IV. METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di pedesaan sekitar DAS Cidanau yaitu Desa Curug Goong, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang. Pemilihan lokasi
tersebut dilakukan secara sengaja purposive karena lokasi tersebut letak dimana mata air Cirahab yang memiliki debit air terbesar di DAS Cidanau berada.
Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan, yaitu pertengahan bulan Maret sampai dengan pertengahan bulan Mei 2009.
4.2 Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer dan data sekunder. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari hasil
wawancara langsung dengan responden melalui kuisioner. Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai instansi
pemerintahan di lokasi penelitian dan instansi-instansi yang terkait dengan pengelolaan upaya konservasi mata air Cirahab. Berikut akan ditampilkan matriks
metode prosedur dalam penelitian.
Tabel 2. Metode Prosedur Penelitian
No Tujuan
Metode Pengambilan
Metode Analisis Sampel
1 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Convinience Analisis Regresi Logit
kesediaan atau ketidaksediaan responden terhadap PJL
2 Nilai WTP responden terhadap PJL
Convinience Analisis CVM
3 Faktor-faktor yang mempengaruhi
Convinience Analisis Regresi Berganda
nilai WTP responden terhadap PJL
36
4.3 Penentuan Jumlah Responden
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik convenience sampling yaitu pengambilan responden yang mudah ditemui dan
mempunyai kemampuan sebagai responden Nazir, 1988 dengan pertimbangan secara sengaja rumah tangga mana yang menggunakan jasa lingkungan mata air
Cirahab untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Responden diambil sebanyak 83 KK dari 828 KK yang berada di Desa Curug Goong.
4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer dengan
program Microsoft Office Excel 2007 dan SPSS 15.0.
4.4.1 Analisis Tingkat Penerimaan Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan
Untuk menentukan tingkat penerimaan responden terhadap pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi dikumpulkan berupa data binner. Data
binner merupakan bentuk data yang menggambarkan pilihan “Ya atau Tidak”. Dengan kondisi seperti ini, jenis penggunaan regresi yang sesuai untuk pemodelan
adalah regresi logit Ramanathan, 1997. Hal yang membedakan model regresi logit dengan regresi biasa adalah peubah terikat dalam model bersifat dikotomi
Hosmer dan Lameshow, 1989. Bentuk fungsi ini model logit adalah :
Li =
+
1
KA
i
+
2
JPA
i
+
3
JKA
i
+
4
JRSA
i
+
5
TP
i
+ β
6
RPDT +
i
…… 6 dimana :
L
i
= Peluang responden bersedia benilai 1 untuk “bersedia” dan bernilai 0 untuk “tidak bersedia”
= Intersep
37 β
1
,… β
7
= Koefisien dari regresi KA = Penilaian terhadap kualitas air bernilai 1 jika “sangat jernih”, bernilai 2
jika “jernih”, bernilai 3 jika “biasa”, bernilai 4 jika “kotor”, bernilai 5 jika “sangat kotor”
Tabel 3. Peubah Dummy Variabel Penilaian Terhadap Kualitas Air Sangat Jernih
Jernih Biasa
Kotor Sangat Jenih
1
Jernih
1
Biasa 1
Kotor
JPA = Jumlah pengguna air dalam rumah tangga orang
JKA = Jumlah kebutuhan air dalam rumah tangga literhari
JRSA = Jarak rumah ke mata air meter TP
= Tingkat pendidikan responden tahun RPDT = Rata-rata pendapatan rumah tangga Rpbulan
i = Responden ke-i i = 1, 2,…., n
= Galat
β
1
,… β
7
Variabel yang diduga mempengaruhi secara positif adalah penilaian kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber
air, tingkat pendidikan responden, dan rata-rata pendapatan. Interpretasi penilaian kualitas air adalah semakin baik penilaian kualitas air oleh responden maka akan
mempengaruhi peluang kesediaan responden dalam membayar pembayar jasa lingkungan. Interpretasi jumlah pengguna air dalam rumah tangga adalah semakin
banyak pengguna maka diduga akan mempengaruhi peluang responden dalam kesediaannya membayar pembayaran jasa lingkungan.
38 Interpretasi jumlah kebutuhan air adalah jika jumlah kebutuhan air untuk
rumah tangga semakin besar maka mempengaruhi peluang kesediaan responden untuk membayar pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi.
Interpretasi jarak rumah ke sumber air adalah semakin dekat rumah responden dengan sumber air maka akan mempengaruhi peluang kesediaan responden untuk
melakukan pembayaran jasa lingkungan. Interpretasi tingkat pendidikan responden adalah semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka akan
mempengaruhi peluang kesediaan responden untuk membayar pembayaran jasa lingkungan. Interpretasi rata-rata pendapatan adalah semakin tinggi tingkat
pendapatan responden maka akan mempengaruhi responden untuk melakukan pembayaaran jasa lingkungan.
4.4.2 Analisis Nilai WTP Responden terhadap Pembayaran Jasa Lingkungan
Tahap-tahap dalam melakukan penelitian untuk menentukan WTP dengan menggunakan CVM dalam penelitian ini meliputi Hanley dan Spash, 1993 :
1 Membuat Pasar Hipotetik Setting Up the Hypotetical Market
Pasar hipotetik dibentuk atas dasar menurunnya kualitas lingkungan mata air Cirahab sebagai pemasok kebutuhan rumah tangga masyarakat Desa Curug
Goong. Selain itu, tidak adanya anggaran dari pemerintah daerah untuk pengelolaan mata air Cirahab turut memperparah kualitas dan kuantitas mata air
Cirahab yang semakin menurun. Hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan salah satu instrumen ekonomi yaitu pembayaran jasa lingkungan sebagai bentuk
upaya konservasi. Selanjutnya, pasar hipotetik yang ditawarkan dibentuk dalam skenario sebagai berikut :
39
Pasar Hipotetik :
“Jika masyarakat Desa Curug Goong yang selama ini kehidupannya bergantung pada kualitas dan kuantitas dari mata air Cirahab menginginkan ada suatu upaya
konservasi yaitu pembayaran jasa lingkungan sehingga kualitas dan kuantitas mata air tetap terjaga. Suatu saat nanti kualitas dan kuantitas mata air Cirahab
akan menurun yang dikarenakan berbagai penyebab antara lain, pertumbuhan penduduk di Desa Curug Goong yang semakin meningkat sehingga kebutuhan
pasokan air akan semakin meningkat, tinggi-rendahnya curah hujan akan mempengaruhi jumlah ketersediaan air, kegiatan manusia yang turut mengganggu
kualitas dan kuantitas air seperti halnya juga lama atau pendeknya musim kemarau. Penyebab-penyebab tersebut dapat berdampak pada kualitas dan
kuantitas mata air Cirahab yang merupakan pemasok kebutuhan air rumah tangga desa Curug Goong”
Dengan skenario ini maka responden mengetahui gambaran tentang situasi hipotetik mengenai rencana pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya
konservasi untuk pelestarian mata air Cirahab. Nilai pembayaran jasa lingkungan yang akan diberlakukan akan ditanyakan kepada responden mengenai WTP per
KK per liter. Setiap responden diajukan pertanyaan apakah mereka setuju atau menolak terhadap pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi yang
akan diberlakukan. Alat survei yang digunakan adalah berupa kuisioner yang memberikan deskripsi mengapa seluruh responden seharusnya membayar
pembayaran jasa lingkungan sebagai upaya konservasi mata air Cirahab dan bagaimana mekanisme pembayaran tersebut dilakukan.
40
2 Mendapatkan Penawaran Besarnya Nilai WTP Obtaining Bids
Jika alat survei telah dibuat, maka survei dilakukan dengan wawancara langsung. Teknik yang digunakan dalam mendapatkan nilai penawaran pada
penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode dichotomous choice yaitu menawarkan kepada responden sejumlah uang tertentu dan menanyakan apakah
responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh perbaikan kualitas lingkungan melalui pembayaran jasa lingkungan. Metode ini
lebih memudahkan responden memahami maksud dan tujuan dari penelitian dibanding dengan metode lain. Metode ini memudahkan pengklasifikasian
responden yang memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan lingkungan dengan responden yang tidak memiliki kecenderungan untuk membayar perbaikan
lingkungan.
3 Memperkirakan Nilai Rata-Rata WTP Calculating Average WTP
WTP
i
dapat diduga dengan melakukan nilai rata-rata dari penjumlahan keseluruhan nilai WTP dibagi dengan jumlah responden. Dugaan rataan WTP
dibagi dengan rumus :
n i
WiPfi EWTP
1
……………………………………………………………… 7 dimana :
EWTP = Dugaan rataan WTP W
i
= Nilai WTP ke-i Pf
i
= Frekuensi Relatif n
= Jumlah responden i = Responden ke-i yang bersedia melakukan pembayaran jasa lingkungan
41
4 Memperkirakan Kurva WTP Estimating Bid Curve
Pendugaan kurva akan dilakukan dengan mengunakan persamaan sebagai berikut :
WTP = f KA, JPA, JKA, JRSA, TP, RPDT …………………………………. 8 dimana :
WTP = Nilai WTP responden Rpliter KA = Penilaian terhadap kualitas air bernilai 1 jika “sangat jernih”, bernilai 2
jika “jernih”, bernilai 3 jika “biasa”, bernilai 4 jika “kotor”, bernilai 5 jika “sangat kotor”
JPA = Jumlah pengguna air dalam rumah tangga orang
JKA = Jumlah kebutuhan air dalam rumah tangga literhari
JRSA = Jarak rumah ke mata air meter TP
= Tingkat pendidikan responden tahun RPDT = Rata-rata pendapatan rumah tangga Rpbulan
5 Menjumlahkan Data Agregating Data
Penjumlahan data merupakan proses dimana nilai tengah penawaran dikonversikan terhadap total populasi yang dimaksud. Setelah menduga nilai
tengah WTP maka dapat di duga nilai WTP dari rumah tangga dengan menggunakan rumus :
P N
ni WTPi
TWTP
n i
1
……………………………………………………….. 9 dimana :
TWTP = Total WTP WTP
i
= WTP individu sampel ke-i n
i
= Jumlah sampel ke-i yang bersedia membayar sebesar WTP
42 N
= Jumlah sampel P
= Jumlah populasi i
= Responden ke-i yang bersedia membayar pembayaran jasa lingkungan
6 Mengevaluasi Penggunaan CVM Evaluating the CVM Exercise
Hal ini merupakan penilaian sejauhmana penggunaan CVM telah berhasil. Pada tahap ini memerlukan pendekatan seberapa besar tingkat keberhasilan dalam
pengaplikasian CVM. Apakah hasil survei mengandung tingkat penawaran sanggahan yang tinggi. Apakah ada bukti bahwa responden benar-benar mengerti
mengenai pasar hipotetik. Seberapa besar tingkat kesalahan responden dalam menjawab pertanyaan yang diajukan. Seberapa baik pasar hipotetik yang
digunakan dapat menangkap setiap aspek dalam barang lingkungan. Seberapa baik permasalahan yang terjadi di asosiasikan dengan CVM.
Untuk mengevaluasi pelaksanaan model CVM dilihat tingkat keandalan reability fungsi WTP. Uji yang dapat dilakukan dengan uji keandalan yang
melihat nilai R
2
dari model OLS Ordinary Least Square WTP.
4.4.3 Analisis Fungsi WTP
Analisis ini
digunakan untuk
mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi WTP responden. Model yang digunakan adalah model regresi
linier berganda. Persamaan regresi besarnya nilai WTP dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
WTP =
+
1
KA
i
+
2
JPA
i
+
3
JKA
i
+
4
JRSA
i
+
5
TP
i
+ β
6
RPDT +
i
.. 10 dimana :
WTPi = Nilai WTP Responden Rpliter
= Intersep
43
1
,…,
5
= Koefisien regresi KA
= Penilaian kualitas air bernilai 1 jika “sangat jernih”, bernilai 2 jika “jernih”, bernilai 3 jika “biasa”, bernilai 4 jika “kotor”
JPA = Jumlah pengguna air orang
JKA = Jumlah kebutuhan air literhariKK
JRSA = Jarak rumah ke mata air m
TP = Tingkat pendidikan tahun
RPDPT = Rata-rata pendapatan rumah tangga Rpbulan
i = Responden ke-i i = 1, 2,…., n
= Galat
Variabel-variabel tersebut dipilih berdasarkan teori-teori dan observasi langsung di lokasi penelitian. Besarnya nilai WTP penerima manfaat dipengaruhi
oleh faktor-faktor sebagai berikut : penilaian kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, dan rata-rata
pendapatan. Variabel yang diduga mempengaruhi secara positif adalah penilaian
kualitas air, jumlah pengguna air, jumlah kebutuhan air, jarak rumah ke sumber air, tingkat pendidikan, rata-rata pendapatan. Interpretasi penilaian kualitas air
adalah semakin baik penilaian kualitas air oleh responden maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi.
Interpretasi jumlah pengguna air adalah semakin banyak jumlah pengguna air dalam satu rumah maka diduga akan mempengaruhi responden dalam
memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi jumlah kebutuhan air adalah semakin banyak jumlah kebutuhan air yang dimanfaatkan oleh responden
44 maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan
yang lebih tinggi. Interpretasi jarak rumah ke sumber air adalah semakin dekat jarak rumah
ke sumber air maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi tingkat pendidikan adalah semakin
tinggi tingkat pendidikan responden maka diduga akan mempengaruhi responden dalam memberikan nilai kesediaan yang lebih tinggi. Interpretasi rata-rata
pendapatan adalah semakin tinggi rata-rata pendapatan responden maka diduga akan mempengaruhi nilai kesediaan yang lebih tinggi.
4.5 Pengujian Parameter
Pengujian secara statistik perlu dilakukan untuk memeriksa kebaikan suatu model yang telah dibuat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
4.5.1 Uji G
The log-likelihood biasa dikenal sebagai -2LL two times the log likelihood dimana nilai tersebut dapat memperkirakan distribusi chi-square
2
dan memungkinkan penentuan level signifikansi. Statistik uji G adalah uji rasio kemungkinan maksimum likelihood ratio test yang digunakan untuk menguji
peranan variabel bebas secara serentak Hosmer. D. W dan S. Lemeshow, 1989. Rumus umum untuk uji G adalah :
li lo
G ln
2
……………………………………………………………….... 11 dimana :
l = nilai likehood tanpa variabel penjelas
l
1
= nilai likehood model penuh
45 Pengujian terhadap hipotesis pada uji G responden rumah tangga Desa
Curug Goong adalah sebagai berikut : H
μ β
1
= β
2
=…= 0 H
1
μ minimal ada satu β
i
tidak sama dengan nol, dimana i =1,2,…, n Statistik G akan mengikuti sebaran
2
dengan derajat bebas α. Kriteria keputusan yang diambil adalah jika G
2
p α, maka hipotesis nol H ditolak.
Uji G juga dapat digunakan untuk memeriksa apakah nilai yang diduga dengan peubah di dalam model lebih baik jika dibandingkan dengan model tereduksi
Hosmer dan Lemeshow, 1989.
4.5.2 Uji Wald
Uji wald digunakan untuk menguji perbedaan pengaruh antara taraf atribut yang variabel bonekanya bernilai 1 dengan taraf lain dari atribut tersebut yang
semua variabelnya bernilai nol.
i SE
i W
...……………………………………………………………… 12 H
μ β = 0
H
i
μ β
i
≠ 0 dimana :
β
i
= Vektor koefisien dihubungkan dengan penduga koefisien X SE β
i
= Galat dari kesalahan dari β
i
Uji wald mengikuti sebaran normal baku dengan kaidah keputusan menolak H jika | W | Z
α2
Hosmer dan Lemeshow, 1989.
46
4.5.3 Uji Odds Ratio
Odds ratio merupakan kemunculan dari peubah respon Y = 1 sebesar exp β kali jika taraf yang peubah bonekanya bernilai 1 muncul, dibandingkan dengan
taraf atribut yang peubah bonekanya bernilai 1 muncul, dibandingkan dengan taraf atribut tersebut yang semua peubah bonekanya bernilai 0 muncul. Dengan kata
lain, odds ratio merupakan interpretasi dari sebuah peluang.
4.5.4 Uji Keandalan
Uji ini dilakukan dalam pelaksanaan CVM. Berhasil tidaknya pelaksanaan CVM dilihat berdasarkan nilai koefisien determinasi R
2
dari OLS Ordinary Least Square WTP. Nilai R
2
lebih rendah dari 0,15 dapat dikatakan tidak reliable. Sedangkan nilai R
2
yang tinggi dapat menunjukan tingkat realibilitas penggunaan CVM.
4.5.5 Uji Statistik t
Uji statistik t dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh masing-masing variabelnya X
i
mempengaruhi sosial ekonomi masyarakat setempat Y
i
sebagai variabel tidak bebas prosedur pengujiannya Ramanathan, 1997 adalah sebagai
berikut : H
μ β
i
= 0 atau variabel bebas X
i
tidak berpengaruh nyata terhadap variabel bebasnya Y
i
H
1
μ β
i
≠ 0 atau variabel bebas X
i
berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya Yi
t
hitn-k
= i
s i
0
………………………………………………………………. 13
Jika t
hit n-k
tabel, maka H diterima, artinya variabel X
i
tidak berpengaruh nyata terhadap Yi
47 Jika t
hit n-k
tabel, maka H ditolak, artinya variabel X
i
berpengaruh nyata terhadap Y
i
.
4.4.6 Uji Statistik F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel X
i
secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebasnya Y
i
Prosedur pengujiannya Ramanathan, 1997 antara lain :
H = β
1
= β
2
= … = β
k
= 0 Variabel bebas X
i
secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya Y
i
H = β
1
= β
2
= … = β
k
≠ 0 Variabel bebas X
i
secara serentak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya Y
i
F
hit
= 1
1
n
k JKG
k JKK
………………………………………………………….. 14 dimana :
JKK = Jumlah kuadrat untuk nilai tengah kolom
JKG = Jumlah kuadrat galat
n = Jumlah sampel
k = Jumlah peubah
Jika F
hit
F
tabel
, maka H diterima, artinya variabel X
i
secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap Y
i
Jika F
hit
F
tabel
, maka H ditolak, artinya variabel X
i
secara serentak berpengaruh nyata terhadap Y
i
.
48
4.5.7 Uji Multikolinear multicollinearity
Dalam model yang melibatkan banyak variabel bebas sering terjadi masalah multicollinearity, yaitu terjadi kolerasi yang kuat antar variabel-variabel
bebasnya. Untuk mendeteksi adanya multicollinearty dalam sebuah model dapat dilakukan dengan membandingkan besarnya koefisien determinasi R
2
dengan koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas r
2
. Untuk hal ini dapat dibuat suatu matriks koefisien determinasi parsial antar variabel bebasnya.
Multicollinearity dapat dianggap bukan merupakan suatu masalah apabila koefisien determinasi parsial antar dua variabel bebas tidak melebihi nilai
koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara simultan. Namun multicollinearity dianggap sebagai masalah serius jika koefisien
determinasi parsial antar dua variabel bebas melebihi atau sama dengan nilai koefisien determinasi atau koefisien korelasi berganda antar semua variabel secara
simultan, atau secara matematis dapat dituliskan dalam pertidaksamaan berikut : r
2 i, j
R
2 i
, …,
j
………………………………………………………….. 15 Masalah multicollinearity dapat dilihat langsung melalui output komputer dimana
apabila VIF 10 maka tidak ada masalah multicollinearity.
4.5.8 Uji Heteroskedastisitas
Salah satu asumsi metode pendugaan metode kuadrat terkecil adalah homoskedastisitas, yaitu ragam galat konstan dalam setiap amatan. Pelanggaran
atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji heteroskedastisitas seperti
yang disarankan oleh Goldfeld dan Quandt diacu dalam Ramanathan 1997. Langkah-langkah
pengujian heteroskedastisitas
dengan uji
white heteroskedastisitas sebagai berikut :
49 H
: tidak ada heteroskedastisitas H
1
: ada masalah heteroskedastisitas Tolak H
jika obs R
2 2
df-2
atau probability obs R
2
α Gejala heteroskedastisitas juga dapat dideteksi dengan melihat dari plot
grafik hubungan antar residual dengan fits-nya. Jika pada gambar ternyata residual menyebar dan tidak membentuk pola tertentu, maka dapat dikatakan bahwa dalam
model tersebut tidak terdapat gejala heteroskedastisitas atau ragam error sama.
4.5.9 Uji Kenormalan
Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui apakah error term dari data atau observasi yang jumlahnya kurang dari 30 mendekati sebaran normal sehingga
statistik t dapat dikatakan sah. Uji yang dapat dilakukan adalah uji Jarque Bera dengan prosedur sebagai berikut :
H = error term terdistribusi normal
H
1
= error term tidak terdistribusi normal Terima H
jika statistic J- B
2 df-2
atau jika diperoleh nilai probabilitas lebih besar dari α
.
4.6 Batasan Operasional
Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1 Wilayah penelitian adalah Desa Curug Goong yaitu tempat dimana mata air
Cirahab berada. 2 Objek penelitian adalah mata air Cirahab yang merupakan pemasok air bagi
kebutuhan rumah tangga masyarakat desa Curug Goong. 3 Responden adalah kepala keluarga dalam rumah tangga yang menerima
manfaat mata air Cirahab dengan usia 17 tahun ke atas dan sudah bekerja.
50 4 WTP merupakan sejumlah uang yang ingin diberikan seseorang untuk
memperoleh suatu peningkatan kualitas jasa lingkungan menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.
5 CVM digunakan untuk menampung preferensi responden pada kondisi tertentu guna mengetahui keinginan untuk membayar.
6 Tingkat pendapatan responden merupakan pendapatan total rumah tangga yang diperoleh responden setiap bulannya.
V. KEADAAN UMUM
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian terletak kurang lebih 25 km di sebelah tenggara dari pusat pemerintahan Kota Serang. Daerah wilayah penelitian ini difokuskan pada
Desa Curug Goong dimana secara administratif Desa Curug Goong termasuk di wilayah Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, Banten. Wilayah ini terletak
di sekitar 106 00’ 00” – 106
03’ 00” BT dan 6 10’ 30” – 6
15” 00” BB. Desa Curug Goong merupakan wilayah yang berada di daerah aliran sungai Cidanau
dan berdekatan dengan Cagar Alam Rawa Danau, dengan batas sebagai berikut: 1
Sebelah Utara : Cagar Alam Rawa Danau, Desa Cipayung
2 Sebelah Selatan
: Gunung Karang, Desa Lebak 3
Sebelah Timur : Gunung Kemuning, Desa Batu Kuwung
4 Sebelah Barat
: Wilayah Anyer, Desa Cisaat Kondisi lahan sebagian berupa lahan darat, lahan sawah dan lahan rawa,
dan sebagian besar berupa kebun dan tanaman keras terutama di daerah sekitar mata air. Menurut data yang diperoleh dari Kepala Desa Curug Goong 2008,
luas wilayah Desa Curug Goong adalah 333,57 Ha yang terdiri dari lahan persawahan seluas ± 150,24 Ha, pemukiman penduduk seluas ± 86,13 Ha,
perkebunan seluas ± 48,70 Ha, dan hutan seluas ± 48,5 Ha. Desa Curug Goong terdiri atas 11 kampung, 16 RT, dan 6 RW dengan
jumlah penduduk 3.504 jiwa yang terdiri atas 828 kepala keluarga. Sebaran wilayah Desa Curug Goong dapat dilihat pada Tabel-4.