Pertimbangan Fungsional Cara Pengukuran Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas

2.1.1 Pertimbangan Fungsional

Masalah fungsional berkaitan dengan kesehatan dan pemeliharaan jaringan periodontal. Konsep dasar masalah fungsional adalah kenyamanan dan kebebasan pergerakan gigitiruan. Masalah fungsional dibagi dalam 2 kategori yaitu : 1. Oklusi Gigitiruan harus sesuai dengan oklusi sentrik dan tidak mengganggu keseimbangan oklusi pasien. 30 2. Fonetik Masalah fonetik dapat dilihat dari pengucapan huruf tertentu seperti ‘M’, ‘S’, ‘F’ atau ‘V’. Bunyi huruf ‘M’ diartikan sebagai posisi istirahat, ketika gigi geligi dipisahkan oleh freeway space. Faktanya, posisi ini tidak berada pada keadaan istirahat, tetapi merupakan posisi habitual otot mandibula. Posisi istirahat ini diamati saat otot elevator relaksasi contohnya saat tidur. Posisi gigi geligi ketika mengucapkan huruf ‘M’ yaitu banyaknya tepi insisial gigi geligi anterior rahang atas yang terlihat diikuti peningkatan vertikal dimensi oklusi. Bunyi huruf ‘F’ menentukan inklinasi sagital insisivus rahang atas. Sepertiga insisal bukal insisivus rahang atas harus berkontak dengan mukosa bibir bawah. Jika tidak terdapat kontak tersebut, mungkin insisivus terlalu pendek atau protrusi. Bunyi dari pengucapan huruf ‘S’ akan memiliki jarak yang disebut closest speaking space. 30

2.1.2 Pertimbangan Estetis

Pertimbangan estetis dalam perawatan prostodontik dapat dinilai dari segi duplikasi warna dan bentuk anasir gigitiruan yang sesuai dengan gigi asli baik meliputi aspek sosial dan psikologi. Estetis adalah suatu seni bukan hanya sebuah ilmu, tetapi perpaduan antara keduanya akan lebih baik bila diterapkan dalam bidang prostodontik. Estetis akan dicapai bila tenaga medis yaitu dokter gigi mengarahkan segala kemampuan artistik dan ilmunya demi kepuasan pasien dan keberhasilan perawatan. 30 Untuk mendapatkan suatu keadaan estetis maka dalam pemilihan anasir gigitiruan anterior rahang atas harus memperhatikan bentuk, tekstur, bahan, warna dan ukuran. 27

2.1.2.1 Bentuk

Bentuk anasir gigitiruan hendaknya dibuat harmonis dengan bentuk wajah pasien. Terdapat tiga bentuk dasar dari wajah yaitu persegi, oval, dan segitiga. Terdapat cara untuk menentukan bentuk anasir gigitiruan yang cocok berdasarkan bentuk wajah yaitu dengan cara kebalikan dari bentuk dasar wajah tersebut. Bentuk gigi geligi yang sesuai dengan wajah akan terlihat indah, sedangkan gigi geligi yang tidak sesuai dengan bentuk wajah akan terlihat kurang indah dan kurang estetis. Pengamatan ini hendaknya dikuasai oleh dokter gigi saat menghadapi pasien pengguna gigitiruan karena tiap individu pasien memiliki bentuk wajah dan bentuk gigi masing-masing. 3,8 Individu yang mempunyai bentuk dasar wajah persegi dan rahang lebar memerlukan gigi yang bentuknya juga persegi, sementara untuk gigi berbentuk segitiga dengan kontur membulat lebih disarankan untuk wanita. Frush dan Fisher menyatakan umur, jenis kelamin dan personaliti mempengaruhi estetis gigitiruan. 3

2.1.2.2 Tekstur

Gigi geligi dengan tekstur tidak teratur dan kontur bulat secara umum lebih terlihat alami. Permukaan gigi yang kasar akan menghasilkan efek yang tidak sama dengan permukaan halus. Permukaan gigi yang halus memantulkan cahaya secara merata. Tekstur juga menjadi hal penting dalam pembuatan gigitiruan sebagian lepasan ketika terjadi kehilangan gigi anterior. Anasir gigitiruan pengganti harus harmonis dengan sisa gigi asli pada lengkung rahang tersebut dalam hal tekstur permukaan. 3

2.1.2.3 Warna

Warna gigitiruan harus disesuaikan dan dibuat harmonis dengan warna gigi geligi asli yang masih ada di rongga mulut dan warna kulit, rambut serta warna mata. Warna menjadi pertimbangan utama saat pemilihan gigitiruan karena mempengaruhi aspek psikologi pasien. Meskipun mata manusia dapat membedakan berbagai warna spektrum dari merah hingga lembayung, namun warna yang pasti menjadi perhatian seorang dokter gigi adalah kelompok warna kuning pada spektrum. Alasannya adalah karena warna gigi dan wajah pada dasarnya adalah kuning. Warna gigi yang dipilih tidak boleh terlihat terlalu mencolok sehingga perhatian orang tidak langsung tertuju pada gigi geligi tersebut. Kulit wajah hendaknya dapat dijadikan pedoman dalam penentuan warna gigi dibandingkan dengan warna rambut serta warna mata pasien. Warna gigi juga hendaknya dapat dibedakan berdasarkan usia, karena seiring bertambahnya usia warna gigi juga semakin gelap. 3 Faktor penentu lain warna gigi juga dapat ditentukan lewat posisi pasien dan sumber cahaya yang digunakan saat pemilihan warna anasir gigitiruan. Cahaya sinar matahari alamiah pada hari yang cerah merupakan sumber utama pencahayaan yang ideal. Selain itu, anasir gigitiruan juga harus diamati dibawah bantuan sinar lampu yang terang pada ruang praktek karena pasien pemakai gigitiruan tersebut akan lebih sering tampil dalam kondisi di dalam ruangan. 3,8

2.1.2.4 Bahan

Gigitiruan yang dikenal terdiri dari bahan porselen maupun resin akrilik. Kedua tipe ini tersedia dengan berbakai bentuk, ukuran, tekstur permukaan dan warna dalam bentuk pabrikan. Kedua bahan ini masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Gigitiruan porselen mendistribusikan tekanan kunyah lebih besar ke mukosa dibawahnya sehingga merugikan pasien yang memiliki jaringan pendukung gigitiruan yang kurang mampu menerima tekanan besar. Gigitiruan resin akrilik mudah untuk dipoles dan lebih cepat berubah di dalam rongga mulut karena daya tahannya terhadap keausan pemakaian lebih rendah. 31

2.1.2.5 Ukuran

Panjang dan lebar gigi merupakan dua hal yang sangat berperan dan perlu diperhatikan dalam pemilihan anasir gigitiruan, sedangkan ketebalan gigi tidak termasuk dalam hal estetis tetapi lebih kepada fonetik. 4 Ukuran gigi harus seimbang dengan ukuran wajah dan kepala terutama untuk gigi anterior. Ukuran gigi wanita sering kali djumpai dengan ukuran yang lebih kecil daripada pria. Selain itu, biasanya orang yang lebih besar memiliki gigi geligi yang lebih besar pula, tetapi ada juga beberapa variasi misalnya orang yang besar mungkin memiliki gigi geligi dengan diastema diantaranya ataupun dengan susunan gigi yang berjejal. Gigi geligi yang tidak harmonis anatara panjang dan lebar tidak terlihat alami dan estetis. 3,27

2.2 Penentuan Lebar Gigi Anterior Rahang Atas

Lebar gigi dianggap lebih sering diperhatikan dalam pemilihan anasir gigi tiruan dibandingkan dengan panjang gigi. 7 Dokter gigi hendaknya memiliki kemampuan dalam menentukan ukuran yang harmonis bagi anasir gigitiruan pasien edentulus ketika tidak tersedianya pre-extraction record. Beberapa metode dapat digunakan sebagai panduan dalam menentukan ukuran gigi yaitu metode pengukuran anatomi wajah atau anthropologi seperti metode keliling kranial, jarak interpupil, jarak interkantal, lebar interalar, lebar intercommisural dan metode canine eminence. 5,8-13,27 Beberapa pengukuran ini dapat diukur melalui puncak interkaninus ICTW, lebar mesio-distal gigi ataupun lebar distal kaninus WDC.

2.2.1 Cara Pengukuran Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas

a. Pengukuran melalui jarak puncak interkaninus atau Intercanine Tip Width ICTW Pengukuran melalui jarak puncak interkaninus atau Intercaninus Tip Width ICTW dapat dilakukan pada metode pengukuran anatomi wajah yaitu dengan cara mengukur lebar gigi anterior rahang atas menggunakan kaliper digital dari titik puncak gigi kaninus kanan ke kiri secara horizontal Gambar 1. 1,5,15,17 Gambar 1. Intercanine tip width ICTW 17 ICTW b. Pengukuran melalui Mesio-Distal Width Cara ini juga digunakan untuk mengukur lebar enam gigi anterior rahang atas pada metode pengukuran anatomi wajah dengan menggunakan kaliper digital namun pengukurannya pada masing-masing lebar mesio-distal enam gigi anterior rahang atas yaitu mulai dari gigi insisivus sentralis, insisivus lateralis dan kaninus pada bagian kanan dan kiri. Pengukuran mesio-distal masing- masing enam gigi tersebut kemudian dijumlahkan Gambar 2. 12 Gambar 2. Mesio-distal width 32 c. Pengukuran melalui Width of Distal Canine WDC Cara ini juga dapat digunakan untuk mengukur lebar enam gigi anterior rahang pada metode pengukuran anatomi fasial yaitu dengan menggunakan kaliper digital, kemudian pengukuran dimulai dari bagian distal gigi kaninus atau kiri ke kanan secara horizontal Gambar 3. 5 Gambar 3. Width of Distal Canine WDC 33 a b c d e f WDC

2.2.2 Pengukuran Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas Berdasarkan

Dokumen yang terkait

Perbedaan Proporsi Lebar Gigi Anterior Rahang Atas dengan Konsep Golden Proportion dan Konsep Recurring Esthetic Dental (RED) Proportion pada Mahasiswa FKG USU Angkatan 2010-2013

12 114 122

Perbandingan Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas dengan Jarak Interkantal dan Jarak Bizigomatik pada Mahasiswa Indonesia FKG USU Angkatan 2008-2011

0 52 68

Lebar Mesiodistal Gigi Permanen Rahang Atas dan Rahang Bawah Pada Mahasiswa Malaysia FKG USU

2 83 79

Perbedaan Proporsi Lebar Gigi Anterior Rahang Atas Terhadap Konsep Golden Proportion, Preston’s Proportion, dan RED Proportion pada Mahasiswa Indonesia FKG USU Angkatan 2011 – 2014

5 45 82

Perbedaan Proporsi Lebar Gigi Anterior Rahang Atas Terhadap Konsep Golden Proportion, Preston’s Proportion, dan RED Proportion pada Mahasiswa Indonesia FKG USU Angkatan 2011 – 2014

0 0 4

Perbedaan Proporsi Lebar Gigi Anterior Rahang Atas Terhadap Konsep Golden Proportion, Preston’s Proportion, dan RED Proportion pada Mahasiswa Indonesia FKG USU Angkatan 2011 – 2014

0 0 6

PERBANDINGAN LEBAR ENAM GIGI ANTERIOR RAHANG ATAS DENGAN JARAK INTERKANTAL DAN LEBAR INTERALAR PADA MAHASISWA INDONESIA FKG USU ANGKATAN 2011-2014

0 0 42

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemilihan Anasir Gigitiruan Anterior Rahang Atas - Perbandingan Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas Dengan Jarak Interkantal Dan Lebar Interalar Pada Mahasiswa Indonesia Fkg Usu Angkatan 2011-2014

0 0 22

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Perbandingan Lebar Enam Gigi Anterior Rahang Atas Dengan Jarak Interkantal Dan Lebar Interalar Pada Mahasiswa Indonesia Fkg Usu Angkatan 2011-2014

0 1 6

PERBANDINGAN LEBAR ENAM GIGI ANTERIOR RAHANG ATAS DENGAN JARAK INTERKANTAL DAN LEBAR INTERALAR PADA MAHASISWA INDONESIA FKG USU ANGKATAN 2011-2014

0 0 18