3. Memberikan waktu ekstra yang cukup banyak bagi siswa-siswa untuk mengembangkan tugas-tugas mereka dan memanfaatkan
sumber-sumber belajar yang ada di sekolah. 4. Kadang kala memberikan penghargaan atas pekerjaan para siswa.
Meminta para siswa untuk menjelaskan atau membacakan tugas-tugas yang mereka buat, kalau mereka ingin melakukannya.
Hal ini perlu dilakukan terutama sekali terhadap tugas yang bukan merupakan tugas pokok yang harus dikerjakan oleh siswa, agar
memperlihatkan bahwa tugas itu dikerjakan dengan baik Berdasarkan keterangan motivasi intrinsik di atas, Motivasi
Belajar Intrinsik adalah Motivasi untuk belajar yang berasal dari dalam diri, motivasi ini tidak mudah terpengaruh oleh keadaan
lingkungan luar karena adanya keinginan yang kuat dari dalam diri untuk belajar agar dapat meraih cita-cita yang diinginkan.
3. Aspek-aspek motivasi belajar intrinsik
Menurut Woolfolk 2009 :196 aspek-aspek motivasi belajar intrinsik seperti kebutuhan, tujuan, interesminat, emosi, keyakinan
dan skema diri. Keenam aspek tersebut akan dijelaskan secara rinci di bawah ini:
a Kebutuhan Setiap aktivitas yang dilakukan siswa karena adanya dorongan
dan kebutuhan tertentu. Dorongan merupakan kekuatan mental untuk melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi kebutuhan
Dimyati Mudjiono, 1999: 81. Kebutuhan yang menyebabkan seseorang berusaha untuk memenuhinya Uno, 2007: 5. Adanya
suatu proses yang dilalui siswa agar kebutuhan tersebut tercapai. Motivasi intrinsik yang muncul yaitu dengan mengerahkan segala
kekuatan-kekuatan yang ada pada diri. Menurut Pintrich Woolfolk, 2009: 196 terdapat tiga
kebutuhan utama yang dapat dikaji secara intensif adalah kebutuhan akan prestasi, kekuasaan, dan afiliasihubungan.
Kebutuhan akan prestasi menjadi sangat penting bagi siswa untuk belajar lebih giat lagi agar memperoleh prestasi yang baik.
Kebutuhan akan kekuasaan seperti siswa memiliki kebutuhan untuk menguasai setiap mata pelajaran yang ada. Kebutuhan akan
hubungan adalah keinginan untuk membangun pertalian emosional yang erat dan kelekatan dengan orang lain Woolfolk,
2009: 196-197. Dengan menjalin hubungan yang baik maka secara otomatis akan meningkatkan motivasi untuk belajar,
seperti siswa dapat belajar bersama dengan siswa lainnya, berani bertanya kepada guru mengenai materi yang belum dimengerti.
b Tujuan Menurut Locke dan Latham tujuan adalah hasil atau pencapaian
yang pemenuhannya diperjuangkan oleh seseorang. Dalam mengejar tujuan, siswa pada umumnya menyadari tentang
kondisi tertentu saat ini saya belum membuka buku, kondisi ideal tertentu saya sudah memahami setiap halaman, dan
ketidaksesuaian antara situasi saat ini dan situasi ideal Woolfolk, 2009: 198.
Menurut Locke dan Latham Woolfolk, 2009 : 198 ada empat alasan mengapa menetapkan tujuan dapat memperbaiki
kinerja. Tujuan: 1 Mengarahkan perhatian kita ke tugas yang ada di tangan dan
menghindari distraksi. Tiap kali pikiran saya berkelana, menjauh dari klaster, tujuan saya untuk menyelesaikan bagian
ini membantu mengarahkan perhatian saya kembali ke pekerjaan menulis.
2 Memberi energi pada usaha. Sampai titik tertentu, semakin menantang tujuannya, semakin besar pula usahanya.
3 Meningkatkan persistensi. Bila kita memiliki tujuan yang jelas, kecil kemungkinan kita untuk menyerah sampai kita
meraih tujuan itu: tujuan yang sulit menuntut usaha dan tenggat waktu yang ketat menghasilkan kerja yang lebih
cepat. 4 Mendukung perkembangan pengetahuan dan strategi lama
tidak berhasil. Sebagai contoh, bila tujuan anda adalah mendapat nilai A dan anda tidak mencapai tujuan itu di kuis
yang pertama, anda mungkin mencoba pendekatan belajar baru untuk kuis berikutnya, seperti menjelaskan poin-poin
kuncinya kepada seorang teman. c Interesminat dan emosi
Interesminat dan emosi merupakan dua hal yang saling berkaitan dalam berbagai kegiatan seperti belajar. Siswa lebih cenderung
memperhatikan, mempelajari, dan mengingat berbagai kejadian, gambaran, dan bacaan yang membangkitkan respons emosional
Alexander Murphy; Cowey Underwood; Reisberg Heueur, dalam Woolfolk, 2009: 204 atau yang berhubungan
dengan interesminat siswa Renninger, Hidi, Krapp, dalam Woolfolk, 2009:204.
Menurut Schiefele; Wigfield dkk Santrock, 2008: 206 yaitu riset pada minat terutama telah berfokus pada hubungan
antara minat dengan pembelajaran. Minat dihubungkan terutama dengan tindakan pelajaran mendalam, seperti ingatan atas
gagasan pokok dan respon terhadap pertanyaan pemahaman yang lebih sulit, dibanding pembelajaran yang hanya pada permukaan,
seperti respon terhadap pertanyaan yang sederhana dan ingatan kata-demi-kata atas teks.
Ada dua macam interesminat yaitu personal individual dan situasional. Personal interesminat atau individual interes
adalah aspek yang lebih enduring tahan lama pada diri seseorang, misalnya kecenderungan enduring untuk tertarik atau
menikmati subjek-subjek
seperti bahasa,
sejarah, atau
matematika, aktivitas-aktivitas seperti olah raga, musik, atau film. Siswa dengan minat individual pada belajar secara umum
berusaha mencari informasi baru dan memiliki sikap yang lebih positif terhadap sekolah. Situasional interest adalah aspek yang
berumur lebih pendek dari aktivitas, teks, atau materi yang membangkitkan dan mempertahankan perhatian siswa. Menurut
Stipek Woolfolk, 2009: 204 minat meningkat bila siswa merasa
kompeten, jadi bahkan bila siswa pada awalnya tidak tertarik dengan suatu objek atau kegiatan, siswa dapat mengembangkan
minat bila siswa mengalami kesuksesan. d Keyakinan dan skema-diri
1 Keyakinan tentang kemampuan Sebagian keyakinan paling kuat yang memengaruhi motivasi
di sekolah adalah keyakinan tentang kemampuan. Dengan kerja keras, belajar atau latihan, pengetahuan dapat
ditingkatkan dan oleh sebab itu kemampuan dapat ditingkatkan Woolfolk, 2009: 215
2 Keyakinan tentang penyebab dan kontrol : teori atribusi Teori atribusi menyatakan bahwa individu termotivasi untuk
mengungkapkan penyebab yang mendasari kinerja dan perilaku mereka sendiri. Atribusi adalah penyebab-penyebab
yang menentukan hasil Santrock, 2009: 211. Weiner mengidentifikasikan tiga dimensi dari penyebab
atribusi: 1 Lokus, apakah penyebab tersebut internal atau eksternal terhadap perilaku; 2 stabilitas, tingkat dimana
penyebab tersebut tetap sama atau berubah; dan 3 kemampuan mengendalikan, tingkat dimana individu dapat
mengendalikan penyebab tersebut. Sebagai contoh, seorang siswa dapat merasakan bahwa kecerdasannya berlokasi
secara internal, stabil, tidak dapat dikendalikan Santrock, 2009: 212.
3 Keyakinan tentang self-efficacy dan learned-helplessness Self-efficacy adalah keyakinan siswa tentang kompetensi atau
efektivitas siswa di bidang tertentu Woolfolk, 2009: 219. Self-efficacy dan atribusi saling memengaruhi. Bila
kesuksesan diatribusikan pada penyebab-penyebab internal atau dapat dikontrol seperti kemampuan atau usaha, maka
Self-efficacy meningkat. Akan tetapi, bila kesuksesan diatribusikan pada nasib atau intervensi orang lain, maka
Self-efficacy mungkin tidak diperkuat Woolfolk, 2009: 219. Learned
helplessness adalah
ekspektasi seseorang,
berdasarkan pengalaman
sebelumnya bahwa
dirinya kurangtidak memiliki kontrol, bahwa semua usahanya akan
gagal Woolfolk, 2009: 220. Siswa yang memiliki ketidakberdayaan yang dipelajari akan berdampak negatif
bagi perkembangan selanjutnya.
4 Keyakinan tentang harga diri Keyakinan tentang harga diri yaitu perasaan seseorang
bahwa dirinya berharga. Siswa yang memfokuskan pada tujuan belajar karena mereka menghargai prestasi dan
melihat bahwa kemampuan dapat ditingkatkan. Siswa tidak takut gagal, karena kegagalan tidak mengancam kompentensi
dan harga-dirinya Woolfolk, 2009: 221.
C. Motivasi Belajar 1. Pengertian Motivasi belajar