Teori Motivasi TINJAUAN PUSTAKA
9
Gambar 1. Model Teori Kepuasan dari Motivasi Stoner dan Wankel;1986.
Seorang pegawai yang mempunyai kebutuhan yang kuat untuk mencapai prestasi mungkin termotivasi untuk berkerja melebihi jam yang ditentukan
untuk menyelesaikan tugas yang sulit pada waktunya, atau seorang pegawai yang mempunyai kebutuhan yang kuat akan harga diri mungkin termotivasi
untuk bekerja dengan sangat hati-hati untuk menghasilkan pekerjaan yang bermutu tinggi.
Teori kepuasan yang dikenal antara lain: a. Teori kebutuhan Maslow seperti yang diungkapkan Timpe 2002
kerangka maslow mengelompokkan semua kebutuhan dalam lima kategori: 1 Fisiologis, 2 Keselamatan, 3 Sosial, 4 Penghargaan, 5
Perwujudan diri. Menurut maslow kelima kategori tersebut saling berkaitan dalam bentuk hierarki yang teratur, dimana salah satu kategori
kebutuhan hanya menjadi aktif setelah tingkat kebutuhan yang lebih rendah terpenuhi.
b. Teori faktor ganda Herzberg yang dituturkan Timpe 2002 mengatakan kerangka ini menyediakan dua sumbangan penting pada keterampilan
manajer untuk memotivasi orang lain. Pertama, kerangka itu lebih eksplisit daripada kerangka Maslow, khususnya mengenai kaitan antara
kebutuhan tertentu dan performa pekerjaan. Dengan kata lain, kerangka ini merupakan spesifikasi dari kebutuhan yang dapat dipuaskan oleh
performa pekerjaan tinggi. Kedua kerangka itu membangkitkan model aplikasi, pemerkayaan pekerjaan, yang membantu manajer untuk
menggunakan teori itu. Teori faktor ganda merupakan identifikasi dari dua dimensi pekerjaan
KEBUTUHAN kehilangan
DORONGAN ketegangan untuk
memenuhi kebutuhan TINDAKAN
perilaku yang diarahkan oleh tujuan
KEPUASAN pengurangan dorongan dan
pemuasan kebutuhan mula-mula
10
dasar: 1 Kondisi sekitar tugas yang kurang penting extrinsik. Didalamnya
tercakup kebijakan administratif, kebersihan tempat kerja, hubungan antar pegawai, manfaat sampingan dan peningkatan dalam penggajian
biaya hidup. Herzberg menamakan kondisi itu sebagai faktor higienis karena, meskipun mereka merupakan pra-syarat penting bagi
kepuasan bekerja, kondisi itu sendiri tidak membangkitkan performa tinggi. Faktor higienis lebih bekerja untuk menghilangkan halangan
dalam lingkungan pekerjaan daripada terkait langsung dengan motivasi pekerjaan.
2 Tugas itu sendiri. Apakah tugas itu memberikan perasaan telah mencapai sesuatu dan pengakuan atas pencapaian itu? Apakah tugas
itu cukup menarik, sesuatu yang anda ingin kenang setelah kerja? Apakah tugas memberikan suatu tantangan kepada anda sehingga
anda merasa telah ada pertumbuhan kemampuan anda? Kondisi tugas dinamakan faktor motivasi, karena keberadaanya atau tidak
keberadaannya sangat menentukan apakah individu tersebut termotivasi untuk berperforma tinggi.
2. Teori Proses Teori proses yang diungkapkan oleh Stoner dan Wankel 1986 adalah:
daripada menekankan kepuasan kebutuhan dan sifat dorongan dari kebutuhan tersebut, pendekatan proses menitikberatkan bagaimana dan dengan tujuan
apa individu dimotivasi, menurut teori ini, kebutuhan hanyalah salah satu unsur dalam proses individu memutuskan bagaimana bertingkah laku.
Sebagai contoh, individu berangkali melihat kemungkinan besar menerima suatu imbalan misalnya, kenaikan gaji, jikalau ia bertindak dengan suatu
cara tertentu misalnya, bekerja keras. Imbalan ini akan menjadi perangsang atau motif untuk perilakunya. Dasar bagi teori proses dari motivasi adalah
gagasan mengenai pengharapan yaitu, apa yang diantisipasi seseorang mungkin terjadi sebagai akibat dari perilakunya.
3. Teori Penguatan Teori penguatan yang diungkapkan Stoner dan Wankel 1986 adalah teori
yang dikaitkan dengan B.F Skinner dan kawan-kawan, yang juga sering
11
disebut modifikasi perilaku atau pembiasaan operant operant conditioning. Teori ini tidak menggunakan konsep suatu motif atau proses motivasi.
Sebaliknya, pendekatan ini berurusan dengan bagaimana konsekuensi dari suatu tindakan masa lampau mempengaruhi tindakan dimasa yang akan
datang dalam suatu proses belajar yang siklikal. Menurut teori ini, orang berperilaku tertentu berkaitan dengan hasil yang menyenangkan dan bahwa
tingkah laku yang lain berkaitan dengan hasil yang tidak menyenangkan.