1
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi uraian mengenai 1 Latar Belakang Masalah, 2 Rumusan Masalah, 3 Tujuan Penelitian, 4 Manfaat Penelitian, dan 5 Definisi Operasional.
A. Latar Belakang Masalah
Manusia diciptakan secara unik, berbeda satu sama lainnya. Perbedaan individual ini bersifat alami. Dalam rentang kehidupannya, manusia akan melalui
fase-fase perkembangan yaitu masa bayi, masa kanak-kanak, masa remaja, dan masa dewasa. Yang menjadi pusat perhatian penelitian ini adalah masa remaja. Masa
remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Masa remaja seringkali dikenal sebagai fase mencari jati diri. Pada masa ini remaja
menuju ke arah kematangan seperti kematangan fisik, kematangan sosial dan psikologisnya.
Remaja tidak lagi dipandang sebagai anak yang memiliki sifat kekanak- kanakan. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat
diterima secara penuh sebagai orang dewasa. Pada fase ini remaja menghadapi berbagai lingkungan, seperti lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat. Kondisi yang dihadapi tersebut membuat remaja memiliki pemikiran tentang siapa dirinya dan apa yang membuatnya berbeda dengan orang
lain. Lingkungan turut membantu remaja menemukan identitasnya dan mempengaruhi perkembangannya. Erikson Gunarsa dan Gunarsa, 1981 menegaskan
bahwa identitas remaja sangat dipengaruh oleh lingkungan sosialnya. Cara orang lain
2 memperlakukan remaja akan mempengaruhi pandangan remaja tentang dirinya
sendiri. Pendapat orang lain dapat berpengaruh pada bagaimana remaja memahami
dirinya sendiri. Dalam memahami dirinya, individu mencoba memandang dan menilai dirinya apakah positif atau negatif. Pandangan individu tentang dirinya sendiri
dinamakan konsep diri. Konsep diri terbentuk dari pengalaman individu dalam berhubungan dengan individu lain. Dalam berinteraksi, setiap individu akan
menerima tanggapan. Tanggapan yang diberikan akan dijadikan cermin bagi individu untuk menilai dan memandang dirinya sendiri.
Pada saat seseorang memasuki jenjang keremajaannya, ia mengalami berbagai macam perubahan dalam kehidupannya termasuk perubahan dalam
berinteraksi dengan orang lain. Begitu pula halnya dengan para siswa SMP yang mencari jati dirinya. Mereka juga mengalami perubahan yang tidak hanya
menyangkut perubahan yang dapat diamati secara langsung, misalnya perubahan- perubahan fisik dan tingkah laku, interaksi dengan orang lain, akan tetapi juga
perubahan yang lebih halus seperti konsep diri. Konsep diri yang dibutuhkan remaja adalah konsep diri yang positif. Apabila remaja memiliki konsep diri yang positif,
individu akan menjalani kehidupannya dengan baik. Sebaliknya, jika individu memiliki konsep diri yang negatif, individu akan mengalami hambatan dalam
perkembangannya. Konsep diri yang positif sangat penting dalam perkembangan hidup remaja.
Siswa-siswi remaja di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta pada umumnya berasal dari lingkungan keluarga yang mengalami permasalahan. Misalnya anak-
anak berasal dari keluarga yang broken home, tinggal hanya dengan ayah atau ibu.
3 Ada yang kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua. Selain itu
kebanyakan dari mereka tinggal di pinggiran kali Code yang penduduknya mayoritas pengemis dan ada anak-anak jalanan yang tidak sekolah, sehingga ikut
mempengaruhi perilaku dan pola pikir anak-anak yang tinggal di pinggiran kali Code. Kebanyakan dari siswa-siswi tersebut mengalami kesulitan ekonomi,
korban dari perpisahan orang tuanya. Masalah-masalah yang dialami oleh siswa terbawa dalam lingkungan sekolah dan menghambat pertumbuhan dan
perkembangan siswa; pertumbungan dan perkembangan siswa menjadi tidak utuh dan kurang maksimal khususnya dalam hal konsep diri yang merupakan inti
penting dari pribadi seseorang. Dari hasil pengamatan di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta muncul kesan
bahwa konsep diri siswa-siswi pada umumnya negatif. Kesan ini muncul ketika praktikan menjalani Praktek Pengalaman Lapangan di SMP BOPKRI 2
Yogyakarta. Seharusnya guru membantu siswa agar konsep dirinya positif. Tetapi tampaknya guru di sana lebih mendidik siswa untuk taat pada peraturan yang
ditetapkan oleh sekolah. Kesan ini timbul sesudah memperhatikan cara guru memperlakukan siswa. Ada guru yang tindakan, kata-kata, dan sikapnya terhadap
siswa yang terlambat datang ke sekolah rasanya kurang tepat; guru cenderung memarahi dan memberi skorsing ketika siswa melakukan pelanggaran. Ada guru
yang komentar-komentarnya dapat membuat siswa kurang percaya diri. Ada siswa yang menjadi takut tampil di muka kelas. Berdasarkan kesan tersebut,
dianggap perlu dilakukan suatu penelitian tentang konsep diri Kelas VII dan VIII di SMP BOPKRI 2 Yogyakarta tahun ajaran 20122013. Kalau ternyata konsep
4 diri siswa negatif, dapatlah direncanakan program yang sesuai untuk
meningkatkan konsep diri siswa.
B. Rumusan Masalah