Uji In Vitro Nilai SPF Sediaan Krim Mokodompit, 2013

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Preparasi Dedak Padi

Padi digiling dengan alat penggiling untuk memisahkan beras dengan sekam. Hasil penggilingan pertama menghasilkan beras yang masih terbalut dengan dedak, lalu digiling kembali untuk memisahkan dedak dari beras tersebut. Dedak yang didapat lalu diayak menggunakan mesh 20 untuk menyamakan ukuran partikelnya yaitu ≤ 0,510 mm sekaligus untuk memisa kan dari pertikel pengotor yang masih tercampur seperti sekam dan kotoran lainnya.

4.2 Pengolahan Minyak Dedak

Menurut Hadipernata 2007, pengolahan minyak dedak meliputi dua faktor penting yaitu stabilisasi dan ekstraksi.

4.2.1 Stabilisasi Dedak Padi

Menurut Hadipernata 2007, stabilisasi dengan panas menyebabkan enzim lipase dalam dedak terdeaktivasi pada pada suhu 100 o – 120 o C dalam waktu beberapa menit. Dedak padi di stabilisasi dengan pemanasan menggunakan oven dengan suhu 110 o C selama 15 menit, karena Nasir 2009 mengungkapkan bahwa itu adalah waktu stabilisasi dedak yang optimal. Stabilisasi dilakukan bertujuan untuk menghancurkan enzim lipase yang terdapat didalam dedak sehingga rendemen minyak meningkat dan kadar asam lemak bebas menurun.

4.2.2 Ekstraksi Dedak Padi Dengan Metode Cold Press

Dedak yang sudah stabil lalu diekstraksi menggunakan metode Cold Press. Dedak sebanyak 4kg dibasahi menggunakan n-heksan sebanyak 2L dan diaduk agar pembasahannya merata. Dedak yang sudah dibasahi lalu dimasukkan kedalam kain dan dimasukkan pada wadah alat press, alat ditekan untuk mendapatkan minyak mentah menggunakan sekrup jenis hydraulic. Ampas dedak yang sudah digunakan dibasahi kembali dengan n-heksan 2L dan lakukan metode 30 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta press seperti yang sudah dilakukan sebelumnya, lalu didapatlah ekstrak n-heksan minyak dedak Ekstrak nRBO . Menurut Hadipernata 2007, ekstraksi dengan menggunakan pelarut mudah menguap merupakan cara terbaik untuk mengambil minyak, dan pelarut yang dapat digunakan adalah etanol dan n-heksan. Pada penelitian ini pelarut yang digunakan adalah n-heksan, sesuai dengan apa yang dikatakan Patel dan Naik 2004, bahwa n-heksan bisa digunakan sebagai pelarut untuk mengekstrak minyak dari dedak padi. Dan penelitian Nasir 2009 menunjukkan bahwa persentase Crude Rice Bran Oil CRBO yang dihasilkan dengan pelarut n-heksan lebih tinggi dibanding dengan menggunakan pelarut etanol. Rendemen CRBO sebesar 17,055, sesuai pernyataan Hadipernata2007, bahwa minyak dedak kadarnya kurang dari 25. Pada penelitian yang dilakukan Nasir 2009, ekstraksi dedak padi menggunakan metode maserasi dengan pelarut yang sama mendapatkan rendemen CRBO sebesar 18,34. Perhitungan Rendemen CRBO Nasir, 2009: CRBO = x 100 = gr x 100 CRBO = 17,055 Selanjutnya minyak dedak hasil ekstraksi dipisahkan dari pelarut melalui penguapan. Setelah didapatkan larutan ekstrak n-heksan, larutan lalu dievaporasi dengan suhu 40 o C untuk memisahkan minyak dengan pelarut n-heksan Murnikan CRBO yang sudah didapat untuk memisahkan kandungan pati dan pengotor yang terdapat didalamnya. CRBO di saring menggunakan kertas saring whatmann no.42 pada corong buchner dan di vakum. Lalu minyak yag didapat dimasukkan ke dalam corong pisah dan dicampur dengan air panas. Kocok dan diamkan beberapa saat. Akan terbentuk 3 fase yaitu minyak atas, pati tengah dan air bawah. Setelah fase terpisah sempurna, pisahkan fase minyak. Lalu minyak yang didapat di sentrifuge untuk memisahkan sisa kandungan pati yang tersisa di dalam minyak. Didapatkan Rice Bran Oil RBO cp dengan bentuk cairan berwarna coklat yang beraroma khas dedak.