PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF UNTUK PENEMUAN FAKTA DENGAN PENGGUNAAN TEKNIK OPQRST PADA SISWA KELAS VIII SMP TARUNA MANDIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

(1)

MANDIRI

TAHUN

PELAJARAN

2012/2013

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Disusun oleh

Indah Puji Lestari (108013000046)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa Kelas VIII SMP Taruna Mandiri

Tahun Pelajaran 2012/2013”. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus ujian Munaqasah pada tanggal 02 Oktober 2013 di hadapan dewan penguji. Oleh karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) dalam bidang pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.


(3)

dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.)

Oleh:

INDAH PUJI LESTARI NIM 108013000046

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(4)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Indah Puji Lestari

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 28 Februari 1990

Jurusan/Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013.

Dosen Pembimbing : Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd.

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis.

Jakarta, 26 September 2013

Indah Puji Lestari 108013000046


(5)

Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013.”

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri danmendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif setelah menggunakan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri.

Metode yang digunakan penelitian yakni penelitian tindakan kelas yang terdiri dari siklus I dan siklus II. Setiap siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik OPQRST (overview, preview, question, research, summarize, dan test).

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai bulan Maret 2013 di SMP Taruna Mandiri. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, dokumentasi, angket, dan tes.

Hasil penelitian ini berupa data nilai pretest, yaitu 54,23, siklus I dengan nilai 63,65, dan siklus II dengan nilai 80,96. Respon siswa terhadap pembelajaran ini sangat positif, terlihat dari peningkatan yang terjadi pada pretest, siklus I, dan siklus II.Hasil tersebut membuktikan bahwa terdapat peningkatan keterampila nmembaca intensif untuk penemuan fakta dengan penggunaan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP TarunaMandiri tahun pelajaran 2012/2013.


(6)

Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013.”

The purpose of this study was to describe the ability of intensive reading at class VIII junior high school TarunaMandiri and describe the intensive reading skills improvement after using technique of OPQRST at class VIII junior high school TarunaMandiri.

The research methods use class action research at consisting of a cycle I and cycle II. Each cycle consists of the planning phase, the implementation of the action, observation, and reflection. The techniques used in this research is OPQRST techniques (overview, preview, question, research, summarize, and test).

This research was carried out in February until March 2013 at class VIII junior high school TarunaMandiri. The techniques of collecting data used interviewing, observation, documentation, questioner and test.

The result of this research are the data value of the pretest is 54,23 the cycle I with value 63,65, and cycle II with a value of 80,96. Student response to this learning is very positive, seen from the improvement occurs at pretest, the cycle I, and cycle II. The results prove that there is an increase in intensive reading skills for the discovery of facts with the use of the technique OPQRST at class VIII junior high school TarunaMandiri year 2012/2013.


(7)

iii

sebaik-baiknya. Penyusunan skripsipenulis buat untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd.) dengan skripsi yangberjudul

“Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan

Penggunaan Teknik OPQRST”.

Selama penulisan skripsi ini, banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dialami. Namun, berkat doa, kerja keras, serta dukungan dari berbagai pihak, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.

1. Ibu Nurlena Rifa’I, M.A. Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dra. Mahmudah Fitriyah ZA., M. Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, sekaligus dosen pembimbing skripsi.

3. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan berbagai ilmu pengetahuan selama 4 tahun.

4. Hj. Aniq selaku Kepala Sekolah yang telah menguzinkan penulis melakukan penelitian di SMPTarunaMandiri.

5. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Sarbiyanto, Ibu Alm.Suratmi ,dan Ibu Suwarni sebagai orang tua yang selalu memberikan doa serta dukungan baik moril maupun materil. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada kakak dan adik, Dani, Peni, dan Fina. Merekalah yang selama ini selalu memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. 6. Pihak perpustakaan yang telah membantu memberikan referensi kepada


(8)

iv

yang selalu menyemangati penulis untuk menyelesaikan skripsi.

9. Keluarga besar PBSI B angkatan 2008 yang selalu menemani masa-masaperkuliahanselama 4 tahun.

Jakarta, 26 September 2013


(9)

v Lembar Pengesahan

Lembar Pernyataan Karya Sendiri

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... v

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Lampiran ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah ... 3

D. Perumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keterampilan Membaca ... 6

2. Membaca Intensif ... 15

3. Fakta ... 18

4. Teknik OPQRST ... 19

B. Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berpikir ... 25


(10)

vi

C. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ... 31

D. Karakter Penelitian Tindakan Kelas... 33

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 34

F. Subjek Penelitian ... 35

G. Teknik Pengumpulan Data ... 35

H. Teknik Analisis Data ... 36

BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Sekolah ... 39

B. Hasil Analisis Data ... 41

C. Interpretasi Hasil Analisis Data ... 53

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 62


(11)

vii

Tabel 4.2 Nilai Siklus I ... 47

Tabel 4.3 Nilai Siklus II ... 51

Tabel 4.4 Perbandingan Nilai Pretest dan Postest ... 55


(12)

(13)

ix Lampiran 2 Materi Ajar

Lampiran 3 Hasil Pretest Siswa Lampiran 4 Hasil Postest Siswa Lampiran 5 Lembar Observasi Lampiran 6 Hasil Angket Siswa Lampiran 7 Lembar Wawancara Lampiran 8 Dokumentasi

Lampiran 9 Surat Keterangan Penelitian Lampiran 10 Lembar Uji Referensi


(14)

1 A. Latar Belakang Masalah

Membaca merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa. Sebagai suatu keterampilan, maka kegiatan membaca ini perlu dilatih. Membaca bukan sekedar kegiatan memahami lambang, pembaca harus dapat memahami apa yang dibacanya, sehingga lambang-lambang tersebut memberikan makna bagi pembacanya. Membaca adalah kegiatan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dengan membaca seseorang akan mendapatkan informasi. Semakin banyak membaca, maka semakin tergali informasi yang tidak diketahui sebelumnya.

Meskipun banyak keuntungan yang diperoleh dari membaca. Namun, nampaknya banyak siswa yang tidak menyadari hal itu. Rendahnya minat baca siswa dipengaruhi oleh banyak faktor. Salah satunya tidak ditanamkan kebiasaan membaca sejak dini, yakni mulai dari anak mengenal huruf. Ketika siswa sudah terbiasa dengan membaca, maka membaca akan menjadi sebuah kebutuhan dan kegiatan yang menyenangkan.

Pada fase remaja, kegiatan membaca memang bukanlah menjadi hal yang menyenangkan bagi siswa. Mereka lebih suka menghabiskan waktu dengan berselancar di dunia maya, menonton film, atau membaca komik. Bila tidak dibimbing oleh guru, maka lama-lama kegiatan membaca hanya menjadi rutinitas menjelang ujian dan terasa sangat membosankan.

Membaca merupakan kegiatan yang sangat penting dalam proses belajar1. Daya serap membaca siswa akan menentukan hasil akhir dari proses belajar, maka siswa harus mampu memahami isi bacaan, baik yang tersurat

1


(15)

maupun yang tersirat. Dalam hal ini guru sebagai pendidik harus menemukan jenis keterampilan membaca yang tepat dan dapat membimbing siswa untuk memahami suatu teks. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menarik minat baca siswa, sehingga guru harus kreatif untuk menciptakan program-program yang dapat menarik minat baca siswa.

Kegiatan membaca memiliki tujuan untuk menemukan informasi yang terdapat di dalam teks. Untuk menemukan informasi secara cepat dan akurat, maka siswa dapat menerapkan keterampilan membaca intensif. Keterampilan membaca intensif merupakan hal yang perlu diterapkan pada siswa sekolah menengah, karena pada saat itu siswa mulai dikenalkan dengan istilah-istilah baru, sehingga membutuhkan pemahaman mendalam pada suatu teks. Keterampilan membaca intensif sangat mudah diterapkan di sekolah menengah dan sangat efektif untuk membantu siswa memahami isi teks.

Ketika akan menerapkan keterampilan membaca intensif, guru juga harus memberikan teknik membaca. Ada bermacam-macam teknik membaca, yang paling sering digunakan adalah teknik SQ3R. Namun pada penelitian ini, penulis akan menggunakan teknik OPQRST. Tidak jauh berbeda dengan teknik SQ3R, teknik OPQRST juga menerapkan beberapa langkah yang harus dilakukan agar kegiatan membaca menjadi lebih mudah dan menyenangkan. Teknik OPQRST adalah salah satu cara efektif memahami bacaan dan mengingat dalam waktu yang lama. Diharapkan dengan menggunakan teknik OPQRST siswa tidak kesulitan lagi dalam memahami bacaan dan lebih mudah untuk menemukan informasi penting yang terdapat di dalam teks.

Keterampilan membaca merupakan keterampilan yang perlu dilatih dan tidak didapatkan secara instan Dalam penelitian ini penulis akan mengembangkan keterampilan membaca siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri. Berdasarkan hasil observasi penulis di SMP Taruna Mandiri, penulis mengetahui bahwa keterampilan membaca pada siswa kelas VIII masih cukup rendah, karena siswa hanya tertarik membaca ketika ditugaskan oleh gurunya.


(16)

Siswa masih kesulitan memahami suatu teks, sehingga hanya membaca tanpa mendapatkan pemahaman. Beberapa kegiatan sudah dilakukan oleh guru agar siswa tertarik untuk membaca, tetapi nampaknya guru belum menemukan metode yang tepat untuk membimbing siswa.

Berdasarkan permasalahan yang penulis uraikan, maka peneliti ingin mengetahui lebih lanjut tentang kemampuan membaca siswa SMP Taruna Mandiri. Diharapkan setelah peneliti melakukan penelitian kemampuan membaca siswa menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk itulah peneliti

akan melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa Kelas VIII SMP Taruna Mandiri Tahun Pelajaran 2012/2013”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapatlah diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut:

1. Rendahnya minat baca siswa.

2. Siswa masih kesulitan memahami suatu teks.

3. Guru belum menemukan metode membaca yang tepat bagi siswa.

C. Pembatasan Masalah

Karena terbatasnya kemampuan dan kesempatan peneliti, maka peneliti membatasi penelitian ini pada peningkatan keterampilan membaca intensif untuk penemuan fakta dengan penggunaan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri tahun pelajaran 2012/2013.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka


(17)

keterampilan membaca intensif untuk penemuan fakta dengan penggunaan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri tahun pelajaran 2012/2013?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan kemampuan membaca intensif siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri.

2. Mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif setelah menggunakan teknik OPQRST pada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat, yaitu secara teoretis dan praktis.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis penelitian ini adalah menambah pengembangan pengetahuan membaca intensif dan untuk mengembangkan teori OPQRST pada pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya membaca intensif dengan menggunakan teknik OPQRST.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa

1. Siswa termotivasi dalam pembelajaran membaca.

2. Siswa dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif. 3. Siswa lebih mudah menemukan fakta setelah menggunakan


(18)

b. Bagi Guru

1. Guru dapat menggunakan teori OPQRST pada pembelajaran membaca intensif.

2. Guru dapat menciptakan pembelajaran membaca dengan teknik yang mudah dan menyenangkan bagi siswa.

3. Guru dapat meningkatkan minat baca siswa melalui pembelajaran yang inovatif.

c. Bagi Penulis

1. Memperkaya wawasan mengenai penggunaan teknik OPQRST pada keterampilan membaca intensif.

2. Mengetahui adanya peningkatan keterampilan membaca intensif setelah menerapkan teknik OPQRST.

d. Bagi Sekolah

1. Upaya peningkatan kualitas guru dan siswa, sehingga mutu pendidikan dapat meningkat ke arah yang lebih baik dan maju. 2. Memberikan inovasi dalam pembelajaran, sehingga proses


(19)

6 A. Landasan Teori

1. Keterampilan Membaca

Membaca adalah proses menambah khazanah dan memperdalam pengetahuan tentang sesuatu.1 Membaca membuat manusia menjadi pintar. Membaca tidak ada batasannya, dapat dilakukan kapan dan di mana saja. Untuk menjadi maju dan sukses, tidak ada jalan lain selain banyak membaca.

Menurut Aniatul Hidayah, “membaca merupakan kegiatan yang dapat mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir seseorang.”2

Ketika membaca, maka pengetahuan seseorang akan bertambah. Seiring dengan bertambahnya pengetahuan yang didapatkan dari membaca, maka hal ini akan meningkatkan kemampuan memori dan pemahaman seseorang.

Membaca merupakan kegiatan yang memberikan banyak wawasan dan pengetahuan. Wawasan dan pengetahuan tersebut tersedia dalam berbagai bidang informasi, mulai dari buku, majalah, koran, sampai kepada media informasi berupa internet. Menurut Tarigan membaca merupakan “suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis kepada pembaca melalui media kata-kata atau bahasa tulis.”3

Menurut Suhendar dan Pien, “membaca sebagai suatu bagian komunikasi tulisan, lambang bunyi diubah menjadi lambang-lambang tulisan atau huruf-huruf dan lambang-lambang-lambang-lambang tulisan atau huruf

1

Antoni Ludfi Arifin, Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. v. 2

Aniatul Hidayah, Membaca Super Cepat (Jakarta: Laskar Aksara, 2012), h. 5. 3

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1974), h. 7.


(20)

–huruf itulah yang diubah menjadi makna”.4 Membaca adalah menerima informasi atas dasar satuan-satuan bahasa tersebut, maka pembaca haruslah memiliki kompetensi yang kuat akan kebahasaan tersebut.

E Brook, Smith, Kenneth Goodman dan Robert Meridith mengatakan bahwa “membaca merupakan proses yang aktif tentang rekonstruksi makna dari bahasa yang dinyatakan dengan lambang grafis (tulisan)”.5 Membaca itu bahkan melebihi pemerolehan makna materi tercetak. Pembaca dirangsang dengan kata-kata penulis dan sebaliknya pengarang memaknai kata-kata itu dengan arti yang dimilikinya.

Smith mengungkapkan bahwa membaca adalah proses yang digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan atau informasi dari apa yang dibacanya.6 Kaelany H.D menyatakan bahwa “membaca bisa diartikan melihat, memahami, dan menganalisis”. Melihat apa yang tersurat dan memahami apa yang tersirat.7 Hal ini sejalan dengan pendapat Strevens yang menyatakan bahwa “membaca adalah kegiatan yang kompleks karena membaca terdiri atas proses memahami bahasa tulisan”.8

Membaca merupakan proses mengkonstruksi makna bacaan.9 Pembaca aktif mengolah, memikirkan, mengembangkan, dan memaknai teks yang sedang dibacanya. Dalam proses mengkonstruksi tersebut banyak aspek yang terlibat. Aspek itu meliputi aspek psikologis dan kognitif pembaca. Usaha tersebut perlu dilakukan agar pembaca dapat memahami makna teks yang dibacanya.

4

ME Suhendar dan Pien Supinah, Mata Kuliah Dasar Umum Pengajaran Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis (Bandung: Pionir Jaya, 1992), h. 4.

5

Kholid Harras, dkk. Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 1.14. 6

Ibid., h. 4.5. 7

Antony Ludfi Arifin. Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. 81. 8

M. Subana. dkk. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 223.

9


(21)

Membaca juga dapat diartikan sebagai mengeja atau melafalkan apa yang tertulis.10 Intinya membaca merupakan kegiatan melihat, mengeja, atau melafalkan dari apa yang dilihat pada suatu tulisan.

Membaca sebagai aspek keterampilan berbahasa, merupakan komponen komunikasi tulisan. Membaca dianggap sebagai salah satu aspek keterampilan berbahasa karena membaca bersifat reseptif, yakni membaca merupakan proses perubahan wujud tulisan menjadi wujud makna.11

Broughton mengemukakan bahwa “Keterampilan membaca mencakup 3 komponen, yaitu: (a) pengenalan terhadap aksara serta tanda-tanda baca, (b) korelasi aksara beserta tanda-tanda-tanda-tanda baca dengan unsur- unsur linguistik yang formal, dan (c) hubungan lebih lanjut dari A dan B dengan makna atau meaning.”12 Menurut Murby membaca melibatkan berbagai keterampilan:

a. Mengenal ortografi teks;

b. mengambil kesimpulan mengenai makna kata dan menggunakan kosakata yang belum dikenal;

c. memahami informasi yang diberikan secara eksplisit; d. memahami informasi yang diberikan secara implisit; e. memahami makna konseptual;

f. memahami fungsi komunikatif kalimat dalam bacaan; g. memahami kaitan unsur kalimat;

h. memahami kaitan antara bagian suatu teks;

i. menginterpretasikan teks dengan memandang isi atau pesan dari luar teks;

10

Aniatul Hidayah, Membaca Super Cepat (Jakarta: Laskar Aksara, 2012), h. 3. 11

ME Suhendar dan Pien Supinah, Mata Kuliah Dasar Umum Pengajaran Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis (Bandung: Pionir Jaya, 1992), h. 3 12

Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa (Bandung: Angkasa, 1974), h. 11.


(22)

j. mengenal butir-butir indikator dalam wacana; k. mengenai butir-butir informasi yang paling penting; l. membedakan ide pokok dan ide penunjang;

m. mencari butir-butir yang penting untuk dirangkum; n. memilih butir-butir yang relevan dari teks;

o. meningkatkan keterampilan untuk merujuk pada konsep lain yang mendasar;

p. mencari pokok landasan dari suatu teks (skimming); q. mencari informasi khusus dari suatu teks (scanning);

r. mengalihkan informasi dari suatu teks menjadi diagram, sketsa, skema dan sebagainya (transcoding).

s. mengenal isi teks melalui sajian dalam bentuk lain dengan tempat-tempat kosong setiap kata kesekian (close procedure).13

Dari uraian di atas dapat disimpulkan keterampilan membaca adalah keterampilan yang melibatkan beberapa komponen yaitu pengenalan huruf dan tanda baca, korelasi tanda baca dengan unsur linguistik, dan menemukan makna dari hubungan antara huruf, tanda baca, dan unsur-unsur linguistik.

a. Tujuan Membaca

Membaca haruslah memiliki tujuan. Tujuan membaca sebenarnya adalah untuk memperoleh pemahaman.14 Antoni Ludfi Arifin mengatakan bahwa tujuan membaca ada dua, yaitu:

1. Tujuan Kreasi

13

M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 225.

14

Femi Olivia, Membantu Anak Punya Ingatan Super (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2008), h. 119.


(23)

Membaca yang bertujuan sebagai sarana kreasi yaitu membaca untuk mendapatkan informasi dan pengetahuan dengan cara mengikat makna bacaan yang didapat menuju perubahan diri. 2. Tujuan Rekreasi

Tujuan membaca untuk rekreasi yaitu membaca sebagai sarana mencari kesenangan, hiburan. Bacaan rekreasi ini didapat dari buku-buku cerita pendek, novelette (novel pendek), novel, puisi, dan bacaan sastra lainnya.15

Tujuan membaca menurut Morrow ialah:

1. Mengerti atau memahami isi/pesan yang tekandung dalam satu bacaan.

2. Mencari informasi yang bersifat:

a. Kognitif dan intelektual, yakni yang digunakan seseorang untuk menambah keilmiahannya sendiri;

b. Referensial dan faktual; yakni yang digunakan seseorang untuk mengetahui fakta-fakta yang nyata di dunia ini; dan

c. Efektif dan emosional, yakni yang digunakan seseorang untuk mencari kenikmatan dalam membaca.16

Pada hakekatnya tujuan membaca itu amat bergantung dari situasi, jenis bacaan, dan keterbacaan. Dalam hal ini tujuan membaca dapat dibedakan atas jenis-jenis sebagai berikut.

a. Membaca untuk meningkatkan pengenalan dari keterampilan memahami.

b. Membaca untuk belajar. 15

Antoni Ludfi Arifin, Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. 50-51. 16

M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 224.


(24)

c. Membaca untuk rekreaasi.17

Tujuan membaca menurut Tarigan adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.18 Sedangkan tujuan membaca menurut Anderson adalah sebagai berikut: a. Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan

yang telah dilakukan oleh sang tokoh. Membaca seperti ini disebutmembaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or fact).

b. Membaca untuk mengetahui hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau yang dialami sang tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh (reading for main ideas).

c. Membaca untuk menemukan untuk mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga, dan seterusnya – untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization).

d. Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang pengarang kepada para pembaca, kualitas-kualitas para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).

e. Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut

17

M.E Suhendar dan Pien Supinah, Mata Kuliah Dasar Umum Bahasa Indonesia (Bandung: Pionir Jaya, 1992), h. 21.

18


(25)

membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).

f. Membaca untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh sang tokoh, atau bekerja seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu, hal ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluation).

g. Membaca untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunya persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. Ini disebut membaca untuk membandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast).19

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan adalah membaca adalah untuk memperoleh informasi dari bahan bacaan, memahami isi bacaan, dan menilai kebenaran suatu gagasan isi bacaan yang ditulis oleh pengarang dalam bentuk teks.

b. Manfaat Membaca

Membaca merupakan kegiatan positif untuk mengisi waktu luang. Membaca buku disebut sebagai kegiatan positif karena memberikan banyak manfaat kepada siapa pun. Manfaat membaca adalah sebagai berikut:

1. Menambah wawasan dan pengetahuan.

2. Membaca membuat seseorang menjadi lebih pintar dan cerdas. 3. Membaca dapat dijadikan pengalaman jika suatu saat seseorang

menghadapi masalah yang hampir sama.

19

Alek dan Achmad H.P., Buku Ajar Bahasa Indonesia (Jakarta: FITK Press, 2009), h. 62-63.


(26)

4. Membaca dapat mengembangkan pemikiran dan menjernihkan cara berpikir seseorang.20

Menurut Antoni Ludfi Arifin, manfaat membaca adalah “membantu seseorang mengeksplorasi pengetahuan dari guru yang mahatahu.”21

Belajar tidak harus bertemu langsung kepada pemilik ilmu dengan membaca seseorang pun dapat mengenal pemikiran-pemikiran orang tersebut.

Banyak manfaat yang akan didapat dari membaca. Salah satunya membaca mencegah kepikunan. Dengan membaca otak selalu terasah dengan ilmu-ilmu yang bermanfaat.22 Berdasarkan manfaat membaca yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa, banyak sekali manfaat yang diperoleh ketika membaca dan dapat diketahui bahwa membaca intensif memiliki tujuan kreasi, karena bertujuan untuk mendapatkan informasi.

c. Jenis-jenis Membaca

Jenis membaca memiliki beberapa macam. Berdasarkan metode atau caranya, dikenal membaca indah, membaca sekilas, dan membaca memindai. Berdasarkan tujuannya, dikenal membaca untuk hiburan, mencari informasi, dan membaca teknik.23

Berkaitan dengan jenis-jenis membaca ditinjau dari bersuara atau tidaknya si pembaca ketika membaca, dapat dibagi dua, yaitu membaca nyaring dan membaca dalam hati. Kemudian membaca

20

Aniatul Hidayah, Membaca Super Cepat (Jakarta: Laskar Aksara, 2012), h. 4-5. 21

Antoni Ludfi Arifin, Be A Reader (Jakarta: Gramedia, 2013), h. 40. 22

Asep Ganda Sadikin, dkk. Bahasa Indonesia 2 (Bandung: Facil, 2011), h. 26. 23

Johan Wahyudi dan Darmiyati Zuchdi, Bahasaku Bahasa Indonesia 2 (Solo: Platinum, 2009), h. 195.


(27)

dalam hati dapat dibagi lagi menjadi membaca intensif dan ekstensif. Hal tersebut dapat diketahui berdasarkan skema di bawah ini.24

Gambar 2.1

Jenis membaca menurut Subana dan Sunarti ada dua, yaitu membaca ekstensif dan intensif. Membaca ekstensif ialah membaca secara luas meliputi membaca sebanyak mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin, sedangkan membaca intensif ialah studi

24


(28)

saksama, telaah teliti, pemahaman terperinci yang dilakukan dalam kelas terhadap suatu teks yang pendek. Dari jenis-jenis membaca yang diungkapkan oleh para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa jenis membaca dapat dibagi berdasarkan metode dan tujuannya.

2. Membaca Intensif

Menurut Tarigan membaca intensif merupakan bagian dari membaca dalam hati. Membaca intensif menurut Kholid Harras, Endah, dan Titik adalah “membaca secara cepat dan akurat untuk memahami teks secara tepat dan akurat25”. Dawud juga mengatakan bahwa “Membaca secara intensif dapat diartikan dengan menempuh berbagai cara yang intensif dan efektif untuk menangkap makna suatu bacaan”26. Membaca informasi secara cepat dan akurat, itulah yang disebut membaca intensif.27

Menurut Brooks membaca intensif adalah “studi saksama, telaah teliti, dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira 2 sampai 4 halaman setiap hari.”28 Yang diutamakan dalam membaca intensif bukan keterampilan yang tampak, melainkan hasilnya, seperti pemahaman yang mendalam dan rinci terhadap teks yang dibaca. Bahannya berupa teks singkat dan panjangnya tidak lebih dari 500 kata yang dapat dibaca dalam waktu dua menit dengan kecepatan kurang lebih lima kata per detik.29

Sejalan dengan pemikiran Brooks, Asep mengatakan bahwa membaca intensif adalah:

kegiatan membaca secara sungguh-sungguh untuk memperoleh dan memahami isi bacaan dalam waktu yang relatif singkat dan

25

Kholid Harras, dkk., Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.7 26

Dawud,Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia (Malang: UM Press, 2008), h. 55. 27

Johan Wahyudi dan Darmiyati Zuchdi, Bahasaku Bahasa Indonesia 2 (Solo: Platinum, 2009), h. 195.

28

Henry Guntur Tarigan, Membaca (Bandung: Angkasa, 1974), h. 36. 29

M. Subana dan Sunarti, Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 229.


(29)

akhirnya mampu memberikan penilaian terhadap isi bacaan tersebut.30

Membaca intensif sering diidentikkan dengan teknik membaca untuk belajar. Dengan keterampilan membaca intensif pembaca dapat memahami baik pada tingkatan literal, interpretatif, kritis, dan evaluatif.31 Berkenaan dengan hal tersebut pengembangan kemampuan membaca intensif sangat penting dimiliki bagi semua orang yang selalu ingin belajar.

Dalam membaca intensif, seorang pembaca memperhatikan setiap detail bacaan agar tidak ada yang terlewatkan. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan saat membaca intensif.

a. Pada saat membaca, mulut tidak bersuara.

b. Kepala tidak ikut bergerak mengikuti alur teks yang sedang dibaca. c. Pada saat membaca jari tangan tidak menunjuk pada teks. Hal ini

dilakukan agar mata dapat lebih berkonsentrasi pada bacaan.32

Menurut Dawud ada beberapa teknik-teknik membaca intensif, yaitu: a. Kemampuan membaca dengan cepat

Tidak dapat dipungkiri bahwa untuk memperoleh kemahiran membaca yang andal diperlukan kecepatan membaca yang memadai.

b. Kemampuan mengenali kata pengacu dan perangkai

Isi bacaan umumnya terdiri atas beberapa gagasan utama dan tiap-tiap gagasan utama tersebut terdiri dari gagasan penjelas. Hubungan gagasan yang satu dengan gagasan lainnya itu terwujud dalam penggunaan kata-kata pengacu dan kata-kata perangkai yang tertuang dalam bacaan.

30

Asep Ganda Sadikin, dkk. Bahasa Indonesia 2 (Bandung: Facil, 2011), h. 158. 31

Kholid Harras, dkk. Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.7. 32


(30)

c. Kemampuan mengenali pola paragraf

Paragraf dikembangkan berdasarkan satu pikiran utama dengan beberapa pikiran penjelas. Dalam mengembangkan pokok pikiran itu, penulis dapat melakukannya dengan mengembangkan paragraf deduktif, induktif, dan campuran. Pembaca yang baik harus mampu mengenali pola paragraf dengan cepat.

d. Kemampuan mengenali pola wacana

Pada prinsipnya, pola wacana yang perlu dikenali dan diamati mirip dengan pola pengembangan paragraf. Dalam wacana juga terdapat pokok pikiran dan pikiran penjelas.33

Membaca intensif mengharuskan pembacanya untuk dapat memahami secara akurat apa yang dibaca, meringkas, menilai isi, menjelaskan, menyusun pertimbangan, bahkan menyunting penggunaan teks yang dibacanya.Tujuan membaca intensif adalah pengembangan keterampilan membaca secara detail dengan menekankan pada pemahaman kata, kalimat, pengembangan kosakata, dan juga pemahaman keseluruhan isi wacana.34

Grellete menyimpulkan bahwa keefektifan pengajaran membaca tersebut ditentukan oleh implikasi membaca sebagai proses berpikir dan membaca sebagai proses mengembangkan keterampilan memahami secara intensif.35 Kemampuan membaca intensif perlu dimiliki oleh semua orang yang ingin mengembangkan keterampilan belajarnya.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca intensif adalah membaca secara cepat dan tepat. Dalam membaca intensif yang terpenting ialah pembaca mendapatkan informasi dari bahan bacaan dan dapat memahami isi bacaan secara keseluruhan.

33

Dawud, Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia (Malang: IKIP Malang, 2008), h. 55-58

34

Kholid Harras, dkk. Membaca I (Jakarta: Universitas Terbuka, 2007), h. 5.9. 35


(31)

3. Fakta

Fakta merupakan pernyataan yang tidak terbantahkan lagi kebenarannya.36 Kalimat yang berisi fakta merupakan kalimat yang ditulis berdasarkan kenyataan, peristiwa, suasana yang benar-benar terjadi dan bersifat objektif. Fakta pada umumnya berisi tentang jumlah atau angka-angka, nama-nama, peristiwa, hari-hari, dan tanggal yang merujuk pada kenyataan yang sebenarnya.

Menurut Nani, “fakta adalah benda atau peristiwa yang benar-benar ada atau suatu peristiwa yang sebenarnya tidak memerlukan pembuktian lagi.”37

Sejalan dengan pemikiran Nani, Ahmad Iskak dan Yustinah menyatakan bahwa “fakta adalah keadaan atau peristiwa yang merupakan kenyataan atau sesuatu yang benar-benar terjadi.”38 Fakta diperlukan untuk memperkuat, membuktikan, dan mempertahankan kebenaran pendapat yang disampaikan.39 Fakta menunjukkan suatu kebenaran informasi, artinya hal atau peristiwa tersebut terbukti benar-benar ada.40

A. Ciri-ciri kalimat Fakta 1. Kenyataan

2. Informasi dari kejadian yang sebenarnya.

3. Kalimat fakta adalah kalimat yg mengedepankan fakta nyata dan hasil temuan, dan sering kali menggunakan kutipan dari berbagai sumber sebagai penguat argumen.

4. Kalimat fakta itu kejadiannya sudah terjadi dan pasti dan biasanya disertai dengan waktu kejadian41

36

Priyona Mangunrejo, UN Bahasa Indonesia SMP/MTs (Jakarta: PT Grasindo, 2009) h.13. 37

Nani Darmayanti, Bahasa Indonesia untuk SMK (Bandung: Grafindo, 2007) h.109. 38

Ahmad Iskak dan Yustinah Bahasa Indonesia Tataran Semenjana (Jakarta: Erlangga, 2008) h. 24.

39

Eva Rahmawati, Be Smart Bahasa Indonesia (Bandung: Grafindo, 2008) h. 17. 40

Sumi Winarsih dan Sri Wahyuni, Siap Menghadapi Ujian Nasional SMA/MA (Jakarta: PT Grasindo, 2008) h. 15.

41

Nurdi, Ciri-ciri Kalimat Fakta, 2010, ( http://kreasi-nurdi.blogspot.com/2010/08/ciri-ciri-kalimat-fakta.html)


(32)

Berdasarkan pengertian fakta di atas, dapat disimpulkan bahwa fakta merupakan sesuatu yang benar-benar terjadi, biasanya fakta disertai oleh data-data yang akurat. Fakta dapat mendukung kebenaran suatu pendapat.

4. Teknik OPQRST

Teknik OPQRST merupakan salah satu cara efektif memahami bacaan secara detail dan mempertahankan kemampuan mengingat dalam waktu yang lama. Teknik ini mencakup enam langkah yaitu:

a. Overview

Pada tahap ini pembaca hanya dapat memulai dengan membaca ringkasan yang akan dibaca membaca bagian-bagian penting dari bacaan.42 Pembaca diharapkan dapat menemukan topik yang dibahas dan ringkasan isi (ide-ide penting dari apa yang dibaca).

b. Merencanakan Tujuan

Pembaca dapat merumuskan tujuan membacanya. Pembaca perlu menentukan informasi apa saja yang akan dicari dan merumuskan tujuan membacanya.

c. Bertanya

Pembaca dapat membuat pertanyaan-pertanyaan sederhana sebelum membaca sebuah buku. Pertanyaan dasar dapat berupa konsep 5W+1H. Berikut ini adalah contoh pertanyaan yang dapat dirumuskan mengenai bacaan apapun:

1. Mengenai apakah isi tulisan itu. Seseorang harus berusaha menemukan gagasan utama tulisan itu dan bagaimana cara penulis

42


(33)

menguraikan gagasan itu secara sistematis dalam suatu kaidah tertentu.

2. Apa yang menjadi pemikiran penulis dan bagaimana ia mengartikulasikan pikirannya. Seseorang harus mencari dasar-dasar pemikiran dan landasan yang dipakai penulis untuk menyampaikan maksud tulisannya.

3. Seberapa pentingkah tulisan itu. Seseorang harus mengetahui apakah bacaan dapat memberikan informasi, meningkatkan pemahaman, dan mendapatkan pemahaman lebih dalam.

4. Apakah substansi tulisan itu benar semuanya atau sebagian saja. Seseorang harus mengetahui apa yang ditulis penulis sebelum memberikan penilaian.43

d. Membaca

Membaca diarahkan pada pencarian informasi dari proses tinjauan awal dan pertanyaan-pertanyaan yang akan dicari jawabannya. Pada tahap ini konsentrasikan pada penguasaan ide pokok serta detail yang penting, yang mendukung ide pokok.44

e. Membuat Ringkasan

Setelah membaca pembaca dapat membuat ringkasan yang memadai dari teks/buku yang dibaca. Ringkasan adalah menggabungkan ide pokok yang telah dibuat sebelumnya.45 Agar menjadi padu perlu ditambahkan kata, frase, atau kalimat di antara ide-ide pokok yang digabungkan.

43

Winarno, Speed Reading (Solo: Platinum, 2012), h. 29-30. 44

Soedarso, Speed Reading (Jakarta: Gramedia, 2004), h.63. 45


(34)

f. Menyusun Tes

Pada tahap ini pembaca dapat membuat pertanyaan untuk menguji pemahamannya tentang apa yang dibaca.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Fakta dengan Penggunaan Teknik OPQRST” adalah:

1. Peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry Pada Siswa Kelas VII B SMPN 10 Semarang Tahun Ajaran 2005/2006. Penulisnya adalah Munawaroh dari Universitas Negeri Semarang. Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry pada siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang, dan 2) mendeskripsikan perubahan tingkah laku siswa kelas VII B SMPN 10 Semarang setelah mengikuti pembelajaran membaca intensif teks profil tokoh dengan pendekatan kontekstual komponen inquiry. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua tahap yaitu siklus I dan siklus II. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pengambilan data melalui tes dan nontes Setelah dilakukan penelitian melalui dua siklus, dihasilkan simpulan bahwa pembelajaran kooperatif metode jigsaw dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif buku biografi tokoh siswa. Melalui tes awal diperoleh hasil rata-rata klasikal adalah 51,31 dan berada pada kategori kurang. Kemudian dilaksanakan tes siklus I dan diperoleh nilai rata-rata hasil tes siswa kelas VII E secara klasikal adalah 78,54 dengan kategori baik. Nilai rata-rata tersebut mengalami peningkatan


(35)

sebesar 27,23% dari hasil pratindakan dan berada pada kategori amat baik. Meskipun hasil tersebut sudah cukup memuaskan, namun peneliti masih melaksanakan pembelajaran dan tes siklus II hingga diperoleh hasil rata-rata klasikal untuk tes siklus II yaitu 90,08 dan berada pada kategori sangat baik, dengan peningkatan sebesar 11,54% dari hasil tes siklus I dan peningkatan tersebut berada pada kategori cukup.

Penelitian yang dilakukan oleh Munawaroh berbeda dengan yang dilakukan peneliti, keterampilan membaca intensif diterapkan pada membaca teks profil tokoh, sedangkan peneliti menerapkan keterampilan membaca intensif untuk menemukan fakta. Teknik yang digunakan pun berbeda, Munawaroh menggunakan pendekatan kontekstual komponen inquiry dan peneliti menggunakan teknik OPQRST. Namun metode yang digunakan sama, yaitu penelitian tindakan kelas dengan dua siklus.

2. Peningkatan keterampilan membaca intensif dengan metode kooperatif jigsaw pada siswa kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTS) Al-Mujahidin Cikarang tahun ajaran 2011-2012. Penulisnya adalah Vanesa Primadiyanti dari Universitas Islam Negeri Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca siswa dan peningkatan keterampilan membaca intensif siswa kelas VII Mts. Al-Mujahidin Cikarang dengan digunakannya metode kooperatif jigsaw. Manfaat penelitian ini untuk mengembangkan pengetahuan membaca intensif dengan metode kooperatif jigsaw pada siswa kelas VII MTs. Al-Mujahidin Cikarang.

Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan teknik pengumpulan data menggunakan tes hasil


(36)

belajar siswa dan angket. Tes hasil belajar dan angket ini diberikan kepada sampel berjumlah 80 siswa, di mana kelas control berjumlah 40 siswa dan kelas eksperimen 40 siswa. Pengambilan sampel populasi Purposive sampling, yakni pengambilan sampel berdasarkan tujuan penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan keterampilan membaca intensif setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif jigsaw. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil pretest dan posttest kelompok control dan eksperimen yang dilakukan pada siswa kelas VII Mts. Al Mujahidin Cikarang. Pada tes pretest nilai rata-rata kelompok control yang diperoleh sebesar 52,8 dan kelompok eksperimen 40,95. Hal ini menunjukkan bahwa nilai pretest kelompok eksperimen lebih rendah dibandingkan kelompok control. Maka, kelompok eksperimen diberikan perlakuan dengan menggunakan metode kooperatif jigsaw. Hasil tes posttest kelompok control sebesar 72,925 dan kelompok eksperimen sebesar 78,4. Hal ini menunjukkan bahwa metode kooperatif jigsaw dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif.

Penelitian yang dilakukan oleh Vanesa hampir sama yang dilakukan oleh peneliti. Teknik yang digunakan oleh Vanesa adalah metode kooperatif jigsaw, peneliti menggunakan teknik OPQRST. Metode yang digunakan oleh peneliti dan Vanesa sama, yaitu penelitian tindakan kelas.

3. Peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan gagasan utama dengan menggunakan metode cooperative integrated reading and composition dan teknik repetisi pada siswa kelas VII A SMP negeri 2 Kalinyaman Jepara Tahun ajaran 2008/2009. Penelitian


(37)

ini disusun oleh Afiatur Rohmah dari Universitas Negeri Semarang. Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan gagasan utama pada siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kalinyamatan Jepara setelah menerapkan metode Cooperative Integrated Reading and Composition dan teknik Repetisi; (2) mendeskripsikan perubahan perilaku siswa kelas VII A SMP Negeri 2 Kalinyamatan Jepara setelah diadakan pengajaran membaca intensif untuk menemukan gagasan utama dengan menerapkan metode Cooperative Integrated Reading and Composition dan teknik Repetisi.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang meliputi dua siklus. Tiap siklus terdiri atas tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Pengambilan data dilakukan dengan tes dan nontes. Alat pengambilan data berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, pedoman jurnal, dan pedoman dokumentasi foto. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik kuantitatif dan teknik kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa keterampilan membaca intensif untuk menemukan gagasan utama setelah mengikuti pembelajaran dengan metode Cooperative Integrated Reading and Composition dan teknik Repetisi terbukti mengalami peningkatan. Hasil tes keterampilan membaca intensif untuk menemukan gagasan utama pada prasiklus dapat diketahui bahwa nilai rata-rata sebesar 59,5 atau sebesar 59,47% dan pada siklus I diperoleh nilai rata-rata sebesar 66,81 atau sebesar 66,81%. Hal ini berarti terjadi peningkatan sebesar 7,34%. Pada siklus II diperoleh nilai rata-rata kelas tes membaca intensif untuk menemukan gagasan utama sebesar 75,05 atau sebesar 75,05%.


(38)

Penelitian yang dilakukan oleh Afiatur dan peneliti adalah peningkatan keterampilan membaca intensif. Afiatur meneliti peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan gagasan utama, sedangkan peneliti meneliti peningkatan keterampilan membaca intensif untuk menemukan fakta. Teknik yang digunakan Afiatur ialah metode cooperative integrated reading dan peneliti menggunakan teknik OPQRST. Metode yang digunakan sama, yaitu penelitian tindakan kelas.

Berdasarkan ketiga penelitian tersebut, terdapat perbedaan dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Ketiga penelitian tersebut menggunakan teknik yang berbeda untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif, tetapi semuanya berhasil. Oleh karena itu, penulis ingin mencoba menggunakan teknik OPQRST untuk meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa kelas VIII SMP di sekolah Taruna Mandiri tahun ajaran 2012/2013.

C. Kerangka Berpikir

Membaca adalah kunci ke gudang ilmu. Ilmu yang tersimpan dalam buku harus digali dan dicari melalui kegiatan membaca. Keterampilan membaca menentukan hasil penggalian ilmu itu. Karena itu dapat dikatakan keterampilan membaca sangat diperlukan dalam dunia modern. Membaca adalah salah satu cara dan proses belajar paling tua, paling utama serta paling mendasar dalam upaya memuliakan kehidupan manusia.

Pada tingkatan membaca lanjut terdapat berbagai masalah yang menyebabkan pembaca tidak dapat mencapai kemampuan secara maksimal. Masalah-masalah tersebut terutama yang berkaitan dengan


(39)

kebiasaan-kebiasaan membaca tertentu, gerakan-gerakan mata, motivasi, kebiasaan, dan minat membaca.

Untuk mengatasi masalah-masalah dalam membaca, guru perlu menerapkan metode membaca intensif, agar siswa lebih mudah memahami isi bacaan. Sebagai salah satu keterampilan yang harus dikembangkan di sekolah secara khusus pengembangan keterampilan membaca intensif adalah untuk membentuk kemampuan memahami informasi secara kreatif dan kritis dalam bentuk gagasan, pendapat, pengalaman, pesan, dan perasaan secara tertulis

Teknik OPQRST dapat digunakan untuk metode membaca intensif. Teknik ini sangat mudah diaplikasikan dalam pembelajaran membaca intensif. Teknik OPQRST terdiri atas beberapa langkah, yaitu: overview, preview, question, summarize, dan test. Dengan langkah-langkah tersebut siswa dapat menemukan informasi dengan lebih cepat.

D. Hipotesis Penelitian

Pengajuan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H1 : Teknik OPQRST dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa.

H0 : Teknik OPQRST tidak dapat meningkatkan keterampilan membaca intensif siswa.


(40)

27 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. DesainPenelitian

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Jean Mc Niff mengatakan “Penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif yang dilakukan oleh guru sendiri.”1

Penelitian tindakan kelas dilakukan oleh guru di kelasdengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam pembelajaran.2

Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktik pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri, di kelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri melalui tindakan yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi. Dengan demikian, diperoleh umpan balik yang sistematis mengenai apa yang selama ini dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar.

Dalam penelitian tindakan kelas atau PTK, peneliti atau guru dapat melihat sendiri praktik pembelajaran.3 PTK merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas dan dirasakan langsung oleh guru yang bersangkutan.

Penelitian tindakan kelas meliputi tiga unsur atau konsep, yakni sebagai berikut:

1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan suatu masalah.

1

Acep Yoni, MenyusunPenelitianTindakanKelas(Yogyakarta: Familia, 2010), h. 7. 2

Susilo, PenelitianTindakanKelas(Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007), h.16. 3


(41)

2. Tindakanadalahsuatuaktivitas yang sengajadengantujuantertentu yang

berbentuksikluskegiatandengantujuanuntukmemperbaikiataumenin gkatkanmutuataukualitas proses belajarmengajar.

3. Kelasadalahsekelompoksiswa yang dalamwaktu yang samamenerimapembelajaran yang samadariseorang guru.4

Menurut Rochiati, penelitian tindakan kelas termasuk penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa saja bersifat kuantitatif, di mana uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata.5Penelitiantindakankelasbertujuanuntukmeningkatkanataumemperbaikipr aktikpembelajaran. Menurut Kurt Lewin penelitian tindakan kelas adalah suatu rangkaian yang terdiri atas empat tahap, yaitu:

1. Perencanaan

Kegiatan perencanaan mencakup identifikasi masalah, analisis penyebab adanya masalah, dan pengembangan bentuk tindakan sebagai pemecahan masalah.6 Padatahapiniakandilakukanlangkah-langkahperencanaanuntukmemperbaikikelemahanketerampilanmembacain tensifsiswa. Rencanakegiatan yang akandilakukanadalah menyusunrencanapembelajaranmembacaintensifuntukmenemukaninforma si, mempersiapkaninstrumen penelitianberupalembarobservasi, dokumentasi, dan mempersiapkantes.

4

Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: Rajawali Press, 2011), h. 45.

5

Ibid., h. 46. 6


(42)

2. Pelaksanaan

Pelaksanaanpenelitiandilakukansesuaiperencanaan yang

sudahdibuat.Tahappertama yang

dilakukanialahmenarikperhatiansiswaterhadapmateri yang akandiajarkan. Tahap selanjutnya adalah guru memperkenalkan teknik OPQRST dan menyuruh siswa membaca teks secara intensif dengan menggunakan teknik OPQRST. Kemudian tanyakaninformasiapasaja yang didapatkandariteks yang dibaca. Tahap yang terakhiradalahmelakukankesimpulanterhadappembelajaran yang dilakukan.

3. Pengamatan

Kegiatanobservasiataupengamatandilakukanuntukmengetahuidanmem perolehgambaranlengkapsecaraobjektiftentangperkembanganproses

pembelajaran7. Pengamatan yang

dilakukandalampenelitianiniadalahdenganmenggunakantestertulisdanjuga denganmenggunakanteknikwawancaraterhadapsiswa.

4. Refleksi

Padatahapinipenelitidapatmenarikkesimpulandaripenelitian yang dilakukanpadasiklus I.Jikapenelitiansiklus I yang dilakukanbelummemuaskan, makapenelitidapatmerencanakansiklus II.

Penelitian tindakan kelas adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh para pelaku pendidikan dalam situasi kependidikan untuk memperbaiki praktik kependidikan, pemahaman tentang praktik pendidikan,

7


(43)

situasi saat praktik tersebut dilaksanakan.8 Penelitian tindakan kelas memerlukan gagsan dan asumsi ke dalam praktik untuk mengkaji secara sistematis bukti yang menantangnya (memberikan hipotesis tindakan).9

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa penelitian tindakan kelas merupakan penelitian yang dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memecahkan masalah-masalah yang terdapat di dalam kelas.Hasil penelitian tersebut dapat menjadi pembelajaran bersama untuk guru dan para peneliti.

B. Model PenelitianTindakanKelas

Dalampelaksanaanpenelitiantindakankelas,

siswabukanhanyadiajarsepertibiasadanmengerjakan LKS yang intinyamengerjakansoal-soalsetelahmempelajariringkasan,

tetapiharusmelakukansuatutindakan.Siswaharusaktifbekerjamelakukansesuatu yang diarahkanoleh guru.

Model penelitiantindakankelas yang paling seringdigunakanadalah model yang dikemukakanolehKemmisdanMc Taggart.10Penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasidanmengevaluasi proses danhasiltindakan (observation dan evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai peningkatan yang diharapkan tercapai.

Adapun model penelitian tindakan kelas yang dimaksud menggambarkan adanya empat langkah, yang disajikan dalam bagan berikut ini.

8

Kunandar, Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru (Jakarta: PT Rajawali Press, 2010), h. 46

9

Suharsimi Arikunto dan Suhardjono, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 106 10

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: RinekaCipta, 2010), h. 137


(44)

Gambar 3.1

C. TujuanPenelitianTindakanKelas

Penelitian yang menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas umumnya diarahkan pada pencapaian sebagai berikut:

1. Memperhatikan dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, dan hasil pembelajaran;


(45)

2. Menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi tenaga kependidikan agar lebih proaktif mencari solusi akan permasalahan pembelajaran.

3. Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para tenaga pendidik dan kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran;

4. Meningkatkan kolaborasi antartenaga pendidik dan tenaga kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran.11

Dengan kata lain, guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik pembelajaran secara reflektif dan bukan bertujuan untuk mendapatkan ilmu baru dari penelitian tindakan yang dilakukannya.

Penelitian tindakan kelasmemilikibeberapatujuan, yaitu:

1. Untukmemecahkanpermasalahannyata yang terjadi di dalamkelas,

meningkatkanprofesionalisme guru,

danmenumbuhkanbudayaakademik di kalangan guru. 2. Peningkatankualitaspraktikpembelajaran di kelas.

3. Peningkatanrelevansipendidikan, halinidicapaimelalui proses peningkatan proses pembelajaran.

4. Sebagaialattraning in-service, untukmelengkapiskilldanmetode guru.

5. Sebagaialatuntukpendekatantambahanterhadapsistempembelajara n yang biasanyamenghambatinovasi.

6. Peningkatanmutuhasilpendidikan.

7. Meningkatkan sikap profesional pendidik.

8. Menumbuhkembangkanbudayaakademik di lingkungansekolah.

11


(46)

9. Peningkatanefisiensipengelolaanpendidikan.12

Menurut Susilo tujuan penelitian tindakan kelas adalah sebagai berikut:

1. Untuk perbaikan dan peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas.

2. Perbaikan dan peningkatan pelayanan professional guru kepada peserta didik dalam konteks pembelajaran di kelas.

3. Pengembangan kemampuan dan keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas dalam rangka mengatasi permasalahan aktual yang dihadapi sehari-hari.

4. Adapun tujuan penyerta penelitian tindakan kelas yang dapat dicapai adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses penelitian itu berlangsung.13

Dengan tujuan tersebut penelitian tindakan kelas memang sangat baik untuk dilakukan para guru dalam memperbaiki proses pembelajaran, meningkatkan kinerja guru, dan penelitian ini tidak mengganggu tugas pokok guru. Ketika melaksanakan penelitian tindakan kelas guru dapat memecahkan sendiri masalah yang dihadapinya saat proses pembelajaran.

D. Karakterisitik Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya. Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. On the job problem oriented (masalah yang diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dalam dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti).

12

Kunandar, LangkahMudahPenelitianTindakanKelas, (Jakarta: RajawaliPers, 2011). h. 63-64. 13


(47)

2. Problem solving oriemted (berorientasi pada pemecahan masalah). 3. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu).

4. Ciclic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap.

5. Action Oriented. Dalam PTK selalu adanya tindakan tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.

6. Pengkajian terhadap dampak tindakan.

7. Specifics Contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh permasalahn praktis yang dialami oleh guru dalam proses belajar mengajar.

8. Partisipatory. PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain.

9. Peneliti sekaligus praktisi yang melakukan refleksi.

10.Dilaksanakan dalam beberapa siklus. Satu siklus terdiri dari perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi.14

E. TempatdanWaktuPenelitian

Penelitianinidilakukan di kelas VIII SMP TarunaMandiri semester II tahunpelajaran 2012/2013, yang beralamat di Jalan Raya Pamulang II nomor 3, Benda Baru, Pamulang, denganjumlahsiswa 26 orang,

padamatapelajaranBahasa Indonesia.

PenelitianinidilakukanpadabulanFebruarisampaibulanMarettahun

2013.Penelitianinidimulaidaritahapprasurveihinggadilaksanakannnyatindakan adalahempatpekan.Sebagaitahapawaldilakukanprasurveipadapekankeduabulan

Februari 2013

denganmelakukantesawalketerampilanmembacaintensifpadasiswakelas VIII SMP

14


(48)

TarunaMandiri.Setelahitudilanjutkandenganpemberiantindakan.Penelitianinia kanberakhirpadaminggupertamabulanMaret.

F. SubjekPenelitian

Penelitianinidilaksanakan dikelas VIII SMP TarumaMandiri semester

II tahunpelajaran 2012/2013,denganjumlah 26

siswa.Tujuanpenelitianiniadalahuntukmendeskripsikanpeningkatanketerampil anmembacaintensifuntukmenemukaninformasidenganmenggunakanteknik OPQRST.

G. TeknikPengumpulan Data

Teknikpengumpulan data yang digunakanpenelitiadalah: a. Teknik wawancara

Wawancara adalah salah satu cara menggali data. Hal ini harus dilakukan secara mendalam untuk mendapatkan data yang detail dan valid. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan narasumber.15

b. Teknikobservasi

Observasi adalahkegiatanpengumpulan data melaluipengamatanatasgejala, fenomenadanfaktaempiris yang terkaitdenganmasalahpenelitian.

Denganteknikinipenelitimengamatikegiatansiswaselama di kelas.

15

Jamal Ma,mur Asmani, Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 122.


(49)

Peneliti perlu memperhatikan beberapa prinsip umumjika menggunakan teknik observasi dalam pengumpulan data. Beberapa hal yang perlu diperhatikan peneliti antara lain:

1. Aspek tingkah laku dan jenis interaksi telah ditentukan. 2. Peneliti telah menyiapkan instrument, berupa checklist.

3. Observer harus dilatih dan memahami aspek yang diobservasi. 4. Penentuan kriteria gejala yang diamati harus dapat dikontrol. 5. Validitas instrument terjamin.16

c. Teknikangket

Angket adalahseperangkatpertanyaan yang disusunsecaralogis, sistematis, danobjektifuntukmenerangkanvariabel yang diteliti.17 Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu variabel yang akan diukur dan tahu apa yang diharapkan dari responden.

d. Tekniktes

Tes ialahteknik yang digunakanuntukmengukurbakat, minat, danketerampilan.

Penggunaantekniktesinidisesuaikandenganmasalah yang diteliti.

e. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang diperoleh dalam observasi.18 Dokumentasi yang digunakan berupa tes tertulis siswa, daftar nilai siswa, lembar observasi, dan foto saat

16

Musfiqon, H.M., Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Prestasi Pustakarya, 2012), h. 122. 17

Ibid., h. 127. 18


(50)

melakukan kegiatan penelitian. Untuk memberikan gambaran secara konkret mengenai siswa.

H. TeknikAnalisis Data

Tahapanakhirpenelitianadalahanalisis data.Kegiatan analisisinidilaksanakansetelah data terkumpuldandireduksi, sesuaidenganmasalahfokus penelitian.Apabilahasilanalisis data

menunjukkantidaksignifikan, di

dalaminterpretasihasilanalisisperludicarisumberpenyebabtidaksignifikannyahi potesistersebut.19

Adapunlangkah-langkahanalisis data yang adalahsebagaiberikut: 1. Data yang diperolehbersumberdaripenelitianpertamadankedua

yang dilakukandengan menggunakan instrumen-instrumen yang digunakanpadasaatmelakukanpenelitian di kelas VIII SMP TarunaMandiri.

2. Setelah data terkumpul, penelitimengelompokkan data tiaptindakan.

3. Setelahdilakukanpengelompokan data, lalu penelitimenentukan

rata-rata hasiltes yang didapat,

kemudiandianalisisdenganmenggunakanrumus. Tingkat

keberhasilansiswaberdasarkanskortes yang

diperolehditetapkandalamnilaidenganmenggunakanrumus:

Nilai akhir =

100

19Jamal Ma’mur Asmani

Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan, (Jogjakarta: Diva Press, 2011), h. 126.


(51)

Selanjutnyadihitungnilai rata-rata denganrumus:

Nilai rata-rata (x) =

Kemudianpenelitimencaripresentasipeningkatannilai pretest, siklus I, dansiklus II denganlangkah-langkahberikut:

a. Mencariselisihnilaidenganrumusberikut:

b. Setelahitupenelitimencaripersentasepeningkatandenganrum usberikut:

Persentasepeningkatannilai =

4. Setelahdianalisis, makaakanterlihatperbedaan antarahasil pretest,

siklus I, dan siklus

II,kemudiandapatdisimpulkanhasiltiaptindakansertapengambilank eputusanakandiadakanatautidaktindakanlanjutan.


(52)

39 A.Deskripsi Data Sekolah

1. Profil SMP Taruna Mandiri

Nomor Statistik Sekolah : 20 2 280309 022 Nama Sekolah : SMP Taruna Mandiri Alamat : Jalan Raya Pamulang No. 3

Kelurahan : Benda Baru

Kecamatan : Pamulang

Kota : Tangerang Selatan

Provinsi : Banten

Kode Pos : 15416

No. Telepon/Fax : 021-74635180/74635182

Alamat email : sekolahtarunamandiri@yahoo.com

Website : www.sekolahtarunamandiri.sch.id

Tahun dibuka : 2005 Status Sekolah : Swasta

SK/Izin Perndirian : 421.1/377 tahun 2005

Akreditasi : A

2. Visi

Membangun generasi mandiri yang beretos kerja tinggi dan berjiwa pemimpin.

3. Misi

a) Menyiapkan pemimpin masa depan yang menguasai iptek dan memiliki daya saing tinggi


(53)

b) Mewujudkan pribadi-pribadi yang berakhlak mulia dan bangga terhadap budaya bangsa

c) Meningkatkan kemampuan intelektual, ketarampilan praktis dan kemampuan dalam memecahkan masalah.

4. Keunggulan kompetitif sekolah a. Menggunakan Bahasa Mandarin b. Pembinaan agama yang konsisten c. Program pembiasaan diri yang baik d. Student care

e. English day

5. Data Ruang Sekolah SMP Taruna Mandiri a. Ruang teori/kelas

b. Laboratorium IPA c. Laboratorium Kimia d. Laboratorium Fisika e. Laboratorium Biologi f. Laboratorium Bahasa g. Laboratorium Komputer h. Laboratorium Multimedia

i. Ruang perpustakaan konvensional j. Ruang serbaguna/aula

k. Ruang UKS l. Koperasi m. Ruang BP/BK

n. Ruang kepala sekolah o. Ruang guru


(54)

q. Ruang OSIS

r. Kamar mandi/ WC Guru laki-laki s. Kamar mandi/ WC guru perempuan

B. Hasil Analisis Data 1. Hasil Pratindakan

Pratindakan adalah kegiatan yang dilakukan peneliti sebelum memulai siklus I dan selanjutnya. peneliti melakukan pretest terlebih dahulu kepada siswa untuk mengetahuikemampuan membaca intensif siswa. Dalam hal ini peneliti tidak menggunakan teknik OPQRST. Akan tetapi, peneliti langsung menerapkan materi membaca intensif untuk menemukan fakta.

a. Perencanaan Tindakan

Tahap pertama yang dilakukan peneliti sebelum memulai pratindakan adalah menentukan tujuan pembelajaran, membuat rencana pembelajaran, menyusun lembar kegiatan siswa, dan membuat lembar observasi. Penelitian ini akan dilakukan di kelas VIII dengan jumlah siswa sebanyak 26 orang. Penelitian yang pertama dilakukan tanpa menggunakan teknik OPQRST.

b. Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan pretestini dilakukan pada hari Jumat, 15 Februari 2013 pada pukul 08.00 sampai pukul 09.20 WIB. Sebelum memulai pembelajaran, guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan membaca doa, kemudian mengecek kehadiran siswa. Saat pelajaran akan dimulai beberapa siswa masih mengobrol, tetapi hal itu tidaklah menjadi kendala. Setelah guru mulai mengkondisikan kesiapan siswa, suasana kelas menjadi tenang barulah guru menjelaskan tujuan pembelajaran membaca intensif untuk menemukan fakta dan materi membaca intensif. Guru mulai menjelaskan materi itu dari


(55)

kesulitan-kesulitan yang dihadapi semua orang saat membaca, siswa sangat antusias memperhatikan penjelasan guru.

Beberapa siswa bahkan menyampaikan keluhannya tentang kesulitan memahami bahan bacaan.Pembelajaran menjadi menarik, karena siswa sangat aktif mengikuti pembelajaran, meski masih ada beberapa siswa yang mengobrol.Setelah guru selesai menyampaikan materi pembelajaran, siswa diajak untuk mengikuti tes sederhana.Tes ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal membaca intensif siswa.

Siswa diberikan artikel yang harus dibaca dan dipahami dalam waktu 5 menit, kemudian siswa diharuskan menjawab beberapa pertanyaan tanpa melihat kembali artikel yang telah dibaca dan dipahami selama 5 menit. Siswa banyak bertanya saat tes ini dilakukan, guru pun menjelaskan secara lebih rinci bagaimana cara mengisi tes tersebut. Waktu yang dibutuhkan siswa untuk mengerjakan tes sederhana tersebut tidaklah lama, beberapa siswa selesai mengerjakan tes dalam waktu 10 menit.

Setelah selesai mengerjakan tes sederhana ini, siswa mengumpulkan jawaban tes kepada guru.Sebelum pembelajaran usai, guru menyimpulkan hasil pembelajaran dan kemudian menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam. Pembelajaran hari itu sangat menyenangkan, karena siswa tertarik dengan materi membaca intensif.

c. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan selama pelaksanaan tindakan sebagai upaya mengetahui jalannya pembelajaran.Observasi dilaksanakan oleh peneliti yang sekaligus bertindak sebagai guru.Aspek yang diamati dalam observasi meliputi perilaku siswa, baik positif maupun negatif yang muncul selama pembelajaran berlangsung.


(56)

Tabel 4.1 Nilai Pretest Siswa

No. Nama Siswa KKM Nilai Keterangan

1. Afriando Susanto 70 50 Kurang

2. Alvara Sabrina Asya 70 60 Cukup

3. Alviano Ardityas 70 50 Kurang

4. Andre Widya Prayoga 70 70 Baik

5. Arnesha Febra Syavera 70 70 Baik

6. Chita Santika 70 60 Cukup

7. Dhiya Amanda N. 70 60 Cukup

8. Ectwan Pasudewa 70 50 Kurang

9. Edwita Damara 70 50 Kurang

10. Febrian Alit Pramoedito 70 65 Cukup

11. I Gede Made Egar Bayu G. 70 60 Cukup

12. Ika Aprilia 70 65 Cukup

13. Indira Priva Salsabila 70 50 Kurang

14. Lourette V. M. 70 50 Kurang

15. Lukman Hadi Wibowo 70 50 Kurang

16. M. Dwi Prayoga 70 60 Cukup

17. Nadila Humaira 70 50 Kurang

18. Nysella Latiefah Qolby 70 50 Kurang

19. Octa Bimansyah Untoro 70 55 Kurang

20. Putri Rahmadani 70 40 Kurang Sekali

21. Risa Melina 70 60 Cukup

22. Ryan Kusuma D. 70 55 Kurang

23. Salmaa Fahira 70 50 Kurang


(57)

25. Septaviano K. S. 70 40 Kurang sekali

26. Zulfa Azahra 70 40 Kurang sekali

Jumlah 1410

Rata-Rata 54,23

Berdasarkan hasil analisis data pretest di atas dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pretest sebelum diberikan teknik OPQRST adalah 54,23. Rata-rata tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus yang terdapat pada bab III.

Ket.:

__ = nilai rata-rata (mean) X

∑X= jumlah seluruh skor N = banyaknya subjek.

Dari perhitungan nilai pretest di atas, diperoleh nilai 54,23dengan keterangan kurang. Oleh karena itu, dapat diambil kesimpulan nilai pretest tersebut kurang berhasil dalam pembelajaran membaca intensif.

d. Refleksi

Dari hasil perhitungan nilai rata-rata tersebut, dapat diperoleh hasil bahwa rata-rata kemampuan membaca intensif untuk menemukan informasi

__ = ∑X X N


(58)

siswa kelas VIIISMP Taruna Mandiri pada pretest yaitu 54,23. Nilai siswa dalam pretest merata, yaitu 40-70, karena itu nilai para siswa harus ditingkatkan lagi agar mencapai KKM atau melebihi KKM. Hasil pretest tersebut kurang berhasil, sehingga tindakan dalam siklus I harus dilakukan untuk memperbaiki nilai siswa dalam pretest.

2. Siklus I

a. Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan siklus I guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan doa, kemudian guru mengecek kehadiran siswa, dan menjelaskan tujuan pembelajaran membaca intensif dengan teknikOPQRST. Guru pun menanyakan kembali materi membaca intensif yang telah dijelaskan pada tahap pretest.Kemudian guru menjelaskanmateri membaca intensif dengan teknik OPQRST. Tindakan terakhir, guru menutup pelajaran dengan kesimpulan, agar siswa lebih paham tentang materi yang diajarkan dan memberikan penguatan. Kelas pun diakhiri, setelah guru mengucapkan salam.

b. Tahap Pelaksanaan

Siklus I dilaksanakan pada Jumat 22 Februari, 2013, pukul 08.00 sampai 09.20 WIB.Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dilanjutkan dengan doa. Kemudian, guru menjelaskan kembali materi membaca intensif dengan teknik OPQRST.Secara rinci guru menjelaskan caramembaca intensif untuk menemukan informasi dengan teknik OPQRST.

Teknik OPQRST terdiri dari enam langkah. Hal pertama yang harus dilakukan adalah tahap overview dan previewyaitu, mengamati secara keseluruhan isi teks dan memahami pokok-pokok isi teks. Selanjutnya langkah yang dilakukan adalah tahap question atau merumuskan


(59)

pertanyaan.Rumusan pertanyaan dapat berupa isi bacaan, pemikiran penulis, dan kepentingan suatu bacaan bagi pembaca.Pada tahap membaca, siswa harus fokus dan menjawab sendiri pertanyaan yang telah dibuatnya. Langkah terakhir adalah summarize dan test, pada tahap ini siswa harus mengisi beberapa pertanyaan yang telah dibuat oleh guru dan membuat kesimpulan berdasarkan teks yang telah dibaca siswa.

Seperti pertemuan sebelumnya siswa juga sangat antusias mengikuti pembelajaran hari itu.Setelah guru menjelaskan materi, siswa ditugaskan untuk membaca artikel yang telah disediakan dengan teknik OPQRST, serta menyimpulkan isi artikel tersebut.Siswa hanya diberi waktu 5 menit untuk memahami isi artikel, kemudian siswa harus menjawab tes.Dalam proses ini, siswa mengerjakan postest dengan teknik OPQRST.

Siswa diberi waktu 20 menit untuk mengerjakan tes, tanpa melihat artikel yang telah dibaca sebelumnya.Saat mengerjakan tes siswa terlihat sangat antusias, tetapi ada juga yang terlihat tegang.Guru pun berusaha membuat siswa mengerjakan tes dengan santai. Setelah siswa selesai mengerjakan tes, guru pun menyimpulkan pembelajaran, serta memberikan penguatan, dan menutup pembelajaran dengan mengucapkan salam.

C. Observasi

Observasi dilakukan dengan cara mengamati kegiatan dan tingkah laku siswa selama pembelajaran berlangsung. Peneliti bertindak sebagai guru sekaligus observer yang mencatat lembar pengamatan pada pedoman observasi.Pada siklus I, semua siswa terlihat sangat antusias mengikuti kegiatan belajar mengajar.Ketika diperkenalkan dengan teknik OPQRST, siswa merasa tertarik dan mengajukan beberapa pertanyaan.

Siswa mengakui bahwa mereka masih kesulitan untuk menemukan fakta di dalam teks, mereka lebih mudah memahami komik, cerpen, novel, dan karya-karya fiksi lainnya dibandingkan karya non fiksi. Selama pembelajaran


(60)

berlangsung guru mengetahui apa yang menjadi kesulitan siswa saat membaca dan minat baca siswa. Saat diterapkan kegiatan membaca intensif dengan teknik OPQRST, siswa juga merasa sangat antusias.Kecepatan membaca siswa tidak diragukan lagi, karena sebelum lima menit mereka sudah selesai membaca.Namun saat diberikan tes, hanya sedikit yang mampu menjawab pertanyaan dengan cukup baik.

Tabel 4.2 Nilai Siklus I

No. Nama Siswa KKM Nilai Keterangan

1. Afriando Susanto 70 60 Cukup

2. Alvara Sabrina Asya 70 70 Baik

3. Alviano Ardityas 70 60 Cukup

4. Andre Widya Prayoga 70 75 Baik

5. Arnesha Febra Syavera 70 75 Baik

6. Chita Santika 70 70 Baik

7. Dhiya Amanda N. 70 70 Baik

8. Ectwan Pasudewa 70 60 Cukup

9. Edwita Damara 70 60 Cukup

10. Febrian Alit Pramoedito 70 70 Baik

11. I Gede Made Egar Bayu G. 70 70 Baik

12. Ika Aprilia 70 70 Baik

13. Indira Priva Salsabila 70 65 Cukup

14. Lourette V. M. 70 55 Kurang

15. Lukman Hadi Wibowo 70 60 Cukup

16. M. Dwi Prayoga 70 65 Cukup


(61)

H a s i l

Berdasarkan hasil analisi data siklus I di atas, dapat diketahui bahwa nilai rata-rata pada siklus I dengan menggunakan teknik OPQRST adalah 63,65dengan keterangan cukup. Rata-rata tersebut didapatkan dengan menggunakan rumus yang terdapat pada bab III.

Ket.:

__ = nilai rata-rata (mean) X

∑X= jumlah seluruh skor N = banyaknya subjek.

18. Nysella Latiefah Qolby 70 60 Cukup

19. Octa Bimansyah Untoro 70 60 Cukup

20. Putri Rahmadani 70 65 Cukup

21. Risa Melina 70 70 Baik

22. Ryan Kusuma D. 70 65 Cukup

23. Salmaa Fahira 70 60 Cukup

24. Sarah Alia Djohan 70 65 Cukup

25. Septaviano K. S. 70 50 Kurang

26. Zulfa Azahra 70 50 Kurang

Jumlah 1655

Rata-Rata 63.65

__ = ∑X X N


(62)

Dari perhitungan nilai siklus I di atas, diperoleh nilai rata-rata 63,65 dengan keterangan cukup. Nilai siswa pada siklus I mengalami kenaikan yang cukup baik, beberapa siswa bahkan sudah mencapai KKM, yaitu 70. Meskipun terdapat peningkatan nilai rata-rata dari 54,23 menjadi 63.65, tetapi nilai tersebut masih di bawah KKM. Oleh karena itu, peneliti perlu melakukan tindakan dalam siklus II.

c. Refleksi

Setelah pelaksanaan tindakan, langkah selanjutnya adalah melakukan refleksi. Refleksi merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan cara mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang telah dilakukan. Dalam tahap refleksi, peneliti akan melakukan analisis terhadap hasil tes dan nontes siklus I. Jika hasil tes belum memenuhi nilai target yang ditentukan maka akan dilakukan tindakan siklus II. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi terhadap rencana kegiatan siklus II.

Setelah melihat hasil dari siklus I, ternyata nilai siswa masih di bawah nilai KKM (70) yaitu 57,11. Oleh karena itu, nilai para siswa harus ditingkatkan lagi agar mencapai KKM atau melebihi nilai KKM. Berdasarkan pengamatan di atas, tindakan dalam siklus II harus dilakukan agar memperbaiki nilai siswa dalam siklus I. Penggunaan teknik OPQRST untuk menemukan informasi berjalan cukup baik, meskipun nilai siswa belum mencapai KKM. Namun, peningkatan nilai yang diperoleh siswa lebih baik dari pretest.

3. Siklus II

a. Tahap Perencanaan

Tahap perencanaan ketiga, guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan doa, kemudian mengecek kehadiran siswa. Setelah itu guru membuka pelajaran dengan


(63)

menjelaskan tujuan pembelajaran.Kemudian, guru menanyakan kembali materi membaca intensif yang telah dijelaskan pada pertemuan pertama. Guru akan menjelaskan materi membaca intensif dengan teknik OPQRST dan dilanjutkan dengan memberikan postes kepada siswa. Tindakan terakhir, guru menutup pembelajaran dengan memberikan kesimpulan dan penguatan.

b. Tahap Pelaksanaan

Pertemuan ketiga dalam siklus II ini dilakukan pada hari Jumat, 1 Maret 2013, pukul 08.00 sampai dengan 09.30 WIB.Guru mengucapkan salam dilanjutkan dengan doa, kemudian mengecek kehadiran siswa dan menjelaskan tujuan pembelajaran membaca intensif untuk menemukan fakta dengan teknik OPQRST. Suasana kelas lebih gaduh dari biasanya, kemudian guru berusaha menenangkan siswa.Saat suasana kelas sudah kondusif, guru mulai menjelaskan materi membaca intensif dengan teknik OPQRST.

Teknik OPQRST terdiri dari enam langkah. Hal pertama yang harus dilakukan adalah tahap overview dan previewyaitu, mengamati secara keseluruhan isi teks dan memahami pokok-pokok isi teks. Selanjutnya langkah yang dilakukan adalah tahap question atau merumuskan pertanyaan.Rumusan pertanyaan dapat berupa isi bacaan, pemikiran penulis, dan kepentingan suatu bacaan bagi pembaca.Pada tahap membaca, siswa harus fokus dan menjawab sendiri pertanyaan yang telah dibuatnya. Langkah terakhir adalah summarize dan test, pada tahap ini siswa harus mengisi beberapa pertanyaan yang telah dibuat oleh guru dan membuat kesimpulan berdasarkan teks yang telah dibaca siswa.

Pada siklus kedua siswa banyak mengajukan pertanyaan, guru pun menjawab dengan antusias.Setelah selesai menjelaskan pertanyaan guru memberikan artikel untuk dibaca dalam waktu limamenit.Siswa pun membaca dengan tenang artikel yang telah diberikan dan mencoba menemukan fakta yang terdapat di dalam teks.Waktu yang diberikan sudah habis, siswa harus menyimpan artikel yang telah dibaca, lalu


(64)

mengisi tes dalam waktu 20 menit.Pada siklus II, siswa terlihat lebih percaya diri untuk menjawab pertanyaan.Tidak terlihat lagi ketegangan saat menjawab tes tersebut, beberapa siswa bahkan mengumpulkan jawaban sebelum waktu selesai.

Setelah semua siswa selesai mengerjakan tes, guru pun memberikan kesimpulan dan penguatan tentang pembelajaran hari itu. Guru pun menanyakan pendapat siswa tentang pembelajaran membaca intensif dengan teknik OPQRST melalui angket dan wawancara.Pembelajaran yang berlangsung selama 90 menit pun usai, guru mengucapkan terima kasih kepada siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri yang telah membantu pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut. Guru menutup pembelajan dengan mengucapkan salam.

c.Observasi

Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan proses belajar mengajar. Pada pertemuan ketiga, guru melihat siswa lebih gaduh dari biasanya. Namun proses belajar mengajar hari itu lebih baik dari siklus I dan pretest. Hal ini dapat dilihat bagaimana keseriusan siswa memperhatikan penjelasan guru dan mengerjakan tes.

Nilai Siklus II

No. Nama Siswa KKM Nilai Keterangan

1. Afriando Susanto 70 80 Baik sekali

2. Alvara Sabrina Asya 70 85 Baik sekali

3. Alviano Ardityas 70 80 Baik sekali

4. Andre Widya Prayoga 70 85 Baik sekali

5. Arnesha Febra Syavera 70 85 Baik sekali

6. Chita Santika 70 85 Baik sekali

7. Dhiya Amanda N. 70 85 Baik sekali

8. Ectwan Pasudewa 70 80 Baik sekali


(1)

(2)

(3)

LEMBAR UJI REFERENSI

Nama : Indah Puji Lestari

NIM : 108013000046

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Judul Skripsi : Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif untuk Penemuan Informasi dengan Penggunaan Teknik OPQRST pada Siswa kelas VIII SMP Taruna Mandiri.

No Judul Buku Paraf

1. Alek dan H.P. Ahmad. Buku Ajar Bahasa Indonesia. Jakarta: FITK Press. 2009.

2. Arifin, Antoni Ludfi. Be A Reader. Jakarta: Gramedia. 2013.

3. Arikunto, Suharsimi dan Suhardjono. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. 2009.

4. Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. 2010.

5. Asmani, Jamal Ma’mur. Tuntunan Lengkap Metodologi Praktis Penelitian Pendidikan. Jogjakarta: Diva Press. 2011.

6. Dawud, Perspektif Pembelajaran Bahasa Indonesia. Malang: UM Press. 2008.

7. Harras, Kholid, dkk. Membaca I. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007.

8. Hidayah, Anayatul. Membaca Super Cepat. Jakarta: Laksar Aksara. 2012.


(4)

Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT Rajawali Press. 2010.

10. Laksono, Kisyani. Membaca 2. Jakarta: Universitas Terbuka. 2008.

11. Mafrukhi. dkk. Kompeten Berbahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga, 2007.

12. Musfiqon, H.M. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustakarya. 2012.

13. Olivia, Femi. Membantu Anak Punya Ingatan Super. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2008.

14. Sadikin, Asep Ganda. Bahasa Indonesia. Bandung: Facil. 2011.

15. Subana, M. dan Sunarti. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Setia. 1998. 16. Suhendar, ME dan Pien Supinah. Mata Kuliah Dasar

Umum Pengajaran Ujian Keterampilan Membaca dan Keterampilan Menulis. Bandung: Pionir Jaya. 1992. 17. Sumadiria, AS Haris. Menulis Artikel dan Tajuk

Rencana. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. 2011. 18. Susilo. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Pustaka

Book Publisher. 2000

19. Soedarso. Speed Reading. Jakarta: Gramedia. 2004. 20. Tarigan, Henry Guntur. Membaca Sebagai Suatu

Keterampilan Berbahasa.Bandung: Angkasa. 1974. 21. Wahyudi, Johan. dan Darmiyati Zuchdi, Bahasaku

Bahasa Indonesia. Solo: Platinum. 2009.


(5)

23. Wulandari, Florentina Ratih. Dasar-dasar Informasi. Jakarta: Universitas Terbuka. 2007.

24. Yoni, Acep. Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia. 2010.

Jakarta, 27 September 2013

Dra. Mahmudah Fitriyah ZA, M.Pd NIP 19640212 199703 2 001


(6)

Biodata Penulis

Penulis bernama lengkap Indah Puji Lestariadalah mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI).Penulislahir di Jakarta padatanggal 28 Februaritahun 1990.Saatiniusiapenulisadalah 23 tahun. Penulis bertempat tinggal di Jalan Benda Timur 1 Blok F 37 No 17.

Sejarah pendidikan formal penulis, yaitu menyelesaikanstudinya di TK Islam Puspa Negara pada tahun 1996-1997. Penulis melanjutkan jenjang SD di SDN Pondok Benda I tahun1997-2002, lalu melanjutkan tingkat SMP di MTSN Tangerang II Pamulang tahun 2003-2005, kemudian melanjutkan di SMA KHARISMAWITA tahun 2005-2008, dan memyelesaikan perguruan tinggi tingkat SI di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2008-2013. Saat ini penulis masih aktif mengajar bahasa Indonesia tingkat SD dan SMP di Bimbel Maestro tahun 2013.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA INTENSIF UNTUK PENEMUAN FAKTA DENGAN PENGGUNAAN TEKNIK OPQRST PADA SISWA KELAS VIII SMP TARUNA MANDIRI TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 22 92

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 13 74

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERWAWANCARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI I TEGINENENG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

4 37 79

PENGGUNAAN METODE SIMULASI UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn DI KELAS VIII SMP PGRI 4 SEKAMPUNG LAMPUNG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 8 57

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS BERITA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII-B SMP PGRI 4 LABUHAN RATU TAHUN PELAJARAN 2012/2013

3 99 45

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA INDAH MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VII-A SMP MUHAMMADIYAH BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 6 62

PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMANDU ACARA MELALUI TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS VIII A SEMESTER GENAP SMP 17.3 KATIBUNG LAMPUNG SELATAN TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 7 41

PENGGUNAAN TEKNIK MODELING DALAM KONSELING KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN KEBIASAAN BELAJAR PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 9 METRO TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 18 71

PENGGUNAAN METODE PQ4R UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS VIII SMP KHATULISTIWA JUNGKAT

0 0 13

PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA AKSARA JAWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY STRATEGY PADA SISWA KELAS X TKJ A SMK TARUNA ABDI BANGSA MIRIT KABUPATEN KEBUMEN TAHUN PELAJARAN 20132014

0 0 6