xviii
DAFTAR SINGKATAN
A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan yang
terdapat dalam daftar singkatan Alkitab Deuterokanonika 2009 terbitan Lembaga Alkitab Indonesia.
B. Singkatan lain
AG : Ad Gentes: Dekrit Konsili Vatikan II, tentang kerasulan awam, 7
Desember 1965 CT
: Catechesi Tradendae: Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang
katekese masa kini, 16 Oktober 1979 Dsb
: dan sebagainya EN : Evangelii Nuntiandi: Evangelisasi di Dunia Modern merupakan
himbauan apostolik yang diterbitkan pada tanggal 8 Desember 1975 oleh Paus Paulus VI pada tema evangelisasi Katolik
KAS : Keuskupan Agung Semarang
KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia
KHK : Kitab Hukum Kanonik
KK : Kepala Keluarga
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
xix
LG : Lumen Gentium: Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II, tentang
Gereja, 21 November 1964 PKKI
: Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia PUK
: Pedoman Umum Katekese SCP
: Shared Christian Praxis St.
: Santo Yosben
: Yosef Benediktus
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Roh Allah yang tinggal dalam diri seseorang merupakan kekuatan dan menjadi tenaga pendorong seseorang untuk mendayagunakan kemampuan yang
ada dalam dirinya melalui pikiran dan perasaan sehingga mampu menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan manusia. Arah Dasar
Keuskupan Agung Semarang 2011-2015 mengatakan bahwa: Umat Allah Keuskupan Agung Semarang sebagai persekutuan
paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus, dalam bimbingan Roh Kudus, berupaya menghadirkan Kerajaan Allah sehingga semakin
signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat.
Sebagai umat Allah, manusia diajak untuk selalu mendekatkan diri kepada- Nya dan mereka dipanggil untuk bersatu membentuk sebuah paguyuban sebagai
murid-murid Yesus. Berkat bimbingan dan karya Roh Kudus yang hadir, mereka dibimbing untuk dapat menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah
masyarakat, sehingga Kerajaan Allah semakin signifikan dan relevan bagi warganya. Signifikan berarti bahwa kehadiran dan gerak Gereja sungguh penting
diperhitungkan oleh warga dan masyarakatnya. Relevan berarti bahwa kehadiran Gereja memiliki kesesuaian dan kegunaan bagi kehidupan konkrit warganya.
Signifikansi dan relevansi Gereja bagi masyarakat tampak bila Gereja sungguh- sungguh terlibat dalam pergulatan hidup masyarakat.
Salah satu kegiatan umat yang dapat dilakukan untuk menghadirkan nilai- nilai Kerajaan Allah secara signifikan dan relevan yaitu dengan melaksanakan dan
mengikuti katekese. Katekese merupakan kegiatan pembinaan iman umat
2
Kristiani yang berusia berapapun anak-anak, dewasa, orang tua. Melalui kegiatan ini umat dibantu untuk semakin mengenal Yesus dan ajaran-Nya
sehingga mereka semakin memperdalam imannya akan Yesus. Melalui katekese ini juga, umat dapat bersatu untuk membentuk suatu paguyuban sebagai pengikut
Kristus. Melalui katekese, umat dapat semakin mengenal satu sama lain, terbuka untuk membagikan pengalaman iman mereka dan semakin akrab satu sama lain
sebagai saudara seiman demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah. Kegiatan katekese ini dilaksanakan “dari umat, oleh umat, dan untuk umat”
Heryatno, 2009. Katekese dari umat berarti bahwa materi katekese bersumber dari pengalaman hidup umat dan pengalaman itu digali lebih dalam lagi sehingga
makna pengalaman itu dapat menjadi kekuatan untuk saling meneguhkan diri sendiri dan orang lain. Katekese oleh umat, artinya katekese itu sendiri berasal
dari umat karena yang melaksanakan katekese ialah umat itu sendiri dan yang menjadi pusat katekese ialah umat. Katekese untuk umat, artinya katekese yang
sudah dilaksanakan dapat berguna bagi umat sendiri supaya mereka semakin mengenal dan mencintai Yesus yang mereka imani dan semakin matang dalam
iman mereka. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota
Baru sudah secara rutin melaksanakan katekese. Mereka menyebutnya dengan kegiatan pendalaman iman. Kegiatan pendalaman iman di lingkungan Santo
Yosef Benediktus Sagan dilaksanakan setiap hari Kamis dan dimulai pada pukul 19.00-20.00 WIB juga termasuk masa liturgi misalnya: pendalaman iman masa
Adven, masa Prapaskah, bulan Kitab Suci Nasional, dsb. Kegiatan pendalaman
3
iman tersebut dilaksanakan di rumah umat secara bergantian setiap minggunya. Selain pendalaman iman lingkungan, mereka juga mengadakan kegiatan
lingkungan lainnya, antara lain; perayaan syukur atas pesta santo pelindung lingkungan, hari raya besar Natal dan Paskah, mendoakan umat yang
meninggal, latihan koor, ziarah, doa rosario pada bulan Mei dan Oktober, mengunjungi orang sakit, dsb.
Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan berjumlah sekitar 33 KK dan secara keseluruhan umat berjumlah 134 jiwa termasuk anak-anak, remaja, dewasa
dan orang tua. Dari 134 jiwa yang tergolong umat dewasa berjumlah ± 66 jiwa. Pada saat pendalaman iman berlangsung, umat yang hadir ada sekitar 10-16
orang. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah orang dewasa yang ada di lingkungan. Keterlibatan umat untuk mengikuti pendalaman iman lingkungan
sangatlah minim. Mereka kurang menyadari bahwa kegiatan pendalaman iman dapat membantu mereka untuk semakin mengenal Yesus yang mereka imani,
saling mengakrabkan umat di lingkungan dan terutama membantu mereka untuk semakin mematangkan iman mereka.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua lingkungan, umat yang ada di lingkungan Yosef Benediktus Sagan memang terlibat aktif dalam berbagai macam
kegiatan menggereja antara lain: kelompok paduan suara, tata laksana, lektor, petugas parkir di gereja, dsb. Umat yang sudah merasa terlibat dalam kegiatan
menggereja tidak pernah hadir untuk mengikuti pendalaman iman di lingkungan. Umat lingkungan Yosef Benediktus Sagan memang semangat untuk terlibat
4
dalam kegiatan menggereja terkecuali dalam mengikuti kegiatan pendalaman iman di lingkungan.
Hal tersebut membuktikan bahwa pendalaman iman memang kurang diminati oleh umat di lingkungan Yosef Benediktus Sagan. Bahkan terjadi pula pada saat
pendalaman iman berlangsung, umat yang hadir terkesan pasif. Mereka kurang terlibat dalam pelaksanaan pendalaman iman. Ketika pemimpin memberikan
kesempatan untuk mensharingkan pengalaman, justru umat cenderung tidak mau berbicara.
Dalam hal ini, umat diharapkan untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan katekese. Keaktifan umat sangat penting karena menentukan proses jalannya
katekese. Jika umatnya pasif, maka katekese tersebut tidak berjalan dengan baik Di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak ada katekis full time atau
akademik tetapi ada katekis sukarelawan yang berperan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan katekese di lingkungan. Mereka ialah prodiakon, tokoh umat dan 2
orang yang sudah terbiasa memimpin katekese. Hal tersebut sungguh memprihatinkan karena diantara 134 umat hanya terdapat 4 orang yang merelakan
diri untuk berkarya di bidang katekese. Pemimpin katekese bergantian setiap minggunya dan yang memimpin katekese biasanya seorang bapak, ibu dan orang
muda yang dipandang mampu untuk memimpin pelaksanaan katekese dan dianggap sudah memahami ajaran iman Katolik oleh umat setempat. Walaupun
pemimpin katekese sudah bergantian setiap minggunya, masih saja umat terlihat kurang memiliki minat dan semangat dalam dirinya untuk terlibat dalam proses
5
katekese, sehingga katekese terkesan membosankan dan tidak menarik umat di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.
Dalam pelaksanaan katekese, keaktifan umat juga ditentukan oleh seorang katekis sebagai pemimpin sekaligus fasilitator dalam pelaksanaan katekese. Ada
kesan bahwa prodiakon dan pemimpin katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan kurang memperhatikan situasi umat sehingga selama
pelaksanaan, katekese hanya mengalir begitu saja. Mereka belum sepenuhnya berkarya di tengah umat dan hanya sebatas pada saat proses pelaksanaan katekese
saja. Oleh karena itu dalam pelaksanaan katekese dibutuhkan sosok katekis yang sungguh-sungguh memperhatikan situasi umat baik dalam proses pelaksanaan
maupun tindak lanjutnya. Selain itu katekis juga diharapkan mampu membangkitkan minat dan semangat umat dalam mengikuti katekese. Salah
satunya ialah membuat umat menjadi aktif terlibat baik dalam proses katekese maupun setelah proses katekese agar mereka dapat mewujudkan nilai-nilai
Kerajaan Allah yang menjadi harapan Gereja. Salah satu tugas seorang katekis ialah membangkitkan kesadaran, semangat
dan ketelatenan dalam pelayanan. Sebagai petugas pastoral yang juga mengambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat, seorang katekis sebenarnya memiliki
peluang untuk menyemangati masyarakat dengan semangat pelayanan yang menjiwainya.
Dalam hal tersebut, memang katekis seharusnya memperhatikan tugasnya sebagai pelayan umat. Ia harus memiliki jiwa dan mental yang kuat, pribadi yang
mantab dan mampu membangun kesadaran umat akan pentingnya katekese.
6
Selain itu ia diharapkan membuat umat yang dilayaninya merasa nyaman dan tertarik untuk terlibat aktif dalam mengikuti katekese sehingga katekese menjadi
hidup dan timbul suasana yang menyenangkan dan nyaman bagi siapa saja yang mengikuti katekese.
Katekis adalah sosok yang menjadi panutan bagi hidup umat. Katekis diharapkan memiliki kepribadian yang baik dan dapat menyesuaikan kondisi
dimanapun dia berada. Katekis diharapkan profesional dalam tugas pelayanannya. Selain memiliki kepribadian yang baik, katekis juga harus memiliki iman yang
mendalam akan Yesus Kristus. Tugas katekis adalah mewartakan sabda Allah. Ia diharapkan memahami ajaran Kristiani dan memiliki pengalaman iman yang
mendalam agar mampu memberikan kesaksian bagi umat yang dilayaninya. Dalam proses katekese, katekis dan umat harus diharapkan mampu
menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah dan berusaha mewujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kerajaan Allah adalah panggilan dan tawaran
rahmat Allah dan manusia harus menerimanya dengan sikap iman yang dinyatakan dalam perbuatan baik. Kerajaan Allah harus diwujudnyatakan dalam
tindakan sehari-hari KWI, 2007:262. Oleh karena itu katekese adalah salah satu cara agar umat dapat menghadirkan Kerajaan Allah bahkan mewujudnyatakan
dalam tindakan. Dalam kegiatan katekese, katekis dan umat diajak untuk berbagi dengan sesamanya lewat pengalaman iman mereka, mempererat tali persaudaraan,
menciptakan suasana rukun, damai dan komunikasi berjalan dengan baik tanpa menyinggung perasaan orang lain.
7
Keberadaan dan jati diri katekis ini tidak dapat dilepaskan dari kehidupannya sehari-hari, baik dalam keluarga, maupun sebagai anggota Gereja dan anggota
masyarakat. Kehadiran sosok katekis hendaknya dapat membuat umat merasa nyaman dan krasan bila ia berada di tengah umat. Sudah umum sosok katekis
menjadi sorotan dan pembicaraan banyak pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kalau ia berupaya untuk mengembangkan aneka keutamaan yang
mendukung kehidupannya sehari-hari, khususnya sikap dan semangat keteladanan. Dalam aspek kehidupan, ia diharapkan mampu menjadi teladan yang
baik bagi umat, bukan malah menjadi sandungan. Mengingat keberadaan katekis yang sangat strategis di kalangan masyarakat
dan umat beriman Katolik lainnya, sudah sepantasnya kalau dipikirkan aneka kriteria atau syarat menjadi seorang katekis. Aneka kriteria atau syarat ini
bertujuan untuk menjamin kualitas hidup dan tugas perutusannya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Diharapkan ia tampil sebagai sosok pribadi yang bermutu,
baik yang menyangkut hidup rohani maupun pribadinya sehingga ia mampu membawa orang lain untuk sungguh mengenal dan mengimani Yesus Kristus
serta membantu umat beriman Katolik lainnya membangun intimitas dengan-Nya Prasetya, 2007:40-41.
B. Rumusan Masalah