali apabila menggunakan waktu untuk aktivitas berat 1,5 jam dibandingkan dengan siswa yang tidak obesitas. Semakin sedikit penggunaan waktu siswa untuk melakukan aktivitas sedang dan aktivitas berat, maka peluang terkena obesitas semakin besar. Penyebab obesitas adalah multifaktor, melibatkan interaksi antara latar belakang genetik, hormon, obat- obatan steroid jika di konsumsi jangka panjang akan mengalami penambahan berat badan, faktor sosial dan lingkungan seperti gaya hidup sedentary dan kebiasaan makan yang kurang baik serta kurangnya aktivitas fisik Murray, 2009, salah satu faktor yang dapat menyebabkan kegemukan adalah dikarenakan kurangnya olahraga. Faktor lainnya adalah karena gangguan emosi dengan makan berlebihan yang menggantikan rasa puas lainnya, pembentukan sel-sel lemak dalam jumlah berlebihan akibat pemberian makan yang berlebihan pada saat usia anak-anak, gangguan endokrin tertentu seperti hipotiroidisme, gangguan pusat pengatur kenyang selera makan satiety-apetite centre di hipotalamus dan kelezatan makanan yang tersedia Monika, 2011. Selain itu, Monika juga mengatakan bahwa, makanan yang dimakan sebelum tidur lebih besar kemungkinannya akan disimpan sebagai cadangan Universitas Sumatera Utara makanan atau biasa disebut glikogen. Dalam hal ini, makanan yang dimakan sebelum tidur lebih menyebabkan seseorang menjadi gemuk jika dibandingkan dengan makanan yang dimakan lebih awal Monika, 2011. Menurut Suryanti, dkk juga menunjukkan bahwa ada beberapa faktor utama yang menyebabkan kelebihan berat badan atau kegemukan, yaitu: faktor genetik atau faktor keturunan yang berasal dari orang tua, jika kedua orang tuanya menderita kegemukan sekitar 80 anaknya akan menjadi gemuk, bila salah satu yang mengalami kegemukan kejadiannya menjadi 40 dan jika keduanya tidak mengalami kegemukan maka prevalensinya turun menjadi 14 : faktor psikologis, emosi seseorang dapat mempengaruhi perilaku seperti stress, cemas dan takut dapat menimbulkan sikap yang berbeda beda pada setiap orang dalam mengatasinya misalnya dengan makan makanan kesukaan secara berlebihan; pola makan yang berlebihan seperti makan berlebihan, makan terburu buru, menghindari makan pagi dan kebiasaan makan makanan ringan; kurang melakukan aktivitas fisik Rut, 2013. Moehyi 2003 mengatakan bahwa penyebab terjadinya kegemukan kurangnya aktivitas fisik, kemudahan hidup atau kemajuan teknologi yang membuat pekerjaan menjadi mudah dan tidak memerlukan kerja fisik yang berat. Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat. Misalnya pada anak seperti berkurangnya lapangan tempat bermain serta tersedianya hiburan dalam bentuk game elektronik atau playstation dan menonton televisi Nugraha, 2009. Universitas Sumatera Utara Kurangnya aktivitas fisik inilah yang menjadi penyebab obesitas karena kurangnya pembakaran lemak dan sedikitnya energi yang dipergunakan Putri, 2011. Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh yang di hasilkan oleh otot – otot rangka yang dihasilkan sebagai suatu pengeluaran tenaga dinyatakan dalam Kkal, yang meliputi pekerjaan, waktu senggang dan aktivitas sehari – hari. Aktivitas fisik tersebut memerlukan usaha ringan, sedang atau berat yang dapat menyebabkan perbaikan kesehatan bila di lakukan secara teratur. Seseorang yang kurang melakukan aktivitas fisik menyebabkan tubuh kurang menggunakan energi yang tersimpan di dalam tubuh Rahmawati, 2009. Faktor kesehatan juga dapat menyebabkan terjadinya obesitas maksudnya adalah ada beberapa penyakit yang dapat menimbulkan obesitas seperti penderita Hipotiroidisme, Sindrom Cushing, Sindrom Prader – Willi dan beberapa kelainan syaraf yang bisa menyebabkan seseorang banyak makan. Obesitas juga dapat disebabkan memakai obat- obatan tertentu seperti steroid dan beberapa anti depresi Silitonga, 2008. Menurut Meenu dan Madhu 2001, menyatakan bahwa kehilangan aktivitas fisik, akibat menonton televisi atau bermain video game lebih dari satu jam setiap hari memiliki kontribusi yang signifikan terhadap obesitas pada anak. Pendapat ini memperkuat ditemukannya data aktivitas fisik pada penelitian sebagaimana dimana kegiatan menonton TV selama 1 jam 60,2 dan 1 jam 30,8 pada kelompok siswa obesitas. Lebih jauh dikatakan oleh Musaiger 2004 bahwa perubahan gaya hidup dan status sosial ekonomi di negara-negara Mediternia Timur, berdampak pada aktivitas fisik. Ketersediaan kenderaan, peningkatan peralatan elektrikal rumah tangga menyebabkan hidup lebih santai. Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN