Pertambahan Bobot Rata-rata Gejala Klinis dan Pengukuran Diameter Klinis

makan hanya sedikit. Memasuki hari ke-6 ikan mulai membaik nafsu makannya tetapi tidak sebaik seperti sebelum dilakukan penyuntikan bakteri. Sedangkan pada kontrol negatif nafsu makan ikan terlihat sangat baik dari awal hingga akhir perlakuan. Hasil pengamatan uji refleks menunjukkan bahwa refleks ikan paling kuat terjadi pada kontrol negatif, ikan dengan lincah langsung bergerak menjauhi dinding akuarium ketika dinding tersebut ditepuk. Sebaliknya, pada kontrol positif ikan cenderung diam, tidak langsung menjauhi sumber tepukan. Pada perlakuan pencegahan dan pengobatan tingkah laku ikan juga cenderung kurang aktif ketika terdapat tepukan di dinding akuarium. Ikan tidak langsung menjauhi sumber tepukan melainkan menunggu beberapa saat, kemudian berenang menjauhi sumber tepukan.

4.1.3.2 Pertambahan Bobot Rata-rata

87.27 51.21 37.66 40.16 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 Pencegahan Pengobatan Kontrol positif Kontrol negatif Pe rla kua n Pe rt a m ba han bobot r a ta -r at a a a a b Keterangan : Huruf dalam grafik yang berbeda menunjukkan pengaruh perlakuan yang berbeda nyata P0,05 Gambar 7. Pertambahan bobot rata-rata ikan lele dumbo selama uji in vivo Dari Gambar 7, dapat terlihat bahwa pertumbuhan paling baik terjadi pada kontrol negatif, yaitu sebesar 87.27 dengan jumlah ikan tetap 15 ekor sampai akhir perlakuan. Sedangkan pertumbuhan paling rendah terjadi pada perlakuan pengobatan sebesar 37.66 dengan jumlah total ikan pada akhir perlakuan adalah 13 ekor ikan. Pertambahan bobot rata-rata pada perlakuan pencegahan yaitu 40.16 dengan jumlah ikan pada akhir perlakuan 14 ekor, sedangkan kontrol positif sebesar 51.21 dengan total ikan pada akhir perlakuan adalah 11 ekor ikan Lampiran 9. Hasil uji statistik pada selang kepercayaan 95 menunjukkan bahwa pertambahan bobot rata-rata kontrol positif tidak berbeda nyata dengan perlakuan pencegahan dan pengobatan. Sedangkan kontrol negatif berbeda nyata terhadap kontrol positif, perlakuan pencegahan dan pengobatan Lampiran 10.

4.1.3.3 Gejala Klinis dan Pengukuran Diameter Klinis

Gejala klinis didapatkan dari pengukuran diameter tukak yang terdapat pada tubuh ikan, kemudian dilakukan skoring. Gejala klinis menunjukkan seberapa parah tubuh ikan terinfeksi bakteri, semakin tinggi skor yang didapat, berarti kerusakan pada tubuh ikan juga semakin parah. 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 Har i k e - pas ca infe k s i bak te r i S ko r r at a- rat a g ej al a kl in is Pengobatan Pencegahan Kontrol Positif Gambar 8. Skor rata-rata gejala klinis ikan lele dumbo pada uji in vivo Gambar 8 menunjukkan bahwa skor rata-rata gejala klinis paling kecil terlihat pada perlakuan pencegahan, sebaliknya paling besar terlihat pada kontrol positif. Pada pencegahan, skor rata-rata gejala klinis pada hari pertama adalah 1.53 dan mengalami peningkatan sampai hari ke-3 menjadi 2.53, lalu memasuki hari ke-4 mengalami penurunan sampai akhir perlakuan menjadi 1.93. Pada perlakuan pencegahan, setelah dilakukan penyuntikan bakteri pada hari ke-0, hari selanjutnya mulai terlihat gejala klinis. Pada hari ke-1, skor gejala klinis mulai meningkat dan berlanjut sampai hari ke-3, lalu pada hari selanjutnya rata-rata skor mulai menurun sampai akhir perlakuan Lampiran 11. Pada hari pertama setelah dilakukan penyuntikan bakteri, terdapat 11 ekor ikan 78.6 yang mengalami radang dan 3 ekor ikan 21.4 terlihat normal. Radang berkembang menjadi tukak borok pada hari ke-3, tetapi hanya 5 ekor ikan 35.7 yang mengalaminya, 3 ekor ikan 21.4 terlihat mengalami penyembuhan, 3 ekor ikan 21.4 terlihat normal, sedangkan 3 ekor lainnya 21.4 tetap mengalami radang tetapi diameter radang terlihat lebih kecil. Radang dan tukak terlihat semakin kecil pada hari selanjutnya sampai akhir perlakuan, bahkan ada penambahan 1 ekor ikan yang mengalami penyembuhan. Pada akhir perlakuan, terdapat 7 ekor ikan 50 terlihat sehat, 2 ekor ikan 13.3 mengalami radang dengan diameter yang kecil dan 5 ekor ikan 35.7 mengalami tukak Lampiran 12. Hasil uji statistik menunjukkan perlakuan pencegahan berbeda nyata dengan kontrol positif Lampiran 13. Pada perlakuan pengobatan, skor gejala klinis terlihat lebih besar daripada pada pencegahan, namun demikian skor pengobatan masih lebih baik dibandingkan kontrol positif. Skor rata-rata awal adalah 3.47 kemudian meningkat sampai hari ke-3 menjadi 7.20 lalu mengalami penurunan sampai hari ke-7 menjadi 6.07. Pada pencegahan, semua ikan mengalami peradangan pada hari pertama setelah penyuntikan bakteri Lampiran 11. Hari selanjutnya dilakukan penyuntikan sari jeruk nipis sebagai pengobatan dan 11 ekor ikan 73.3 mengalami hemoragi atau pendarahan dan kerusakan jaringan, sedangkan sisanya 26.6 telah mengalami tukak. Setelah dilakukan penyuntikan, terlihat peningkatan gejala klinis menjadi tukak, 12 ekor ikan 80 mengalami tukak dan 1 ekor ikan 6.7 mengalami kematian. Memasuki hari ke-4, terdapat 1 ekor ikan lagi yang mati, sedangkan ikan yang lain mulai mengalami penurunan diameter gejala klinis. Penurunan gejala klinis terus terjadi sampai akhir perlakuan, bahkan terdapat ikan yang sembuh pada hari ke-4 dan ke-6 Lampiran 12. Hasil uji statistik menunjukkan perlakuan pengobatan tidak berbeda nyata dengan kontrol positif Lampiran 13. Pada kontrol positif, terlihat skor gejala klinis paling besar. Skor rata-rata pada hari pertama adalah 4.93 dan mengalami kenaikan sampai hari ke-3 menjadi 7.27 lalu hari selanjutnya mengalami penurunan sedikit tetapi pada akhir perlakuan skor meningkat menjadi 7.33. Pada kontrol positif, 2 ekor ikan 13.3 mengalami hemoragi sehari setelah dilakukan penyuntikan bakteri, 3 ekor ikan 20 mengalami kematian, sedangkan 10 ekor ikan 66.7 mengalami peradangan. Hari selanjutnya 3 ekor ikan tetap mengalami peradangan 25, 6 ekor ikan 50 mengalami hemoragi dan 3 ekor ikan 25 mengalami tukak. Hari ke-3 rata-rata ikan mengalami tukak dan terus berlanjut sampai akhir perlakuan Lampiran 12. Pada hari ke-7, terdapat satu ekor ikan lagi yang mati. Pada kontrol negatif tidak terdapat gejala klinis karena tidak dilakukan penyuntikan bakteri A. hydrophila. Tidak terlihat adanya peradangan, kerusakan jaringan, hemoragi atau tukak.

4.1.3.4 Mortalitas

Dokumen yang terkait

Patologi Ikan Lele Dumbo (Clarias sp) Ukuran Fringerling yang Disuntik Intramuskuler dengan Bakteri Aeromonas hydrophila Galur Virulen

0 6 190

Intemksi Pestisida dan hfeksi Bakteri Aeromunas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.).

0 13 70

Lama pemberian pakan mengandung tepung meniran Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium sativum untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp

0 4 54

Penggunaan Kitosan Untuk Pencegahan Infeksi Aeromonas hydrophila Pada Ikan Lele Dumbo Clarias Sp.

0 11 11

Efektivitas Campuran Meniran Phyllanthus niruri dan Bawang Putih Allium sativum dalam Pakan untuk Pengendalian Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Dumbo Clarias sp.

1 18 84

Efektivitas ekstrak lidah buaya Aloe vera untuk pengobatan infeksi Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp. melalui pakan

1 8 67

Efektivitas campuran bubuk meniran Phyllanthu niruri dan bawang putih Allium sativum dalam pakan untuk pengobatan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.

0 2 54

Efektivitas fitofarmaka dalam pakan untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.

1 9 58

Efektivitas Ekstrak Kipahit Tithonia diversifolia dan Kirinyuh Eupatorium inulaefolium untuk Pencegahan dan Pengobatan Penyakit Akibat Infeksi Aeromonas hydrophila pada Ikan Lele Clarias sp. Melalui Pakan

0 7 34

Efektivitas Larutan Filtrat Simplisia Kulit Buah Manggis Untuk Pengobatan Infeksi Bakteri Aeromonas hydrophila Pada Benih Lele Sangkuriang (Clarias sp.).

0 0 1