17
dan caisim yang selain intensif dalam penggunaan input produksi pupuk dan pestisida dan modal juga intensif dalam penggunaan tenaga kerja.
2.1.4 Analisis Gender Kajian terhadap konsep analisis gender dalam pembangunan secara
berkesinambungan dimulai dari pembahasan perempuan dalam pembangunan menuju gender dan pembangunan; peran ganda gender pembagian gender
pekerja, tanggungjawab, sumberdaya dan hubungan gender, pembagian data
rumah tangga, tempat kerja, dan komunitas Handayani 2002. Analisis gender
adalah analisis sosial mencakup ekonomi, budaya, dan sebagainya yang melihat perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi; 1 kondisi situasi, dan 2
kedudukan posisi di dalam keluarga dan komunitas atau masyarakat. Fokus utama analisis situasi gender adalah 1 pembagian kerja atau peran, 2 akses dan
kontrol peluang penguasaan terhadap sumberdaya serta manfaat, serta 3 partisipasi dalam kelembagaan dan pengambilan keputusan di dalam keluarga.
Hasil analisis situasi gender adalah 1 identifikasi kepentingan praktis yaitu: kepentingan laki-laki dan perempuan yang perlu diperhatikan, 2 kepentingan
strategis yaitu: penyetaraan status, peran, akses, dan kontrol antara laki-laki dan perempuan Prasodjo dkk 1993.
Profil akses dan kontrol merupakan alat untuk mempertimbangkan apa akses yang dimiliki perempuan dan laki-laki terhadap sumberdaya produktif,
kontrol apa yang mereka miliki terhadap sumberdaya tersebut, dan siapa yang memperoleh keuntungan dari penggunaan sumberdaya tersebut siapa memiliki
apa misalnya siapa yang mengontrol pendapatan yang dikeluarkan, siapa yang memiliki dan menggunakan aset-aset yang ada Overholt dkk 1985 dalam
18
Handayani 2002. Teknik analisis gender merupakan suatu teknik yang mampu menggambarkan tentang adanya perbedaan saling ketergantungan antara laki-laki
dan perempuan dalam proses pembangunan, serta adanya perbedaan tingkat manfaat yang diperoleh antara laki-laki dan perempuan dari hasil pembangunan.
Sebagai suatu alat, analisis gender tidak hanya melihat peran, aktivitas, tetapi juga hubungan, sehingga pertanyaan yang diajukan tidak hanya pada siapa
mengerjakan apa, tetapi juga meliputi siapa yang membuat keputusan, dan siapa menggunakan sumberdaya pembangunan seperti tanah, kredit, serta siapa yang
menguasai sumberdaya pembangunan, dan kemudian faktor-faktor apa yang mempengaruhi hubungan tersebut, apakah faktor hukum, ekonomi, atau sosial.
Teknik analisis Harvard merupakan teknik analisis gender yang digunakan untuk melihat sutau profil gender dari suatu kelompok sosial dan peran gender
dalam proyek pembangunan, yang mengutarakan perlunya tiga komponen yaitu: profil aktivitas, profil akses dan profil kontrol Overholt dkk 1985 dalam
Handayani 2002. Analisis kebutuhan praktis dan strategis berguna untuk melihat dan
menimbang pemenuhan kebutuhan yang dirasakan oleh laki-laki dan perempuan. Kebutuhan praktis biasanya berhubungan dengan keadaan hidup yang tidak
memuaskan, misalnya kurangnya sumberdaya atau tidak dipenuhi kebutuhan dasar, contoh: masalah air minum pangan, dan kesehatan. Selanjutnya, dapat
diidentifikasi karena langsung dirasakan, dapat dipenuhi dalam waktu relatif pendek melalui intervensi tertentu, misalnya membangun sumur, menjalankan
posyandu; sedangkan kebutuhan strategis berkaitan dengan peranan dan kedudukan di masyarakat yang dipengaruhi oleh faktor struktural seperti ekonomi,
19
sistem politik, perundang-undangan, kebijakan kesejahteraan, norma-norma sosial dan budaya. Kebutuhan strategis juga menyangkut peluang dan kekuasaan akses
dan kontrol terhadap sumberdaya dan kesempatan untuk memilih dan menentukan cara hidup. Pada umumnya kebutuhan strategis ini menyangkut
kepentingan hampir semua perempuan dan dapat dipenuhi melalui suatu proses yang memakan waktu yang panjang Moser dalam Prasodjo, et al 1993.
2.2
Kerangka Pemikiran
Penelitian relasi gender pada kelompok tani tanaman hortikultura dataran rendah, kasus rumahtangga petani Rawa Banteng, Desa Gempol Sari, Kecamatan
Sepatan Timur, Kabupaten Tangerang ini, didasarkan atas berbagai konsep yakni konsep usahatani yang dikaitkan dengan relasi gender untuk mendeskripsikan
relasi gender dalam pengelolaan usahatani yang diawali dengan proses praproduksi hingga pascapanen pemasaran.
Adapun variabel yang digunakan meliputi variabel bebas independent dan variabel tidak bebas dependent. Relasi gender dalam rumahtangga petani
digunakan sebagai variabel tidak bebas. Relasi gender yang akan dibahas diberi indikator peubah seperti akses, kontrol, pembagian kerja, peranan, dan alokasi
sumberdaya yang dilihat dalam setiap kegiatan usahatani pada rumahtangga petani, kelompok tani Rawa Banteng praproduksi, produksi dan pascaproduksi
serta pola pengambilan keputusan kegiatan usahatani di dalam rumahtangga petani. Keberadaan variabel ini dipengaruhi oleh tiga variabel bebas terpilih
yakni: X
1
karakteristik petani, X
2
aksesibilitas pada informasi, dan X
3
faktor lingkungan meliputi permasalahan ekonomi-sosial-budaya petani.
20
Pola tanam hortikultura komoditas sayuran sangat beragam dan selalu berubah-ubah dalam penanaman komoditas sehingga perlu dianalisis siapakah
yang memiliki akses dan kontrol dalam menentukan pola tanam dan jenis tanaman yang dipilih. Analisis ini akan dilihat pada kegiatan praproduksi yang meliputi
penentuan pemilihan komoditas, dan pemilihan saprotan. Demikian juga dengan kegiatan produksi dan kegiatan panen, melihat bagaimana kontribusi masing-
masing laki-laki dan perempuan perolehan hasil panen yang dibawa ke pasar. Aksesibilitas pada informasi yang dimaksud disini adalah sumber yang
diperoleh masyarakat terkait usahatani dan informasi mengenai permasalahan gender. Hal ini diukur dengan melihat ketersediaan sumber informasi yang dapat
dipercaya secara baik dan ketersediaan informasi yang berkaitan dengan pengetahuan petani terhadap usahatani dan pengetahuan gender. Aksesibilitas ini
dihubungkan dengan variabel Y dengan maksud melihat keterkaitan dan bagaimana akses rumahtangga petani terhadap informasi dan bagaimana
penerimaan informasi dalam rumahtangga. Karakteristik petani terdiri dari tingkat pendidikan, umur, lama
berusahatani, tingkat pendapatan dan tingkat kekosmopolitan. Hal ini adalah variabel yang penting dalam menganalisis karakterisitik rumahtangga petani yang
ada pada kelompok petani Rawa Banteng karena ini merupakan variabel yang melekat langsung pada pribadi petani yang membedakan petani yang satu dengan
yang lain. Kemudian, faktor lingkungan yang terdiri dari; budaya, penguasaan aset ekonomi, interaksi petani dengan tokoh masyarakat dan interaksi dengan
penyuluh. Kebudayaan masyarakat setempat dapat memberikan informasi mengenai cara masyarakat menilai peran perempuan dan bagaimana masyarakat
21
memberi penilaian terhadap peran laki-laki dalam berusahatani, dan bagaimana interaksi petani dengan tokoh masyarakat.
Mempengaruhi Dianalisis dengan Pendekatan Kualitatif
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis