1 Data Primer
; terdiri dari data yang dikumpulkan dari pemilik kapal pemilik usaha, kapten kapal, nelayan ABK serta pihak terkait dengan cara wawancara
menggunakan kuesioner yang telah disusun sesuai dengan keperluan analisis dan tujuan penelitian.
2 Data Sekunder
; terdiri dari data yang dikumpulkan dari pemerintah daerah, dinas perikanan, serta instansi lain yang berkaitan dengan objek penelitian, dan
literatur pendukung lainnya studi pustaka.
3.5 Metode Pengambilan Responden
Metode pengambilan responden yang digunakan adalah purposive sampling, yaitu pengambilan responden yang dipilih dengan cermat sehingga relevan
dengan tujuan penelitian Nasution 2003. Responden yang dijadikan tujuan objek penelitian diantaranya yaitu: pemilik usaha purse seine setempat, nahkoda dan
ABK yang bersedia diwawancara dan mampu menjawab pertanyaan secara terbuka.
3.6 Analisis Data
Gambar 2 Analisis strategi pengembangan perikanan purse seine di PPI Blanakan
Subang
3.6.1 Analisis aspek biologi
Analisis aspek biologi meliputi musim penangkapan, komposisi hasil tangkapan dan trend hasil tangkapan tiap tahun. Dalam menganalisis aspek
biologi, digunakan aplikasi microsoft excel sebagai alat analisis.
Analisis Kelayakan Usaha Perikanan Purse Seine Aspek Finansial
- Kelembagaan - Analisis Usaha
- Analisis Investasi pengusaha
Aspek Teknik Aspek Sosial
- Kapal - Alat tangkap
Upaya Pengembangan Perikanan Purse Seine Kinerja Perikanan Purse Seine di PPI Blanakan Subang
perikanan - Konflik
alat tangkap - Rumpon
- Nelayan - Trend produksi
Hasil Tangkapan
- Komposisi Aspek Biologi
3.6.2 Analisis aspek teknik
Analisis aspek teknik dilakukan secara deskriptif dengan menginventarisasi spesifikasi unit penangkapan sebagai berikut:
1 Armada penangkapan kapal meliputi; kapasitas kapal GT, dimensi utama
panjang = L, lebar = B, dalam = D, spesifikasi mesin dan nilai produksi hasil tangkapan serta produktivitas kapal.
2 Alat tangkap meliputi; spesifikasi purse seine panjang = L, lebar = B, mesh
size dan bahan yang digunakan. 3
Alat bantu penangkapan rumpon meliputi; spesifikasi rumpon ukuran dan bahan yang digunakan dan lampu meliputi; jumlah yang digunakan dan
keterkaitannya terhadap hasil tangkapan. 4
Nelayan meliputi; durasi penangkapan, modus operasi penangkapan, sistem bagi hasil dan harga jual hasil tangkapan.
3.6.3 Analisis aspek sosial
Aspek sosial yang penting diperhatikan dalam pemilihan teknologi penangkapan ikan adalah penerimaan oleh nelayan lain terhadap alat tangkap
purse seine pengoperasian purse seine tidak menimbulkan konflik, penyerapan
tenaga kerja pendidikan dan pengalaman serta memberikan pendapatan yang sesuai Monintja et al. 1986.
Permasalahan utama usaha perikanan adalah sifat common property sumberdaya ikan, sehingga upaya seorang nelayan menimbulkan suatu biaya yang
tidak diperhitungkan terhadap seluruh nelayan. Hal ini berpotensi menimbulkan konflik sosial antara nelayan dalam pemilihan teknologi penangkapan ikan. Oleh
karena itu evaluasi terhadap perikanan tangkap yang akan dikembangkan hendaknya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat.
3.6.4 Analisis aspek finansial
Analisis finansial adalah analisis terhadap biaya dan manfaat di dalam suatu usaha yang dilihat dari sudut pandang orang-orang yang menginvestasikan
modalnya atau yang berkepentingan langsung pada suatu kegiatan usaha Kadariah et al. 1999. Analisis finansial yang dilakukan pada penelitian ini
meliputi analisis usaha dan analisis investasi.
Analisis usaha yang dilakukan meliputi analisis pendapatan usaha π,
analisis imbangan penerimaan dan biaya revenue-cost ratio, payback period PP dan return of investment ROI. Analisis investasi meliputi, net present value
NPV, net benefit cost-ratio net BC, dan internal rate of return IRR.
1 Analisis pendapatan usaha π
Analisis finansial pada umumnya digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu kegiatan yang dilakukan saat ini. Analisis pendapatan usaha
bertujuan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan Djamin 1984. Menurut Schaefer 1954 dalam Ghaffar et al. 2007,
model analisis pendapatan usaha ini disusun dari model parameter biologi, biaya operasi penangkapan dan harga ikan. Asumsi yang digunakan adalah harga ikan
per kg P dan biaya penangkapan per unit penangkapan C adalah konstan, sehingga total penerimaan nelayan dari usaha penangkapan TR adalah:
TR = P.C Keterangan:
TR : total biaya penerimaan Rp
P : harga rata-rata ikan hasil survey per kg Rpkg
C : jumlah produksi ikan kg
TC = C.E Keterangan:
TC : total biaya penangkapan Rp
C : total pengeluaran rata-rata tiap unit penangkapan ikan Rpunit
E : jumlah upaya penangkapan unit
Sehingga keuntungan bersih usaha penangkapan ikan π adalah:
π
= TR - TC Keterangan:
π : total keuntungan Rp
TR : total biaya penerimaan Rp
TC : total biaya penangkapan Rp
Dengan kriteria:
1 Jika TR TC, maka kegiatan usaha tersebut mengalami keuntungan
sehingga usaha tersebut layak untuk dilanjutkan 2
Jika TR = TC, maka kegiatan usaha tersebut tidak mengalami keuntungan atau kerugian, dengan kata lain usaha tersebut berada dalam titik impas
3 Jika TR TC, maka kegiatan usaha tersebut mengalami kerugian sehingga
usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan
2 Analisis imbangan penerimaan dan biaya revenue-cost ratio
Analisis revenue-cost ratio dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang digunakan dalam kegiatan usaha dapat memberikan
sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya Djamin 1984. Rumus yang digunakan adalah:
⁄
= Dengan kriteria:
1 Jika nialai
⁄
, maka usaha tersebut mengalami keuntungan dan layak untuk dilanjutkan
2 Jika nialai
⁄
, maka usaha tersebut berada pada titik impas dan tidak layak untuk dilanjutkan
3 Jika nialai
⁄
, maka usaha tersebut mengalami kerugiandan tidak layak untuk dilanjutkan
3 Payback period PP
Payback period PP dimaksudkan untuk menghitung perkiraan waktu
mengembalian modal atau investasi yang ditanamkan. Payback period PP dapat dihitung dengan rumus Edris 1983:
4 Return of investment ROI
Return of investment ROI adalah kemampuan suatu usaha untuk
menghasilkan keuntungan. Perhitungan terhadap return of investment ROI dilakukan untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diperoleh dibandingkan
dengan besarnya investasi yang ditanamkan Rangkuti 2001. Return of investment
ROI dapat dihitung dengan rumus :
5 Net present value NPV
Net present value NPV digunakan untuk menentukan nilai cash flow pada
masa yang akan datang, kemudian dikalibrasi menjadi nilai sekarang dengan menggunakan tingkat suku bunga tertentu dan dikurangi dengan investasi awal
Djamin 1984. Proyek dinyatakan menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan apabila NPV 0, sedangkan apabila NPV 0 maka investasi dinyatakan tidak
menguntungkan sehingga tidak layak untuk dilaksanakan. Pada keadaan nilai NPV = 0 maka investasi pada proyek tersebut tidak menguntungkan dan tidak
merugikan sehingga tidak perlu untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan: B
t
: penerimaan kotor pada tahun ke-t C
t
: biaya kotor pada tahun ke-t i
: tingkat suku bunga discount rate t
: periode tahun
6 Net benefit cost-ratio net BC
Analisis net BC net benefit cost ratio dimaksudkan untuk mengetahui perbandingan penerimaan dengan pengeluaran selama umur ekonomis proyek.
Net BC merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari penerimaan bersih
yang positif B
t
– C
t
0 dengan nilai sekarang dari penerimaan bersih yang negatif B
t
– C
t
0. Rumus yang digunakan adalah:
Keterangan: B
t
: penerimaan kotor pada tahun ke-t C
t
: biaya kotor pada tahun ke-t
i : tingkat suku bunga discount rate
t : periode
Dengan kriteria: 1
Jika net BC ratio 1, investasi layak karena memberikan keuntungan. 2
Jika net BC ratio = 1, usaha tidak untung dan tidak rugi. 3
Jika net BC ratio 1, investasi tidak layak karena mengalami kerugian.
7 Internal rate of return IRR
Internal rate of return IRR merupakan suku bunga maksimal, sehingga
NPV bernilai sama dengan nol dan berada pada keadaan batas untung rugi. IRR dapat disebut juga nilai discount rate i yang membuat NPV dari suatu proyek
sama dengan nol. Oleh karena itu Internal rate of return IRR juga dianggap sebagai tingkat keuntungan bersih atas investasi, dimana benefit bersih yang
positif ditanam kembali pada tahun berikutnya dan mendapatkan tingkat keuntungan yang sama dan diberi bunga selama sisa umur proyek. Dengan
demikian Internal rate of return IRR dapat dirumuskan sebagai berikut:
Keterangan: i
: tingkat suku bunga discount rate : tingkat suku bunga NPV masih bernilai positif
: tingkat suku bunga NPV sudah bernilai negatif Dalam analisis finansial yang dilakukan pada usaha perikanan purse seine,
digunakan beberapa asumsi sebagai berikut: 1
Umur proyek ditentukan berdasarkan nilai investasi yang memiliki umur teknik paling lama lima tahun.
2 Tahun pertama proyek dimulai tahun 2012.
3 Harga dan nilai yang digunakan sepanjang umur proyek adalah tetap yang
ditentukan pada saat penelitian. 4
Jumlah hasil tangkapan dianggap tetap sepanjang umur proyek, sehingga besar nilai penerimaan juga tetap.
5 Biaya operasional yang digunakan sepanjang umur proyek dianggap tetap.
6 Nilai dicount rate yang digunakan sebesar 12 per tahun yang merupakan
tingkat suku bunga pinjaman yang berlaku di BRI Kabupaten Subang pada tahun 2012.
7 Dalam satu tahun, unit penangkapan ikan beroperasi selama 9 bulan April-
Desember dan setiap bulan beroperasi sebanyak tiga kali trip four days fishing
.
4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
4.1 Letak Geografis Desa Blanakan
Desa Blanakan merupakan daerah yang secara administratif termasuk ke dalam Kecamatan Blanakan Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan
letak geografisnya, Desa Blanakan berada pada posisi 107 30
’ BT – 107 53
’ BT dan 06
10 ’ LS - 06
22 ’ LS dengan luas wilayah 980,46 ha. Daerah ini berbatasan
dengan Laut Jawa di utara, Kecamatan Ciasem di selatan, Desa Langensari di timur, serta Desa Jayamukti di barat.
Gambar 3 Peta lokasi penelitian
4.2 Keadaan Umum PPI Blanakan
Di Desa Blanakan terdapat pelabuhan perikanan bertipe D, yaitu Pangkalan Pendaratan Ikan PPI Blanakan. PPI Blanakan merupakan sebuah pelabuhan
alami yang terletak di tepi sungai dan bermuara langsung ke Laut Jawa. PPI Blanakan dikelola oleh KUD Mandiri Mina Fajar Sidik yang diketuai oleh H.
Mochamad Ali. Aktivitas perekonomian di PPI Blanakan cukup tinggi, ditandai dengan
terdapat berbagai unit penangkapan ikan dan ramainya aktivitas pelelangan di lokasi tersebut. Aktivitas perekonomian di lokasi tersebut didominasi oleh nelayan
pendatang, sehingga keberadaan mereka sangat mempengaruhi perekonomian Desa Blanakan.
4.2.1 Fasilitas PPI Blanakan
Dalam pelaksanaan fungsi dan peranannya, PPI Blanakan dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas tersebut terbagi menjadi 3 tiga bagian, yaitu :
1 Fasilitas Pokok
: Dermaga, kolam pelabuhan dan alat navigasi; 2
Fasilitas Fungsional : TPI Tempat Pelelangan Ikan, pabrik es, fasilitas
komunikasi, tempat perbaikan kapal dan tempat pemasaran;
3 Fasilitas Penunjang
: MCK, kantin, tempat ibadah, rumah nelayan, kantor pengelola dan syahbandar.
4.2.2 Kelembagaan perikanan di Desa Blanakan 1
KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik
Kelembagaan koperasi perikanan yang terdapat di Kabupaten Subang berjumlah empat koperasi yang tersebar di empat desa. Di Desa Blanakan terdapat
satu koperasi yang dipercaya oleh pemerintah untuk dikelola secara mandiri yaitu KUD Mandiri Mina Fajar Sidik.
KUD Mandiri Mina Fajar Sidik berdiri pada tahun 1958 yang dirintis oleh H. Dirman Abdurahman. Beliau juga merupakan tokoh yang memprakarsai
gerakan koperasi di Desa Blanakan. Pada tahun 1966 beliau beserta tokoh masyarakat Desa Blanakan dan pemerintah setempat memanfaatkan aliran Sungai
Blanakan untuk dijadikan Koperasi Perikanan Laut Misaya Laksana KPL Misaya Laksana tepatnya pada tanggal 23 Mei 1966 yang diketuai oleh H. Fajar Sidik.
Berselang ± 2 tahun KPL Misaya Laksana mendapat badan hukum dengan nomor 3928 tertanggal 14 November 1968.
Tahun 1974 KPL Misaya Laksana berganti nama menjadi KPL Misaya Fajar Sidik dengan Badan Hukum nomor 3928 A. Nama Fajar Sidik diambil dari
nama almarhum H. Fajar Sidik sebagai penghargaan selama menjabat sebagai ketua. Empat tahun kemudian KPL Misaya Fajar Sidik diganti namanya menjadi
‘Koperasi Unit Desa Mina Fajar Sidik’ dibawah instruksi Presiden RI nomor 21978, Badan Hukum No 3928 B. Pada tahun 1989 KUD Mina Fajar Sidik
menyusun kembali anggaran dasarnya dengan penyesuaian terhadap perundang-
undangan dengan Badan Hukum No: 3928 CBHKWK.1011 tepatnya pada tanggal 24 April 1989.
Berdasarkan surat
keputusan menteri
koperasi RI
Nomor: 344KPTSMIII1990 tepatnya pada tanggal 26 Maret 1990 KUD Mina Fajar
Sidik menjadi KUD Mandiri. Tidak hanya sampai disitu, perubahan nama terus terjadi sampai tahun 1994 tepatnya pada tanggal 24 Desember 1994 ditetapkan
sebagai KUD Mandiri Inti berdasarakan surat kakanwil Depkop dan PPK Propinsi Jawa Barat. Tahun 1996 mendapatkan Badan Hukum No 3928BHPADKWK.10
berdasarkan Surat Kakanwil Depkop dan PPK Jawa Barat tanggal 28 April 1996. Lalu pada tahun 1997 tepatnya pada tanggal 30 Juli 1997 adalah akhir dari
penentuan nama serta badan hukum KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik dengan Badan Hukum No 3928BHPADKWK.10VII-1997 berdasarkan surat kakanwil
Depkop dan PPK Propinsi Jawa Barat.
2 Pengawas Perikanan PSDKP
Berdasarkan SK Dirjen PSDKP Nomor : KEP.307DJ-PSDKP2011 tentang Penetapan Pengawas Perikanan pada Unit Pelaksana Teknis Satuan Kerja dan Pos
Pengawasan Sumber daya Kelautan dan Perikanan, maka Tugas Pengawas Perikanan adalah melakukan pengawasan untuk kegiatan:
1 Penangkapan ikan
2 Pembudidayaan ikan, pembenihan
3 Pengolahan, distribusi keluar masuk ikan
4 Distribusi keluar masuk obat ikan
5 Konservasi
6 Pencemaran akibat perbuatan manusia
7 Plasma nutfah
8 Penelitian dan pengembangan perikanan
9 Ikan hasil rekayasa genetika
10 Pengusahaan dan pemanfaatan pasir laut
11 Pemanfaatan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil serta benda
berharga assal muatan kapal tenggelam BMKT berkoordinasi dengan instansi terkait
Di Desa Blanakan terdapat juga sepuluh kelembagaan pengusaha yang bergerak dibidang pengolahan ikan dan berada di bawah pengawasan PSDKP
Kabupaten Subang Lampiran 4. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor Per.12Men2012 Tentang Usaha Perikanan
Tangkap di Laut Lepas, maka setiap pelaku usaha perikanan tangkap diharuskan memiliki dokumen perizinan resmi. Dokumen tersebut diantaranya adalah: 1
Surat Izin Usaha Perikanan SIUP merupakan dokumen yang harus dimiliki pemilik usaha perikanan sebelum melaksanakan usaha perikanan. Tarif yang
dikenakan untuk perizinan usaha perikanan tangkap sebesar Rp 1.500.000,00 dengan masa berlaku 5 lima tahun; 2 Surat Izin Penangkapan Ikan SIPI
merupakan dokumen yang secara khusus diperuntukkan dalam melakukan penangkapan ikan. Tarif yang dikenakan untuk kapal purse seine sebesar Rp
250.000,00 dengan masa berlaku 3 tiga tahun; 3 Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan SIKPI merupakan dokumen yang harus dimiliki setiap kapal perikanan
untuk melakukan pengangkutan hasil tangkapan. Tarif yang dikenakan untuk kapal purse seine sebesar Rp 250.000,00 dengan masa berlaku 3 tiga tahun.
3 Syahbandar
Berdasarkan Keputusan Menteri perhubungan nomor KM 64 Tahun 2010 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Syahbandar Pasal 3, Kantor
Syahbandar mempunyai tugas dan Fungsi sebagai berikut: 1
Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan sertifikasi kelaik lautan kapal sesuai dengan kewenangannya
2 Pengawasan bongkar muat barang berbahaya, limbah bahan berbahaya dan
beracun dan pengisian bahan bakar 3
Pengawasan laik layar dan kepelautan, alih muat di perairan pelabuhan, keselamatan pengerukan, reklamasi dan pembangunan fasilitas pelabuhan
sesuai dengan kewenangannya serta penerbitan Surat Persetujuan Berlayar 4
Koordinasi dan pelaksanaan penanggulangan pencemaran dan pemadaman kebakaran di pelabuhan serta pengawasan perlindungan lingkungan maritim
5 Pelaksanaan bantuan pencarian dan penyelamatan Search and
RescueSAR, di Daerah Lingkungan Kerja LDKr dan Daerah Lingkungan Kepentingan DLKp pelabuhan
6 Pelaksanaan Ketertiban dan Patroli, penyidikan tindak pidana pelayaran di
dalam Daerah Lingkungan Kerja LDKr dan Daerah Lingkungan Kepentingan DLKp pelabuhan, serta pengawasan Pekerjaan Bawah Air
PBA, salvage, penundaan dan pemanduan kapal 7
Pengelolaan urusan tata usaha, kepegawaian, keuangan, hukum dan hubungan masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak syahbandar di daerah setempat, dibutuhkan beberapa dokumen resmi yang harus dimiliki setiap kapal untuk
memperoleh perizinan dalam pelaksanaan operasi penangkapan. Dokumen tersebut diantaranya adalah: 1 Surat Persetujuan Berlayar SPB yang
diterbitkan syahbandar setiap kapal akan berlayar. Tidak dikenakan tarif untuk penerbitan dokumen tersebut; 2 Gross Akte, merupakan dokumen yang
diterbitkan syahbandar apabila kapal telah menggunakan jasa pelabuhan perikanan dan terif yang dikenakan tergantung jenis jasa yang digunakan.
Perhitungan tarif untuk berlabuh adalah GT x kunjungan x Rp 250,00 sedangkan untuk tambat adalah GT x etmal x Rp 250,00.
4.3.3 Unit penangkapan
Kapal yang terdapat di PPI Blanakan Subang dapat diklasifikasikan menjadi dua berdasarkan tenaga penggeraknya, yaitu: motor luar outboard engine dan
motor dalam inboard engine. Berdasarkan hasil wawancara terhadap pihak KUD Mina Fajar Siddik selaku pengelola PPI Blanakan, ukuran kapal yang terdapat di
lokasi tersebut dapat diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan kapasitas kapalnya, yaitu: kapal berukuran besar 20-35 GT, kapal berukuran sedang 10-20
GT dan kecil 5-10 GT. Berdasarkan alat tangkap yang digunakan, maka kapal berukuran besar merupakan kapal dengan alat tangkap pukat cincin purse seine,
kapal berukuran sedang merupakan kapal dengan alat tangkap dogolcantrang seine net, jaring kantong trammel net dan pancing hook and lines, sedangkan
kapal berukuran kecil merupakan kapal dengan alat tangkap jaring bondet beach seine
, tegur half encircling net dan jaring sontong cast net. Perkembangan jumlah kapal yang terdapat di PPI Blanakan Subang dapat dilihat pada Tabel 2
dan Gambar 4.
Alat tangkap yang terdapat di PPI Blanakan Subang dapat dibedakan menjadi tujuh jenis, yaitu: pukat cincin purse seine, dogolcantrang seine net,
jaring kantong trammel net, jaring bondet beach seine, tegur half encircling net
, pancing hook and lines, jaring sontong cast net. Perkembangan jumlah alat tangkap yang terdapat di PPI Blanakan Subang dapat dilihat pada Tabel 3 dan
Gambar 5. Nelayan yang terdapat di PPI Blanakan dibagi menjadi lima kelompok,
pembagian kelompok ini dilakukan agar memudahkan saat pembagian sembako pada musim paceklik dan pembagian kaos serta topi pada saat pesta laut. Nama
tiap kelompok diambil dari nama ketua yang memimpinnya, adapun nama dari tiap kelompok tersebut yaitu: Iwang, Sanda, Tata, Tamir dan Wardi. Selain
nelayan setempat yang merupakan penduduk asli Kecamatan Blanakan dan masyarakat pesisir Kota Subang, terdapat juga nelayan pendatang yang berasal
dari Indramayu, Jakarta, Cirebon, Tegal, Eretan dan Cilamaya. Tabel 2 Perkembangan jumlah kapal di PPI Blanakan Subang tahun 2002-2011
Sumber: KUD Mina Fajar Sidik diolah
Besar 20-35 GT Sedang 10-20 GT
Kecil 5-10 GT
2002 44
245 25
314 2003
46 250
23 319
2004 48
256 38
342 2005
37 198
29 264
2006 30
161 24
215 2007
30 159
24 213
2008 29
160 25
214 2009
28 162
26 216
2010 22
128 21
171 2011
24 142
23 189
Jumlah unit
Tahun Ukuran Kapal
Gambar 4 Histogram perkembangan jumlah kapal di PPI Blanakan Subang tahun 2002-2011
Dari Tabel 2 dan Gambar 4 di atas terlihat bahwa jumlah kapal yang terdapat di PPI Blanakan cenderung menurun, hal ini terkait kemampuan
pelayanan PPI terhadap kapal yang mendaratkan hasil tangkapannya. Ukuran kapal yang sangat mendominasi di PPI Blanakan adalah kapal berukuran sedang
yang berarti kapal dengan alat tangkap dogolcantrang seine net, jaring kantong trammel net dan pancing hook and lines merupakan armada penangkapan ikan
yang dominan di PPI Blanakan. Tabel 3 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan Subang tahun 2003-
2011
Sumber: KUD Mina Fajar Sidik diolah 50
100 150
200 250
300 350
2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 20-35 GT
10-20 GT 5-10 GT
2003 2004
2005 2006
2007 2008
2009 2010
2011
1 Purse seine 46
48 37
30 30
32 28
22 24
2 Dogolcantrang 60
62 48
39 39
42 39
31 34
3 Trammel net 145
145 112
91 90
97 94
75 83
4 Beach seine 13
15 12
10 10
11 11
9 10
5 Half encircling net 12
12 9
7 7
8 8
6 7
6 Pancing 49
49 38
31 30
32 29
22 24
7 Cast net 11
11 9
7 7
8 7
6 7
336 342
265 215
213 230
216 171
189
Jenis Alat Tangkap Tahun
Jumlah
No
Gambar 5 Histogram perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan Subang tahun 2003-2011
Dari Tabel 3 dan Gambar 5 di atas terlihat bahwa alat tangkap yang dominan digunakan oleh nelayan di daerah tersebut adalah trammel net. Alat
tangkap tersebut banyak digunakan oleh nelayan dikarenakan biaya operasional yang dibutuhkan relatif tidak besar dan banyak memperoleh hasil tangkapan
berupa ikan cucut Sphyma sp.yang sangat bernilai ekonomis. Tabel 4 Perkembangan jumlah nelayan di PPI Blanakan Subang tahun 2002-2011
Sumber: KUD Mina Fajar Sidik diolah
Tahun Nelayan Lokal
Nelayan Pendatang
Jumlah
2002 554
4305 4859
2003 537
4331 4868
2004 528
4384 4912
2005 535
3269 3804
2006 465
2637 3102
2007 501
2587 3088
2008 509
2573 3082
2009 502
2583 3085
2010 497
2537 3034
2011 495
2867 3362
Gambar 6 Histogram perkembangan jumlah nelayan di PPI Blanakan Subang tahun 2002-2011
Dari Tabel 4 dan Gambar 6 diatas terlihat bahwa jumlah nelayan pendatang yang terdapat di PPI Blanakan mengalami fluktuasi tiap tahunnya. Hal ini
dikarenakan nelayan tersebut datang hanya untuk menjual hasil tangkapannya pada skala waktu tertentu dan tidak tinggal menetap di sekitar wilayah
pemukiman nelayan setempat. Selain itu faktor kecelakaan dan musibah yang dialami nelayan dapat dijadikan alasan terjadinya fluktuasi tersebut.
Tabel 5 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan yang didaratkan di PPI Blanakan Subang tahun 2002-2011
Sumber: KUD Mina Fajar Sidik diolah
Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat dilihat bahwa volume produksi paling tinggi terjadi pada tahun 2002 sebesar 5.559.672 kg dan nilai produksi paling
tinggi terjadi pada tahun 2004 sebesar Rp 27.467.237.000. Berfluktuasinya
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
4500 5000
2002 2003 2004 2005 2006
2007 2008 2009 2010
2011 Nelayan Lokal
Nelayan Pendatang
Tahun Volume Produksi kg
Nilai Produksi Rp
2002 5.559.672
25.650.308.500 2003
5.035.876 24.543.868.500
2004 5.294.010
27.467.237.000 2005
3.917.940 21.273.731.000
2006 2.994.785
17.349.948.000 2007
3.124.200 17.282.733.000
2008 3.370.470
18.648.828.000 2009
3.183.100 18.586.292.000
2010 2.523.300
17.081.767.000 2011
2.276.400 18.926.624.000
volume dan nilai produksi hasil tangkapan yang didaratkan tak lepas dari peran kapal nelayan pendatang yang menjual hasil tangkapannya di PPI Blanakan.
Tabel 6 Volume dan nilai produksi hasil tangkapan purse seine KM. Hasil Karya Menor yang didaratkan di PPI Blanakan Subang tahun 2011
Sumber: KUD Mina Fajar Sidik diolah
Berdasarkan Tabel 6 di atas terlihat bahwa volume produksi paling tinggi terjadi pada bulan September sebesar 24.000 kg dan nilai produksi paling tinggi
juga terjadi pada bulan September sebesar Rp 200.112.391. Sedangkan pada bulan Januari kapal tidak melakukan operasi penangkapan dikarenakan musim Barat
dan cuaca buruk. Pada bulan Februari hingga April hasil tangkapan tidak banyak dikarenakan pada waktu tersebut masih berlangsung musim Barat dan tidak setiap
waktu kapal beroperasi.
Bulan Volume Produksi kg
Nilai Produksi Rp
Januari Februari
800 6.670.413
Maret 2.500
20.845.041 April
3.200 26.681.652
Mei 14.500
120.901.236 Juni
23.000 191.774.374
Juli 11.360
94.719.865 Agustus
15.000 125.070.244
September 24.000
200.112.391 Oktober
17.000 141.746.277
November 14.500
120.901.236 Desember
12.000 100.056.195
Jumlah : 137.860
1.149.478.923
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kinerja Perikanan Purse Seine di PPI Blanakan Aspek Teknis
5.1.1 Kapal purse seiner
Kapal penangkapan yang digunakan nelayan purse seine di daerah penelitian berukuran 25-35 GT dengan tipe tenaga penggerak inboard engine dan
terbuat dari material kayu. Metode pengoperasiannya adalah dengan satu kapal one boat system. Kapal purse seine yang menjadi objek penelitian merupakan
milik pengusaha setempat dan bukan orang pendatang, berdasarkan pengukuran langsung yang dilakukan diperoleh data teknis kapal berupa ukuran panjang: 15-
20 m; lebar: 5-6 m; dalam: 2-3 m dan draft: 0,75-1,5 m Tabel 7. Tabel 7 Spesifikasi armada purse seine di PPI Blanakan Subang
Sumber: Data primer diolah
Nilai rasio dimensi utama kapal purse seine milik pengusaha setempat, diperoleh nilai LB sebesar 2,83-3,1 yang menandakan bahwa karakteristik kapal
purse seine tersebut memiliki tahanan gerak yang cukup besar, sehingga
membutuhkan tenaga penggerak yang besar pula. Nilai LD sebesar 7,5-8,5 yang menandakan bahwa karakteristik kapal purse seine tersebut memiliki kekuatan
memanjang yang cukup baik. Dan nilai BD sebesar 2,5-3,0 yang menandakan bahwa karakteristik kapal purse seine tersebut memiliki stabilitas yang baik.
5.1.2 Alat tangkap purse seine
Konstruksi alat tangkap purse seine yang digunakan nelayan di daerah penelitian pada umumnya sama dengan nelayan dari daerah lain di pulau jawa
yang terdiri dari kantong bunt, badan jaring, sayap, selvedge, tali ris, tali kerut,
Spesifikasi KM. Hasil Karya
Menor KM. Hasil Karya Upin
KM. Hasil Karya Bulan
1. Dimensi utama
Panjang m 15,00
17,00 15,50
Lebar m 5,00
6,00 5,00
Dalam m 2,00
2,00 2,00
draft m 0,75
1,00 0,75
2. Kapasitas palkah ton
3. Tonage GT 25
29 26
4. Mesin Kapal PS 120 2 buah
PUSO D14 dan PS 120 PS 120 2 buah
5. Winch hauler Dompeng 1 buah
Dompeng 1 buah Dompeng 1 buah
10 10
10
tali selambar, pemberat sinker, pelampung floater dan cincin ring. Bahan dan spesifikasi purse seine yang dioperasikan di daerah penelitian relatif sama namun
berbeda ukuran Tabel 8. Tabel 8 Spesifikasi alat tangkap purse seine di PPI Blanakan Subang
Sumber: Data primer diolah
Bagian Jaring Material
Twine Size
Kantong Pa cf
380 D x 12 Badan jaring
Pa cf 210 D x 18
Sayap Pa cf
210 D x 18 Selvedge
PE 380 D x 15
Bagian Tali Material
Diameter mm
Panjang m Jumlah
buah
Tali selambar PE
30,00 350,00
1 Tali pelampung
PE 25,00
400,00 1
Tali pemberat PE
10,00 425,00
1 Tali ris atas
PE 25,00
400,00 1
Tali ris bawah PE
25,00 425,00
2 Tali cincin
PE 30,00
650,00 1
Tali bridle PE
10,00 0,50
120 Tali samping
PE 10,00
90,00 2
Perlengkapan Lain Material
Diameter mm
W gr atau F grf
Jumlah buah
Pelampung grf Vinyl putih
90,00 840,00
890 Pemberat gr
Timah hitam 25,00
200,00 1215
Cincin gr Kuningan
110,00 500,00
120 Keterangan:
Pacf : Poly amid continous filament
PE : Poly ethylene
grf : gram force
Mess Size inch
0,50 0,75
1,00 1,25
Gambar 7 Desain konstruksi alat tangkap purse seine
5.1.3 Nelayan purse seine
Nelayan di PPI Blanakan Subang dapat dibedakan menjadi dua kelompok berdasarkan daerah asalnya yaitu nelayan lokal dan nelayan pendatang.
Berdasarkan waktu kerjanya, nelayan purse seine yang menjadi objek penelitian dapat dikategorikan sebagai nelayan penuh, karena seluruh waktu kerjanya
digunakan untuk melakukan operasi penangkapan ikan. Jumlah nelayan yang mengoperasikan purse seine yaitu sebanyak 18-23 orang. Dalam melakukan
operasi penangkapan ikan setiap nelayan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing, sehingga operasi penangkapan ikan dapat berjalan dengan lancar.
Dalam pembagian tugas, nahkoda kapal memiliki tanggung jawab paling besar terhadap kelancaran operasi penangkapan ikan. Pembagian tugas nelayan purse
seine dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9 Pembagian tugas dan tanggung jawab nelayan purse seine di PPI Blanakan Subang
Sumber: Data primer diolah
5.1.4 Alat bantu penangkapan
Pengoperasian purse seine yang dilakukan oleh nelayan purse seine di daerah penelitian menggunakan beberapa alat bantu, diantaranya: rumpon, lampu
dan serok. Manfaat yang diharapkan dengan penggunaan alat bantu penangkapan selain menghemat waktu dan bahan bakar juga dapat meningkatkan hasil
tangkapan tiap satuan upaya penangkapan. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan setempat, rumpon ditanam sekitar 60-100 mil dari fishing base di perairan
Laut Jawa dengan kedalaman lebih dari 40 meter. Mengacu pada SK Mentan Nomor 51KptsIK250197, maka rumpon yang digunakan nelayan purse seine
setempat dapat dikategorikan sebagai rumpon perairan dangkal karena dipasang dan ditempatkan pada perairan laut dengan kedalaman kurang dari 200 meter.
Konstruksi rumpon yang digunakan nelayan purse seine di daerah penelitian pada umumnya relatif sama dengan daerah lain di pulau jawa dengan memiliki
empat komponen utama yaitu; pelampung yang terbuat dari bambu dan styrefoam, attractor
yang terbuat dari daun kelapa, tali-temali yang terbuat dari bahan PE dan pemberat yang terbuat dari batu.
Bahan yang digunakan untuk membuat rumpon mudah didapat dan proses pembuatannya tidak rumit sehingga dibuat sendiri oleh nelayan sebelum melaut.
Konstruksi rumpon dapat dilihat pada Gambar 8. Spesifikasi dan komponen meterial rumpon disajikan dalam Tabel 10.
No. Jabatan
Tugas dan Tanggung Jawab Jumlah Nelayan
orang
1 Nahkoda Memimpin, mengemudikan kapal dan bertanggung jawab
terhadap keberhasilan operasi penangkapan ikan 1
2 Juru mesin Merawat dan memperbaiki mesin kapal
2 3 Juru masak memasak dan menyediakan makanan
1 4 Juru lampu
Mengkondisikan lampu di laut saat setting malam hari 1
5 Juru arus Mengkondisikan rumpon di laut saat setting siang hari
2 6 Juru tawur
Menurunkan jaring pertama kali saat setting 2
7 ABK Menarik dan merapihkan jaring
14
Tabel 10 Spesifikasi dan komponen material rumpon di PPI Blanakan Subang
Sumber: Data primer diolah
Gambar 8 Desain konstruksi rumpon Penggunaan lampu memiliki tujuan yang sama dengan rumpon, namun
hanya digunakan pada pengoperasian dimalam hari. Lampu yang digunakan sebanyak 6 enam buah dengan masing-masing 150 W tipe Halogen dan merk
Phillips. Konstruksi dibuat sedemikian rupa agar dapat mengapung pada saat dioperasikan dengan bantuan mesin potable. Merk mesin yang digunakan adalah
Honda GX 160.
Komponen Bahan
Spesifikasi
Pelampung floater a. Styrefoam P = 50 cm ; L = 30 cm ; T = 20 cm
∑ = 1 Buah b. Bambu
P = 5 - 6 m ; Ø = 15 - 20 cm ∑ = 2 Buah
Pemikat attractor Daun kelapa
∑ = 6 - 8 Pelepah Tali-temali rope
Tali utama PE Ø 20 mm
P = 50 - 70 m Tali pelampung
PE Ø 20 mm P = 5 - 10 m
Tali pemberat PE Ø 20 mm
P = 5 - 10 m Kili-kili swivel
Stainless stell ∑ = 1 Buah
Pemberat sinker Batu
∑ = 1 Buah; W = 50 kg
Penggunaan serok memiliki tujuan untuk mempermudah pengambilan hasil tangkapan yang telah terkumpul pada jaring untuk dipindahkan ke dalam palkah.
Serok yang digunakan terbuat dari material besi sebagai kerangka dengan diameter 60-70 cm dan kantong yang terbuat dari bahan jaring.
5.1.5 Metode operasi penangkapan
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan purse seine di daerah penelitian, umumnya operasi penangkapan dilakukan selama empat hari dalam
tiap keberangkatan trip dan dilakukan pada malam dan siang hari. Tahapan pengoperasian purse seine dibagi dalam empat tahap yaitu; persiapan di fishing
base , perjalanan menuju fishing ground, setting alat tangkap, dan hauling.
Skema operasi penangkapan dengan purse seine yang berpangkalan di PPI Blanakan Subang ditunjukkan pada Gambar 9. Operasi penangkapan yang
dilakukan nelayan purse seine dalam tiap trip adalah selama empat hari operasi. Berikut penjelasan tahapan operasinya:
1 Persiapan di fishing base
Persiapan yang dilakukan meliputi; pembelian perbekalan kebutuhan melaut oleh ABK, pemilik kapal melengkapi administrasi perizinan melaut dan
nahkoda kapal bersiap menentukan fishing ground melalui GPS. 2
Pengoperasian alat tangkap setting Operasi yang dilakukan pada siang hari meliputi: dua orang juru arus
mengkondisikan rumpon dengan menaikkan batu pemberat dari dasar perairan sebelum alat tangkap diturunkan; juru tawur kemudian menurunkan
pelampung tanda diikuti penurunan jaring oleh ABK sambil kapal melingkari gerombolan ikan yang terkonsentrasi pada rumpon.
Operasi yang dilakukan pada malam hari meliputi: dua orang juru arus mengkondisikan rumpon dengan menaikkan batu pemberat dari dasar
perairan sebelum alat tangkap diturunkan dan mengkondisikan pelampung lampu sebagai alat bantu tambahan untuk memikat ikan; juru tawur
kemudian menurunkan pelampung tanda diikuti penurunan jaring oleh ABK sambil kapal melingkari gerombolan ikan yang terkonsentrasi pada rumpon.
3 Pengangkatan alat tangkap dan hasil tangkapan hauling
Setelah purse line dikerutkan dengan bantuan winch hauler dan bagian cincin telah dinaikkan ke atas kapal, maka hasil tangkapan dipindahkan ke
dalam palkah dengan alat bantu serok; setelah semua hasil tangkapan dipindahkan ke dalam palkah, maka alat tangkap dinaikkan ke atas kapal
dan dilakukan penyimpanan dengan rapih agar mudah dalam melakukan setting selanjutnya; apabila terdapat kerusakan pada jaring, maka ABK
segera memperbaikinya sebelum melakukan setting selanjutnya. 4
Evaluasi hasil tangkapan Setelah hasil tangkapan berada di dalam palkah, namun dirasa kurang
memuaskan dan masih memiliki waktu beroperasi, maka nahkoda akan mengarahkan kapal menuju rumpon fishing ground berikutnya.
5 Armada penangkapan kembali menuju fishing base
Setelah hasil tangkapan mencukupi dan waktu operasi penangkapan selama 4 empat hari hampir berlalu, maka nahkoda akan mengarahkan kapal
kembali menuju fishing base untuk mendaratkan hasil tangkapan.
Gambar 9 Skema operasi penangkapan dengan purse seine di PPI Blanakan Subang
5.1.6 Produktivitas armada purse seine
Produktivitas armada purse seine tiap tahun 2008-2011 selalu menurun. Produktivitas tertinggi pada tahun 2008 sebesar 34.349 kgkapaltahun Tabel 11.
Tabel 11 Produktivitas armada purse seine di PPI Blanakan Subang tahun 2008- 2011
Sumber: KUD Mina Fajar Sidik diolah
Dari Tabel 11 diatas dapat dilihat bahwa produktivitas armada purse seine selama empat tahun 2008-2011 selalu menurun. Menurunnya produktivitas
armada purse seine tersebut dipengaruhi oleh fluktuasinya nelayan purse seine pendatang yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Blanakan. Keberadaan
nelayan purse seine pendatang untuk mendaratkan hasil tangkapannya sangat
- Pembelian perbekalan melaut oleh ABK - Pengurusan administrasi melaut oleh juragan
- Penentuan fishing ground dengan GPS
- Pengkondisian rumpon oleh juru arus - Pengkondisian rumpon dan
- Pelepasan pelampung tanda oleh penurunan lampu oleh juru arus
juru tawur diikuti penurunan jaring - Pelepasan pelampung tanda oleh
oleh ABK juru tawur diikuti penurunan
- Melingkari gerombolan ikan jaring oleh ABK
- Melingkari gerombolan ikan
- Penarikan purse line dengan bantuan winch hauler
- Hasil tangkapan dipindahkan ke palkah menggunakan serok
tidak memuaskan memuaskan
Fishing base Hauling ;
Persiapan di fishing base ;
Pindah Rumpon
Hasil tangkapan
Rumpon fishing ground
Hasil tangkapan
Setting siang hari ; Setting malam hari ;
kg Rp
kgkapal Rpkapal
2008 29
996.122 5.644.802.000,00
34.349,03 194.648.344,83
2009 28
939.626 5.622.523.000,00
33.558,07 200.804.392,86
2010 22
643.241 4.679.572.000,00
29.238,23 212.707.818,18
2011 24
433.275 3.612.654.000,00
18.053,13 150.527.250,00
Jumlah Armada Unit
Hasil Tangkapan Produktivitas per Armada
Tahun
memperngaruhi aktivitas perekonomian di PPI Blanakan dikarenakan hanya terdapat tiga kapal purse seine milik seorang pengusaha lokal. Namun harga rata-
rata hasil tangkapan armada purse seine per kg selalu meningkat. Pada tahun 2008 sebesar Rp 5.666,78 kg, tahun 2009 sebesar Rp 5.983,79 kg, 2010 sebesar Rp
7.274,99 kg dan 2011 8338,02 kg.
5.2 Hasil Tangkapan Purse Seine Aspek Biologi
5.2.1 Komposisi dan trend hasil tangkapan purse seine
Berdasarkan wawancara dengan nelayan purse seine setempat dan data dari KUD Mandiri Mina Fajar Sidik diperoleh informasi bahwa hasil tangkapan purse
seine meliputi: ikan layang Decapterus spp., bawal hitam Formio niger,
kembung Rastrelliger spp., selar Selaroides spp., tembang Sardinella fimbriata
, tongkol Euthynnus spp. dan cumi-cumi Loligo spp. Komposisi dan trend
hasil tangkapan purse seine dapat dilihat dalam Tabel 12 dan Gambar 10. Tabel 12 Komposisi dan trend hasil tangkapan armada purse seine di PPI
Blanakan Subang tahun 2008-2011
Sumber: KUD Mina Fajar Sidik diolah
Gambar 10 Histogram komposisi dan trend hasil tangkapan armada purse seine di PPI Blanakan Subang tahun 2008-2011
Layang Bawal
Kembung Selar
Tembang Tongkol
Cumi-cumi Jumlah
2008 137.781
40.090 58.398
156.228 301.031
145.186 37.580 876.294
2009 129.495
37.923 55.103
147.466 284.530
137.000 35.464 826.981
2010 87.022
18.498 27.968
101.971 186.218
102.852 20.999 545.528
2011 157.285
13.411 19.382
16.824 106.858
28.110 25.491 367.361
Rata-rata 127.896
27.481 40.213
105.622 219.659
103.287 29.884
654.041
Tahun Beberapa Jenis Ikan Hasil Tangkapan kg
Dari Tabel 12 dan Gambar 10 diatas dapat dilihat bahwa komposisi hasil tangkapan selama empat tahun 2008-2011 didominasi oleh ikan tembang dengan
rata-rata produksi 219.659 kgtahun. Sedangkan hasil tangkapan paling sedikit adalah ikan bawal dengan rata-rata produksi 27.481 kgtahun. Kecenderungan
menurunnya jumlah hasil tangkapan tersebut dipengaruhi oleh fluktuasi nelayan pendatang yang mendaratkan hasil tangkapannya di PPI Blanakan. Tertangkapnya
ikan bawal dikarenakan terdapat daerah penangkapan ikan yang kedalaman perairannya dangkal dan tidak melebihi tinggi jaring purse seine sehingga perlu
dilakukan evaluasi mengenai daerah penangkapan yang dangkal tersebut agar pengoperasian alat tangkap ini lebih optimal secara teknis.
5.2.3 Musim dan daerah penangkapan ikan
Nelayan purse seine yang berpangkalan di PPI Blanakan, tidak setiap waktu melakukan aktifitas penangkapan. Dalam setahun umumnya musim penangkapan
terjadi selama sembilan bulan April-Desember sedangkan pada musim peceklik berlangsung selama tiga bulan Januari-Maret sehingga banyak nelayan yang
tidak melakukan aktifitas penangkapan dikarenakan kondisi gelombang yang tinggi disertai angin kencang.
Dalam melakukan aktifitas penangkapan, umumnya nelayan purse seine mencari daerah penangkapan dengan kedalaman perairan lebih dari 50 meter
dengan kecepatan arus dan gelombang yang rendah. Namun tidak semua daerah penangkapan fishing ground yang menjadi tujuan pengoperasian purse seine
memiliki kedalaman perairan yang sesuai, terkadang terdapat hasil tangkapan berupa jenis ikan demersal.
5.3 Konflik Alat Tangkap Aspek Sosial
Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan setempat, konflik sosial yang berkaitan dengan keberadaan alat tangkap purse seine maupun dengan alat
tangkap lain hingga saat ini tidak pernah terjadi, karena setiap armada penangkapan sudah memiliki daerah penangkapan masing-masing yang berbeda
dengan armada lainnya, sehingga tidak terjadi konflik dalam perebutan daerah penangkapan.
Dengan beroperasinya berbagai unit penangkapan dan banyaknya kapal yang menjual ikan di PPI Blanakan Subang, maka akan memberikan dampak
positif bagi perekonomian Desa Blanakan khususnya. Keberadaan unit penangkapan purse seine memberikan respon positif bagi masyarakat setempat
karena memberikan banyak kesempatan untuk bekerja menjadi nelayan ABK, kuli angkut, pedagang ikan dan aktivitas lainnya.
5.4 Kelayakan Usaha Perikanan Purse Seine Aspek Finansial
5.4.1 Analisis usaha
Biaya investasi yang dikeluarkan oleh nelayan pemilik untuk memulai usaha penangkapan adalah sebesar Rp 398.350.000,00 yang terdiri dari kapal, mesin
kapal, alat tangkap, jirigen, kompas, radio komunikasi, GPS, lampu, mesin lampu dan mesin gardan Lampiran 1. Biaya usaha merupakan pengeluaran dari
kegiatan usaha penangkapan yang harus dikeluarkan. Biaya usaha tersebut terdiri dari biaya tetap fixed cost dan biaya tidak tetap
variable cost. Biaya tetap fixed cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan meskipun tidak melakukan kegiatan penangkapan yang meliputi biaya penyusutan
dan biaya perawatan unit penangkapan. Biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh pemilik usaha setiap tahunnya sebesar Rp 124.795.000,00 Lampiran 1.
Biaya tidak tetap variable cost adalah biaya yang hanya dikeluarkan apabila akan melakukan kegiatan penangkapan yang meliputi bahan bakar solar,
bensin, oli, ransum, es dan rumpon. Biaya tidak tetap variable cost yang dikeluarkan dalam satu kali trip sebesar Rp 14.940.000,00 dengan rata-rata
jumlah trip dalam tiap bulan sebanyak tiga kali trip dan selama satu tahun beroperasi sebanyak sembilan bulan waktu kerja efektif, sehingga biaya tidak
tetap variable cost yang dikeluarkan setiap tahunnya sebesar Rp 394.380.000,00 Lampiran 1.
Nilai produksi hasil tangkapan TR yang diperoleh selama satu tahun sebesar Rp 1.149.478.923,18 yang diperoleh dari jumlah bobot hasil tangkapan
purse seine pada tahun 2011 sebesar 137.860 kg dikali harga rata-rata hasil
tangkapan purse seine tiap kg sebesar Rp 8.338,02. Nilai total pengeluaran TC yang dikeluarkan selama satu tahun sebesar Rp 925.461.434,67 sehingga
keuntungan usaha π yang diperoleh nalayan pemilik selama satu tahun sebesar
Rp 224.017.448,51 Lampiran 1. Maka kegiatan usaha tersebut mengalami keuntungan sehingga usaha tersebut layak untuk dilanjutkan TR TC.
Nilai revenue-cost ratio
⁄
usaha perikanan purse seine yang menjadi objek penelitian sebesar 1,242
⁄
yang artinya setiap Rp 1,00 yang diinvestasikan, maka akan memperoleh Rp 1,242 sehingga usaha tersebut
menguntungan dan layak untuk dilanjutkan Lampiran 1. Nilai payback period PP usaha perikanan purse seine yang menjadi objek
penelitian sebesar 1,778 yang artinya perkiraan waktu mengembalian investasi yang ditanamkan adalah selama 1,778 tahun Lampiran 1.
Hasil perhitungan terhadap return of investment ROI adalah 56, hal ini berarti setiap investasi sebesar Rp 100,00 akan memperoleh keuntungan sebesar
Rp 56,00. Nilai ini juga menjelaskan tingkat keuntungan atas investasi sebesar 56. Tentunya angka tersebut relatif memberikan gambaran terhadap prospek
investasi yang baik terhadap usaha perikanan purse seine Lampiran 1.
5.4.2 Analisis investasi
Hasil perhitungan terhadap net present value NPV usaha perikanan purse seine
yang menjadi objek penelitian adalah Rp 409.182.911,49 yang artinya keuntungan yang akan diperoleh dimasa depan sebesar Rp 409.182.911,49 dengan
DF 12 sehingga proyek dinyatakan akan menguntungkan dan layak untuk dilaksanakan Lampiran 2.
Nilai net benefit cost-ratio net BC usaha perikanan purse seine yang menjadi objek penelitian sebesar 2,027 net BC ratio 1, artinya dengan
mengeluarkan dana investasi sebesar Rp 398.350.000,00 maka akan memperoleh Rp 807.532.911,49 selama proyek berlangsung sehingga investasi layak diberikan
karena usaha yang akan dilakukan akan memberikan keuntungan sebesar 2,027 kali lipat dari dana investasi Lampiran 2.
Nilai internal rate of return IRR usaha perikanan purse seine yang menjadi objek penelitian sebesar 48 IRR 12, artinya adalah usaha yang akan
dilakukan layak untuk dilaksanakan dan memperoleh keuntungan Lampiran 2.
5.4.3 Pemasaran hasil tangkapan
Berdasarkan wawancara dengan pihak nelayan setempat dan tinjauan langsung di TPI, diperoleh informasi bahwa pemasaran hasil tangkapan yang telah
didaratkan terlebih dahulu melalui proses pelelangan sebelum dipasarkan ke berbagai daerah. KUD Mandiri Mina Fajar Sidik selaku pengelola TPI merupakan
lembaga koperasi yang menentukan harga berdasarkan standarisasi harga dari PPS Nizam Zachman Jakarta dan biasanya penjualan dilakukan berdasarkan jenis hasil
tangkapan tiap cepon 1 cepon = 20-25 kg. Alur pemasaran hasil tangkapan purse seine
dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11 Alur pemasaran hasil tangkapan purse seine di PPI Blanakan Subang Selain musim penangkapan, ramainya pembeli yang berdatangan dari
berbagai daerah menjadi faktor penting yang membuat harga berfluktuatif. Umumnya calon pembeli yang berdatangan selain dari daerah setempat, terdapat
pula calon pembeli yang berasal dari Bandung, Bogor, Cianjur, Indramayu, Jakarta dan Karawang. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengelola TPI
setempat, pembeli yang terdaftar sebanyak 120 orang dan terdapat 40-60 orang pembeli yang datang setiap hari. Sistem pembayaran yang tidak dihutang
membuat nelayan yang telah menjual hasil tangkapannya dapat langsung membeli perlengkapan melaut lagi karena tiap calon pembeli yang datang diharuskan
membayar sejumlah uang terlebih dahulu kepada pengelola TPI sebelum turut serta dalam pelelangan. Besarnya biaya yang harus dibayarkan pembeli kepada
pengelola TPI disesuaikan dengan harga ikan yang akan dibelinya ditambah biaya retribusi sebesar 3 dari harga sejumlah ikan yang dibelinya. Hal inilah yang
membuat banyak nelayan dari daerah lain berdatangan untuk menjual hasil tangkapannya. Harga hasil tangkapan dapat dilihat pada Tabel 13.
Blanakan, Jakarta, Bogor, Cianjur
Jakarta, Bogor, Bandung
Bakul Pengecer Bakul Pengolah
Bakul Suplier Kapal
TPI
Bakul Grosir Blanakan, Jakarta,
Indramayu, Cianjur Jakarta, Bandung,
Karawang
Tabel 13 Harga hasil tangkapan purse seine yang didaratkan di PPI Blanakan Subang
Sumber: KUD Mina Fajar Sidik diolah
5.4.4 Sistem bagi hasil
Sistem bagi hasil yang diterapkan dalam usaha perikanan purse seine di daerah penelitian adalah: 1 produksi hasil tangkapan yang telah dilelang dan
dikurangi retribusi sebesar 5 merupakan pendapatan kotor usaha; 2 pendapatan kotor tersebut dikurangi biaya operasional untuk mendapatkan
pendapatan bersih; 3 pendapatan bersih tersebut dibagi untuk pemilik usaha dan nelayan masing-masing sebesar 50; 4 pendapatan bersih yang diterima
nelayan dibagi berdasarkan jumlah nelayan yang bekerja di atas kapal sesuai tanggung jawabnya; 5 pendapatan bersih yang diterima pemilik usaha dikurangi
biaya tetap sehingga menghasilkan keuntungan benefit Gambar 12. Pembagian hasil usaha ini dilakukan setiap usai melakukan pelelangan hasil
tangkapan dan setelah membeli perlengkapan operasional untuk melaut. Besar pendapatan yang diterima nelayan purse seine yang menjadi objek penelitian
dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah.
Paceklik Januari-Maret Puncak April-Desember
Layang 5.500 - 6.000
5.000 - 5.500
Bawal 15.000 - 16.000
12.000 - 14.000
Kembung 8.000 - 9.500
8.000 - 9.000
Selar 5.000 - 5.500
4.000 - 4.500
Tembang 2.500 - 2.700
2.300 - 2.500
Tongkol 7.800 - 8.200
7.500 - 7.700
Cumi-cumi 20.000 - 23.000
17.000 - 19.000
Tahun Musim dan Harga Ikan per kg Rp
Gambar 12 Sistem bagi hasil usaha perikanan purse seine di PPI Blanakan Subang Tabel 14 Pendapatan upah nelayan purse seine di PPI Blanakan Subang
Sumber: Data primer diolah
Dari Tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa upah yang diterima nahkoda, juru mesin dan juru arus per orang sebesar Rp 890.964,21 tiap trip. Upah yang
diterima juru lampu dan juru masak per orang sebesar Rp 668.223,16 tiap trip. Upah yang diterima juru tawur dan nelayan ABK per orang sebesar Rp
445.482,11 tiap trip.
Produksi
Pemilik juragan 50 Nelayan 50
Pendapatan bersih Biaya operasional
Pendapatan kotor
Juru tawur dan ABK 1 bagian
Nahkoda, juru mesin dan juru arus
2 bagian 1,5 bagian
juru masak Juru lampu dan
Upahbulan ±3 kali trip
Upahtahun 9 bulan
Nahkoda 1
2,0 890.964,21
2.672.892,63 24.056.033,69
Juru mesin 2
2,0 1.781.928,42
5.345.785,26 48.112.067,38
Juru lampu 1
1,5 668.223,16
2.004.669,47 18.042.025,27
Juru masak 1
1,5 668.223,16
2.004.669,47 18.042.025,27
Juru arus 2
2,0 1.781.928,42
5.345.785,26 48.112.067,38
Juru tawur 2
1,0 890.964,21
2.672.892,63 24.056.033,69
ABK 14
1,0 6.236.749,48
18.710.248,43 168.392.235,83 TOTAL
12.918.981,06 38.756.943,17 348.812.488,51
Total Upah Upah nelayan
Rptrip Bagi
hasil
bagian Jumlah
orang Jabatan
6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kinerja usaha perikanan purse seine di PPI Blanakan Subang pada umumnya memiliki kesamaan dengan daerah lain di Jawa Barat, namun terdapat
perbedaan dari segi teknis. Kapal purse seine milik pengusaha setempat yang menjadi objek penelitian yaitu material kayu yang digunakan lebih tebal dari yang
digunakan kapal purse seine daerah lain pada umumnya. Hal ini dapat mengurangi kecepatan kapal pada saat melingkari gerombolan ikan, namun
menjadikan kapal tersebut lebih kuat terhadap gelombang. Konstruksi alat tangkap yang digunakan sudah cukup baik, namun perlu dilakukan evaluasi
mengenai kedalaman perairan yang menjadi lokasi penangkapan agar kinerja operasi penangkapan berjalan secara optimal dan hasil tangkapan yang diperoleh
sesuai dengan tujuan dari alat tangkap. Usaha perikanan purse seine yang dilakukan dapat dikategorikan layak
untuk dilaksanakan karena memberikan keuntungan. Berdasarkan hasil perhitungan kelayakan usaha dan analisis finansial dengan mempertimbangkan
kriteria investasi, maka usaha perikanan purse seine di PPI Blanakan Subang merupakan usaha yang layak untuk dikembangkan.
6.2 Saran