Keterbatasan Penelitian PENGARUH PENDEKATAN PAKEM DAN PENDEKATAN KONVENSIONAL TERHADAP KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR

182 182 yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Motivasi lebih banyak berupa kondisi psikologis seseorang dalam menyikapi suatu aktivitas tertentu. Dengan demikian berarti termasuk di dalamnya aktivitas belajar mandiri dan kemandirian belajarpun juga sangat ditentukan oleh motivasi individu yang bersangkutan. Bisa jadi tanpa proses pembelajaran apapun siswa akan memiliki kemandirian belajar, jika ia mempunyai motivasi yang kuat untuk melakukan itu. Sementara itu pendekatan pembelajaran yang dilakukan juga mempengaruhi kemandirian belajar. Kalau motivasi akan mempengaruhi kemandirian belajar siswa dari sisi instrinsik siswa dalam diri siswa sedangkan pendekatan pembelajaran lebih banyak berperan dari sisi ekstrinsik siswa dari luar diri siswa. Memang pendekatan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, namun demikian lebih banyak untuk meningkatkan motivasi ekstrinsi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa dalam kemandirian belajar siswa kelas V SD Negeri 1 Ratamba tahun pelajaran 20062007 tidak dipengaruhi oleh interaksi antara penggunaan pendekatan pembelajaran dan motivasi belajar siswa. 4. Skor tertinggi kemandirian belajar yang menggunakan pendekatan PAKEM adalah 175 dan skor tertinggi kemandirian belajar yang menggunakan pendekatan konvensional adalah 167. Perbedaan skor tertinggi dari kedua kelompok tersebut tidak terlalu besar. Hal ini menurut informasi guru yang mengajar dengan pendekatan PAKEM, secara individu siswa yang memperoleh skor tertinggi memiliki tingkat kemampuan yang lebih. Sehingga diajar dengan pendekatan apapun siswa tersebut dapat mengikuti dengan baik. Selain itu kemandirian belajar siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi yang diajar menggunakan pendekatan PAKEM memiliki skor rata-rata X sebesar 169.40 dan simpangan baku SD sebesar 3.69. Kemandirian belajar siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi yang diajar menggunakan pendekatan konvensional mempiliki skor rata-rata X sebesar 159.70 dan simpangan baku SD sebesar 3.74. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemandirian belajar dengan pendekatan PAKEM lebih baik dari pada dengan menggunakan pendekatan konvensional.

E. Keterbatasan Penelitian

183 183 Dalam penelitian ini peneliti menyadari benar, bahwa masih terdapat kelemahan dan kekurangan yang tidak dapat dihindari hal ini disebabkan oleh keterbatasan peneliti, antara lain: 1. Peneliti berusaha semaksimal mungkin dalam melakukan eksperimen, terutama dalam memantau dan meneliti perlakuan atau kondisi-kondisi eksperimental untuk mendapatkan pengaruh yang benar-benar bersih dari faktor yang dipantau tersebut, namun peneliti tidak dapat melakukan pengawasan terhadap masuknya faktor X yang lain, seperti : kondisi siswa yang meliputi: kesehatan, kecemasan, emosi, perasaan, minat, perhatian, maupun konsentrasi belajar. Faktor X inilah yang kadang-kadang menyebabkan terjadinya bias atau perbedaan hasil belajar di luar perlakuan-perlakuan yang diujicobakan. 2. Selain faktor internal dalam diri siswa kemandirian belajar juga dipengaruhi oleh banyak hal Sebagaimana dikatakan oleh Arixs 2006 dalam http:www.cytokoh.commod.php?mod=publisherop=printarticleartid antara lain, yaitu: 1 banyaknya jenis hiburan, permainan game dan tayangan TV yang mengalihkan perhatian anak-anak dan orang dewasa untuk belajar; 2 banyaknya tempat hiburan untuk menghabiskan waktu seperti tamanrekreasi, tempat karaoke, night club, mall, supermarket; 3 budaya membacamemang belum tertanam pada sebagian orang tua siswa, sehingga tidak adaketeladanan di rumah. 4 Dibanding untuk membaca masyarakat lebih senang mendengar dan belajar berbagai dongeng, kisah, adat-istiadat secara verbal dikemukakan orangtua, tokoh masyarakat, penguasa pada zaman dulu; 5 orang tua siswa senantiasa disibukkan berbagai kegiatan upacara- upacara keagamaan serta membantu mencari tambahan nafkah untuk keluarga, belum lagi harus memberi makan hewan peliharaan seperti babi, bebek, ayam lebih-lebih kaum wanita di desa sehingga tiap hari waktu luang sangat minim bahkan hampir tidak ada untuk membantu anak membaca buku atau belajar; 6 sarana untuk memperoleh bacaan, seperti perpustakaan atau taman bacaan, masih merupakan barang aneh dan langka. 3. Sampel penelitian ini hanya siswa kelas 5 SD Negeri 1 Ratamba Kecamatan Pejawaran Banjarnegara sebagai kelompok eksperimen dan SD N Gembol Pejawaran Banjarnegara sebagai kelompok kontrol tahun pelajaran 20062007. Peneliti berasumsi bahwa jika eksperimen sejenis dilakukan di luar kelas 5 SD Negeri 1 Ratamba Kecamatan Pejawaran Banjarnegara sebagai kelompok eksperimen dan SD N Gembol Pejawaran Banjarnegara dan pada tahun pelajaran yang berbeda atau subyek yang lain di sekolah negeri atau swasta di luar kabupaten Banjarnegara ada kemungkinan memiliki hasil yang berbeda. Hal ini dipengaruhi faktor misalnya : latar belakang sosial ekonomi orang tua, budaya, kondisi geografis, karakteristik siswa, kondisi sekolah, kesiapan guru dan faktor-faktor 184 184 pendukung yang lain dari masing-masing sampel yang akan diteliti. Oleh karena itu, maka hasil penelitian ini belum dapat digeneralisasikan untuk umum, dan masih perlu pembuktian lagi jika diterapkan pada subyek yang berbeda atau untuk waktu yang berbeda. BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan. Dari hasil analisis data dan pembahasan yang ditulis dalam BAB IV pada penelitian ini, peneliti akan membuat kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara penggunaan pendekatan PAKEM dengan pendekatan konvensional terhadap kemandirian belajar. Secara umum kemandirian belajar pada kelompok siswa yang belajar dengan menerapkan pendekatan PAKEM lebih baik dari pada kelompok siswa yang belajar dengan menerapkan pendekatan konvensional. 2. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan rendah terhadap kemandirian belajar. Secara umum kemandirian belajar pada kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi lebih baik daripada kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. 3. Tidak ada interaksi pengaruh antara penggunaan pendekatan pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap kemandirian belajar. Kemandirian belajar siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan menggunakan pendekatan PAKEM lebih tinggi dibandingkan dengan skor kemandirian belajar siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan menggunakan pendekatan konvensional. Skor kemandirian belajar siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan menggunakan pendekatan PAKEM lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan menggunakan pendekatan konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi tidak terpengaruh dengan pendekatan pembelajaran.

B. Implikasi Hasil Penelitian