Pola Distribusi Perdagangan Cengkeh Pada Desa Padarincang Kabupaten Serang Banten

(1)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN CENGKEH PADA DESA PADARINCANG KABUPATEN SERANG BANTEN telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 2 Desember 2008 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

1. Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (………)

NIP. 150 289 264

2. Sekretaris : Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (………) NIP. 150 318 308

3. Pembimbing I : Dr. Euis Amalia, M.Ag (………) NIP. 150 289 264

4. Pembimbing II : Fahmi Ahmadi, S.Ag, M. Si (………) NIP. 150 326 914

5. Penguji I : Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA (………) NIP. 130 789 745

6. Penguji II : Indo Yama Nasarudin, SE, MAB (………) NIP. 150 319 593


(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN CENGKEH PADA DESA PADARINCANG KABUPATEN SERANG BANTEN telah diujikan dalam Sidang Munaqasah Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2 Desember 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam).

Jakarta, 2 Desember 2008 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. NIP. 150 210 422

PANITIA UJIAN

7. Ketua : Dr. Euis Amalia, M.Ag (………)

NIP. 150 289 264

8. Sekretaris : Dr. Muhammad Taufiqi, M.Ag (………) NIP. 150 290 159

9. Pembimbing I : Dr. Euis Amalia, M.Ag (………) NIP. 150 289 264

10.Pembimbing II : Fahmi Ahmadi, S.Ag, M. Si (………) NIP. 150 326 914

11.Penguji I : Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA (………) NIP. 130 789 745

12.Penguji II : Indo Yama Nasarudin, SE, MAB (………) NIP. 150 319 593


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan cahaya ilmu-Nya, shalawat dan salam semoga selalu tercurah ke hadirat Rasul pembawa cahaya, Muhammad SAW. Penulis menyadari selesainya penulisan skripsi ini tak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu, sudah sepantasnya penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyelesaian skripsi ini, terutama kepada :

1. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM., selaku dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Ah. Azharuddin Lathif M.Ag., MH., selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat.

3. Ibu Dr. Euis Amalia, M.Ag dan Bapak Fahmi Muhammad Ahmadi, S.Ag M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan pemikirannya untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Pimpinan dan staff Perpustakaan Utama UIN dan Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum yang telah membantu penulis mendapatkan literatur selama proses penyelesaian skripsi.

5. Kepala Desa dan Aparat Desa Padarincang yang telah memberikan bantuan kepada penulis selama penelitian, Ibu Hj Eti Nurhayati, Ibu Hj. Mumu, Ibu


(4)

Junah, Ibu Maryam, Bapak H. Muslim, dan Bapak H. Samitra yang telah memberikan banyak informasi mengenai masalah yang penulis teliti.

6. Bapak, Ibu, dan ke empat kakakku Itoh, Mumuh, Nurul, dan Mamay serta ketiga adikku Ifeh, Diah, dan Dini yang tak henti memberi doa, cinta dan dukungan sepenuh hati serta memberikan bantuan selama proses penelitian. 7. Sahabat-sahabatku Maya, Fidah, Heny, Puji, Romai, Aziz, Indra, Faiz, dan

Iqbal, yang telah memberikan banyak doa dan dukungan untuk penulis serta teman-temanku seangkatan, senasib seperjuangan PS B 2004. Sebuah kebahagian bisa menjadi bagian dari kalian dan melewati satu fase kehidupan bersama kalian.

8. Semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini dan tidak dapat disebutkan satu persatu.

Semoga bantuan dari semua pihak bernilai amal sholeh di sisi Allah SWT. Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan kontribusi bagi pengembangan ilmu ekonomi Islam.

Jakarta, 19 November 2008 M 20 Dzulqo’dah 1429 H.


(5)

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL v

DAFTAR GAMBAR vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7

D. Review Kajian Terdahulu 8

E. Metode Penelitian 11

F. Teknik Penulisan 14

G. Sistematika Penulisan 14

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Distribusi dalam Islam 16

B. Fungsi Distribusi 22

C. Tujuan Distribusi 25

D. Mekanisme Distribusi 28

E. Norma dan Etika di Bidang Distribusi 32

BAB III GAMBARAN UMUM DESA PADARINCANG

A. Profile Desa Padarincang 35

1. Struktur Organisasi Desa Padarincang 36 2. Kondisi Geografis dan Sosiologis Desa Padarincang 37 B. Gambaran Umum Perdagangan di Desa Padarincang 44


(6)

BAB IV PERDAGANGAN CENGKEH DI DESA PADARINCANG

A. Pengkategorian Pedagang Cengkeh dan Pola 46 Distribusi Perdagangan cengkeh di Desa Padarincang

B. Kegiatan dalam Distribusi Cengkeh di Desa Padarincang 62 C. Anaisis SWOT Pedagang Cengkeh di Desa Padrincang 67

D. Analisis Hasil Penelitian 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 70

B. Saran 71

DAFTAR PUSTAKA 72

LAMPIRAN 74


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Sumber Daya Alam 37

Tabel 3.2 Lembaga Ekonomi 38

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Sumber Daya Manusia 39 Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk 39 Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian 41

Tabel 3.6 Lembaga Pemerintahan 41

Tabel 3.7 Lembaga Pendidikan 41

Tabel 3.8 Sarana dan Prasarana Transportasi 42

Tabel 3.9 Prasarana Peribadatan 42

Tabel 3.10 Prasarana Olah raga 43

Tabel 3.11 Sarana dan Prasarana Kesehatan 44 Tabel 4.2 Daftar Harga Beli dan Harga Jual Cengkeh Kering 49

di Tingkat Pedagang Besar dan Menengah antara Bulan Juni-September 2008

Tabel 4.2 Daftar Harga jual dan Harga Beli Cengkeh Basah di Tingkat 50 Pedagang Besar dan Menengah antara bulan Juni-Agustus 2008 Tabel 4.4 Daftar Harga Cengkeh Basah dan Cengkeh Kering 57

di Tingkat Pedagang Kecil pada Bulan Juni 2008.

Tabel 4.5 Daftar Selisih Harga Cengkeh Basah di Tingkat Pedagang 60 Kecil, Pedagang Menengah, dan Pedagang Besar pada

Bulan Juni 2008

Tabel 4.6 Daftar Selisih Harga Cengkeh Kering di Tingkat Pedagang 61 Kecil, Pedagang Menengah, dan Pedagang Besar pada

Bulan Juni 2008


(8)

Tabel 4.5

Daftar Selisih Harga Cengkeh Basah di Tingkat Pedagang Kecil, Pedagang Menengah, dan Pedagang Besar pada Bulan Juni 2008


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa 36 Padarincang

Gambar 4.1 Pola Distribusi Cengkeh di Tingkat Pedagang Besar 47 Gambar 4.3 Pola Distribusi Cengkeh di Tingkat Pedagang Menengah 54 Gambar 4.5 Pola Distribusi Cengkeh di Tingkat Pedagang Kecil Model I 58 Gambar 4.6 Pola Distribusi Cengkeh di Tingkat Pedagang Kecil Model II 59 Gambar 4.8 Pola Distribusi Perdagangan Model I 73 Gambar 4.9 Pola Distribusi Perdagang Cengkeh Model II 73


(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kegiatan perdagangan sudah terjadi sejak zaman kuno silent trade atau perdagangan yang membisu karena komunikasi dengan bahasa dilakukan terutama di daerah Mediteranian. Inti berdagang adalah mencari keuntungan dengan membeli lebih murah dan menjual dengan harga yang lebih mahal. Agama Islam menegaskan, menghalalkan berdagang dan mengharamkan riba. Mencari untung dalam kegiatan perdagangan di dalam konsep Islam tidak terbatas pada keuntungan materi saja tetapi juga keuntungan yang bersifat nonmateri serta keuntungan dalam kehidupan dunia dan akhirat.1

Terkait dengan kegiatan perdagangan, Banten merupakan salah satu propinsi yang potensi perdagangannya cukup bagus. Banten adalah sebuah propinsi di pulau ujung barat pulau Jawa, Indonesia. Propinsi ini dulunya merupakan bagian dari Propinsi Jawa Barat, namun dipisahkan sejak tahun 2000, dengan keputusan Undang-Undang No.23 tahun 2000. Wilayahnya mencakup sisi Barat dari Utara Propinsi Jawa Barat, yaitu Serang. Lebak, Pandeglang, Tanggerang, Kota

1

H Dochak latief, “Perdagangan yang Islami”, artikel diakses pada tanggal 3 Maret 2008 dari http://suara merdeka-nasional.htm


(11)

Cilegon, Kota Serang. Ibukota dari Banten ini adalah Serang.2 Kondisi perekonomian di Banten setiap tahunnya selalu mengalami kemajuan, karena kondisi perekonomian suatu wilayah dapat tercermin dari total produksi barang dan jasa yang dihasilkan dari aktivitas ekonomi yang tergambar dalam besaran nilai PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) yang dimiliki wilayah tersebut. Nilai PDRB Propinsi Banten pada tahun 2005 sebesar Rp 84,62 triliun, atau mengalami peningkatan sebesar 14,80% dari tahun sebelumnya. Bila dilihat berdasarkan nilai konstan tahun 2000, nilai PDRB Propinsi Banten mencapai Rp 58,11 triliun atau meningkat 5,88& dari tahun sebelumnya Rp 54,88 triliun.

Dilihat berdasarkan nilai pembentukan PDRB Propinsi Banten tahun 2005, sektor industri memberi kontribusi mencapai 49,75% atau senilai Rp 42,1 triliun, diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran 17,11% (Rp 14,5 triliun), sektor pertanian 8,33% (Rp 7,21 triliun), bangunan 2,73% (Rp 2,31 triliun) serta terkecil sektor pertambangan 0,10% (Rp 0,88 triliun). Berdasarkan wilayah kabupaten/kota maka sumbangan terbesar nilai PDRB dihasilkan Kota Tangerang(34,17% atau RP 30,02 triliun), diikuti Kabupaten Tangerang (27,31 triliun atau Rp 23,99 triliun), Kota Cilegon (14,69% atau Rp 12,9 triliun), dan terkecil dari Kabupaten Lebak(5,54% atau RP 4,87 triliun).

Struktur perekonomian pada masing-masing kabupaten di Propinsi Banten memiliki karakteristik tersendiri, dimana pada wilayah Banten bagian selatan

2 Propinsi Banten

, dalam Wikipedia Indonesia: Ensiklpedia Bebas berbahasa Indonesia,


(12)

(Lebak dan Pandeglang) didominasi oleh sektor pertanian, sedangkan di wilayah Bagian Utara (Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang, Kota Tangerang, Kota Cilegon) lebih didominasi sektor industri dan perdagangan.

Kegiatan usaha perdagangan di Banten ini menempati urutan kedua terbesar dalam sumbangannya terhadap pembentukan PDRB. Aktivitas perdagangan yang dilakukan meliputi kegiatan perdagangan dalam negeri dan kegiatan ekspor dan impor. Pada tahun 2005 di Propinsi Banten terdapat sebanyak 246 pusat kegiatan perdagangan yang tersebar di seluruh kabupaten/kota. Jumlah pusat pedagangan terbanyak berada di Kabupaten Tangerang (110 unit) dan di Kota Tangerang (75 unit). Kegiatan ekspor-impor umumnya dilakukan melalui dua pelabuhan yaitu di daerah ini yaitu Pelabuhan Merak dan Pelabuhan Cigading. 3

Jenis kegiatan perdagangan yang mempunyai potensi yang sangat bagus, salah satunya adalah perdagangan hasil bumi atau hasil perkebunan seperti karet, kopi, kopi, kelapa sawit, cengkeh, melinjo, cokelat, dan aren. Dukungan daerah-daerah yang ada di Banten yang mempunyai potensi sangat bagus dalam perdagangan hasil bumi atau perkebunan khususnya cengkeh adalah Cibaliung, Taman Sari, Pandeglang, Ciomas, Pasar Padarincang dan daerah sekitar pantai seperti Anyer, Labuan, dan Sirih.

Desa Padarincang yang terletak di Kecamatan Padarincang adalah salah satu wilayah yang ada di Kabupaten Serang dan merupakan salah satu bagian daerah

3

Sistem Informasi Baseline Economic Survey “ Ringkasan Eksekutif KPUJ Proponsi Banten: Kondisi Perekonomian Wilayah” , artikel diakses pada tanggl 10 Juni 2008 dari http://sipuk-bank sentral republik indonesia-mht.


(13)

yang ada di Propinsi Banten yang mempunyai potensi yang cukup bagus khususnya dalam bidang hasil bumi atau hasil perkebunan seperti karet, kopi, melinjo, cokelat, kopra, dan cengkeh. Kabupaten Serang sendiri merupakan salah satu daerah yang mempunyai tingkat PDRB yang baik, karena setiap tahun nilai PDRB Kabupaten Serang selalu mengalami kenaikan. Di bawah ini adalah tabel PDRB Kabupaten Serang atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun 2005-2006 (jutaan rupiah).

Tabel 1.1

Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Serang atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2005-2006 (Jutaan Rupiah )

No Lapangan Usaha 2005 r) 2006 *)

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Pertanian Pertambangan Industri pengolahan Listrik, gas, dan air bersih Bangunan

Perdagangan, hotel dan restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan Jasa-jasa 1.144.135,54 676.161,94 4.716,59 327.433,58 529.745,59 882.279,56 257.767,55 293.571,59 584.581,52 1.177.990,71 587.521,46 4.999,29 324.897,68 563.027,93 940.335,99 282.443,49 316.203,61 638.263,66


(14)

Catatan:

*) Angka Sementara r) Angka Perbaikan

Dari tabel di atas bisa terlihat kenaikan nilai PDRB Kabupaten Serang tahun 2005-2006. Pada tahum 2006 Nilai PDRB Kabupaten Serang mencapai jumlah Rp 8.357.679,3 atas dasar harga konstan tahun 2000 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu tahun 2005 yang hanya sebesar Rp 7.973.370,70.4

Cengkeh di Desa Padarincang ini merupakan salah satu komoditas andalan dalam kegiatan perdagangan hasil perkebunan. Pada musim cengkeh hampir sebagian pedagang memfokuskan komoditas barang dagangannya pada jual-beli cengkeh. Karena selain harga cengkeh yang tinggi pada musimnya juga keuntungan dari perdagangan cengkeh ini lebih menjanjikan memberikan keuntungan bagi para pedagangan hasil perkebunan yang ada di Desa Padarincang.

Pada bulan Juni-Agustus di Desa Padarincang merupakan bulan musim cengkeh, pada saat itu para pedagang di desa tersebut sedang giat mengumpulkan modal untuk persiapan selama musim cengkeh. Harga cengkeh dibedakan berdasarkan jenisnya yaitu cengkeh basah dan cengkeh kering. Harga cengkeh yang berlaku pada bulan Juni 2008 untuk jenis cengkeh basah yaitu Rp. 15.000/kg dan untuk jenis cengkeh kering yaitu Rp. 48.000/kg. Ketika musim cengkeh telah

4


(15)

tiba, tingkat pendapatan yang diperoleh masyarakat secara tidak langsung mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan karena harga cengkeh yang tinggi sehingga masyarakat di desa ini pun mendapatkan keuntungan dari kegiatan berdagang cengkeh.

Desa Padarincang dijadikan sebagai tempat untuk melakukan penelitian skripsi dikarenakan desa ini merupakan desa yang mempunyai kegiatan perekonomian yang lebih baik jika dibandingkan dengan desa-desa lainnya yang ada di daerah Kecamatan Padarincang. Desa ini juga sudah dikenal oleh desa-desa lain sebagai tempat yang mempunyai potensi yang bagus untuk perdagangan hasil perkebunan, karena banyak warga masyarakat yang berasal dari desa lain yang menjual hasil perkebunannya ke desa ini. Selain itu, di desa ini terdapat sebuah pasar tradisional yang bernama Pasar Padarincang yang setiap hari selalu ramai dengan kegiatan perdagangan sehingga mendukung masyarakat yang ada di desa ini untuk melakukan kegiatan berdagang.

Dalam berdagang cengkeh, terdapat banyak cara untuk cengkeh bisa sampai ke pedagang besar yang ada di desa ini. Karena cengkeh yang diperoleh para pedagang tidak hanya berasal dari masyarakat Desa Padarincang akan tetapi juga berasal dari pedagang-pedagang dari daerah lain. Oleh karena itu penulis merasa tertarik ingin mengetahui lebih jauh tentang bagaimana distribusi cengkeh yang ada di desa ini.


(16)

Dari uraian di atas, maka penulis bermaksud untuk membuat skripsi dengan tema “POLA DISTRIBUSI PERDAGANGAN CENGKEH pada DESA PADARINCANG KABUPATEN SERANG BANTEN”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari melebarnya topik permasalahan yang akan dibahas, maka dalam skripsi ini penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu hanya seputar pola distribusi perdagangan cengkeh apakah telah sesuai dengan etika bisnis dalam Islam atau tidak.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang ada, maka masalah dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimanakah pola distribusi perdagangan cengkeh di Pasar Padarincang? b. Apakah pola distribusi perdagangan cengkeh yang dilakukan oleh para pedagang cengkeh telah sesuai dengan konsep keadilan distributif dalam Islam?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian

a. Untuk mengetahui pola distribusi perdagangan cengkeh yang ada di Desa Padarincang.


(17)

b. Untuk menganalisis distribusi yang dilakukan oleh para pedagang cengkeh di Desa Padaricang dari perspektif ekonomi syariah.

2. Manfaat penelitian

a. Untuk menambah pengetahuan mengenai distribusi, khususnya mengenai pola distribusi perdagangan cengkeh.

b. Untuk kalangan akademis dan mahasiswa, sebagai bahan tambahan dan sumber referensi untuk mendalami pengetahuan mengenai distribusi.

D. Review Kajian Terdahulu

1. Distribusi Kekayaan dalam Islam – Mutianti Hamidi, Perbankan Syariah, 2003. Distribusi kekayaan merupakan pembagian kekayaan atau pendapatan dari seseorang atau masyarakat kepada masyarakat lain. Distribusi kekayaan dalam Islam sangat penting bahkan dianjurkan, dengan tujuan agar kekayaan tersebar luas kepada semua golongan masyarakat dan tidak hanya terfokus pada golongan tertentu saja. Al-Quran menyerukan adanya pembagian kekayaan yang merata dan adil di dalam sebuah masyarakat. Distribusi kekayaan dalam Islam diatur sedemikian rupa yang seadil-adilnya yaitu dengan membentuk institusi-institusi distribusi kekayaan. Sehingga dengan adanya distribusi yang adil dan merata dapat menghapus kemiskinan bahkan akan melahirkan kesejahteraan. Adapun institusi distribusi kekayaan diantaranya institusi-institusi resmi distribusi kekayaan seperti zakat, warisan (hukum waris),


(18)

khumus, kaffarat, dan institusi yang lainnya yaitu institusi sukarela seperti infaq, shadaqah, Qardh Hasan, dan nadzar wasiat.

2. Konsep Pendistribusian Zakat dan Aplikasinya pada Lembaga Amil Zakat (Studi Kasus Baitul Maal Muamalat) – Nur Samsiah, Perbankan Syariah, 2005.

Baitulmaal Muamalat sebagai salah satu Lembaga Amil Zakat (LAZ), melakukan penghimpunan dan pendistribusian zakat. Pendistribusian zakat di Baitul Maal Muamalat ini melalui empat program bina/usaha pemberdayaan yaitu: (1)Bina ekonomi adalah program yang dilakukan untuk mengembangkan jiwa wirausaha mustahiq sehingga dapat mandiri, (2) Bina sosial adalah program yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya insani dalam bidang pendidikan/pelatihan dan dakwah, (3) Bina pendidikan yaitu program yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan khususnya bagi kalangan masyarakat tidak mampu (4) Bina kesehatan adalah program yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup pokok (sandang pangan) bagi masyarakat yang tidak mampu atau tertimpa musibah. Keempat program ini merupakan pengelolaan dari dana-dana sosial umat. Baitul Maal Muamalat melakukan usaha unutk mengoptimalkan pendistibusian zakat, misalnya melalui usaha pemberdayaan seperti pemberian modal agat tercipta usaha kemandirian ekonomi mustahik, membuat skala prioritas permasalahan, serta berhati-hati dalam pendistribusian zakat dengan melakukan survei agar zakat benar-benar terdistribusikan kepada mustahik. Pola pendistibusian zakat lain yang dilakukan Baitul Maal muamalat yang lainnya yaitu dengan program layanan kesehatan keliling yang dilakukan di


(19)

daerah dekat wilayah muzaki dan B-Health dalam bentuk klinik Baitul Maal Muamalat bersubsidi

3. Pendistribusian Kekayaan Negara dalam Perspektif Ekonomi Islam – Fahrurroji, Perbankan Syariah, 2006.

Konsep kepemilikan harta kekayaan pada diri manusia menurut perspektif Islam adalah tidak mutlak adanya, karena keberadaan manusia yang terbatas oleh dimensi ruang dan waktu. Keabadian serta pemilik hakiki adalah Allah SWT semata. Namun begitu, kepemilikan dalam Islam dapat diakui melalui berbagai cara yang telah ditentukan dalam Islam. Perolehan kekayaan negara yang berlimpah ruah dan dari penarikan pajak masyarakat dan pendapatan lainnya yang bersifat temporal seperti zakat, merupakan modal bagi pemerintah untuk membiayai dan mendanai aktifitas pemerintah dan pemerintah berkewajiban pula untuk dapat melayani fasilitas bagi kepentingan masyarakat (primer dan sekunder) semacam fasilitas infrastruktur yang dapat mendukung kelancaran aktifitas dan pertumbuhan ekonomi masyarakat serta menjaga kesejahteraan dan kemaslahatan hidup bersama.

Ketiga skripsi ini pada dasarnya sama-sama membahas tema yang sama yaitu tentang distribusi hanya saja ketiga skripsi tersebut mempunyai fokus yang berbeda. Skripsi yang pertama membahas tentang pendistribusian kekayaan dalam Islam melalui institusi-institusi baik institusi yang bersifat resmi dan institusi yang bersifat sukarela. Pada skripsi yang kedua berisi tentang bagaimana konsep pendistribusian zakat yang dilakukan oleh Baitul Maal Muamalat yaitu dengan


(20)

melalui program empat bina serta memberikan bantuan berupa zakat produktif kepada para mustahik supaya mereka bisa mempunyai usaha dan bisa hidup mandiri. Sedangkan skripsi yang ketiga membahas tentang pendistribusian kekayaan yang dilakukan oleh masyarakat yaitu dimana pemerintah menyediakan fasilitas bagi kepentingan masyarakat (primer dan sekunder), seperti fasilitas infrastruktur yang bisa mendukung kelancaran aktivitas dan pertumbuhan ekonomi masyarakat serta menjaga kesejahteraan dan kemaslahatan hidup bersama.

Pada skripsi ini dibahas tentang distribusi pada perdagangan cengkeh dan juga membahas bagaimana pola distribusi yang ada di Desa Padarincang. Jadi yang membedakan skripsi ini dengan skripsi yang sudah ada yaitu bahwasannya skrispsi ini bukan tentang distribusi harta akan tetapi skripsi ini mengenai distribusi barang yang fokusnya yaitu pada pola distribusi dalam perdagangan cengkeh.

E. Metode Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.5

5

Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandng: PT Remaja Rosdakarya, 2004), h. 3.


(21)

2. Sumber Data

a. Data primer yaitu data yang berasal dari hasil wawancara yang dilakukan kepada informan di Desa Padarincang. Dalam penelitian ini, enam orang informan yang berprofesi sebagai pedagang yaitu Hj. Eti Nurhayati, H. Muslim, H. Samitra, Hj. Mumu, Ibu Maryam, dan Ibu Junah. Keenam informan tersebut dibagi menjadi tiga kategori yaitu pedagang besar, pedagang menengah, dab pedagang kecil. Pengakategorian tersebut berdasarkan jumlah modal, pengalaman berdagang, jumlah cengkeh yang didagangkan, jumlah karyawan, dan jumlah pelanggan.

b. Data skunder yaitu data yang berasal baik dari buku, jurnal, artikel dan literatur dan hasil penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan data

Untuk mengkaji masalah ini, peneliti melakukan penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data-data primer secara lengkap. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu:

a. Observasi, yaitu penulis melakukan peninjauan langsung ke tempat yang akan diteliti, yaitu Desa Padarincang, Cinangka, Ramea, dan daerah Cibawang untuk mengamati secara langsung setiap kejadian, gejala sosial ekonomi, dan yang lainnya secara jelas. Dalam kegiatan observasi ini penulis mengalami beberapa kendala diantaranya: ada beberapa tempat yang diobservasi sulit untuk di jangkau oleh kendaraan umum sehingga


(22)

untuk sampai ke tempat yang akan diobservasi harus berjalan kaki, selain itu jumlah kendaraan yang menuju ke tempat observasi sangat sedikit sehingga waktu yang dibutuhkan untuk observasi relaif lebih lama, kemudian beberapa tempat yang penulis observasi ternyata daerahnya sangat jauh dari keramaian dan masuk ke daerah pedalaman.

b. Indepth interview, kegiatan ini peneliti lakukan untuk mendapatkan data dan informasi secara mendalam, yakni kepada para informan yang berprofesi sebagai pedagang. Adapun jumlah informan yang penulis wawancara berjumlah enam orang, mereka adalah Hj. Eti Nurhayati, H. Muslim, Hj. Mumu, H. Samitra, Ibu Maryam, dan Ibu Junah. Keenam informan tersebut penulis membaginya dalam beberapa ketegori diantaranya: berdasarkan jenis pedagang, usia, tingkat pendidikan, dan jumlah penghasilan dalam sebulan.

4. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis komponensial. Teknik analisis ini digunakan dalam analisis kualitatif untuk menganalisis unsur-unsur yang memiliki hubungan-hubungan yang kontras satu sama lain dalam domain-domain yang telah ditentukan untuk dianalisis secara lebih terperinci. 6 Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan observasi dan wawancara secara berulang-ulang terhadap para

6

Burhan Bungin, Analisis Data Penelitian Kualitatif, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2007), h. 95-96.


(23)

pedagang cengkeh dan akan menganalisis data tentang hal-hal yang mempunyai kaitan dengan pola distribusi cengkeh yang terdiri dari tiga hal yaitu pedagang, mekanisme distribusi serta permodalan dan hal-hal yang mempunyai kaitan dengan ketiga hal tersebut.

F. Teknik Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi ini mengacu pada Buku Pedoman Penulisan Skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2007.

G. Sistematika Penulisan

BAB I: Pendahuluan meliputi: Latar Belakang Masalah, Pembatasan dan Perumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Review Kajian Terdahulu, Metodologi Penelitian, Teknik Penulisan, dan Sistematika Penulisan.

BAB II: Tinjuaan Teori yang meliputi: Pengertian Distribusii dalam Islam, Fungsi Distribusi, Tujuan Distribusi , Mekanisme Distribusi, Norma dan Etika di Bidang Distribusi

BAB III:Gambaran Umum Desa Padarincang yang meliputi: Desa Padarincang, Struktur Organisasi Desa Padarincang, Kondisi Geografis dan Sosiologis Desa Padarincang, dan Gambaran Umum


(24)

Perdagangan di Desa Padarincang Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang.

BAB IV:Perdagangan Cengkeh di Desa Padarincang yang meliputi: Pengkategorian Pedagang dan Pola Distribusi Perdagangan Cengkeh di Desa Padarincang, Kegiatan dalam Distribusi Perdagangan Cengkeh di Desa Padarincang, Analisis SWOT Pedagang cengkeh di Desa Padarincang, Analisis Hasil Penelitian.

BAB V : Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran .


(25)

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Distribusi dalam Islam

Distribusi merupakan salah satu bagian dari bauran pemasaran, sebagaimana kita ketahui bahwa dalam bauran pemasaran terdapat empat prinsip dasar yang terdiri dari; produk, harga, tempat, dan promosi. Tempat disini bisa diartikan sebagai pendistribusian barang.7 Distribusi menurut Kamus Bahasa Inggris artinya adalah penyaluran, pembagian. 8 Distribusi dapat juga diartikan sebagai cara menentukan metode dan jalur yang akan dipakai dalam menyalurkan produk ke pasar. 9 Adapun dalam ekonomi Islam distribusi dapat diartikan sebagai usaha melancarkan penyebaran sumber daya sehingga kesejahteraan dapat dengan merata dirasakan. Artinya distribusi terjadi karena aktivitas ekonomi seperti kegiatan jual-beli.

Adapun makna distribusi dalam ekonomi Islam lebih luas, yaitu mencakup pengaturan kepemilikan unsur-unsur produksi dan sumber-sumber kekayaan. Islam menyadari bahwa kepemilikan adalah hal yang sangat penting, setiap hasil

7

Ensilkopedia Bebas Berbahasa Indonesia, ”Distribusi” artikel diakses pada tanggal 10 Juni 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/distribusi

8

John M. Echois dan Hassan Stiadly, An English-Indonesian Dictionary, (Jakarta: PT Gramedia, 1996), h. 190.

9


(26)

usaha ekonomi seorang muslim dapat menjadi hak miliknya, karena hal inilah yang menjadi motivasi dasar atas setiap aktivitas produksi dan pembangunan. 10

Islam memperbolehkan kepemilikan umum dan kepemilikan khusus, dan meletakkan bagi masing-masing kaidah-kaidah untuk mendapatkannya dan mempergunakannya.11 Konsep hak milik dalam dalam Islam didasarkan atas sumber utama, yaitu Al - Qur’an dan Hadits. Adapun prinsip-prinsip dasar hak milik dalam pandangan Islam secara garis besar yaitu:

1. Dalam Islam, Allah adalah pemilik yang sesungguhnya dan mutlak atas alam semesta. 12 Karenanya, pemanfaatan dan pengelolaan alam semesta tentu saja harus (secara mutlak) tunduk dengan ketentuan yang digariskan oleh Allah Swt. Sebagaimana firman Allah dalam surat Ali Imran (3) ayat 189 yang berbunyi:

!

"

" #

Artinya: Dan milik Allah-lah kerajaan langit dan bumi; dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.

2. Manusia diberikan hak milik yang terbatas oleh Allah SWt atas sumber daya ekonomi, di mana batasan kepemilikan dan cara pemanfaatannya telah ditentukannNya. Jadi manusia hanyalah mewarisi hak milik yang dibrikan

10

Mustafa Edwin Nasution, dkk, Pengenalan Eksklusif Ekonomi Islam, cetakan kedua, (Jakarta: Prenada Media Group, 2007), h. 120.

11

Ali Sakti, Analisis Teoritis Ekonomi Islam Jawaban atas Kekacauan Ekonomi modern, (Jakarta: Paradigma dan Aqsa Publishing, 2007), h. 145.

12


(27)

Allah. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-Ahzab (33) ayat 27 yang berbunyi:

$%&' ( )*

(+ ,

($ - (+* (./

!

"

0

!

)

1 23 4

Artinya: Dan Dia mewariskan kepadamu tanah-tanah, rumah-rumah dan harta benda mereka, dan (begitu pula) tanah yang belum kamu injak. Dan Allah Mahakuasa terhadap segala sesuatu.

3. Pada dasarnya Allah menciptakan alam semesta bukan untuk diri-Nya sendiri, melainkan untuk kepentingan sarana hidup bagi mahluk (alam semesta dan isinya) agar tercapai kemakmuran dan kesejahteraan. Sebagiamana firman Allah dalam surat Al-Baqarah (2) ayat 29 yang berbunyi:

5 6ﺱ (/ )89 :

;

(. < = >? ,$

ﺱ @Aﺱ B$C, ;

(9 "

.ﺏ ,$

E

F GA

Artinya: Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang ada di bumi untukmu kemudian Dia menuju ke langit, lalu Dia menyempurnakannya menjadi tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.13

Keadilan adalah kata jadian dari kata “adil” yang terambil dari bahasa arab “adl”. Kamus- kamus bahasa arab menginformasikan bahwa kata ini pada mulanya berarti “sama”. Persamaan tersebut sering dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat imaterial. Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “adil” diartikan; (1) tidak berat sebelah/tidak memihak, (2) berpihak kepada kebenaran,

13

M. B. Hendrie Anto, Pengantar Ekonomi Mikro Islami, (Yogyakarta: Ekonosia, 2003), h. 96.


(28)

dan (3) sepatutnya/tidak sewenang-wenang. 14 Ada empat makna mengenai keadilan yang dikemukakan oleh beberapa pakar agama yaitu:

1. Adil dalam arti sama. Pengertian sama yang dimaksud di sini adalah persamaan dalam hak.

2. Adil dalam arti seimbang. Keadilan di sini artinya kesesuaian (Keproporsional), bukan lawan dari “kezaliman”.

3. Adil adalah perhatian terhadap hak-hak individu dan memberikan hak-hak itu kepada setiap pemiliknya.

4. Adil yang yang dinisbatkan kepada Ilahi. Adil di sini berasrti memelihara kewajaran atas berlanjutnya eksistensi, tidak mencegah kelanjutan eksistensi dan perolehan rahmat sewaktu terdapat banyak kemungkinan untuk itu. Adapun pengertian dari keadilan distribusi adalah 15

Adapun pengertian keadilan distribusi di sini adalah kegiatan distribusi cengkeh yang melibatkan petani, pedagang kcil, pedagang menengah, dan pedagang besar dimana masing-masing pihak mendapatkan hak yang sama dalam kegiatan perdagangan cengkeh baik dari segi mendapatkan informasi tentang harga cengkeh, kebebasan untuk mendapatkan cengkeh, serta penjualan kembali dari cengkeh yang dimiliki oleh setiap pedagang.

14

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cetakan kedua, ( Jakarta: balai Pustaka, 1989), h. 6.

15

M. Quraisy Shihab, Wawasan Al-Qur’an Tafsir Maudu’i atas Pelbagai Persoalan Umat,

(Jakarta: Mizan,1994), h. 111-116.


(29)

Muhammad Anas Zarqa dalam bukunya Munawwar Iqbal yang berjudul Distributive Justice and Need Fullfilment in an Islamic Economy mengungkapkan bahwasannya ada beberapa faktor yang menjadi dasar distribusi yaitu: tukar menukar, kebutuhan, kekuasaan, sistem sosial dan nilai Etika.16 Anas Zarqa melihat begitu pentingnya memelihara kelancaran distribusi ini agar tercipta sebuah perekonomian yang dinamis, adil, dan produktif. Ada beberapa prinsip distribusi dalam ekonomi Islam yaitu:

1. Pemenuhan atas kebutuhan semua mahluk

2. Terbentuknya pengaruh positif dalam diri dan penymbang 3. Terciptanya kebaikan diantara sesama

4. Mengantisapiasi perbedaan penyaluran pendapatan dan kekayaan 5. Memaksimalkan potensi kekayaan alam

6. Memberikan harapan pada orang lain melalui pemberian.17 Adapun hal-hal yang berkaitan dengan distribusi diantaranya: 1. Jenis Institusi dalam Distribusi

Institusi yang melakukan pemasaran dapat dibedakan kepada tiga kelompok, yaitu:

a) Pedagang besar, yaitu dapat didefinisikan sebagai perusahaan perantara yang menghubungkan produsen dengan pedagang eceran.

16

Munawar Iqbal, Distributive Justice and Need Fulfilment in an Islamic Economy, (London: International Institute of Islamic Economis, 1986), h. 164-165.

17Ibid,


(30)

b) Pedagang eceran. Perusahaan ini tergolong dalam kategori yang menjual barang yang diproduksikan pihak lain dan berhubungan langsung dengan konsumen.

c) Agen pemasaran biasanya bertindak sebagai promotor dan menerima pesanan dari pelanggan barang yang diageninya. Untuk jasanya ini agen penjualan akan mendapatkan komisi berdasarkan jumlah unit yang dijualnya atau transaksi penjualan.18

2. Saluran-saluran Distribusi

Saluran distribusi adalah sebagai perantara antar perusahaan yang dilalui oleh produk dari produsen kepada pengguna akhir.19 Dalam hal ini ada dua macam saluran distribusi yaitu:

a) Saluran Distribusi untuk Barang Konsumsi 1) Produsen Konsumen akhir

2) Produsen-Pengecer-Konsumen akhir

3) Produsen-Pedagang Besar-Pengecer-Konsumen akhir 4) Produsen-Agen-Pengecer-Konsumen akhir

5) Produsen-Agen-Pedagang Besar-Pengecer-Konsumen akhir. b) Saluran Distribusi untuk Barang Industri

1) Produsen-Pemakai Industri

18

Sadono Sukirno dkk, Pengantar Bisnis, (Jakarta: Prenada Media Group, 2006), Edisi Pertama, h. 229-231.

19

Ricky W. Griffin dan Ronald J. Ebert, Bisnis, (Jakarta: Erlangga, 2006), Edisi Kedelapan, h. 336.


(31)

2) Produsen-Distributor Indistri-Pemakai 3) Produsen-agen- pemakai

4) Produsen-Agen-Distributor Industri-Pemakai20 3. Penyediaan Tempat dalam Distribusi

Gudang yang akan digunakan untuk menyimpan barang perusahaan dibedakan dua jenis yaitu:

a. Jenis yang pertama adalah gudang untuk menyimpan barang yang keluar dari pabrik dan gudang ini merupakan jenis gudang yang biasanya dimiliki dan dikelola langsung oleh perusahaan. Semakin besar ukuran barang yang diproduksikan, semakin besar pula luas gudang yang diperlukan. Di samping itu luas gudang ditentukan oleh volume produksi, yaitu semakin besar produksi, semakin besar pula gudang yang perlu disediakan.

b. Jenis yang kedua adalah tempat yang akan didistribusikan. Untuk barang yang akan diditribusikan sendiri oleh produsennya, gudang yang digunakan tersebut dimiliki sendiri atau disewa.

B. Fungsi Distribusi dalam Islam

Fungsi distribusi dalam aktivitas ekonomi pada hakikatnya mempertemukan kepentingan konsumen dan produsen dengan tujuan kemaslahatan umat. Ketika konsumen dan produsen memiliki motif utama dalah memenuhi kebutuhan maka

20

Basu Swastha, Konsep dan Strategi Analisis Kuantitatif Saluran Pemasaran, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 1988), h. 89-93.


(32)

distribusi sepatutnya melayani kepentingan ini dan memperlancar segala usaha menuju kearah motif dan tujuan ini.

Aktivitas usaha distribusi ini kemudian dituntut untuk memenuhi hak dan kewajiban yang diinginkan oleh syariat bagi konsumen dan produsen. Dengan kata lain, aktivitas distribusi sebaiknya dengan motif dan tujuan utama dari aktivitas produksi dan konsumsi, yaitu pemenuhan kebutuhan masyarakat luas. Kebutuhan utama adalah kebutuhan dasar atau pokok yang harus menjadi prioritas utama untuk dipenuhi dari perekonomian yang dijalankan produsen, konsumen, dan distributor.21 Adapun kegiatan yang termasuk fungsi distribusi secara garis besar terbagi dua yaitu: fungsi distribusi pokok dan fungsi distribusi tambahan.

1. Fungsi pokok distribusi a. Pengangkutan

Pada umumnya kegiatan produksi berbeda dengan tempat tinggal konsumen perbedaaan tempat ini harus diatasi dengan kegiatan pengangkutan. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin majunya teknologi, kebutuhan manusia semakin banyak. Hal ini mengakibatkan barang yang disalurkan semakin besar, sehingga membutuhkan alat transportasi.

21

Ali Sakti, “Analisis Teoritis dalam Ekonomi Islam Jawaban atas Kekacauan Ekonomi Modern”, h. 145.


(33)

b. Penjualan

Dalam pemasaran barang, selalu ada kegiatan menjual yang dilakukan oleh produsen. Pengalihan hak dari tangan produsen sampai ke tangan konsumen dapat dilakukan dengan penjualan. Dengan adanya kegiatan ini, maka konsumen dapat menggunakan barang tersebut.

c. Pembelian

Setiap ada penjualan berarti ada pula pembelian. Jika penjualan barang dilakukan oleh produsen, maka pembelian dilakukan oleh orang yang membutuhkan barang tersebut.

d. Penyimpanan

Sebelum barang-barang disalurkan pada konsumen biasanya disimpan terlebih dahulu. Dalam menjamin kesinambungan, keselamatan, dan keutuhan barang-barang, perlu adanya penyimpanan (pergudangan). e. Pembakuan standar barang

Dalam setiap transaksi jual-beli, maka penjual maupun pembeli selalu menghendaki adanya ketentuan mutu, jenis, dan ukuran barang yang akan diperjualbelikan. Oleh karena itu perlu adanya pembakuan standar naik jenis, ukuran, maupun kualitas barang yang akan diperjualbelikan tersebut, standarisasi barang ini dimaksudkan agar barang yang akan dipasarkan atau disalurkan sesuai dengan harapan.


(34)

f. Penanggung resiko

Dalam pendistribusian barang yang akan dilakukan oleh para distributor hampir selalu ada resiko yang harus ditanggung oleh para distributor. Maka untuk menanggulangi resiko tersebut maka para distributor melakukan kerjasama dengan lembaga/perusahaan asuransi. 2. Fungsi tambahan distribusi

a. Menyeleksi

b. Mengepak/mengemas c. Memberi informasi22 C. Tujuan Distribusi dalam Islam

Ekonomi Islam datang dengan sistem distribusi yang merealisasikan beberapa tujuan yang mencakup berbagai bidang kehidupan., dan mengikuti politik terbaik dalam merealisasikan tujuan-tujuan tersebut. Tujuan distribusi dalam ekonomi Islam dapat dikelompokkan kepada tujuan dakwah, pendidikan, sosial, dan ekonomi. Berikut penjelasan hal-hal yang terpenting dari beberapa tujuan tersebut:23

1. Tujuan Dakwah

Dakwah yang dimaksud di sini adalah dakwah kepada Islam dan menyatukan hati kepadanya. Diantara contoh paling jelas dalam hal tersebut

22

Kios Banii Salim, “Distribusi”, artikel diakses pada tanggal 25 Juni 2008 dari http://bamboomediaonnet.htm

23

Jaribah bin Ahmad al-Haritsi, Fiqh Ekonomi Umar bin Khattab, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar Group, 2003), h. 215.


(35)

adalah bagian muallaf dalam zakat. Di mana muallaf itu adakalanya orang kafir yang diharapkan keislamannya atau dicegah keburukannya, atau orang Islam yang diharapkan kuat imannya, atau keislaman orang sepertinya, atau sebagusnya dalam jihad atau membela kaum Muslimin. Pada sisi lain, bahwa pemberian zakat kepada muallaf juga memiliki dampak dakwah terhadap orang yang menunaikan zakat itu sendiri. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al – Baqarah (2) ayat 265H

B )69AI'

*

J6ﺏ (+ , 0,GKL B ? I

+ﺏ M F,ﺏ ﺏ NL: I ! (+ Kﻥ

B9K8* + ! P' ; ﺏ

Q &; ﺏ +AR ( 0 ;

9Rﺏ 0, 8' ﺏ

F GA

Artinya: Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya Karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, Maka kebun itu menghasilkan buahnya dua kali lipat. jika hujan lebat tidak menyiraminya, Maka hujan gerimis (pun memadai). dan Allah Maha melihat apa yang kamu perbuat. 2. Tujuan Pendidikan

Diantara tujuan pendididkan dalam distribusi adalah seperti yang disebutkan dalam firman Allah Swt dalam surat At – Taubah (9) ayat103 yang berbunyi:

(+9 " M +ﺏ (+!2' ($ +&' )N SM (+ , B =

B.ﺱ ' , M 0

(+

(9 " @9 ﺱ

Nﺏ,C6

Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.


(36)

Artinya bahwa zakat yang merupakan cara pengembalian distribusi dapat memberikan para pemberinya dari dosa dan akhlak tercela, menambahkan akhlak baik dan amal shaleh, mengembangkan harta dan menambahkan pahala di dunia dan di akhirat.24

Secara umum, bahwa distribusi dalam perspektif ekonomi Islam dapat mewujudkan beberapa tujuan pendidikan, di mana yang terpenting diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan terhadap akhlak terpuji, seperti suka memberi, berderma, dan mengutamakan orang lain.

b. Mensucikan dari akhlak tercela seperti pelit, tamak, dan mementingkan diri sendiri (egois).

3. Ketiga: Tujuan Sosial

Tujuan sosial terpenting bagi distribusi adalah sebagai beikut:

a. Memenuhi kebutuhan kelompok yang membutuhkan, dan menghidupkan prinsip solidaritas di dalam masyarakat muslim.

b. Menguatkan ikatan cinta dan kasih sayang di antara individu dan kelompok di dalam masyarakat.

c. Mengikis sebab-sebab kebencian dalam masyarakat, yang akan berdampak pada terealisasinya keamanan dan ketentraman masyarakat. Sebagai contoh, bahwa distribusi yang tidak adil dalam pemasukan dan kekayaan akan berdampak adanya kelompok dan daerah yang miskin, dan bertambahnya

24Ibid, h 216.


(37)

tingkat kriminalitas yang berdampak pada ketentraman. Akan tetapi keadilan distribusi akan menghindarkan terjadinya hal tersebut, yang karenanya orang-orang kaya dan orang-orang miskin secara bersama mendapatkan manfaat dari keadilan distribusi.

4. Tujuan Ekonomi

Distribusi dalam ekonomi Islam memiliki tujuan-tujuan ekonomis yang penting, di mana yang terpenting di antaranya seperti berikut ini:

a. Pengembangan harta dan pembersihannya, karena pemilik harta ketika menginfakkan sebagian hartanya kepada orang lain, baik infak wajib maupun sunnah, maka demikian itu akan mendorongnya untuk menginvestasikan hartanya sehingga tidak akan habis karena zakat.

b. Memberdayakan sumber daya manusia yang menganggur dengan terpenuhi kebutuhannya tentang harta atau persiapan yang lazim untuk melakukan kegiatan ekonomi.

c. Ikut andil dalam merealisasikan kesejahtreaan ekonomi, di mana tingkat kesejahteraan ekonomi berkaitan dengan tingkat konsumsi.

D. Mekanisme Distribusi dalam Islam

Mekanisme distibusi yang ada dalam sistem ekonomi Islam secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok mekanisme, yaitu (1) mekanisme ekonomi, dan (2) mekanisme non-ekonomi.25

25

M. Sholahudin, Asas-asas Ekonomi Islam , (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), h. 204- 205.


(38)

1. Mekanisme ekonomi

Mekanisme ekonomi adalah mekanisme dengan mengandalkan kegiatan ekonomi agar tercapai distribusi kekayaan. Dalam mewujudkan distribusi kekayaan, maka mekanisme pada sistem ekonomi Islam diantara manusia yang seadil-adilnya dengan cara sebagai berikut:

a. Membuka kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya sebab-sebab hak milik dalam hak milik pribadi. Membuka kesempatan kerja seluas-luasnya bagi seluruh anggota masyarakat adalah salah satu bentuk distribusi kekayaan melalui mekanisme ekonomi. Salah satu upaya yang lazim dilakukan manusia untuk memperoleh harta kekayaan adalah dengan bekerja.

b. Memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi berlangsungnya pengembangan hak milik melalui investasi. Pengembangan hak milik adalah mekanisme yang digunakan seeorang untuk mendapatkan tambahan hak milik tersebut. rangka meningkatkan produktivitasnya. c. Larangan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya.

Harta yang ditimbun tidak akan berfungsi ekonomi. Pada gilirannya akan menghambat distribusi karena tidak terjadi perputaran harta. Islam mengharamkan menimbun harta benda walaupun telah dikeluarkan zakatnya, dan mewajibkan pembelanjaan terhadap harta tersebut, agar ia beredar di tengah-tengah masyarakat sehingga dapat diambil manfaatnya. Penggunaan harta benda dapat dilakukan dengan mengerjakan sendiri


(39)

ataupun bekerja sama dengan orang lain dalam suatu pekerjaan yang tidak diharamkan.

d. Membuat kebijakan agar harta beredar secara luas serta menggalakan berbagai kegiatan syirkah dan mendorong pusat-pusat pertumbuhan. Islam menganjurkan agar harta benda beredar di seluruh anggota masyarakat, dan tidak beredar di kalangan tertentu, sementara kelompok lainnya tidak mendapatkan kesempatan.

e. Larangan kegiatan monopoli, serta berbagai penipuan yang dapat mendistorsi pasar. Islam melarang terjadinya monopoli terhadap produk-produk yang merupakan jenis milik pribadi.26 Sebab dengan adanya monopoli, maka seseorang akan dapat menentukan harga jual produk tidak sesuai dengan pasarannya, sehingga dapat merugikan kebanyakan orang di muka umum. Harga yang berlaku di pasar tidak serendah yang mereka peroleh dari pedagang perantara.

f. Larangan kegiatan judi, riba, korupsi, pemberian suap, dan hadiah kepada penguasa. Judi dan riba merupakan penyebab utama uang hanya akan bertemu dengan uang (bukan dengan barang dan jasa), dan beredar di antar orang-orang kaya saja. Karena Islam melarang serta mengharamkan aktivitas tersebut.

26Ibid


(40)

g. Pemanfaatan secara optimal hasil dari barang-barang (SDA) milik umum yang dikelola negara seperti hasil hutan, barang tambang, minyak, listrik, air dan sebagainya demi kesejahetraan rakyat.

2. Mekanisme Nonekonomi

Pendistribusian harta dengan mekanisme non-ekonomi antara lain:27 a. Pemberian negara kepada rakyat yang membutuhkan

Negara memberikan harta kepada orang-orang yang memerlukan untuk memenuhi kebutuhannya. Pemberian harta tersebut dengan maksud agar dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup rakyat atau agar rakyat dapat memanfaatkan pemilikan secara merata. Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat diberikan secara langsung ataupun tidak langsung dengan jalan memberikan sarana dan fasiliatas pribadi sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.

b. Zakat

Pemberian harta zakat yang dibayarkan oleh muzakki kepada mustahik adalah bentuk lain dari mekanisme nonekonomi dalam hal distribusi harta. Zakat adalah ibadah yang wajib dilaksanakan oleh para muzakki. Jadi zakat merupakan ibadah yang berperan dan berdampak ekonomi , yakni berperan sebagai instrumen distribusi kekayaan diantara manusia.

27Ibid


(41)

E. Norma dan Etika di Bidang Distribusi

Distribusi dalam Islam terdiri dari dua sendi yaitu sendi kebebasan dan nilai keadilan.28

1. Sendi Kebebasan

Teori distribusi dalam ekonomi kapitalis yaitu dengan cara memberikan kebebasan memiliki dan kebebasan berusaha bagi semua individu msyarakat, sehingga setiap individu masyarakat bebas memeproleh kekayaan sejumlah yang ia mampu dan sesuai dengan faktor produksi yang dimilikinya dengan tidak memperhatikan aspek pendistribusian tersebut merata dirasakan oleh semua individu masyarakat atau hanya bagi sebagian saja. Teori yang diterapkan oleh sistem kapitalis ini adalah salah dan dalam pandangan ekonomi Islam adalah dzalim sebab bila teori tersebut diterapkan maka berimplikasi pada penumpukkan kekayaan pada sebagian pihak dan ketidakmampuan di pihak lain.

Kebebasan di sini adalah kebebasan dalam bertindak yang dibingkai oleh nilai-nilai agama dan keadilan tidak seperti pemahaman kaum kapitalis yang menyatakannya sebagai tindakan membebaskan manusia untuk berbuat dan bertindak tanpa campur tangan pihak manapun, tetapi sebagai keseimbangan antara individu dengan unsur materi dan spiritual yang

28

Yusuf Qardhawi, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), h. 203.


(42)

dimilikinya, keseimbangan antara individu dan masyarakat serta antara masyarakat dengan masyarakat lainnya.29

2. Nilai Keadilan

Sistem manajemen kepemilikan memiliki dampak yang sangat nyata terhadap proses distribusi, bahkan merupakan asas yang menjadi landasan bagi yang lainnya, maksudnya dalam keadilan distribusi tidak mungkin terealisasi jika terdapat kerancuan dalam sistem kepemilikan. Manajemen kepemilikan mancakup dua hal yaitu:

a. Berkaitan dengan sistem penentuan jumlah yang mungkin dimiliki seseorang dari sumber-sumber bumi.

b. Berkaitan dengan penentuan kaidah-kaidah dalam menggunakan kepemilikian khusus, dan tujuan dari penetapan kaidah-kaidah tersebut, yaitu kebenaran penggunaan setiap individu terhadap harta yang mereka miliki. Di mana penggunaan harta tersebut harus merealisasikan kemaslahatan mereka dan kemaslahatan orang lain yang memiliki hak dalam harta tersebut. Sebagaimana kaidah-kaidah tersebut bertujuan mencegah setiap bentuk perbuatan yang membahayakan pemilik harta atau membahayakan orang lain, dan berdampak negatif dalam proses distribusi, baik secara langsung maupun tidak langsung, seperti menimbun, menipu, curang, berlebih-lebihan, dan pelit. Secara

29

Muhammad Sofyan KS, Distribusi dalam Ekonomi Islam (Sebuah Kritik Terhadap Ekonomi Kapitalis), artikel diakses pada tanggal 25 Juni 2008 dari http://magisterstudiislam-universitasislamindonesiayogyakrta.htm


(43)

ringkasnya, bahwa kaidah-kaidah tersebut bertujuan agar cara-cara mendapatkan kepemilikan harus benar menurut syariah, dan penggunaanya juga harus syariah.30

Adapun prinsip keadilan distributif dalam Islam mencakup hal-hal sebagai berikut:

1) Setiap orang berhak untuk menguasai hak milik secara individual atau dalam kelompok bersama orang lain. Kepemilikan sumber daya yang penting oleh negara hanya diperbolehkan jika demi kepentingan umun 2) Orang-orang miskin memiliki sebagian kekayaan yang dikumpulkan oleh

orang-orang kaya sampai pada batas bahwa kebutuhan dasar setiap orang dalam masyarakat bisa terpenuhi.

3) Eksploitasi manusia pada semua tingkatan, dalam bentuk dan kondisi apapun adalah anti-Islam dan harus diakhiri.31

30

Jaribah bin Muhammad Al-Haritsi, “Fiqh Ekonomi Umar bin Khatab, h. 220-S221.

31

Muhammad dan Lukman Fauroni, Visi Al-Qur’an tentang Etika dan Bisnis, (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), h. 51-52.


(44)

BAB III

GAMBARAN UMUM DESA PADARINCANG

A. Profil Desa Padarincang

Kabupaten Serang merupakan salah satu bagian dari Proponsi Banten. Kabupetn ini terdiri dari beberapa kecamatan, diantaranya Kecamatan Serang, Kecamatan Cipocok, Kecamatan Taktakan, Kecamatan Kasemen, Kecamatan Pabuaran, Kecamatan Ciomas, Kecamatan Cinangka, Kecamatan Palueh, dan Kecamatan Padarincang.32

Desa Padarincang merupakan salah satu daerah yang ada di Kabupaten Serang yang terletak di Kecamatan Padarincang. 33 Adapun Luas Desa Padaricang ini yaitu sekitar 730.798,8 ha. Desa ini mempunyai jumlah Rw/dusun sebanyak 8 dan jumlah Rt sebanyak 22. Desa ini mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan : Kalumpang

Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Cikumbueun Sebelah Selatan berbatasan dengan : Desa Kadubeureum Sebelah Barat berbatasan dengan : Desa Citasuk

32 Profile Kabupaten Serang

, artikel diakses pada tanggal 10 November 2008 dari http://ciptakarya.pu.go.id/profil/profil/barat/banten/serang.pdf

33

Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia , “Kabupaten Serang”, artikel diakses pada tanggal 2 November 2008 dari http://id.wikipedia.org/wiki/kabupatenserang


(45)

1. Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Padarincang Gambar 3.1

Struktur Organisasi Pemerintahan Desa Padarincang

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian

Potensi Desa 2006” data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang

Kepala Desa

BPD

Sekretaris Desa

Bagian Perenca-naan

Bagian Umum

Bagian Keuangan

Sie. Pendapa-tan

Sie. Pamong tani

Sie. Pemba-ngunan Sie.

Pemerin-tahan

Sie. Trantib

Sie. Kesra


(46)

2. Kondisi Geografis dan Sosiologis Desa Padarincang a. Pertanian

Desa Padarincang salah satu desa yang penduduknya sebagian besar berprofesi sebagai petani. Hal ini diakibatkan karena letak desa ini tidak jauh dengan sungai besar sehingga memudahkan para petani untuk bisa mendapatkan air yang akan dipergunakan untuk pengairan sawah. Desa ini letaknya dengan sungai besar yang bernama Sungai Manggu. Adapun potensi pertanian di Desa Padarincang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.34

Tabel 3.1 Sumber Daya Alam

Jenis Tanah Luas tanah

Tanah sawah irigasi 2 ha Tanah ½ sawah irigasi 2 ha Sawah tadah hujan 1 ha

Ladang 660.798,1 ha

Pemukiman 75 ha

Tanah pasang surut 6 ha Tanah perkebunan rakyat 651.708,8 ha Tanah perkebunan negara 9 ha Tanah perkebunan swasta 79 ha

34

Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006”, data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang.


(47)

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006” data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang

b. Perdagangan

Desa Padaricang salah satu Desa yang mempunyai potensi perekonomian yang bagus, hal ini dikarenakan penduduk di Desa Padarincang banyak juga yang berprofesi sebagai pedagang, baik pedagang sembako, pedagang pakaian, dan pedagang hasil perkebunan. Selain itu, di desa ini juga terdapat sebuah pasar tradisional sehingga semakin mendukung kegiatan perdagangan di desa ini. Adapun lembaga ekonomi Desa Padarincang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.2 Lembaga Ekonomi

Lembaga ekonomi Jumlah

Koperasi 2 unit

Industri kerajinan 5 unit

Industri pakaian 3 unit

Industri minuman 1 unit

Industri alat rumah tangga 2 unit Industri bahan bangunan 2 unit Industri alat pertanian 3 unit

Warung klontong 10 unit

Angkutan 70 unit


(48)

Pedagang pengumpul tengkulak 3 unit

Usaha perkebunan 3 unit

Kelompok simpan pinjam 1 unit

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006” data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang

c. Jumlah Penduduk Berdasarkan Sumber Daya Manusia Tabel 3.3

Jumlah Penduduk Berdasarkan Sumber Daya Manusia

Jenis kelamin Jumlah

Laki-laki 3990 orang

Perempuan 3894 orang

Jumlah total penduduk 7884 orang

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006” data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang

d. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk Tabel 3.4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Penduduk Tingkat pendidikan Jumlah

Belum sekolah 900 orang

Pernah sekolah SD tapi tidak tamat 1100 orang Tamat SD/sederajat 1900 0rang Tamat SLTP/sederajat 1650 orang


(49)

Tamat SLTA/sederajat 1600 orang

Tamat S! 35 orang

Tamat S2 18 orang

Tamat S3 10 orang

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006” data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang

e. Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tabel 3.5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Mata pencaharian Jumlah

Buruh tani 1125 orang

Petani 750 orang

Pedagang/wiraswasta 250 orang

Pengrajin 5 orang

PNS 35 orang

TNI/Polri 5 orang

Penjahit 5 orang

Montir 2 orang

Supir 20 orang

Karyawan swasta 550 orang

Tukang kayu 50 orang

Tukang batu 10 orang

Guru 40 orang

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006”


(50)

f. Lembaga Pemerintahan

Tabel 3.5

Lembaga Pemerintahan

Lembaga Pemerintahan Jumlah Kantor pemerintahan desa 1 unit

Rt/dusun 7 unit

Rw 6 unit

Badan Perwakilan Daerah 1 unit

Majelis Ta’lim 1 unit

PKK 1 unit

Organisasi karang taruna 1 unit Organisasi pemuda Jami’atul Fatta 1 unit Organisasi kelompok tani 1 unit

LKMD 1 unit

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006” data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang

g. Lembaga Pendidikan

Tabel 3.6 Lembaga Pendidikan

Lembaga pendidikan Jumlah

TK 2 unit

SD/Sederajat 4 unit


(51)

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006”data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang

h. Sarana dan Prasarana Transportasi Tabel 3.7

Sarana dan Prasarana Transportasi

Sarana dan prasarana transportasi keterangan

Jalan desa 17 km

Jalan anatar desa/kecamatan 2 km

Jembatan desa 9 buah

Jembatan antar desa/kecamatan 3 buah

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006”data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang

i. Prasarana Peribadatan

Tabel 3.9

Prasarana Peribadatan

Sarana peribadatan Jumlah

Mesjid 8 unit

Mushola/langgar 30 unit

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006”data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang


(52)

j. Prasarana Olah raga

Tabel 3.10 Prasarana Olah raga

Sarana olah raga Jumlah Lapangan bulutangkis 1 buah

Lapangan sepakbola 1 buah

Meja ping-pong 2 buah

Lapangan voli 5 buah

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006”data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang

k. Sarana dan Prasarana Kesehatan Tabel 3.11

Sarana dan Prasarana Kesehatan

Sarana dan prasarana kesehatan Jumlah

Puskesmas 1 unit

Posyandu 5 unit

Tempat praktek dokter 1 unit

Dokter umum 1 unit

Dokter gigi 1 unit

Dokter spesialis 2 unit

Dukun terlatih 10 unit

Bidan desa 1 unit


(53)

Sumber: Badan Pemberdayaan Masyarakat Propinsi Banten, “Daftar Isian Potensi Desa 2006”data berasal dari Kantor Kepala Desa Padarincang

B. Gambaran Umum Perdagangan di Desa Padarincang

Desa padarincang merupakan salah satu desa yang mempunyai tingkat perekonomian yang cukup baik, karena di desa ini terdapat sebuah pasar tradisional yang bernama pasar Padarincang. Sehingga dengan adanya pasar dapat lebih membantu masyarakat di desa ini untuk mendapatkan penghasilan dari kegiatan berdagang. Masyarakat di desa ini banyak yang bermata pencaharian sebagai pedagang baik pedagang pakaian, pedagang bahan kebutuhan pokok sehari-hari, pedagang buah-buahan, dan pedagang hasil bumi atau perkebunaan seperti cengkeh, lada, kopi, kopra, biji melinjo, gagala, kapol, dan hasil perkebunan yang lainnya.

Mata pencaharian penduduk di Desa Padarincang yaitu bekerja petani, pedagang, baik pedagang kebutuhaan pokok sehari-hari maupun pedagang hasil perkebunan seperti cengkeh, biji melinjo, biji cokelat, kopra, biji kopi, biji pinang dan gagala, guru, dan karyawan swasta dan karyawan di pabrik-pabrik. Selain itu, Desa Padarincang juga selalu didatangi pedagang dari daerah-daerah lain untuk mengadu nasibnya di desa ini, karena banyak juga masyarakat yang tinggal di Desa Padarincang yang bukan asli penduduk Desa Padarincang. Banyak para pendatang di Desa Padarincang yang juga ikut melakukan kegiatan ekonomi, sehingga desa ini dari waktu ke waktu selalu mengalami peningkatan jumlah


(54)

penduduk dan dari tahun ke tahun jumlah pedagang di desa ini juga semakin meningkat. Para pendatang di desa pada umumnya berasal dari daerah yang tdiak jauh dari Desa Padarincang, mereka berasal dari daerah Ciomas, Barugbug, Citasuk, Cisaat, dan daerah jauh seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Pasar tradisional yang ada Di Desa Padarincang sangat ramai jika hari Senin dan Kamis, karena pada hari itu para pedagang dari berbagai daerah datang untuk menjual barang dagangannya ke masyarakat yang ada di Desa Padarincang. Selain itu banyak pula pembeli yang bukan hanya berasal dari Desa Padarincang akan tetapi berasal dari daerah lain yang juga membeli kebutuhan primer dan sekunder di pasar ini. Inilah salah satu hal yang membuat daerah Padarincang lebih terkenal jika dibandingkan dengan daerah yang lain, yaitu karena kegiatan perekonomian dari masyarakat Padarincang selalu hidup hampir setiap hari.


(55)

BAB IV

PERDAGANGAN CENGKEH DI DESA PADARINCANG

A. Pengkategorian Pedagang dan Pola Distribusi Perdagangan Cengkeh di Desa Padarincang

1. Pedagang Besar

Pedagang cengkeh dalam partai besar yang ada di desa ini pada umumnya adalah para pedagang yang menjalani bisnis hasil perkebunan antara kurun waktu 20-50 tahun. Pengetahuan mereka tentang berdagang hasil perkebunan berasal dari masyarakat Desa Padarincang, kerabat, dan ada juga yang merupakan usaha turun-temurun dari keluarganya. Alasan mereka berdagang hasil perkebunan dikarenakan keuntungan yang diperoleh dari berdagang cukup besar dan bisa membantu memperbaiki kedaaan perekonomian mereka. Hasil perkebunan yang mereka dagangkan antara lain: biji melinjo, biji kopi, biji pinang, biji cokleat, kapol, gagala, cengkeh, dan kopra. Hasil perkebunan tersebut merka dapatkan dari para pelanggan mereka yang berasal dari berbagai daerah seperti: Desa Padarincang, Desa Kadubuereum, Ciomas, Barugbug, Cikoneng, Wangun, dan Calung. Jumlah cengkeh yang mereka dapatkan dari pelanggan jika sedang musim cengkeh yaitu antara 1-5 ton dalam satu kali transaksi akan tetapi jika tidak sedang musim cengkeh maka jumlah cengkeh yang bisa mereka peroleh dari pelanggan jumlahnya antara 1-2 ton dalam satu kali transaksi. Cengkeh yang


(56)

mereka peroleh bukan hanya berasal dari pelanggan akan tetapi ada juga yang berasal dari kebun cengkeh yang milik pribadi. Luas kebun cengkeh yang mereka miliki luasnya yaitu antara 1-5 ha.

Adapun pola distribusi cengkeh yang terjadi pada pedagang besar di Desa Padarincang dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.1

Pola Distribusi Cengkeh di Tingkat Pedagang Besar

Dari gambar 4.1 di atas kita dapat mengetahui tentang alur distribusi cengkeh di tingkat pedagang besar. Adapun alurnya yaitu cengkeh yang berasal dari petani, pedagang kecil, dan pedagang menengah langsung dijual ke pedagang besar, setelah itu oleh pedagang besar cengkeh yang sudah terkumpul dijual kembali ke bandar cengkeh.

Ada beberapa alasan mengapa petani, pedagang kecil, dan pedagang menengah menjual cengkehnya ke pedagang besar seperti Hj. Eti Nurhayati dan H. Muslim alasan tersebut diantaranya: pertama, karena kedua pedagang besar tersebut memberikan transparansi harga cengkeh kepada pelanggannya,

Petani cengkeh

Pedagang kecil

Pedagang menengah

Pedagang besar Bandar Cengkeh


(57)

kedua karena kedua pedagang tersebut tidak pelit jika ada pelanggannya yang membutuhkan tambahan modal untuk berdagang, ketiga karena kedua pedagang tersebut suka memberikan THR ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri kepada para pelanggannya. Selain itu mereka bersikap ramah terhadap setiap pelanggan yang menjual cengkehnya kepada mereka.

Harga cengkeh yang berlaku di Desa Padarincang biasanya mengikuti standar harga yang berlaku di Rangkas bitung, Labuan, Pandeglang, Sirih, dan Carita. pedagang besar yang ada di Desa Padarincang tidak ikut serta dalam penetapan harga cengkeh yang akan diberlakukan selama musim cengkeh, sehingga mereka biasanya membuat kesepakatan dengan pedagang besar lainnya yang ada di desa ini untuk menentukkan berapa standar harga cegkeh yang akan diberlakukan di Desa Padarincang.

Tabel di bawah ini merupakan daftar harga jual dan harga beli cengkeh basah dan cengkeh kering di tingkat pedagang besar dan menengah antara bulan Juni-September 2008.35

35

Wawancara Pribadi dengan Hj. Eti Nurhayati, H. Muslim, Hj. Mumu dan H. Samitra di Desa Padarincang pada Tanggal 25-26 Agustus 2008.


(58)

Tabel 4.1

Daftar Harga Beli dan Harga Jual Cengkeh Kering di Tingkat Pedagang Besar dan Menengah antara Bulan Juni-September 2008

Bulan Harga jual/kg Harga beli/kg

Juni Rp 48.000 Rp 49.000

Juli Rp 55.500-Rp 56.0000 Rp 57.000 Agustus Rp 54.500-Rp 55.000 Rp 56.000 September Rp 52.500-Rp 53.000 Rp 55.000

Sumber: Wawancara Pribadi dengan Ibu Hj. Eti Nurhayati, H. Mumu, H. Samitra dan H. Muslim di Desa Padarincang pada Tanggal 25-28 Agustus 2008.

Dari tabel 4.1 di atas dapat kita ketahui bahwa harga jual dan harga beli cengkeh kering antara bulan Juni-Juli mengalami peningkatan antara Rp 1000-Rp 9.000/kg. Dimana harga beli cengkeh pada bulan Juni yaitu sebesar Rp 48.000/kg dan harga jualnya yaitu Rp. 49.000/kg. Sedangkan pada bulan Juli harga beli cengkeh menjadi naik yaitu antara Rp. 55.500-Rp.56.000/kg dan harga jualnya yaitu Rp. 57.000/kg. Harga cengkeh naik dikarenakan selama bulan Juni-Juli merupakan musim cengkeh sehingga jumlahnya cengkeh pun sangat banyak. Kemudian harga cengkeh kering mengalami penurunan pada bulan Agustus-September, hal ini tejadi karena jumlah cengkeh kering di Desa Padarincang sudah mulai berkurang. Harga beli cengkeh kering pada bulan Agustus-September mengalami penurunan sebesar Rp 1000-Rp 2.000/kg. Harga beli cengkeh kering pada bulan Agustus yaitu


(59)

berkisar antara Rp 54.500-Rp 55.000 dan harga jualnya Rp 56.000/kg, sedangkan pada bulan Sepetember harga cengkeh kering yaitu Rp 53.000/kg dan harga julanya Rp 54.000/kg.

Adapun untuk daftar harga jual dan harga beli cengkeh basah yang berlaku di tingkat pedagang besar dan menengah dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3

Daftar Harga jual dan Harga Beli Cengkeh Basah di Tingkat Pedagang Besar dan Menengah antara bulan Juni-Agustus 2008

Bulan Harga Beli/kg Harga Jual/kg

Juni Rp 18.000 Rp 19.000

Juli Rp 18.500-Rp 19.000 Rp 20.000 Agustus Rp 16.500-Rp 17.000 Rp 18.000 September Rp 15.000 Rp 16.000

Sumber: Wawancara Pribadi dengan Ibu Hj. Eti Nurhayati dan H. Muslim, Ibu Hj. Mumu dan H. Samitra di Desa Padarincang pada Tanggal 25-28 Agustus 2008.

Dari tabel 4.3 di atas dapat kita ketahui harga cengke kering yang berlaku di tingkat pedagang besar dan menengah. Harga jual dan harga beli cengkeh basah pada bulan Juni-September mengalami kenaikan sebsear Rp 500-Rp 1000/kg. pada bulan Juni harga beli cengkeh yaitu Rp 18.000/kg dan harga jualnya Rp 19.000/kg sedangkan pada bulan September harga beli cengkeh berada pada kisaran Rp 18.500-Rp 19.000/kg. Pada bulan


(60)

Agustus-September harga cengkeh basah mengalami penurunan sebesar Rp 500-Rp 1000/kg, bulan Agustus harga cengkeh basah berada pada kisaran Rp 16.500-Rp 17.000/kg dengan harga jual 16.500-Rp 18.000/kg sedangkan pada bulan September harga jula cengkeh kering turun menjadi Rp 15.000/kg dengan harga jual Rp 16.000/kg.

Mengenai permodalan, para pedagang besar mempersiapkan modal untuk berdagang antara Rp. 100.000.000-Rp. 500.000.000. Modal tersebut merupakan modal keseluruhan untuk berdagang hasil perkebunan. Jika mereka kekurangan modal untuk berdagang, maka mereka meminjam tambahan modal bukan kepada koperasi atau bank tetapi mereka meminjam tambahan modal kepada pedagang lain yang mempunyai cadangan modal yang lebih besar daripada mereka. Alasan mereka tidak meminjam tambahan modal dari bank karena menurut mereka jika meminjam modal dari bank atau koperasi banyak persyaratannya.36 Cara pengembalian pinjaman modal yang mereka pinjam dari pedagang yang lebih besar dikenakan bunga sebesar 2% perbulan dan menurut pihak yang meminjam bahwa bunga tersebut relatif lebih kecil jka dibandingkan dengan besarnya bunga di bank. Besarnya tambahan modal yang mereka pinjam dari pihal lain yaitu antara Rp. 50.000.000-Rp. 60.000.000.

Pedagang dalam partai besar mempunyai karyawan yang berfungsi untuk membantu mereka dalam berdagang. Jumlah karyawan yang dimiliki


(61)

oleh pedagang besar yaitu antara 3-5 orang. Karyawan-karyawan ini sebagian besar berasal dari Desa Padarincang, Desa Curugdahu, dan Kampung Cibojong. Tidak ada syarat khusus untuk menjadi karyawan pedagang besar, yang terpenting jika ingin menjadi karyawan pedagang tersebut harus rajin masuk kerja setia hari dan bersikap jujur ketika menimbang hasil perkebunan dari pelanggan.

Para karyawan yang direkrut biasanya mendapatkan bonus dari pedagang besar, dan alasan mereka diberi bonus ada dua alasan. Pertama, yaitu karena pedagang mendapatkan keuntungan yang besar dari hasil penjualan cengkeh dan yang kedua sawah yang dimiliki pedagang besar sudah dipanen. Besarnya bonus yang yang diterima setiap karyawan yaitu antara Rp.25.000-Rp. 50.000/orang. Pedagang besar memberikan bonus dengan tujuan supaya para karyawan lebih giat lagi bekerja.

Sebagai bentuk perhatian kepada karyawan, pedagang dalam parta besar seyiap tahun selalu memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada karyawannya. THR tersebut diberikan kepada karyawan seminggu menjelang hari lebaran. Bentuk THR yang diberikan yaitu berupa sarung, baju koko, kaos, dan kebutuhan pokok sehari-hari.

2. Pedagang Menengah

Pedagang cengkeh kategori menengah umunya pengalaman berdagangnya masih sedikit jika dibandingkan dengan pedagang dalam partai besar. Banyakanya pengalaman mereka dalam berdagang hasil perkebunan


(62)

yaitu antara kurun waktu 10-20 tahun. Pengetahuan mereka tentang berdagang hasil perkebunan kebanyakan berasal dari orang tuanya dan keluarganya. Alasan mereka berdagang hsil perkebunan yaitu karena keuntungan yang didapat dari berdagang hasil perkebunan cukup besar. Jenis-jensi hasil perkebunan yang didagangkan pedagang tingkat menengah yaitu cengkeh, biji melinjo, dan kopra. Pedagang tingkat menengah biasanya tidak hanya berprofesi sebagai pedagang hasil perkebunan, akan tetapi mereka juga mempunyai pekerjaan sampingan sebagai pedagang kebutuhan pokok sehari-hari di daerahnya. Alasan mereka berdagang sembako yaitu untuk menutupi kekurangan modal ketika berdagang hasil perkebunan. Selain itu, pedagang tingkat menengah pun ada yang berdagang hasil pertanian seperti pete, jengol, dan kelapa dimana hasil pertanian tersebut dijual ke daerah Jakarta. Besarnya modal untuk berdagang yaitu antara Rp 30.000.000 Rp 35.000.000 modal tersebut tidak termasuk modal untuk brdagang hasil pertanian dan berdagang kebutuhan pokok sehari-hari. Apabila pedagang menengah mengalami kekurangan modal, maka diantara mereka ada yang meminjam kepada pedagang yang lebih besar yang menjadi mitra bisnis mereka selama ini, tetapi ada juga yang mengambil kekurangan modalnya dari toko sembako yaang mereka miliki.

Untuk pedagang menengah selain mereka mendapatkan cengkehnya dari Desa Padarincang dan Sadatani, mereka juga mendapatkan cengkeh di daerah pegunungan seperti ke Mandalawangi yang ada di daerah Pandeglang.


(63)

Adapun jumlah cengkeh yang biasanya mereka dapatkan ketika musim cengkeh yaitu antara 1-2 ton akan tetapi jika musim cengkeh sudah selesai maka jumlah cengkeh yang mereka dapatkan dari pelanggan pun antara 100-500 kwintal.37 Alur distribusi cengkeh yang ada di tingkat pedagang menengah dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Gambar 4.2

Pola Distribusi Cengkeh di Tingkat Pedagang Menengah

Dari gambar 4.2 di atas dapat kita ketahui bagaimana pola distribusi cengkeh yang ada di pedagang tingkat menengah. Cengkeh yang berasal dari masyarakat, petani cengkeh, dan pedagang kecil dijual ke pedagang tingkat menengah, setelah itu oleh pedagang tingkat menengah dijual kembali ke pedagang besar dan kemudian oleh pedagang besar dijual kembali ke bandar cengkeh.

Alasan dari para pelanggan menjual cengkehnya ke pedagang tingkat menengah seperti H. Samitra dan Hj. Mumu diantaranya yaitu: pertama

37

Wawancara Pribadi dengan H. Mumu dan H. Samitra di Desa Padarincang pada Tanggal 27-28 Agustus 2008

Masyarakat

Pedagang menengah

Pedagang besar

Bandar cengkeh Petani cengkeh


(64)

karena kedua pedagang tersebut selalu memberikan harga cengkeh yang sesuai dengan harga di pasaran, kedua uang dari hasil menjual cengkeh bisa langsung dibelanjakan untuk membeli kebutahan pokok sehari-hari ke toko sembako yang dimiliki kedua pedagang ini, selain itu kedua pedagang ini setiap tahun selalu memberikan THR kepada para pelangganya.

Pedagang tingkat menengah pun memiliki karyawan yang membantu mereka dalam berdagang, jumlah karyawan yang mereka miliki yaitu 1-2 orang. Karyawan mereka berasal dari Desa Citasuk dan Turalak. Tidak ada persyarartan khusus untuk menjadi karyawan mereka, yang penting orang yang ingin menjadi karyawannya haruslah fisiknya kuat untuk mengangkat benda-benda yang berat dan rajin masuk kerja. Jika penjualan cengkeh mendapatkan keuntungan, maka karyawan pun diberikan bonus uang tunai antara Rp 15.000-Rp 30.000/orang. Hal itu dilakukan supaya karyawan lebih semangat lagi untuk bekerja. Selain memberikan bonus, para pedagang ini pun selalu memberikan Tunjangan hari Raya (THR) kepada karyawannya,. THR tersebut diberikan di tempat mereka berdagang. Adapun bentuk THR yang diberikan kepada para karyawan yaitu berupa uang tunai, sarubg, baju, dan kebutuhan pokok sehari-hari.

3. Pedagang Kecil

Untuk pedagang cengkeh kategori kecil, ternyata mereka selain berprofesi sebagai pedagang cengkeh mereka juga berprofesi sebagai pedagang sayur-mayur. Secara modal mereka relatif tidak besar yaitu antara


(65)

Rp100.000-Rp1.000.000, modal tersebut biasanya sebagian digunakan untuk modal berdagang sayur-mayur. Apabila mereka membutuhkan tambahan modal biasanya mereka meminjamnya dari pedagang besar yang menjadi relasi bisnis mereka dan jtambahan modal yang dipinjam pun besarnya antara Rp100.000-Rp 500.000 dan mereka tidak dikenakan bunga atas pinjaman tersebut. Adapun cara mereka membayarnya yaitu dengan mencicilnya setiap hari antara Rp 5.000-Rp 10.000/hari.

Banyakanya cengkeh yang pedagang ini dapatkan dari masyarakat pedalaman setiap harinya yaitu jika musim cengkeh antara 10 – 50 kg/hari dan jika bukan musim cengkeh biasanya jumlahnya antara 10 – 20 kg/hari. Jumlah terebut sudah merupakan gabungan antara cengkeh basah dan cengkeh kering. Adapun satuan yang mereka gunakan dalam transaksi jual – beli cengkeh adalah literan dan gelas kecil. Untuk cengkeh kering pedagang kecil membelinya berdasarkan ukuran gelas minum dan untuk cengkeh basah mereka membelinya berdasrkan ukuran liter.38 Adapun harga yang mereka tentukan untuk kategori cengkeh basah dan cengkeh kering adalah berdasarkan ukuran literan dan gelas minum adalah sebagai berikut:

38

Hasil Observasi ke tempat-tempat Berdagang para Pedagang Cengkeh ke Berbagai Tempat untuk Mendapatkan Cengkeh pada Tanggal 7-8 September 2008.


(1)

8. Kapan anda mendapatkan cengkeh dalam jumlah banyak?

Jawab: Saya mendapatkan cengkeh dalam jumlah banyak ketika datang musim cengkeh, dan pailng banyak yaitu setiap hari sabtu.

9. Bagimanakah standar cengkeh yang anda terima?

Jawab: Standar cengkeh yang saya tetapkan untuk jenis cengkeh kering adalah cengkeh yang benar-benar kering dan wanginya samapi tercuim, dan untuk cen gkeh basah tidak ada standar yang saya tetapkan.

10.Apa resiko yang didapat jika cengkeh tidak memenuhi standar?

Jawab: Resiko yang didapat jika cengkeh tidak memenuhi standar, maka harga cengkenya menjadi turun.

11.Berapa jumlah pelanggan yang anda miliki?

Jawab: Jumlah pelanggan yang saya miliki sekitar 100 orang. 12.Darimana saja asal pelanggan anda?

Jawab: Pelanggan saya berasal dari Cidayun, Kadu Tomo dan Sadatani. 13.Berapakah jumlah cengkeh dari pelanggan anda yang dijual kepada anda?

Jawab: Jumlah cengkeh yang berasal dari pelanggan biasanya antara 1-5 kg/orang untuk jenis cengkeh basah dan cengkeh kering.

14.Kemana saja anda mengirimkan cengkeh?

Jawab: Saya mengirimkan cengkeh ke pedagang besar yang ada di Desa Padarincang

15.Siapakah pihak yang membeli cengkeh dari anda?

Jawab: Pihak yang membeli cengkeh dari saya adalah pedagang besar besar yang ada di Desa Padarincang.

16.Apakah alat transportasi yang digunakan untuk mengirimkan cengkeh?

Jawab: Alat transportasi yang saya gunakan untuk mengirim cnegkeh ke Desa Padarincang adalah ojeg motor.


(2)

Jawab: Saya menggunakan ojeg motor karena lebih gampang dan biaya yang dikeluarkan juga tidak mahal, dan daerah daerah yang saya datangi untuk mendapatkan cengkeh hanya bisa dilalui oleh motor. Besarnya biaya untuk menuju daerah – daerah tersebut yaitu antara Rp. 16.000 – Rp. 18.000/hari. 18.Bagaimanakan kepemilikan dari transportasi tersebut?

Jawab: Sepeda motor tersebut bukan milik saya, tapi saya hanya menyewanya. 19.Apa saja kendala dalam berdagang cengkeh?

Jawab: Kendala saya berdagang cengkeh yaitu susahnya alat tarnsportasi untuk menuju daerah – daerah tepat saya berdagang, karena tempatnya masuk ke pedalaman dan daerah pegunungan

20.Bagaimanakah cara anda untuk menanggulangi kendala tersebut?

Jawab: Cara saya menaggulangi kendala tersebut yaitu dengan menggunakan jasa ojeg tetap yang selalu saya pakai tiap hari untuk menuju tempat-tempat saya biasa berdagang.

21.Berapa biasanya harga cengkeh dari Pedagang besar di Desa Padarincang?

Jawab: Untuk jenis cengkeh kering harga dari pedagang besar yaitu Rp 53.000/kg dan untuk cengkeh basah harganya Rp 16.000/kg.

22.Berapa harga awal anda memebli cengkeh dari petani?

Jawab: Saya membeli cengkeh dari petani menggunakan ukuran gelas minum dan liter. Untuk jenis cengkeh basah saya beli dalan ukuran gelas minum dengan harga Rp 3000/gelas dan untuk jenis cengkeh basah, saya menggunakan ukuran liter diaman saya membeli dari petani dengan harga Rp 7.000/liter.

23.Siapakah yang menetapkan harga cengkeh?

Jawab: Yang menetapkan harga cengkeh ketika saya membeli cengkeh dari petani adalah petani dan saya sendiri, sehingga baik saya maupun petani sama – sama mendapatkan keuntungan.

24.Kapan harga cengkeh ditetapkan?


(3)

25.Bagaimanakah cara penetapan harga cengkeh?

Jawab: Terlebih dahulu saya melihat kualitas cengkeh yang akan dijual oleh petani, jika kualitasnya bagus saya kan beli dengan harga yang tinggi akan tetapi jika kualitasnya kurang bagus maka harga cengkehnya pun menjadi turun.

26.Siapa saja yang terlibat dalam penetapan harga cengkeh?

Jawab: Yang terlibat dalam penetapan harga cengkeh adalah petani dan saya sebagai pedagang.

27.Apa saja yang bisa membuat perubahan harga cengkeh?

Jawab: Yang membuat perubahan dari harga cengkeh diantaranya permintaan dari pedagang besar yang ada di Desa Padarincang, musim cengkeh juga berpengaruh terhadap harga cengkeh. Jika sedang datang muism cengkeh maka harganya naik akan tetapi jika sudah berlalu muism cengkeh maka harganya biasnya menjadi turun.

28.Berapa modal awal anda untuk berdagang cengkeh? Jawab: Modal awal untuk berdagang adalah Rp. 1.000.000 29.Adakah modal khusus untuk berdagang cengkeh?

Jawab: Tidak ada modal khusus untuk berdagang cengkeh.

30.Darimana anda biasanya mendapatkan pinjaman untuk tambahan modal?

Jawab: Saya mendapatkan pinjaman untuk tambahan modal dari Pedagang besar yang menjadi mitra bisnis saya dalam berdagang.

31.Berapakah jumlah tambahan modal yang anda pinjam?

Jawab: Besarnya tambahan modal yang saya pinjam yaitu Rp. 500.000 32.Apakah alasan anda meminjam tambahan modal?

Jawab: Alasan saya meminjam karena kekurangan modal.


(4)

Jawab: Sistem pengembalian dari tambahan modal yang saya pinjam tidak dikenakan bunga. Cara pengembaliannya yaitu dengan cara dicicil setiap hari sebesar Rp 20.000/hari

34.Apakah anda pernah meminkam tambahan modal kepada koperasi atau bank? Jawab: Tidak pernah

35.Apakah alasan anda tidak meminjam tambahan modal kepada koperasi atau bank? Jawab: karena jika meminjam tambahan modal ke bank banyak sekali oersyaratan yang harus saya penuhi.

36.Berapakah pendapatan yang diperoleh dari berdagang cengkeh dalam satu bulan? Jawab: besarnya pendapatan yang saya peroleh setiap bulan sekitar antara Rp. 2.000.000- Rp. 3.000.000

37.Berapakah keuntungan yang diperoleh dari berdagang cengkeh?

Jawab: keuntungan yang saya peroleh dari berdagang cengkeh yaitu Rp. 30.000/hari


(5)

(6)