Aktifitas Pondok Pesantren Al-Ishlah dalam Mengembangkan Dakwah di Desa Kananga

55 banyak pengajian-pengajian yang diselenggarakan di beberapa daerah Banten Kabupaten Pandeglang, yaitu: 5 1. Pengajian bulanan di Masjid Jami’ As-Sholihin Kananga 2. Pengajian bulanan di MA Pusat Cimanying 3. Pengajian bulanan di Majlis Ta’lim Nurul Dzulam Jiput 4. Pengajian bulanan di Masjid Jami’ Cigeulis 5. Pengajian bulanan di Masjid Jami’ Cikeusik 6. Pengajian bulanan di Masjid Jami’ Panggarangan 7. Pengajian bulanan di Madrasah Diniyah Al-Ishlah Cibaliung 8. Pengajian bulanan di Madrasah Diniyah Al-Ishlah Huni Masjid Panimbang. 9. Pengajian bulanan di Majid Al-Mubarakah Sodong 10. Pengajian bulanan Kampung Pabrik Mandalawangi 11. Pengajian Mingguan Muslimat Kampung Kananga. 2. Mendirikan pengajian Untuk Remaja Masa remaja adalah masa yang penuh dengan perubahan dan jiwanya masih labil. Selain itu remaja juga merupakan masa peralihan masa anak dan dewasa, yakni antara 12-21 tahun. 6 Adapun pengertian remaja lebih luas menurut prof. Zakiah Derajat bahwa remaja yaitu suatu tingkatan umur, di mana anak-anak tidak lagi anak, tetapi belum dapat dipandang dewasa, jadi remaja 5 Dokumentasi Pondok Pesantren Al-Ishlah Kananga, h. 6 6 Singgih D. Gunarsa dan Yulia Smggih D. Gunarsa, Psikologi dan Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta; PT. BPK Gunung Mulia, tt, Cet. Ke-7, h. 203 56 adalah umur yang menjembatani antar umur anak-anak dan umur dewasa. 7 Lain lagi dengan apa yang dikatakan oleh Thamrin Nassution, remaja adalah bila seorang anak telah beralih dari masa anak-anak ke masa dewasa dengan pengertian, anak itu dapat lagi dikatakan seorang anak dan tidak pula digolongkan kepada orang dewasa, tetapi ia berada diantara dua periode ini. 8 Berdasarkan beberapa pengertian remaja yang telah dikemukakan para ahli, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja adalah individu yang sedang berada pada masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa dan ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek fisik, psikis dan sosial. Agar masa remaja tidak tenggelam dalam kesesatan perlu adanya dorongan dan bantuan dari pihak-pihak yang memerankan untuk tetap survive dengan penilaian yang positif baik itu oleh orang tua, keluarga maupun lingkungan disekitarnya. Pengaruh budaya religious dapat dirasakan oleh remaja-remaja masyarakat desa Kananga untuk memilih mengikuti pengajian yang didirikan oleh pondok pesantren Al-Ishlah dari pada melakukan kegiatan yang negatif dan melakukan kegiatan yang sia-sia yang tidak ada manfaatnya. 7 Zakiah Derajat, Pembinaan Remaja, Jakarta: Bulan Bintang, 1957, Cet. Ke-1, h.28 8 Thamrin Nasution, Pendidik Remaja dalam Keluarga, Jakarta: Ruhama, 1994, Cet. Ke-1, h.1 10 57 Untuk saat ini banyak dari remaja-remaja masyarakat desa Kananga untuk memanfaatkan waktunya mengikuti pengajian yang didirikan oleh pondok pesantren Al-Ishlah. Pondok pesantren Al- Ishlah tentunya melapangkan bagi siapa saja remaja-remaja masyarakat desa Kananga ataupun luar desa Kananga untuk mengikuti pengajian-pengajian yang telah disediakan sesuai dengan waktu yang ditentukan. Namun dalam pelaksanaannya sendiri pengajian remaja tersebut di gabung dengan pengajian yang ada di pondok pesantren Al-Ishlah dalam arti gabung yaitu gabung dengan santri-santrinya. Tujuan ini adalah agar adanya keakraban, kekompakan dan terjalinnya tali silaturahmi antara remaja dan santri Al-Ishlah. Adapun untuk waktunya di lakukan pada sore hari 9 setelah Asar pukul 16:00-17:00 WIB, Isya pukul 20:00- 21:00, dan subuh pukul 05:00-06:00 WIB. Dan pengajian remaja yang di dirikan oleh pondok pesantren Al-Ishlah sampai saat ini berjalan dengan baik dan lancar. 3. Kegiatan Sosial Penyelenggaraan kegiatan sosial yang diselenggarakan pondok pesantren merupakan kegiatan yang sangat penting dikembangkan dalam dalam sebuah desa. Pondok pesantren Al-Ishlah selain telah berperan sebagai lembaga pendidikan dan dakwah, juga telah berperan dalam kegiatan sosial. Kegiatan-kegiatan sosial itu adalah memberikan bantuan 9 Hasil wawancara pribadi dengan Pimpian Pondok pesantren Al-Ishlah K.H Abdul Wahid Sahari, MA, Pandeglang 20 Mei 2012 58 dan motivasi kepada masyarakat desa Kananga. seperti bantuan sosial bagi masyarakat desa Kananga yang kurang mampu untuk sekolah, 10 santunan anak yatim, memberikan kelapangan dalam penampungan air dengan tujuan agar tidak terjadi kekurangan air, selain itu juga memberikan kelapangan untuk Masjid besar As-sholihin berupa jamset karna mengingat seringnya terjadi mati lampu di desa Kananga maka Al- Ishlah beirnisiatif untuk memberikan jamset tersebut ke Masjid, jadi ketika mati lampu tiba masyarakat desa Kananga tidak khawatir untuk tidak mendengar suara adzan. Kegiatan sosial lainnya yaitu memberi santunan kepada anak-anak yatim dan penyembelihan hewan qurban, dan lain sebagainya. Disisi lain selain dari kegiatan-kegiatan yang sudah dijalankan oleh pondok pesantren Al-Ishlah, penulis juga melihat bahwa dengan keberadaannya pondok pesantren Al-Ishlah santri-santri pendapatan masyarakat desa Kananga meningkat, dalam arti bahwa masyarakat desa Kananga memanfaatkan keberadaan pondok pesantren Al-Ishlah dengan menambah penghasilan yaitu melalui berdagang. Tentunya ini menjadi suatu keberkahan bagi masyarakat desa Kananga dan juga pondok pesantren Al-Ishlah, karena pondok pesantren Al-Ishlah sendiri membebaskan kepada para santrinya untuk memenuhi kebutuhannya dimana saja. Tapi jika hari libur panjang tiba, santri-santri pondok pesantren Al-Ishlah kembali ke kampung halamannya masing-masing, 10 Hasil wawancara pribadi dengan pimpinan pondok pesantren Al-Ishlah Kananga K.H Abdul Wahid Sahari, MA, Pandeglang, 20 Mei 2012 59 maka pendapatan masyarakat yang berjualan menipis dan sepi pembeli bahkan bukan hanya sepi pembeli saja tapi keadaan desa Kananga juga sepi dengan ketidak hadirannya santri-santri pondok pesantren Al- Ishlah ditambah nuansa agamis sedikit berkurang. Oleh karena itu, masyarakat dan pondok pesantren merupakan elemen yang tak bisa dipisahkan, kedua-duanya saling membutuhkan satu sama lain. Masyarakat membutuhkan pendidikan yang bernilai islami, dan pondok pesantren membutuhkan dukungan dan motivasi dari masyarakat tersebut.

B. Hasil Aktifitas Pondok Pesantren Al-Ishlah Dalam Mengembangkan Dakwah di Desa Kananga

Berhasil berarti telah meraih apa yang kita inginkan dan impikan. Sepertinya halnya keberhasilan yang dicapai oleh pondok pesantren Al-Ishlah dalam mengembangkan dakwahnya. Keberhasilan-keberhasilan itu adalah: 1. Membudayakan Busana Muslim Berpakain muslim dan rapih merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh setiap umat Islam di muka bumi ini yang mana hal itu telah ditekankandiperintahkan oleh Allah SWT melalui Al- Qur’an. Berpakaian rapi sopan dan muslim menunjukkan kita adalah sebagai umat Islam dan juga menunjukkan bahwa kita memiliki aturan dalam kehidupan ini. Dengan berpakain muslim dan rapi akan membawa kita kepada kebaikan yang tak lain adalah akhlak yang kita miliki. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW: 60 Sesungguhnya aku Muhammad diutus Allah untuk menyempurnakan Akhlak. Budaya busana muslim sudah menjadi darah daging di desa Kananga, karena selain di dorong dengan banyaknya para tokoh agama, juga adanya pondok pesantren Al-Ishlah yang telah mendorong masyarakat desa Kananga untuk wajib membudayakan memakai busana muslim, terkhusus bagi kaum wanita baik itu dewasa, remaja, dan anak-anak, kemanapun mereka berpergian mereka tak pernah lepas dengan jilbab yang dipakai dan memakai busana muslim, sudah sangat tentu untuk jarak yang sangat jauh sehingga hal itu telah menjadi kebiasaan dan rutinitas mereka, bahkan untuk hanya sekedar main khususnya anak-anak dini. 11 Untuk Al-Ishlah Sendiri dapat dirasakan adanya suatu event perlombaan JAMDA Jambore Daerah se-propinsi Banten bertempat di pondok pesantren modern Darul Qoriin Rangkas Bitung Lebak Banten, selain pondok pesantren Al-Ishlah meraih juara 3 Al-Ishlah juga mendapatkan juara pavorit, menurut informasi yang ada bahwa pondok pesantren Al-Ishlah mendapatkan juara pavorit karna pakaian 12 yang dipakai oleh santri-santri pondok pesantren A-Ishlah paling berbeda dengan pondok-pondok yang lain yang tak lain adalah memakai rok 11 Hasil wawancara pribadi dengan Kepala desa Kananga TB . Ade Silahudin, Pandeglang 07 Mei 2012 12 Hasil wawancara pribadi dengan kepala sekolah madrasah aliyah Al-Ishlah ustad Rudi Sulhadi, M.M, Pandeglang, 22 Mei 2012 61 sendiri dan memakai kaos kaki, berpakaian sesuai tuntutan ajaran Islam, meskipun dalam keadaan darurat dan repot. Dan hal itu jugalah yang menjadi ciri khas dan pembeda pondok pesantren Al-Ishlah dengan pondok-pondok yang ada di kabupaten Pandeglang terlebih lagi di kecamatan Menes. 2. Program Belajar Non Formal Dalam program pendidikan, pondok pesantren Al-Ishlah memiliki program belajar formal dan non formal. Dalam mengembangkan dakwahnya, pondok pesantren telah berhasil menanamkan semangat tinggi kepada anak didik yang turut mengikuti program belajar non formal yang ada di pondok pesantren Al-Ishlah, dimana program belajar non formal Al-Ishlah memiliki 12 lembaga, yaitu bulletin Refleksi, pendalaman kitab kuning Al-Ghuroba, diskusi berbahasa Inggris Enter, kursus kaligrafi Hyroglif, teater Sate Keris, paduan suara Evita, senandung nasyid al-Shohwah, seni baca al- Qur’an Haqiqi, forum orasi Lorenza, pecinta alam Adventure, bakat olah raga Slaughter dan keterampilan menjahit tata boga Arkana. Keterampilan-keterampilan dari 12 lembaga yang ada dapat dilaksanakan pada hari libur sekolah yaitu hari Jum’at. Pada hari tersebut para santri dan anak didik masyarakat desa Kananga berlatih sesuai dengan minat dan bakat yang mereka miliki, tentunya dibimbing oleh ahli-ahlinya pengajar.