Teori Fungsional Struktural Kerangka Teori 1. Teori Pemerintahan

29 menjadi semakin kuat bila semakin jauh dari pusat kota. Sekalipun inisiatif dan kreatifitas kebudayaan daerah dan tradisional jatuh ke tangan orang kota, sense of belonging orang desa terhadap tradisi jauh lebih besar. 19 Interaksi antara budaya pendatang dan masyarakat lokal, pada hakekatnya definisi budaya berdasarkan konteks wilayah atau demokrafis pada prinsipnya tetap masih relevan walaupun tidak sekuat definisi pada konteks suku bangsa. Hal ini sesuai yang dikatakan Abdullah bahwa: Keberadaan suatu etnis di suatu tempat memiliki sejarahnya secara tersendiri, khususnya menyangkut status yang dimiliki suatu etnis dalam hubungannya dengan etnis lain. Sebagai suatu etnis yang merupakan kelompok etnis pendatang dan berinteraksi dengan etnis asal yang terdapat di suatu tempat, maka secara alami akan menempatkan pendatang pada posisi yang relatif lemah. 20 Metode analisa yang di gunakan dalam ilmu politik dan merupakan hasil pengaruh yang kuat dari teori sistem umum dikenal sebagai “fungsionalisme”, “fungsionalisme Merujuk pada beberapa pandangan sejumlah pakar budaya di atas, maka dapat disimpulkan kearifana lokal dalam definisinya didasari oleh dua faktor utama yakni faktor suku bangsa yang menganutnya dan kedua adalah faktor demokrafis atau wilayah administratif.

3. Teori Fungsional Struktural

19 Kuntowijoyo. 2006. Budaya dan Masyarakat Edisi Paripurna. Yogyakarta: Tiara Wacana. Hal 42 20 Abdullah, I. 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal 84 Universitas Sumatera Utara 30 struktural” atau “analisa sistem”, fungsionalisme struktural merupakan istilah yang lebih umum dipakai. fungsionalisme structural telah lama menjadi kerangka yang begitu penting untuk penelitian sosiologi, sebelum ia dipergunakan dalam ilmu politik. Meskipun kemudian tak dipergunakan lagi dalam sosiologi di akhir tahun 1950-an dan awal tahun 1960-an, pendekatan ini betul-betul digunakan secara sungguh-sungguh dalam ilmu politik, terutama dalam bidang perbandingan politik. Analisa fungsional struktural pada prinsipnya berkisar padu beberapa konsep, dan yang paling penting adalah konsep fungsi dan struktur. Berangkat dari hal ini, maka ada tiga pertanyaan: a fungsi dasar apa yang harus dipenuhi dalam setiap sistem, b oleh struktur yang bagaimana danc dibawah keadaan apa. Suatu fungsi secara umum didefinisikan scbagai hasil yang dituju dari suatu pola tindakan, yang diarahkan bagi kepentingan sistem dalam hal ini system sosial atau politik. 21 Jadi pada akhirnya suatu fungsi selalu berurusan dengan akibat-akibat dari suatu pola tindakan yang ditujukan bagi suatu sistem. Penting bagi kita untuk membedakan antara fungsi yang digambarkan sebagai eu-functions oleh Marion J . Levy Jr dengan dys-functions penyelewengan fungsi. Menurut Robert K. Merton fungsi adalah akibat yang tampak, yang ditujukan bagi kepentingan adaptasi dan “penyetelan” adjustments dari suatu sistem tertentu, dan dys-function adalah akibat-akibat yang tampak, yang mengurangi daya adaptasi dari “penyetelan” adjustmentsdari suatu sistem. 22 21 Orem Young, dalam S.P. Varma.2007.Teori Politik Modern. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada hal: 69 22 Marion Levy, Jr., dalam S.P. Varma.2007.Teori Politik Modern. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada hal: 69 Hal ini bukan berarti bahwa akibat-akibat yang bersifat fungsional dan disfungsional selalu dihasilkan oleh pola-pola tindakan yang berbeda, atau pola-pola ini selalu bekerja dalam tingkat sistem yang sama. Universitas Sumatera Utara 31 Bisa saja terjadi, pola-pola tindakan yang fungsional bagi seluruh sistem sosial, disfungsional bagi individu atau kelompok, demikian juga sebaliknya. Merton membuat suatu perbedaan yang sangat bermanfaat, antara fungsi nyata manifest dengan fungsi yang bersifat latent. Fungsi yang nyata bersangkut-paut dengan pola-pola tindakan yang konsekuensinya benar-benar diharapkan dan dikenal oleh para pesertanya. Sedangkan fungsi laten berurusan dengan pola-pola tindakan yang konsekuensinya tidak diharapkan dan dikenal oleh para pesertanya. Bisa juga terdapat pola menengah tak diharapkan tapi dikenal atau diharapkan tapi tidak dikenal. Lebih penting bagi para peneliti untuk mengenal fungsi yang bersifat laten, yang sangat kompleks dan sukar mengenalinya daripada funggi yang nyata yang begitu jelas dan mudah dikenal. Selain konsep tentang fungsi, konsep lain yang lebih penting dalam fungsional struktural adalah “struktur”. Sementara fungsi berurusan akibat-akibat atau konsekuensi- konsekuensi yang melibatkan tujuan-tujuan serta proses-proses dari suatu pola tindakan, struktur menunjuk kepada susunan-susunan dalam sistem yang melakukan fungsi-fungsi. Tidak seperti para ahli antropolgi , Merton tidak mempercayai adanya persesuaian satu per satu antara fungsi dan struktur. Suatu fungsi tunggal bisa saja dipenuhi oleh kombinasi yang kompleks dari berbagai struktur, sebagaimana halnya suatu susunan struktur tertentu dapat melakukan berbagai fungsi, yang mungkin mempunyai berbagai jenis akibat yang berbeda terhadap struktur tersebut. Merton telah berusaha menentang pemikiran kuno tentang suatu “keharusan” indispensability, yakni bahwa setiap pola tindakan atau struktur harus memenuhi suatu fungsi vital tertentu. Ia telah mengembangkan suatu Universitas Sumatera Utara 32 pemikiran bahwa suatu fungsi tertentu dapat dipenuhi oleh banyak susunan struktur yang berbeda-beda konsep pergantian struktur. Seperti juga para ahli sosiologi, Marion Levy, Jr, sangat menaruh perhatian terutama pada masalah kelangsungan hidup suatu system, dan ia telah mengembangkan konsep tentang syarat-syarat fungsional atau kondisi-kondisi yang dibutuhkan bagi kelangsungan hidup, yang sangat penting untuk mempertahankan sifat-sifat dasar yang penting dari suatu sistem. Levy sendiri telah berusaha mengidentifikasikan syarat-syarat fungsional dari setiap sistem sosial di atas suatu landasan yang abstrak, dan ia mengakhiri penjelasannya atas konsep tersebut, dengan mengemukakan suatu daftar tentang fungsi-fungsi yang diperlukan. 23 Dengan mengikuti jejak Levy, beberapa analisa mcncoba menyiapkan suatu daftar tentang fungsi yang harus dimiliki oleh suatu sistem tertentu demi kelangsungan hidupnya, meskipun sebagian besar di antaranya memungkinkan adanya sejumlah variasi ketika sampai pada suatu analisa tentang kasus-kasus yang barsifat khusus. Sebagai contoh: Almond menyatakan bahwa fungsi-fungsi konversi, fungsi-fungsi kapabilitas, fungsi-fungsi adaptif dan pemeliharaan merupakan syarat fungsional suatu sistem politik. 24 Metode analisa ini terutama menekankan pada penelitian tentang hubungan yang bersifat statis, meskipun penelitian tentang perubahan atau dinamika tidak dikesampingkan. Para ilmuwan politik lainnya mengajukan daftar yang lain, tetapi daftar yang mereka kemukakan ini, hampir tidak memberi sumbangan terhadap penelitian yang dilakukan secar serius. 23 Marion Levy, Jr.,dalam S.P. Varma.2007.Teori Politik Modern. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada hal: 69. 24 Gabriel Almond dalam S.P. Varma.2007.Teori Politik Modern. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada hal: 69 Universitas Sumatera Utara 33 Tidaklah salah, bila Merton menyatakan: “Konsep tentang kekacauan fungsi disfungsi yang membahas konsep-konsep tentang kekacauan, stress, dan ketegangan dalam suatu tingkat struktur tertentu, memberikan suatu pendekatan analitis yang dapat dipergunakan dalam penelitian tentang dinamika dan perubahan. 25 25 Robert K. Merton, dalam S.P. Varma.2007.Teori Politik Modern. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada hal: 69 Tetapi para ahli teori sistem, terutama tertarik pada masalah kelangsungan hidup suatu system. Dan jika mareka mengembangkan suatu strategi tertentu untuk suatu sistem, tujuan utama mereka adalah menemukan Cara yang mungkin paling baik bagi kelangsungan hidup suatu sistem. Analisa tersebut terutama diarahkan kepada penafsiran sejumlah perubahan yang terjadi pada tingkat strukural, sehingga suatu sistem dapat berakomodasi tanpa menghalangi pemenuhan syarat-syarat fungsionalnya yang mendasar. Pada waktu itu, di tangan Para ilmuwan politik, fungsionalisme struktural menjadi suatu alat analisa yang amat disegani. Fungsionalisme struktural telah menggugurkan dalil-dalil tertentu yang tidak sempurna, yang dikembangkan para ahli sosiologi, Seperti a kesatuan fungsional dari masyarakat, b fungsionalisme universal dan C keharusan fungsional functional indispensability. Pendekatan ini tak lagi mempercayai bahwa semua sistem sosial sangat terintegrasi dan setiap pola-pola tindakan mempunyai hubungan yang erat dengan mekanisme kerja dari sistem itu, Para ilmuwan politik juga tidak bisa menerima suatu pandangan bahwa semua kondisi sosial dan budaya yang telah dibakukan, perlu menunjukkan fungsi-fungsi yang positif. Lebih jauh mereka juga tidak bisa menerima bahwa suatu fungsi tertentu harus ada Universitas Sumatera Utara 34 untuk memelihara suatu sistem social atau politik, atau beberapa susunan struktur yang bersifat khusus sangat penting bagi fungsi yang dilakukannya. Dalam kondisinya yang canggih dan telah disempurnakan, fungslionalisme di tangan para ilmuwan politik, menjadi alat yang efektif dalam penelitian tertentu yang bersifat khusus. Sejak fungsionalisme struktural memperkenalkan seperangkat kategori yang telah dibakukan, yang dapat diterapkan dengan berhasil terhadap berbagai sistem politik yang berbeda satu sama lain, metode ini dianggap sangat cocok, terutama untuk analisa perbandingan sistem politik. Tetapi orang bisa saja menetapkan syarat-syarat fungsional, yang merupakan formula yang hanya dapat diterapkan dalam analisa sistem sosial yang berbeda-beda, dengan modifikasi tertentu. Tentu saja metode ini terbukti sangat bermanfaat dalam penelitian tentang pola pemeliharaan serta pengaturan suatu sistem. Fungsionalisme struktural juga mengungkapkan pada para ilmuwan politik yang ingin memainkan peranan dalam pembangunan masyarakat, bagaimana syarat-syarat dasar dari pemeliharaan suatu sistem dapat dipenuhi melalui penggunaan mekanisme struktural dan kelembagaan tenentu. Bagaimana suatu keseimbangan yang layak antara konsekuensi-konsekuensi fungsional dan disfungsional dari berbagai pola tindakan dapat dipertahankan, Serta keadaan-keadaan Yang akan mengakibatkan kemacetan dalam suatu sistem dapat Segera diidentifikasikan dan dicegah. Dengan kata lain, analisa fungsional struktural terbukti sangat bermanfaat dalam Studi perbandingan system politik, sebagaimana dikembangkan oleh para ilmuwan politik Barat, yang menaruh perhatian terhadap sasaran serta tujuan-tujuan khusus.

4. Teori Kepemimpinan

Dokumen yang terkait

Kekuasaan Keuchik Dalam Sistem Pemerintahan Gampong (Kekuasaan Elit Lokal Di Gampong Tumpok Teungoh Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe)

3 69 135

PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN GAMPONG (Studi Tentang Penyelenggaraan Pemerintahan di Gampong Gegarang, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam)

2 25 29

Budaya Organisasi Pemerintahan Gampong Bireuen Meunasah Capa Utara

0 0 2

Kekuasaan Keuchik Dalam Sistem Pemerintahan Gampong (Kekuasaan Elit Lokal Di Gampong Tumpok Teungoh Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe)

0 0 4

Kesesuaian Budaya Lokal di Dalam Sistem Pemerintahan (Analisis Qanun Provinsi Aceh No 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong, di Gampong Lhok Pawoh)

0 0 13

Kesesuaian Budaya Lokal di Dalam Sistem Pemerintahan (Analisis Qanun Provinsi Aceh No 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong, di Gampong Lhok Pawoh)

0 0 4

Kesesuaian Budaya Lokal di Dalam Sistem Pemerintahan (Analisis Qanun Provinsi Aceh No 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong, di Gampong Lhok Pawoh)

0 4 33

Kesesuaian Budaya Lokal di Dalam Sistem Pemerintahan (Analisis Qanun Provinsi Aceh No 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong, di Gampong Lhok Pawoh)

0 1 35

Kesesuaian Budaya Lokal di Dalam Sistem Pemerintahan (Analisis Qanun Provinsi Aceh No 5 Tahun 2003 Tentang Pemerintahan Gampong, di Gampong Lhok Pawoh)

0 0 2

TUGAS DAN FUNGSI KEUCHIK, TUHA PEUET DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN GAMPONG LAMPISANG KECAMATAN PEUKAN BADA KABUPATEN ACEH BESAR BERDASARKAN QANUN NOMOR 8 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN GAMPONG

0 0 14