BAB II PENDIDIKAN IMAN DAN MORAL ANAK OLEH ORANGTUA
Pada bab II, penulis menguraikan dua pokok bahasan, yaitu pertama, menjelaskan mengenai pendidikan iman anak, kedua, menjelaskan mengenai
moral anak. Sebelum pembahasan mengenai pendidikan iman dan moral, penulis menjelaskan mengenai tujuan perkawinan dalam Gereja katolik.
A. Tujuan Perkawinan
KHK 1983 kanon 1055 menegaskan bahwa “Perkawinan menurut ciri
kodratinya memiliki tiga tujuan, yaitu kesejahteraan suami istri
bonum coniugum
dan kelahiran serta pendidikan anak
bonum prolis .
Kemudian
Familiaris Consortio
art. 36 menjelaskan mengenai tugas orangtua dalam mendidik anaknya. Tugas mendidik berakar dalam panggilan utama suami istri
untuk berperan serta dalam karya penciptaan Allah. Hak maupun kewajiban orangtua dalam mendidik bersifat hakiki, pertama dan utama, karena
keistimewaan hubungan cinta kasih antara orangtua anak. Perkawinan memiliki beberapa tujuan sesuai dengan pemahaman, adat-istiadat dan kepercayaan atau
agama yang dianut I Ketut Adi Hardana, 2013: 11. Gereja Katolik menetapkan tiga tujuan perkawinan yaitu:
9
1. Kesejahteraan Suami Istri
Kitab Suci menuliskan tujuan pokok perkawinan adalah kesatuan dan kebahagiaan suami-istri, dengan saling mencintai dan menyerahkan diri secara
utuh totalitas, yakni seorang laki-laki dan seorang perempuan dipersatukan oleh Allah dalam ikatan perkawinan, maka mereka bukan lagi dua melainkan menjadi
satu daging Kej. 2:24; Mat. 19:5; Mrk. 10:8, Ef. 5:31.
Gaudium et Spes
48 mengatakan bahwa “Persekutuan hidup dan kasih suami istri yang mesra, yang diadakan oleh Sang Pencipta dan dikukuhkan dengan
hukum-hukumnya, dibangun oleh janji perkawinan yang tidak dapat ditarik kembali.
” Kemudian PPK 17.a mengatakan bahwa “Keluarga adalah persekutuan seluruh hidup
consortium totius vitae
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan berlandaskan perjanjian antara kedua pihak dan diteguhkan melalui
kesepakatan perkawinan”. Demikianlah karena tindakan manusiawi yakni saling memberi dan menerima, menimbulkan suatu hubungan yang erat menurut
kehendak Ilahi dan bersifat kekal. Kesejahteraan suami istri menyangkut dua hal yaitu kesejahteraan lahir dan
kesejahteraan batin. Kesejahteraan lahir maksudnya suami bertanggung jawab dalam menafkahi keluarganya baik sandang, papan dan pangan. Sedangkan
kesejahteraan batin maksudnya suami-istri mempunyai kewajiban suci untuk saling memenuhi kebutuhan seksual pasangannya
.
Perkawinan merupakan kesatuan yang amat erat antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan bahwa perkawinan memberikan hak prerogatif kepada
suami-istri atas hubungan seksual antara keduanya Hadiwardoyo, 2014: 25. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI