5.5 Tingkat keberhasilan penangkaran
Tingkat keberhasilan penangkaran kupu-kupu di PT Ikas Amboina diukur dari tingkat produktivitas dari kegiatan penangkaran di tempat tersebut. Aspek
yang diukur adalah persentase keberhasilan dari setiap fase kehidupan, yang meliputi fase telur, larva, kepompong, dan kupu-kupu. Jenis kupu-kupu yang
dijadikan sample adalah Ornithoptera priamus, Troides helena, Papilio demolion, dan Doleschalia bisaltide. Dua jenis pertama merupakan perwakilan dari kupu-
kupu yang dilindungi, jenis ketiga perwakilan dari famili Papilionidae, dan jenis terakhir perwakilan famili Nymphalidae. berikutnya merupakan perwakilan kupu-
kupu yang tidak dilindungi. Tingkat keberhasilan pada setiap fase kupu-kupu dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Persentase keberhasilan setiap fase kehidupan kupu-kupu
Jenis Telur
Larva Kepompong
Kupu-kupu Total
N T
N T
P N
T P
N T
P P
O. priamus 60 11
48 30
80
36 31
75 31 15 86.1
51.6
T. helena 200
7 150 30
75
130 26
86.6 125 14 96.1
62.5
P. demolion 220
6 155 20
70.45
120 16
77.4 105 14 87.5
47.7
D. bisaltide 110
5 82 21
74.54 63
7 76.82 56
7 88.88 50.90
Rata-rata
74.9 78.95
89.64 53,17
Ket: N = Jumlah, T = Lama fase hari, P = Persentase keberhasilan.
Dilihat dari ukuran tubuh kupu-kupu dan ukuran diameter telur, setiap jenis kupu-kupu memiliki kemampuan bertelur yang berbeda. Betina O. priamus
dengan rentang sayap 70 mm dan ukuran diameter telur 2,3 mm hanya dapat bertelur sekitar 60 butir semasa hidupnya, berbeda dengan betina T.helena dengan
ukuran rentang sayap yang sama dan ukuran telur lebih kecil yaitu 1,8 mm mampu bertelur hingga 200 butir.
Dari Tabel 6 dapat dilihat tingkat keberhasilan menetasnya larva dari keempat kupu-kupu tersebut adalah 80 O. priamus, 75 T.helena, 74.54
D. bisaltide, dan 70.45 P. demolion. Ada beberapa faktor yang diperkirakan berpengaruh terhadap daya tetas telur yakni 1 bibit yang tidak bagus 2 proses
pembuahan yang tidak sempurna pada saat perkawinan, dan 3 faktor lingkungan
seperti suhu dan kelembaban yakni suhu rendah dan kelembaban tinggi maka tingkat natalitas semakin menurun. Perlindungan dari predator dan parasit dengan
memindahkan telur ke toples diketahui dapat meningkatkan persentase keberhasilan, karena menurut Straatman 1971 dalam Matsuka 2001 kematian
telur di alam akibat predator mencapai 10 sedangkan menururt Parsons 1980 dalam Matsuka 2001 kematian telur akibat parasit dapat mencapai 80-100.
Tingkat keberhasilan pada fase larva menjadi kepompong yaitu sebesar 86.6 T.helena, 77.4 P. demolion, 76.82 D. bisaltide, dan 75 O.
priamus . Beberapa kematian terjadi pada saat proses pertukaran kulit instar
larva yang tidak sempurna, yaitu ketika tidak semua bagian kulit lama terlepas dari kulit barunya, sehingga sisa kulit tersebut menggangu proses pertumbuhan
larva. Infeksi jamur juga sering menyerang pada fase larva ini dan penyebarannya sangat cepat. Larva yang terserang jamur ditandai dengan tubuh yang membusuk
dan berwana hitam. Pada fase terakhir yaitu fase kepompong menjadi kupu-kupu, tingkat
keberhasilan yaitu sebesar 96.1 T.helena, 88.88 D. bisaltide, 87.5 P. demolion
, dan 86.1 O. priamus. Pada fase ini tingat keberhasilan cukup tinggi apabila dibandingkan dengan fase-fase sebelumnya karena kepompong berada
pada lemari kepompong dan tingkat pengawasan dapat lebih ditingkatkan. Beberapa kegagalan disebabkan oleh serangan jamur yang menyebabkan
kepompong hitam dan busuk, selain itu beberapa ekor kupu-kupu yang sudah menetas mati karena tidak mampu mengembangkan sayapnya dengan sempurna.
Bila dilihat persentase perbandingan antara jumlah telur yang dihasilkan dengan jumlah kupu-kupu yang berhasil hidup Gambar 33 maka besar
persentase keberhasilan tersebut adalah 62.5 T.helena, 51.6 O. priamus, 50.90 Doleschalia bisaltide, dan 47.7 P. demolion. Hal ini membuktikan
bahwa penanganan yang dilakukan secara intensif oleh PT Ikas Amboina mampu memperbesar peluang hidup kupu-kupu, bila dibandingkan dengan peluang hidup
kupu-kupu di alam yang menurut Jeffrey 2006 hanya 2 .
a b
c d Gambar 33 a-d Peluang hidup kupu-kupu di penangkaran.
Tingkat keberhasilan penangkaran kupu-kupu di PT Ikas Amboina bila dibandingkan dengan tingkat keberhasilan penangkaran kupu-kupu lainnya
terlihat lebih tinggi, hal ini karena terdapat beberapa perbedaan dalam metode pemeliharaan. Metode yang jauh berbeda terlihat pada cara memelihara larva. PT
Ikas Amboina menerapkan metode yang lebih alami yaitu memelihara larva langsung pada pohon inangnya, sedangkan penangkaran lainnya memelihara larva
di dalam kotak. Gambar 34 menunjukkan perbedaan tingkat keberhasilan penangkaran kupu PT Ikas Amboina dan beberapa penangkaran kupu lainnya.
60 48
36 31
10 20
30 40
50 60
70
Telur Larva
Kepompong kupu-kupu
O. priamus 51.6
200 150
130 125
50 100
150 200
250
Telur Larva
Kepompong kupu-kupu
T. helena 62.5
220 155
120 105
50 100
150 200
250
Telur Larva
Kepompong kupu-kupu
P. demolion 47.7
110 82
63 56
20 40
60 80
100 120
Telur Larva
Kepompong kupu-kupu
D. bisaltide 50.90
Jumlah Jumlah
Jumlah Jumlah
Fase Fase
Fase Fase
Sumber: Penangkaran Cilember Dewi, 2003, Kampus IPB Darmaga Nurjannah, 2010
Gambar 34 Perbandingan tingkat keberhasilan penangkaran kupu.
5.6 Faktor penentu keberhasilan penangkaran