Bakteri Aeromonas hydrophila TINJAUAN PUSTAKA

berfungsi untuk perabaan dan penciuman serta penglihatan lele yang kurang berfungsi dengan baik Mahyuddin, 2007. Sebagai alat bantu untuk berenang, lele dumbo memiliki tiga buah sirip tunggal, yakni sirip punggung dorsal, sirip dubur anal, dan sirip ekor caudal. Ikan ini juga memiliki sirip berpasangan, yaitu sirip dada pectoral dan sirip perut ventral. Sirip dada dilengkapi dengan tulang keras dan runcing yang biasa disebut patil untuk membela diri. Lele dumbo memiliki alat pernafasan tambahan yaitu aborescent organ yang dapat membantunya mengambil oksigen langsung dari udara, sehingga mampu hidup di dalam perairan dengan kadar oksigen yang rendah atau dalam lumpur. Menurut Khairuman dan Amri 2002, kualitas air yang dianggap baik untuk kehidupan lele adalah perairan dengan suhu 20-30°C, oksigen terlarut DO minimum 3 mgl, pH atau derajat keasaman 6.5-8, kandungan karbondioksida CO 2 kurang dari 15 ppm, NH 3 sebesar 0.05 mgl, NO 2 sebesar 0.25 mgl dan NO 3 sebesar 250 mgl. Sedangkan untuk ammonia total, konsentrasi yang baik untuk budidaya lele menurut Mahyuddin 2007 adalah maksimum 1 mgl. Ikan lele dumbo tergolong ikan yang sangat responsif terhadap pakan, baik dalam habitat asli di alam maupun di dalam kolam pemeliharaan Khairuman dan Amri, 2002. Oleh karena itu, ikan lele dumbo dapat tumbuh cepat dalam waktu yang relatif singkat. Pada ikan lele ukuran fingerling, metabolisme dalam tubuh ikan belum stabil sehingga proses pembentukan imunitas di dalam tubuhnya belum sempurna Viveen et al.,1987 dalam Riyanto, 1993. Seiring dengan pertumbuhan ikan, maka ikan juga dalam proses membangun sistem kekebalan tubuh dan mekanisme pertahanan tubuh lainnya Kabata, 1985.

2.2 Bakteri Aeromonas hydrophila

Bakteri Aeromonas hydrophila Gambar 2 merupakan bakteri penyebab penyakit bercak merah atau Motile Aeromonad Septicemia MAS. Menurut Kabata 1985, bakteri A. hydrophila menyebabkan penyakit Haemorrhagic septicemia, yaitu penyakit yang merusak jaringan dan organ pembuat sel darah. A. hydrophila memiliki sinonim atau sering juga disebut A. formicans atau A. liquefacians Austin dan Austin, 1993. Bakteri ini telah ditemukan di seluruh dunia pada beberapa jenis ikan air tawar, amfibi, reptil dan manusia. A. hydrophila tersebar luas di air tawar dan di dasar sedimen yang mengandung bahan organik tinggi Aoki, 1999. Tanda-tanda awal adanya infeksi penyakit ini pada ikan adalah hilangnya nafsu makan, diikuti dengan banyaknya lendir yang keluar, pendarahan pada kulit, kerusakan pada sirip dan insang, hilangnya keseimbangan renang dan akhirnya berujung pada kematian Djajadiredja et al., 1982. 2.5 µm Gambar 2. Pewarnaan Gram kiri Anonim, 2004 dan scanning elektron micrograph kanan Anonim, 2007 dari bakteri Aeromonas hydrophila Klasifikasi A. hydrophila menurut Holt et al., 1998 : Filum : Protophyta Kelas : Schizomycetes Ordo : Pseudomonadales Famili : Vibrionaceae Genus : Aeromonas Species : Aeromonas hydrophila Walaupun demikian, berdasarkan bukti dari studi tentang genetik molekular, Colwell et al. 1986 dalam Austin dan Austin 1993 mengajukan agar Aeromonas digolongkan dari famili Vibrionaceae menjadi famili Aeromonadaceae. Menurut Aoki 1999, A. hydrophila bersifat Gram negatif dengan bentuk batang dan motil bergerak aktif karena memiliki satu flagel monotrichous polar flagellum. Bakteri ini mempunyai ukuran diameter 0.3-1.0 µm dan panjang 1.0- 3.5 µm. Suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah 28°C, tetapi pertumbuhan ditemukan juga pada suhu 37°C. Koloni bakteri ini pada agar nutrien berwarna putih dan bundar. Dari hasil uji biokimia, bakteri ini bersifat fakultatif anaerobik, mampu mengubah karbohidrat menjadi asam atau asam dan gas, katalase dan oksidase sitokrom positif. Kisaran pH untuk A. hydrophila adalah 5.5-9 Kordi, 2004. A. hydrophila sangat mudah menyerang ikan yang keadaannya stres, antara lain karena penurunan kualitas air, tingkat kepadatan yang tinggi, penanganan handling yang tidak baik ataupun kelarutan oksigen yang rendah. Bakteri ini juga dengan mudah menyerang ikan yang telah terinfeksi parasit atau ikan yang tubuhnya luka infeksi sekunder. Kabata 1985 mengungkapkan bahwa ikan yang terserang penyakit ini umumnya tubuhnya berwarna gelap, menunjukkan pendarahan, borok atau tukak dan perut menggembung berisi cairan kemerahan. Pada kasus di Thailand, ikan lele yang terinfeksi A. hydrophila memperlihatkan tingkah laku yang tidak normal, berenang lambat, tidak mau makan, megap-megap di permukaan atau diam lesu di dasar kolam. Gejala awal penyakit ini antara lain kulit terasa kering dan kasar, melepuh dan berwarna pucat. Luka yang terjadi pada kulit dapat bertambah parah sampai ke dalam otot. Borok berkembang menjadi tukak dan dapat bertambah parah hingga tulang terlihat. Pendarahan terjadi pada pada organ internal, ginjal dan limpa tampak berair. Ginjal membengkak dan lunak, hati juga dapat membengkak dan berwarna kuning. Bagian dubur juga dapat membengkak dan berwarna kemerahan. Penyakit ini bersifat musiman dan cenderung meningkat selama musim panas. Menurut Snieszko dan Axelrod 1971, gejala dropsi kembung sering telihat pada ikan mas ketika suhu berubah dari dingin menjadi panas atau hangat dan menyebabkan kematian dalam beberapa hari. Pada gejala dropsi, terlihat akumulasi asam, berwarna bening atau kuning pada abdomen, terlihat pula kerusakan patologi dari hati, limpa, ginjal dan sepanjang usus. Menurut Amlacher 1961 dalam Snieszko dan Axelrod 1971, gejala penyakit hemorrhagic septicemia dapat dibedakan menjadi empat; yaitu akut, dimana septisemia fatal, berkembang dengan sangat cepat dengan sedikit gejala yang terlihat, dapat ditemukan pula penyumbatan organ secara internal, pendarahan pada bagian bawah usus, perut dan otot. Kemudian yang kedua adalah sub-akut dengan gejala dropsi, lepuh, abses dan sisik yang menonjol keluar. Selanjutnya kronis dengan gejala tukak, bisul dan abses. Bentuk kronis berkembang lebih lambat, dapat pula dikenali dengan adanya lepuh tipis yang dapat berubah menjadi abses sampai ke otot. Terakhir bentuk laten yang tidak memperlihatkan gejala namun terdapat penyakit di dalamnya. Bakteri dapat diisolasi dari organ internal, usus, darah dan selaput perut, tetapi tidak ada tanda- tanda yang dapat terlihat secara eksternal maupun internal. Munro 1982 dalam Hanafi 2006 mengatakan bahwa bakteri A. hydrophila yang patogen diduga memproduksi faktor-faktor eksotoksin yang penting dalam patogenitas terhadap penyakit. Bakteri A. hydrophila memproduksi enzim dan toksin yang dikenal sebagai produk ekstraseluler yaitu hemolisin, enterotoksin, sitotoksin dan protease. Produksi toksin ekstraseluler yang mengandung enzim protease dan hemolisin dari A. hydrophila bersifat racun bagi ikan. Apabila disuntikan ke tubuh ikan, produk ekstraseluler ini dapat menimbulkan kematian dan perubahan jaringan. Di samping menghasilkan eksotoksin, bakteri A. hydrophila juga memproduksi endotoksin yang merupakan suatu toksin yang dihasilkan di dalam tubuh organisme dan hanya dibebaskan jika organisme tersebut hancur Pelczar dan Chan, 1988 dalam Husein, 1993. Endotoksin yang diproduksi A. hydrophila terdiri dari protein, lipid dan polisakarida. Endotoksin atau lipopolisakarida LPS dari bakteri Gram negatif adalah toksik karena dapat menginduksi berbagai kondisi patologi termasuk shock, hemoragi, demam dan kematian Munro, 1982 dalam Hanafi, 2006.

2.3 Jeruk Nipis Citrus aurantifolia

Dokumen yang terkait

Patologi Ikan Lele Dumbo (Clarias sp) Ukuran Fringerling yang Disuntik Intramuskuler dengan Bakteri Aeromonas hydrophila Galur Virulen

0 6 190

Intemksi Pestisida dan hfeksi Bakteri Aeromunas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.).

0 13 70

Lama pemberian pakan mengandung tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp

0 4 54

Penggunaan Kitosan Untuk Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila Pada Ikan Lele Dumbo Clarias Sp.

0 11 11

Efektivitas Campuran Meniran Phyllanthus niruri dan Bawang Putih Allium sativum dalam Pakan untuk Pengendalian Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp.

1 18 84

Efektivitas ekstrak lidah buaya Aloe vera untuk pengobatan infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. melalui pakan

1 8 67

Efektivitas campuran bubuk meniran Phyllanthu niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.

0 2 54

Efektivitas fitofarmaka dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.

1 9 58

Efektivitas Ekstrak Kipahit Tithonia diversifolia dan Kirinyuh Eupatorium inulaefolium untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Akibat Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Clarias sp. Melalui Pakan

0 7 34

Efektivitas Larutan Filtrat Simplisia Kulit Buah Manggis Untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Benih Lele Sangkuriang (Clarias sp.).

0 0 1