Pengaruh sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta.

(1)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul: PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT

UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN

SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA

BARU YOGYAKARTA dipilih berdasarkan pada fakta bahwa pelaksanaan katekese

orang dewasa di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan masih memprihatinkan.

Kenyataan menunjukkan bahwa dalam setiap pelaksanaan katekese, jumlah umat yang

hadir hanya sedikit. Dalam proses katekese, mereka cenderung pasif dan merasa cepat

bosan mendengar materi yang disampaikan oleh katekis. Hal tersebut membuktikan

bahwa umat kurang berminat dalam mengikuti katekese. Bertitik tolak pada kenyataan

tersebut, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu katekis agar dapat meningkatkan

minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa.

Persoalan pokok dalam skripsi ini bagaimana menemukan gambaran sosok

katekis dalam berkatekese yang mampu meningkatkan minat umat dalam mengikuti

katekese dan membuat umat terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat agar

umat dapat mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan di tengah-tengah

masyarakat. Untuk membahas masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena

itu, penulis melakukan penelitian melalui wawancara kepada para pemimpin

pendalaman iman lingkungan dan pemberian kuisioner kepada umat lingkungan Santo

Yosef Benediktus Sagan. Di samping itu, penulis memanfaatkan studi pustaka untuk

menambah informasi yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan bagi para

pemimpin pendalaman iman dan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.

Hasil akhir menunjukkan bahwa minat umat dalam mengikuti katekese orang

dewasa dipengaruhi oleh sosok katekis. Sosok katekis yang berspiritualitas sekaligus

kreatif dalam menyampaikan materi yang menarik dan tidak menggurui, semakin

membuat umat berminat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef

Benediktus Sagan. Oleh karena itu, untuk membantu meningkatkan kualitas katekis,

penulis menawarkan usulan program pendampingan bagi pendamping katekese yang

menggunakan model

Shared Christian Praxis

.

Shared Christian Praxis

merupakan

suatu model katekese yang bersifat dialogal dan partisipatif. Katekese model ini

bertujuan untuk membantu para pemimpin pendalaman iman agar menggunakan suatu

pendekatan berkatekese yang handal dan efektif sehingga mereka mampu berkatekese

dengan cara yang lebih menarik dan melibatkan umat secara aktif dalam proses

katekese.


(2)

ii 

 

ABSTRACT

The title of this thesis is THE EFFECT OF CATECHIST FIGURE TO

INTEREST OF PARISHIONERS WHO FOLLOWS ADULT’S CATECHESIS IN

THE COMMUNITY OF SAINT JOSEPH BENEDICT SAGAN, ANTONIUS

KOTABARU YOGYAKARTA PARISH

.

This title selected based on the fact that the

implementation of adult catechesis in the community of Saint Joseph Benedict Sagan

is needed to be concerned. The fact is that just few of people attend in every catechesis

gathering. In the process of catechesis, they tend to be passive and feel quickly bored

of hearing the material presented by the catechist. It proves that people are not

interesting in this process of catechesis. Focuses on this fact, the purpose of this thesis

is helping catechists in order to increase the interest of people to attend the adult’s

catechesis in the community of Saint Joseph Benedict Sagan.

The main issue in this thesis is how to find the image of catechists who are able

to increase the interest of people to attend the adult’s catechesis and boosted them

participate in the church life and their own society so that the presence of the Church

is becoming increasingly significant and relevant in the midst of society. To address

this problem, the author needs accurate data. Therefore, the author conducted

interviews with the leaders of the community and distributed some questionnaire to the

people in the community of Saint Joseph Benedict Sagan. In addition, the authors used

theoretical description to be able to understand and assess the above issues

conceptually.

The final result showed us that the interest of parishioners to attend the adult’s

catechesis is affected by adult’s catechist figure. Catechist figure that have spirituality

and creativity in presenting the materials which are interesting and do not seem like

lecturing to the others will increase the interest of people to attend the adult’s

catechesis. Therefore, to help improve the quality of lead catechesis, the authors offers

mentoring Andragogy that uses the model of Shared Christian Praxis. Shared Christian

Praxis is a model of catechesis that is dialogic and participatory. Catechesis of this

model aims to help leaders deepening of faith in order to use an approach that is

reliable and effective to lead the catechesis process making it easier for participants to

be actively involved in the process of catechesis.


(3)

PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU

YOGYAKARTA SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh

Fransiska Wayan Meila Candraningsih NIM: 091124039

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(4)

ii   


(5)

iii   


(6)

iv   

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada

Semua orang yang telah ikut membantu dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini, terutama kedua orang tuaku yang selalu memberikan semangat selama penulis

menjalankan studi di Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan

Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma Yogyakarta


(7)

v   

MOTTO


(8)

vi   


(9)

vii   


(10)

viii   

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul: PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA dipilih berdasarkan pada fakta bahwa pelaksanaan katekese orang dewasa di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan masih memprihatinkan. Kenyataan menunjukkan bahwa dalam setiap pelaksanaan katekese, jumlah umat yang hadir hanya sedikit. Dalam proses katekese, mereka cenderung pasif dan merasa cepat bosan mendengar materi yang disampaikan oleh katekis. Hal tersebut membuktikan bahwa umat kurang berminat dalam mengikuti katekese. Bertitik tolak pada kenyataan tersebut, skripsi ini dimaksudkan untuk membantu katekis agar dapat meningkatkan minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa.

Persoalan pokok dalam skripsi ini bagaimana menemukan gambaran sosok katekis dalam berkatekese yang mampu meningkatkan minat umat dalam mengikuti katekese dan membuat umat terlibat dalam hidup menggereja dan memasyarakat agar umat dapat mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan di tengah-tengah masyarakat. Untuk membahas masalah ini diperlukan data yang akurat. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian melalui wawancara kepada para pemimpin pendalaman iman lingkungan dan pemberian kuisioner kepada umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Di samping itu, penulis memanfaatkan studi pustaka untuk menambah informasi yang dapat dipergunakan sebagai sumbangan bagi para pemimpin pendalaman iman dan umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.

Hasil akhir menunjukkan bahwa minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa dipengaruhi oleh sosok katekis. Sosok katekis yang berspiritualitas sekaligus kreatif dalam menyampaikan materi yang menarik dan tidak menggurui, semakin membuat umat berminat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Oleh karena itu, untuk membantu meningkatkan kualitas katekis, penulis menawarkan usulan program pendampingan bagi pendamping katekese yang menggunakan model Shared Christian Praxis. Shared Christian Praxis merupakan suatu model katekese yang bersifat dialogal dan partisipatif. Katekese model ini bertujuan untuk membantu para pemimpin pendalaman iman agar menggunakan suatu pendekatan berkatekese yang handal dan efektif sehingga mereka mampu berkatekese dengan cara yang lebih menarik dan melibatkan umat secara aktif dalam proses katekese.


(11)

ix   

ABSTRACT

The title of this thesis is THE EFFECT OF CATECHIST FIGURE TO INTEREST OF PARISHIONERS WHO FOLLOWS ADULT’S CATECHESIS IN THE COMMUNITY OF SAINT JOSEPH BENEDICT SAGAN, ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA PARISH. This title selected based on the fact that the implementation of adult catechesis in the community of Saint Joseph Benedict Sagan is needed to be concerned. The fact is that just few of people attend in every catechesis gathering. In the process of catechesis, they tend to be passive and feel quickly bored of hearing the material presented by the catechist. It proves that people are not interesting in this process of catechesis. Focuses on this fact, the purpose of this thesis is helping catechists in order to increase the interest of people to attend the adult’s catechesis in the community of Saint Joseph Benedict Sagan.

The main issue in this thesis is how to find the image of catechists who are able to increase the interest of people to attend the adult’s catechesis and boosted them participate in the church life and their own society so that the presence of the Church is becoming increasingly significant and relevant in the midst of society. To address this problem, the author needs accurate data. Therefore, the author conducted interviews with the leaders of the community and distributed some questionnaire to the people in the community of Saint Joseph Benedict Sagan. In addition, the authors used theoretical description to be able to understand and assess the above issues conceptually.

The final result showed us that the interest of parishioners to attend the adult’s catechesis is affected by adult’s catechist figure. Catechist figure that have spirituality and creativity in presenting the materials which are interesting and do not seem like lecturing to the others will increase the interest of people to attend the adult’s catechesis. Therefore, to help improve the quality of lead catechesis, the authors offers mentoring Andragogy that uses the model of Shared Christian Praxis. Shared Christian Praxis is a model of catechesis that is dialogic and participatory. Catechesis of this model aims to help leaders deepening of faith in order to use an approach that is reliable and effective to lead the catechesis process making it easier for participants to be actively involved in the process of catechesis.


(12)

x   

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena senantiasa telah memberkati, membimbing, menerangi dan mencurahkan Rahmat-Nya kepada saya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul PENGARUH SOSOK KATEKIS TERHADAP MINAT UMAT DALAM MENGIKUTI KATEKESE ORANG DEWASA DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA. Maksud penulisan skripsi ini sebagai sumbangan pemikiran bagi umat lingkungan Santo Yosef Benediktus dalam meningkatkan minat mengikuti katekese di lingkungan. Di samping itu skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk menempuh ujian Program Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat keterlibatan berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung yang dengan setia mendampingi, memberi motivasi, membimbing dan memberi kritikan yang membangun. Maka dari itu penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan yang tulus kepada:

1. Drs. F.X.. Heryatno W.W.,SJ.,M.Ed, selaku dosen utama yang mendampingi, menuntun, mengembangkan ide dan memberi motivasi dengan penuh kesabaran dan sepenuh hati membimbing dalam seluruh proses penulisan skripsi ini sampai selesai.


(13)

xi   

2. Dr. B.Agus Rukiyanto, SJ., selaku dosen penguji II sekaligus dosen pembimbing akademik yang memberi semangat kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

3. P. Banyu Dewa HS., S.Ag., M.Si, selaku dosen penguji III yang memberi semangat kepada penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang mendidik dan mendampingi penulis selama belajar sampai terselesaikannya skripsi ini.

5. Maria G. Mintarsih, selaku ketua lingkungan Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru yang telah memberi kesempatan dan menolong penulis dengan sepenuh hati untuk melakukan penelitian di lingkungan Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru dan juga kepada umat lingkungan Yosef Benediktus Sagan yang bersedia meluangkan waktu dan berkorban dalam membantu selama proses penelitian sampai terselesaikannya skripsi ini.

6. Teman-teman angkatan 2009 yang selalu memberikan motivasi, dukungan, masukan ide dan juga kerjasama selama belajar di IPPAK sampai terselesaikannya skripsi ini.

7. Teman-teman Asrama Syantikara, unit UBA yang selalu memberikan dukungan bagi penulis sampai terselesaikannya skripsi ini.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mendoakan, mendukung, memperhatikan penulis dalam menempuh studi di IPPAK sampai terselesaikannya skripsi ini.


(14)

xii   


(15)

xiii   

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR SINGKATAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penulisan ... 8

D. Manfaat Penulisan ... 8

E. Metode Penulisan ... 9

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II. SOSOK KATEKIS DALAM BERKATEKESE YANG DAPAT MEMBANTU UMAT UNTUK MEWUJUDKAN GEREJA YANG SIGNIFIKAN DAN RELEVAN ... 11


(16)

xiv   

1. Pengertian Katekese ... 12

2. Tujuan Katekese ... 15

3. Tugas Katekese ... 18

B. Katekis ... 21

1. Sosok Katekis ... 21

2. Tugas Katekis ... 26

3. Pembinaan Katekis ... 28

4. Syarat Menjadi Katekis ... 30

C. Katekis demi Mewujudkan Gereja Signifikan dan Relevan di tengah Umat ... 32

1. Katekis di tengah Umat ... 32

2. Katekese di tengah Umat ... 33

3. Gereja Signifikan dan Relevan ... 35

4. Katekese Mewujudkan Gereja yang Signifikan dan Relevan ... 36

BAB III. SOSOK KATEKIS DALAM BERKATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN PAROKI SANTO ANTONIUS KOTA BARU YOGYAKARTA ... 40

A. Gambaran umum Umat Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 41

1. Sejarah Singkat Umat Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 41

2. Situasi Umat di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 42

3. Keadaan Katekese di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 46

4. Katekis di Lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan ... 48

B. Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta ... 49

1. Latar Belakang Penelitian ... 49

2. Jenis Penelitian ... 50


(17)

xv   

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

5. Populasi dan Sampel ... 52

6. Variabel Penelitian ... 53

a. Sosok Katekis ... 53

b. Minat Umat ... 53

7. Instrumen Pengumpulan Data ... 54

8. Kisi-kisi Penelitian ... 55

9. Teknik Analisis Data ... 58

C. Laporan Hasil Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta .... 60

1. Hasil penelitian melalui Wawancara 4 Katekis Sukarelawan lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang sudah dianalisis secara reduksi dan klasifikasi ... 60

a. Kehidupan pribadi katekis tentang pengalaman menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 60

b. Keterampilan katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan . 61 c. Spiritualitas katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan .... 62

d. Katekis memberikan kesan dan gambaran mengenai minat umat dalam pelaksanaan katekese ... 63

2. Hasil penelitian berdasarkan angket terbuka terhadap 15 umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang sudah dianalisis secara reduksi dan klasifikasi ... 65

D. Pembahasan Hasil Penelitian Sosok Katekis terhadap Minat Umat Dalam mengikuti Katekese Orang Dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta ... 70

1. Pembahasan Hasil Penelitian terhadap 4 Katekis Sukarelawan di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 70

a. Pengalaman katekis menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 70

b. Keterampilan katekis dalam memimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 71


(18)

xvi   

c. Spiritualitas katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 76

d. Kesan katekis mengenai minat umat dalam berkatekese ... 78

2. Pembahasan Hasil Penelitian terhadap 15 Umat Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 82

3. Pendalaman Hasil Penelitian terhadap 4 Katekis Sukarelawan dan 15 Umat Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 90

a. Kehidupan pribadi katekis tentang pengalaman menjadi pemimpin pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 90

b. Keterampilan katekis pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 91

c. Spiritualitas katekis pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 93

d. Katekis memberikan kesan mengenai minat umat dalam pelaksanaan katekese ... 94

4. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 94

BAB IV. SOSOK KATEKIS YANG MAMPU MEMBANGUN MINAT UMAT DALAM MELAKSANAKAN KATEKESE DI LINGKUNGAN SANTO YOSEF BENEDIKTUS SAGAN ... 97

A. Sosok Katekis yang dapat membangun Minat Umat supaya mampu Terlibat dalam Hidup Menggereja maupun Memasyarakat ... 98

1. Spiritualitas Katekis ... 101

a. Iman seorang katekis ... 101

b. Pengharapan seorang katekis ... 102

c. Cinta Kasih seorang katekis ... 103

2. Program Pelaksanaan Katekese di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... 105

a. Alasan Pemilihan Pendekatan Andragogi dan Shared Christian Praxis sebagai Model Berkatekese ... 108


(19)

xvii   

b. Program Pelaksanaan Pendampingan Pendamping

Dalam Melaksanakan Katekese Orang Dewasa di Lingkungan

Santo Yosef Benediktus Sagan ... 109

1). Pemikiran Dasar Program ... 109

2). Tujuan Pelaksanaan Program Pendampingan ... 111

3). Target Peserta ... 112

4). Tema dan Tujuan ... 112

BAB V. PENUTUP ... 118

A. Kesimpulan ... 118

B. Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 120

LAMPIRAN ... 123

Lampiran 1: Surat Izin Penelitian ... (1)

Lampiran 2: Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian ... (2)

Lampiran 3: Panduan Pertanyaan Wawancara kepada Pemimpin Pendalaman Iman di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... (3)

Lampiran 4: Kuisioner Penelitian kepada Umat Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... (4)

Lampiran 5: Rincian Materi Kaderisasi Bagi 4 Orang Katekis Sukarelawan dan 10 Orang sebagai Kader Pemimpin Pendalaman Iman di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... (6)

Lampiran 6: Daftar Pengurus di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan ... (17)

Lampiran 7: Contoh Satuan Pertemuan Katekese Model Shared Christian Praxis .. (18)

Lampiran 8: Foto pada saat Melaksanakan Katekese di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta ... (29)


(20)

xviii   

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti singkatan yang terdapat dalam daftar singkatan Alkitab Deuterokanonika (2009) terbitan Lembaga Alkitab Indonesia.

B. Singkatan lain

AG : Ad Gentes: Dekrit Konsili Vatikan II, tentang kerasulan awam, 7 Desember 1965

CT : Catechesi Tradendae: Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus II kepada para uskup, klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979

Dsb : dan sebagainya

EN : Evangelii Nuntiandi: Evangelisasi di Dunia Modern merupakan himbauan apostolik yang diterbitkan pada tanggal 8 Desember 1975 oleh Paus Paulus VI pada tema evangelisasi Katolik

KAS : Keuskupan Agung Semarang KBBI : Kamus Besar Bahasa Indonesia KHK : Kitab Hukum Kanonik

KK : Kepala Keluarga


(21)

xix   

LG : Lumen Gentium: Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II, tentang Gereja, 21 November 1964

PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia PUK : Pedoman Umum Katekese

SCP : Shared Christian Praxis

St. : Santo


(22)

BAB I PENDAHULUAN

   

A.Latar Belakang

Roh Allah yang tinggal dalam diri seseorang merupakan kekuatan dan menjadi tenaga pendorong seseorang untuk mendayagunakan kemampuan yang ada dalam dirinya melalui pikiran dan perasaan sehingga mampu menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah kehidupan manusia. Arah Dasar Keuskupan Agung Semarang 2011-2015 mengatakan bahwa:

Umat Allah Keuskupan Agung Semarang sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban murid-murid Yesus Kristus, dalam bimbingan Roh Kudus, berupaya menghadirkan Kerajaan Allah sehingga semakin signifikan dan relevan bagi warganya dan masyarakat.

Sebagai umat Allah, manusia diajak untuk selalu mendekatkan diri kepada-Nya dan mereka dipanggil untuk bersatu membentuk sebuah paguyuban sebagai murid-murid Yesus. Berkat bimbingan dan karya Roh Kudus yang hadir, mereka dibimbing untuk dapat menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah-tengah masyarakat, sehingga Kerajaan Allah semakin signifikan dan relevan bagi warganya. Signifikan berarti bahwa kehadiran dan gerak Gereja sungguh penting diperhitungkan oleh warga dan masyarakatnya. Relevan berarti bahwa kehadiran Gereja memiliki kesesuaian dan kegunaan bagi kehidupan konkrit warganya. Signifikansi dan relevansi Gereja bagi masyarakat tampak bila Gereja sungguh-sungguh terlibat dalam pergulatan hidup masyarakat.

Salah satu kegiatan umat yang dapat dilakukan untuk menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah secara signifikan dan relevan yaitu dengan melaksanakan dan mengikuti katekese. Katekese merupakan kegiatan pembinaan iman umat


(23)

Kristiani yang berusia berapapun (anak-anak, dewasa, orang tua). Melalui kegiatan ini umat dibantu untuk semakin mengenal Yesus dan ajaran-Nya sehingga mereka semakin memperdalam imannya akan Yesus. Melalui katekese ini juga, umat dapat bersatu untuk membentuk suatu paguyuban sebagai pengikut Kristus. Melalui katekese, umat dapat semakin mengenal satu sama lain, terbuka untuk membagikan pengalaman iman mereka dan semakin akrab satu sama lain sebagai saudara seiman demi terwujudnya nilai-nilai Kerajaan Allah.

Kegiatan katekese ini dilaksanakan “dari umat, oleh umat, dan untuk umat” (Heryatno, 2009). Katekese dari umat berarti bahwa materi katekese bersumber dari pengalaman hidup umat dan pengalaman itu digali lebih dalam lagi sehingga makna pengalaman itu dapat menjadi kekuatan untuk saling meneguhkan diri sendiri dan orang lain. Katekese oleh umat, artinya katekese itu sendiri berasal dari umat karena yang melaksanakan katekese ialah umat itu sendiri dan yang menjadi pusat katekese ialah umat. Katekese untuk umat, artinya katekese yang sudah dilaksanakan dapat berguna bagi umat sendiri supaya mereka semakin mengenal dan mencintai Yesus yang mereka imani dan semakin matang dalam iman mereka.

Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru sudah secara rutin melaksanakan katekese. Mereka menyebutnya dengan kegiatan pendalaman iman. Kegiatan pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan dilaksanakan setiap hari Kamis dan dimulai pada pukul 19.00-20.00 WIB juga termasuk masa liturgi misalnya: pendalaman iman masa Adven, masa Prapaskah, bulan Kitab Suci Nasional, dsb. Kegiatan pendalaman


(24)

iman tersebut dilaksanakan di rumah umat secara bergantian setiap minggunya. Selain pendalaman iman lingkungan, mereka juga mengadakan kegiatan lingkungan lainnya, antara lain; perayaan syukur atas pesta santo pelindung lingkungan, hari raya besar (Natal dan Paskah), mendoakan umat yang meninggal, latihan koor, ziarah, doa rosario pada bulan Mei dan Oktober, mengunjungi orang sakit, dsb.

Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan berjumlah sekitar 33 KK dan secara keseluruhan umat berjumlah 134 jiwa termasuk anak-anak, remaja, dewasa dan orang tua. Dari 134 jiwa yang tergolong umat dewasa berjumlah ± 66 jiwa. Pada saat pendalaman iman berlangsung, umat yang hadir ada sekitar 10-16 orang. Jumlah tersebut tidak sebanding dengan jumlah orang dewasa yang ada di lingkungan. Keterlibatan umat untuk mengikuti pendalaman iman lingkungan sangatlah minim. Mereka kurang menyadari bahwa kegiatan pendalaman iman dapat membantu mereka untuk semakin mengenal Yesus yang mereka imani, saling mengakrabkan umat di lingkungan dan terutama membantu mereka untuk semakin mematangkan iman mereka.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua lingkungan, umat yang ada di lingkungan Yosef Benediktus Sagan memang terlibat aktif dalam berbagai macam kegiatan menggereja antara lain: kelompok paduan suara, tata laksana, lektor, petugas parkir di gereja, dsb. Umat yang sudah merasa terlibat dalam kegiatan menggereja tidak pernah hadir untuk mengikuti pendalaman iman di lingkungan. Umat lingkungan Yosef Benediktus Sagan memang semangat untuk terlibat


(25)

dalam kegiatan menggereja terkecuali dalam mengikuti kegiatan pendalaman iman di lingkungan.

Hal tersebut membuktikan bahwa pendalaman iman memang kurang diminati oleh umat di lingkungan Yosef Benediktus Sagan. Bahkan terjadi pula pada saat pendalaman iman berlangsung, umat yang hadir terkesan pasif. Mereka kurang terlibat dalam pelaksanaan pendalaman iman. Ketika pemimpin memberikan kesempatan untuk mensharingkan pengalaman, justru umat cenderung tidak mau berbicara.

Dalam hal ini, umat diharapkan untuk terlibat aktif dalam pelaksanaan katekese. Keaktifan umat sangat penting karena menentukan proses jalannya katekese. Jika umatnya pasif, maka katekese tersebut tidak berjalan dengan baik

Di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak ada katekis full time atau akademik tetapi ada katekis sukarelawan yang berperan sebagai fasilitator dalam pelaksanaan katekese di lingkungan. Mereka ialah prodiakon, tokoh umat dan 2 orang yang sudah terbiasa memimpin katekese. Hal tersebut sungguh memprihatinkan karena diantara 134 umat hanya terdapat 4 orang yang merelakan diri untuk berkarya di bidang katekese. Pemimpin katekese bergantian setiap minggunya dan yang memimpin katekese biasanya seorang bapak, ibu dan orang muda yang dipandang mampu untuk memimpin pelaksanaan katekese dan dianggap sudah memahami ajaran iman Katolik oleh umat setempat. Walaupun pemimpin katekese sudah bergantian setiap minggunya, masih saja umat terlihat kurang memiliki minat dan semangat dalam dirinya untuk terlibat dalam proses


(26)

katekese, sehingga katekese terkesan membosankan dan tidak menarik umat di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.

Dalam pelaksanaan katekese, keaktifan umat juga ditentukan oleh seorang katekis sebagai pemimpin sekaligus fasilitator dalam pelaksanaan katekese. Ada kesan bahwa prodiakon dan pemimpin katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan kurang memperhatikan situasi umat sehingga selama pelaksanaan, katekese hanya mengalir begitu saja. Mereka belum sepenuhnya berkarya di tengah umat dan hanya sebatas pada saat proses pelaksanaan katekese saja. Oleh karena itu dalam pelaksanaan katekese dibutuhkan sosok katekis yang sungguh-sungguh memperhatikan situasi umat baik dalam proses pelaksanaan maupun tindak lanjutnya. Selain itu katekis juga diharapkan mampu membangkitkan minat dan semangat umat dalam mengikuti katekese. Salah satunya ialah membuat umat menjadi aktif terlibat baik dalam proses katekese maupun setelah proses katekese agar mereka dapat mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang menjadi harapan Gereja.

Salah satu tugas seorang katekis ialah membangkitkan kesadaran, semangat dan ketelatenan dalam pelayanan. Sebagai petugas pastoral yang juga mengambil bagian dalam kehidupan bermasyarakat, seorang katekis sebenarnya memiliki peluang untuk menyemangati masyarakat dengan semangat pelayanan yang menjiwainya.

Dalam hal tersebut, memang katekis seharusnya memperhatikan tugasnya sebagai pelayan umat. Ia harus memiliki jiwa dan mental yang kuat, pribadi yang mantab dan mampu membangun kesadaran umat akan pentingnya katekese.


(27)

Selain itu ia diharapkan membuat umat yang dilayaninya merasa nyaman dan tertarik untuk terlibat aktif dalam mengikuti katekese sehingga katekese menjadi hidup dan timbul suasana yang menyenangkan dan nyaman bagi siapa saja yang mengikuti katekese.

Katekis adalah sosok yang menjadi panutan bagi hidup umat. Katekis diharapkan memiliki kepribadian yang baik dan dapat menyesuaikan kondisi dimanapun dia berada. Katekis diharapkan profesional dalam tugas pelayanannya. Selain memiliki kepribadian yang baik, katekis juga harus memiliki iman yang mendalam akan Yesus Kristus. Tugas katekis adalah mewartakan sabda Allah. Ia diharapkan memahami ajaran Kristiani dan memiliki pengalaman iman yang mendalam agar mampu memberikan kesaksian bagi umat yang dilayaninya.

Dalam proses katekese, katekis dan umat harus diharapkan mampu menghadirkan nilai-nilai Kerajaan Allah dan berusaha mewujudnyatakan dalam kehidupan sehari-hari mereka. Kerajaan Allah adalah panggilan dan tawaran rahmat Allah dan manusia harus menerimanya dengan sikap iman yang dinyatakan dalam perbuatan baik. Kerajaan Allah harus diwujudnyatakan dalam tindakan sehari-hari (KWI, 2007:262). Oleh karena itu katekese adalah salah satu cara agar umat dapat menghadirkan Kerajaan Allah bahkan mewujudnyatakan dalam tindakan. Dalam kegiatan katekese, katekis dan umat diajak untuk berbagi dengan sesamanya lewat pengalaman iman mereka, mempererat tali persaudaraan, menciptakan suasana rukun, damai dan komunikasi berjalan dengan baik tanpa menyinggung perasaan orang lain.


(28)

Keberadaan dan jati diri katekis ini tidak dapat dilepaskan dari kehidupannya sehari-hari, baik dalam keluarga, maupun sebagai anggota Gereja dan anggota masyarakat. Kehadiran sosok katekis hendaknya dapat membuat umat merasa nyaman dan krasan bila ia berada di tengah umat. Sudah umum sosok katekis menjadi sorotan dan pembicaraan banyak pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kalau ia berupaya untuk mengembangkan aneka keutamaan yang mendukung kehidupannya sehari-hari, khususnya sikap dan semangat keteladanan. Dalam aspek kehidupan, ia diharapkan mampu menjadi teladan yang baik bagi umat, bukan malah menjadi sandungan.

Mengingat keberadaan katekis yang sangat strategis di kalangan masyarakat dan umat beriman Katolik lainnya, sudah sepantasnya kalau dipikirkan aneka kriteria atau syarat menjadi seorang katekis. Aneka kriteria atau syarat ini bertujuan untuk menjamin kualitas hidup dan tugas perutusannya dengan baik dan penuh tanggung jawab. Diharapkan ia tampil sebagai sosok pribadi yang bermutu, baik yang menyangkut hidup rohani maupun pribadinya sehingga ia mampu membawa orang lain untuk sungguh mengenal dan mengimani Yesus Kristus serta membantu umat beriman Katolik lainnya membangun intimitas dengan-Nya (Prasetya, 2007:40-41).

B.Rumusan Masalah

1. Sosok katekis macam apa yang dapat membantu umat untuk mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan?


(29)

2. Apakah sosok katekis di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru mampu meningkatkan minat umat dalam mengikuti katekese?

3. Bagaimana membantu meningkatkan sosok katekis demi membangun keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan St. Yosef Benediktus Sagan, Paroki Santo Antonius Kota Baru?

C.Tujuan Penulisan

1. Membantu penulis memperdalam pengetahuan tentang sosok katekis yang dapat membantu umat untuk mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan. 2. Mengetahui sosok katekis yang dapat meningkatkan minat umat dalam

mengikuti pendalaman iman di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta.

3. Mengetahui bagaimana cara meningkatkan sosok katekis demi membangun keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, Paroki Santo Antonius Kota Baru.

D.Manfaat Penulisan

1. Menambah pengetahuan dan wawasan baru bagi penulis dan pembaca mengenai sosok katekis yang dapat membantu umat untuk mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan.

2. Sebagai upaya untuk menggali lebih dalam kehadiran sosok katekis yang dapat membangun minat umat lingkungan Yosef Benediktus Sagan, Paroki


(30)

Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta dalam mengikuti katekese orang dewasa.

3. Membantu mengembangkan sosok katekis lingkungan Yosef Benediktus Sagan dalam rangka membangun keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.

E.Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan adalah deskriptif-analisis berdasarkan penelitian. Melalui metode ini penulis melakukan pengamatan secara langsung (obesevasi) kemudian memaparkan permasalahan yang terjadi di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan. Setelah itu, penulis membuat penelitian sederhana dengan metode survei menggunakan instrumen wawancara dan kuisioner yang topiknya bersumber dari rumusan masalah. Penulis membahas hasil penelitian dan menarik kesimpulan terhadap penelitian tersebut. Penulis memanfaatkan studi pustaka untuk mendukung pembahasannya.

F.Sistematika Penulisan

Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai penulisan ini, penulis menyampaikan pokok-pokok gagasan yang terkandung pada masing-masing bab:

BAB I berisi pendahuluan, yang meliputi latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II tentang kajian teoritis yang menjawab masalah pertama dalam skripsi yaitu sosok katekis dalam berkatekese yang dapat membantu umat untuk


(31)

mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan yang meliputi: katekese, sosok katekis dan katekis demi mewujudkan Gereja signifikan dan relevan.

BAB III menjawab permasalahan kedua yaitu sosok katekis dalam berkatekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta yang mampu meningkatkan minat umat dalam mengikuti katekese meliputi: Gambaran umum umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, penelitian sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan, laporan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.

BAB IV menanggapi permasalahan ketiga tentangsosok katekis yang mampu membangun keterlibatan umat dalam mengikuti katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan yang meliputi: sosok katekis yang dapat membangun minat umat supaya mampu terlibat dalam Gereja maupun masyarakat yang memiliki spiritualitas dalam dirinya, program pelaksanaan katekese di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan.

BAB V merangkum secara keseluruhan bab dalam skripsi yaitu kesimpulan dan saran.


(32)

BAB II

SOSOK KATEKIS DALAM BERKATEKESE YANG DAPAT MEMBANTU UMAT UNTUK MEWUJUDKAN GEREJA YANG SIGNIFIKAN DAN

RELEVAN

Catechesi Tradendae artikel 43 menguraikan bahwa sebagai umat Allah, kita diajak untuk mendekatkan diri pada-Nya. Hendaknya umat Kristiani baik anak-anak, orang dewasa maupun orang tua terlibat untuk memperdalam dan mengembangkan imannya akan Yesus Kristus. Katekese mempunyai peranan dalam usaha dan proses untuk mendalami dan mematangkan iman dalam Gereja (CT, 43).

Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan sudah secara rutin melaksanakan katekese orang dewasa. Katekese dilaksanakan untuk membantu mengembangkan iman umat akan Yesus Kristus. Tentu saja dalam pelaksanaan katekese yang ada di lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan tidak dapat berjalan dengan baik tanpa ada seorang yang menjadi fasilitator. Fasilitator berperan untuk membantu umat dalam proses pelaksanaan katekese. Fasilitator dalam katekese ialah katekis. Oleh karena itu dalam pelaksanaan katekese, diperlukan sosok katekis yang sungguh mampu membantu proses pelaksanaan katekese. Ia mengajak umat terlibat aktif dan membantu mereka dalam mengembangkan imannya untuk mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan.

Sangat penting bagi seorang katekis memahami katekese demi mewujudkan Gereja signifikan dan relevan. Bab ini menguraikan tentang pengertian katekese yang meliputi: tujuan, tugas katekese; sosok katekis yang meliputi: tugas,


(33)

pembinaan, syarat menjadi katekis dan katekese di tengah umat demi mewujudkan Gereja signifikan dan relevan.

A. Katekese

1. Pengertian Katekese

Katekese merupakan pendidikan iman secara terus-menerus bagi umat Kristiani baik usia anak-anak maupun usia dewasa. Dalam hal ini, umat Kristiani perlu memahami katekese supaya mereka semakin menyadari bahwa katekese sangatlah penting terutama untuk membantu mengembangkan iman akan Kristus. Rumusan pengertian katekese diambil dari berbagai sumber dari dokumen Gereja yaitu Catechesi Tradendae, Pedoman Umum Katekese, Pertemuan Kateketik antar Keuskupan Indonesia (PKKI) II, para ahli dan menurut penulis sendiri.

Catechesi Tradendae artikel 18 menguraikan bahwa:

Katekese adalah “Pembinaan anak-anak, kaum muda, dan orang-orang dewasa dalam iman, khususnya menyampaikan ajaran Kristen yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup Kristen”.

Paus Yohanes Paulus II, menegaskan bahwa katekese adalah pembinaan bagi semua umat Kristiani baik anak-anak, kaum muda maupun dewasa. Pembinaan iman sangat penting bagi semua umat Kristiani terutama untuk mendewasakan iman mereka akan Yesus Kristus. Pembinaan iman dilakukan secara sistematis dan organis supaya dapat membantu umat semakin mendalami ajaran Gereja dan dapat memahami secara penuh ajaran hidup Kristiani. Oleh karena itu, satu kegiatan yang dapat membantu dan membina iman umat adalah katekese.

Katekese dapat diartikan sebagai usaha Gereja untuk membantu umat agar semakin berkembang dalam iman serta dapat mewujudkan iman itu dalam hidup


(34)

sehari-hari. Usaha pembinaan iman dengan menyampaikan ajaran Kristiani bagi umat ini merupakan tanggung jawab seluruh anggota Gereja.

Sedangkan menurut Pedoman Umum Katekese (PUK), katekese ialah salah satu bentuk pelayanan Sabda di dalam Gereja (PUK 17). Umat Kristiani mendengarkan Sabda Allah tidak hanya melalui perayaan liturgi dalam Gereja tetapi mendengarkan Sabda Allah juga dapat melalui kegiatan katekese. Pada dasarnya, kegiatan katekese ialah mewartakan Kabar Gembira Kristus.

Katekese adalah pewartaan tentang Kristus (PUK, 41). Kristus merupakan pusat dan acuan katekese dan Ia yang menjadi pusat sejarah keselamatan umat manusia. Dalam katekese, Yesus sendirilah yang hadir. Katekese mengajarkan tentang Yesus yang menjadi dasar hidup umat Kristiani. Pengalaman hidup kita dan segala sesuatu lainnya diajarkan dengan mengacu pada Yesus.

Umat Kristiani hidup di dalam iman yang masak, jika mendengarkan sabda Allah dengan penuh hormat, jika selalu mengusahakan pertobatan dan pembaharuan hati, jika rajin mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada Gereja (PUK, 22).

Jika umat Kristiani ingin hidup dalam iman yang dewasa maka mereka hendaknya mendengarkan sabda Allah, melakukan pembaharuan hatinya dan rajin mendengarkan ajaran Roh kepada Gereja. Melakukan ketiga hal tersebut tidak mudah. Oleh karena itu perlulah uluran tangan dari Allah serta pertolongan Roh kudus yang berperan untuk mengarahkan dan menggerakkan hati kita pada Allah menuju iman yang dewasa. Jadi, arti katekese adalah suatu proses pengembangan iman umat yang masak melalui penghayatan Sabda Allah, mengusahakan pertobatan, pembaharuan hati dan rajin mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada Gereja.


(35)

Katekese ialah komunikasi iman atau tukar menukar pengalaman iman (penghayatan iman) antara anggota kelompok, Melalui kesaksian, para peserta saling membantu sedemikian rupa sehingga masing-masing diteguhkan dan dihayati secara makin sempurna (PKKI II).

Dalam pelaksanaan katekese, yang berkatekese ialah umat. Artinya semua orang beriman yang secara pribadi memilih Kristus dan secara bebas berkumpul untuk lebih memahami Kristus yang menjadi pola hidup. Katekese mengajak umat untuk mengkomunikasikan iman mereka kepada peserta lain atau sharing pengalaman imannya agar mereka semakin diteguhkan. Oleh karena itu, umat harus terbuka untuk mengungkap kesaksian iman mereka dalam hidup sehari-hari supaya iman mereka dapat semakin berkembang dan dihayati makin sempurna. Katekese ialah proses pembinaan atau pendidikan iman (Heryatno, 2009). Katekese sangat penting bagi kita umat Kristiani sehingga katekese harus terus-menerus dikembangkan oleh seluruh umat Kristiani agar mereka semakin memiliki iman yang mendalam akan Yesus Kristus sehingga umat dapat mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan.

Katekese diibaratkan sebagai “pupuk iman” artinya, kita memiliki iman akan Yesus tetapi jika iman kita tidak dipupuk oleh katekese, maka iman akan sulit untuk berkembang. Tanpa pupuk tersebut iman kita semakin lama akan rapuh dan mati. Oleh karena itu, katekese penting bagi umat Kristiani untuk memupuk iman yang ada dalam diri kita. Kesaksian iman yang kita miliki dikomunikasikan kepada orang lain supaya kita semakin diteguhkan dan semakin mencintai Yesus dalam hidup kita.


(36)

2. Tujuan Katekese

Setelah berbicara mengenai pengertian katekese, maka bagian ini akan menjelaskan tujuan katekese. Tujuan katekese merupakan hal penting yang harus diketahui oleh umat Kristiani. Jika umat Kristiani melaksanakan katekese tanpa ada tujuannya, maka katekese tidak berjalan dengan baik dan terkesan tidak memiliki arah yang jelas. Rumusan tujuan katekese diambil dari dokumen Gereja yaitu Catechesi Tradendae, Pedoman Umum Katekese, pandangan para ahli dan kesimpulan menurut penulis sendiri. Tujuan katekese juga penting untuk dipahami oleh semua umat Kristiani dan katekis dalam melaksanakan kegiatan katekese sehingga pelaksanaan katekese menjadi terarah. Catechesi Tradendae

artikel 5 menguraikan bahwa tujuan mutakhir katekese ialah:

Katekese bukan saja menghubungkan umat dengan Yesus Kristus, melainkan mengundangnya untuk memasuki persekutuan hidup yang mesra dengan-Nya. Hanya Dialah, yang dapat membimbing kita kepada cinta kasih Bapa dalam Roh, dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal Kristus.

Yesus adalah jantung hati katekese. Katekese bertujuan untuk membangun persekutuan dengan Yesus dan menghubungkan umat Allah dengan Pribadi Yesus. Dalam pelaksanaan katekese, kita diundang oleh Yesus untuk memasuki persekutuan yang mesra dengan Dia. Hanya Yesuslah yang dapat membimbing kita kepada cinta kasih Allah dan mengajak kita ikut serta menghayati hidup Tritunggal Mahakudus. Oleh karena itu, ketika kita melaksanakan katekese berarti kita diundang oleh Yesus sendiri untuk memasuki persekutuan dengan-Nya karena Dialah yang menjadi pokok dan pegangan hidup kita.

Tujuan khas katekese ialah berkat dan bantuan Allah mengembangkan iman yang baru mulai tumbuh, dan dari hari ke hari memekarkan menuju


(37)

kepenuhannya serta makin memantapkan perihidup Kristen umat beriman, muda ataupun tua (CT, 20).

Maksud katekese ialah mengembangkan pengertian tentang misteri Yesus Kristus dalam cahaya Firman Allah, sehingga seluruh pribadi manusia diresapi oleh Firman itu. Berkat bantuan dan karya Allah, manusia diubah menjadi ciptaan baru dan semakin mengikuti Kristus sebagai dasar hidup iman Kristiani. Umat Kristen, baik tua maupun muda diajak untuk memantapkan hidup mereka sebagai pengikut Kristus agar mereka dapat mencapai kepenuhannya yakni mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah yang diwartakan oleh Yesus Kristus.

Katekese mempunyai tujuan untuk membawa orang Kristiani pada kematangan iman dan memungkinkan mereka untuk menerima Roh Kudus dan mendalami pertobatan mereka (PUK, 22).

Iman adalah anugerah dari Allah yang memanggil manusia untuk bertobat. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya, katekese memiliki tujuan agar umat dibantu dalam mematangkan dan mendewasakan iman mereka. Berkat pertolongan Roh Kudus, mereka dapat melakukan pembaharuan iman dalam dirinya demi mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah.

Katekese sebagai salah satu pokok dalam pewartaan Injil yang bertujuan membantu umat menuju kematangan iman mereka, perlu dilaksanakan bukan hanya bagi anak-anak, tetapi bagi seluruh umat dari semua golongan usia, termasuk kaum dewasa. Katekese sebagai pendalaman iman orang dewasa adalah usaha Gereja untuk memperbaharui diri umat.

Bersatu dengan Kristus berarti pula bersatu dengan Allah Bapa yang mengutus-Nya, dengan Roh Kudus yang mendorong perutusan-Nya, dengan Gereja yang adalah tubuh-Nya, dan dengan seluruh umat manusia yang


(38)

diselamatkan-Nya (PUK, 80-81). Dengan demikian umat pun akan terbantu agar semakin terpikat kepada Allah yang diwartakan oleh Yesus Kristus. Umat akan terdorong untuk melaksanakan kehendak Allah dalam hidup sehari-hari sehingga terjadi pembaharuan hidup (Telaumbanua, 1999: 9).

Katekese umat memiliki tujuan supaya dalam terang Injil kita semakin meresapi arti pengalaman-pengalaman kita sehari-hari dan kita bertobat kepada Allah dan semakin menyadari kehadiran-Nya dalam kenyataan hidup sehari-hari dengan demikian kita semakin sempurna beriman, berharap, mengamalkan cinta kasih, dan semakin dikukuhkan hidup Kristiani supaya semakin bersatu dalam Kristus, makin menjemaat, makin tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan kita dapat memberikan kesaksian tentang Kristus di tengah dunia (PKKI II).

Katekese umat memiliki tujuan melalui terang Injil yang kita dengarkan pada saat pelaksanaan katekese membuat kita agar semakin meresapi pengalaman hidup kita sehari-hari sebagai umat Kristiani. Dengan terang Injil juga, kita dipanggil untuk bertobat dan mengubah diri kita menjadi lebih baik. Kita percaya bahwa Allah selalu hadir dan ikut berperan dalam hidup sehari-hari kita. Dengan begitu, bukan saja iman kita yang menjadi semakin sempurna dan berkembang tetapi juga kita dapat selalu berharap pada Allah yang selalu hadir menopang, membimbing kita dalam hidup sehari-hari.

Selain itu, kita dapat mengamalkan cinta kasih Allah terhadap sesama dan kita pun semakin dikukuhkan dalam persekutuan dengan Kristus. Dalam persekutuan dengan Kristus, kita dapat semakin menjemaat, tegas mewujudkan tugas Gereja setempat dan memberikan kesaksian tentang Kristus di tengah dunia walau banyak tantangan yang ada. Kita percaya bahwa Tuhan selalu ada dan hadir dalam kehidupan kita.


(39)

Tujuan katekese ialah membantu umat memperdalam iman mereka dengan cara memahami, mencintai dan menghayati iman akan Kristus dalam hidup sehari-hari dan membantu umat baik secara perorangan maupun bersama (komunal) di dalam mendewasakan imannya. Selain itu, katekese juga membantu umat supaya makin mengenal, mencintai dan mengikuti Yesus Kristus dan membantu mereka untuk terus-menerus melakukan pertobatan (metanoia). Katekese dapat memperluas pengetahuan dan wawasan beriman umat agar aktif memberikan kesaksian iman di tengah hidup masyarakat demi pembangunan hidup bersama. Di samping itu, katekese berusaha meningkatkan kesatuan umat dan mengembangkan Gereja dan yang pokok ialah katekese membantu umat untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia (Heryatno, 2009). Dari berbagai pernyataan di atas mengenai tujuan katekese, penulis menyimpulkan bahwa tujuan katekese tidak hanya sekedar berkumpul dengan saudara seiman tetapi membangun persekutuan dengan Kristus sebagai pedoman hidup umat Kristiani. Dalam katekese, umat diajak untuk mengembangkan iman mereka akan Kristus dengan meresapi pengalaman hidup sehari-hari yang bertolak pada terang Injili sehingga mereka mampu hidup sesuai dengan ajaran iman Kristiani dan mampu mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia.

3. Tugas Katekese

Selain pengertian dan tujuan katekese, maka umat dan katekis hendaknya memahami tugas katekese. Uraian ini dimaksudkan agar umat Kristiani sungguh-sungguh mendalami tugas katekese sehingga mereka mampu melaksanakan


(40)

katekese dan menjalankan tugas katekese demi mengembangkan iman mereka dan mewujudkannya dalam hidup sehari-hari mereka.

Kita hidup dalam dunia yang serba sulit: kegelisahan menyaksikan hasil-hasil ciptaan manusia yang terbaik lolos dari padanya dan memberontak melawannya menimbulkan iklim ketidak-pastian. Di dunia ini, katekese wajib membantu umat Kristen demi kegembiraan mereka sendiri dan pengabdian kepada semua orang menjadi “terang” dan “garam” di tengah dunia (CT, 56).

Di zaman ini, banyak persoalan hidup yang dialami oleh umat manusia. Berbagai masalah yang dialami oleh manusia membuat ketidakpastian dan kebingungan sehingga manusia seringkali merasa putus asa dan ragu dalam menentukan jati diri mereka. Maka dari itu, tugas katekese membantu umat Kristiani untuk menghadapi tantangan hidup yang ada dalam dunia ini. Katekese menyampaikan hal-hal yang pasti tetapi juga merupakan suatu upaya pencarian yang terbuka. Katekese zaman sekarang perlu memiliki rasa dan sikap proporsional dalam usaha bersama mencari kebenaran. Ada dua hal penting dalam katekese. Dari satu pihak, katekese perlu memiliki keyakinan bahwa memiliki kebenaran dapat meneguhkan orang-orang Kristiani dalam jati diri mereka dan membantu mereka agar dapat melepaskan diri dari iklim keragu-raguan, ketidakpastian dan kejenuhan yang mengelilingi mereka. Dari lain pihak katekese perlu menyadari bahwa setiap pembicaraan tentang Tuhan tidak pernah tuntas. Oleh karena itu di zaman yang serba sulit dan sering membuat hidup manusia bimbang, katekese memberikan pengajaran tentang Kristus sendiri yang dapat menjadi pegangan hidup sehari-hari. Berkat Kristus, kita menjadi semakin diteguhkan dan dikuatkan dalam menghadapi berbagai persoalan hidup ini.


(41)

Katekese mempunyai tugas menolong untuk menghayati persekutuan dengan Allah. Katekese juga perlu menyuguhkan warta Kristiani sehingga nampak betapa katekese menjaga nilai yang paling tinggi dari hidup manusia (PUK, 23).

Seseorang memiliki iman yang masak menyatakan untuk selalu hidup dalam peresekutuan dengan Allah. Dalam hal ini, katekese mempunyai tugas untuk mendorong dan menolong umat Kristiani dalam menghayati persekutuan dengan Allah. Dalam katekese terkandung ajaran Kristiani tentang warta iman akan Kristus sehingga katekese menjadi hal yang penting bagi umat dalam mengembangkan iman dan nilai-nilai Kristiani yang terkandung di dalamnya. Oleh karena itu katekese menjaga nilai yang paling tinggi dari hidup manusia yakni nilai Injili dan ajaran Kristiani.

Tugas pengembangan iman, pendidikan liturgis, mengajar berdoa, dan pendidikan hidup berjemaat merupakan tugas yang berkaitan dengan intern Gereja, sedangkan tugas pembinaan moral dan perutusan menyangkut tugas umat di dalam masyarakat. Dengan kata lain, tugas katekese adalah untuk mengembangkan Gereja dengan mewartakan Kristus dan mendidik umat untuk semakin beriman dan bertanggungjawab dalam tugas perutusan Gereja (Telaumbanua, 1999:9-10).

Tugas utama katekese ialah memberitakan sabda Allah yang hadir secara penuh di dalam diri Yesus Kristus. Katekese mewartakan Kristus agar umat semakin mengenal, mencintai dan mengikuti-Nya, serta semakin peka mengenali kehadiran-Nya di dalam hidup sehari-hari. Karena itu, katekese harus bersifat Kristosentris.


(42)

Katekese mendidik umat supaya makin beriman. Peranan katekese membantu, menyemangati dan meneguhkan umat supaya makin beriman. Yang ditekankan adalah pendidikan yang bersifat utuh yang mencakup secara serentak dan seimbang segi kognitif, afektif dan operatif praktis. Pendidikan ini berpusat pada peserta. Secara aktif mereka mengambil bagian di dalam prosesnya yang bersifat partisipatif-dialogis.

Katekese mengembangkan Gereja. Sebagai tindakan gerejawi, katekese bertujuan untuk mengembangkan, memperbaharui dan menggerakkan Gereja. Pengembangan Gereja tidak hanya dilakukan oleh katekese tetapi juga oleh liturgi, pewartaan, dan pelayanan Gereja lainnya. Pengembangan Gereja merupakan tanggungjawab seluruh umat (Heryatno, 2009).

B. Katekis

1. Sosok Katekis

Di kalangan lingkungan maupun paroki, umat sering menyebut prodiakon dari pada katekis. Dalam kenyataan, banyak katekis yang berkarya di lingkungan maupun di paroki adalah para katekis sukarelawan. Selain sukarelawan, ada juga katekis profesional yaitu, katekis yang menempuh pendidikan dan pelatihan khusus di bidang katekese dan diharapkan menjadi katekis yang sungguh memahami ilmu kateketik.

Oleh karena itu, dalam hal ini penulis akan lebih fokus pada sosok katekis sukarelawan yang menjadi harapan umat dan Gereja. Katekis sukarelawan yang dimaksud ialah katekis yang bersedia untuk membantu melaksanakan katekese, mengajar dan menjadi fasilitator atau pendamping dalam pelaksanaan katekese


(43)

terutama di lingkungan. Ia juga dengan rela dan tulus hati membantu umat lingkungan dalam mengembangkan iman mereka akan Kristus. Katekis sukarelawan maupun katekis profesional tidak menjadi persoalan yang utama. Hal yang terpenting ialah kemauan dalam diri dan memahami secara sungguh ajaran iman Kristiani, mau berusaha membantu membangun umat dalam mewujudkan Gereja yang signifikan dan relevan.

Katekis merupakan panggilan Allah kepada kaum awam untuk mewartakan kabar sukacita kepada semua orang. Seperti yang tertulis dalam Kitab Suci, Yesus berkata kepada murid-Nya: “Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu” (Yoh. 15:16). Itu berarti Yesus sendirilah yang telah memilih para rasul-Nya. Katekis juga rasul Kristus yang dipilih oleh Yesus untuk mewartakan Kabar Gembira dan melayani sesama sehingga dapat menghasilkan buah yang melimpah dalam karya pelayanannya.

Katekis menyadari panggilan dan perutusannya. Ia diharapkan menyadari bahwa menjadi katekis itu bukan karena kemauan sendiri, tetapi pertama-tama sebagai panggilan Allah yang patut disyukuri, seperti para murid yang dipanggil Yesus Kristus. “Mari ikutlah Aku dan kamu akan Kujadikan penjala manusia” (Mrk. 1:17). Panggilan ini mengandung konsekuensi bahwa ia diutus mewartakan Kabar Gembira. Panggilan dan perutusan ini diharapkan menjadi keyakinannya.

Kamu menyebut Aku, Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu; sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu (Yoh. 13:13-15).


(44)

Yesus adalah Guru dan Tuhan kita. Seorang katekis, perlu meneladani sikap Yesus sebagai Guru yang mau melayani murid-muridNya. Yesus memberikan teladan bagi umat-Nya agar memiliki sikap saling mengasihi dan melayani satu sama lain sama seperti yang dibuat oleh Yesus. Katekis hendaknya memiliki semangat melayani. Katekis juga dapat dikatakan sebagai seorang guru atau pembimbing yang dianggap sebagai orang yang lebih memahami ajaran Kristiani dibanding umatnya. Oleh karena itu, katekis harus memberikan suatu teladan, sikap yang baik sekaligus pemahaman mengenai ajaran Kristiani yang lebih mendalam lagi untuk membantu mengembangkan iman umat.

Katekis adalah orang beriman. Katekis perlu terbuka terhadap kehadiran dan sapaan Allah serta mau menanggapi atau mengamini tawaran keselamatan Allah itu, baik bagi dirinya sendiri maupun umat beriman Katolik lainnya. Meski kehadiran, sapaan, dan tawaran keselamatan Allah itu tidak jelas, ia berani berkata seperti Maria. “Sesungguhnya aku ini hamba Tuhan, jadilah padaku menurut perkataanmu itu” (Luk. 1:38). Katekis diharapkan menjadi sosok orang yang beriman dan sekaligus menjadi contoh orang beriman. Hidup dan tugas perutusannya didasarkan pada Sakramen Baptis dan Penguatan atau Krisma yang telah diterima dan dihidupinya selama ini.

Selain memiliki sikap melayani, katekis perlu memiliki sikap rela berkorban. Rela berkorban dapat diartikan sebagai keikhlasan memberikan sesuatu tanpa ada imbalan bagi dirinya. Rela berkorban memang tidak mudah, bukannya mendapat keuntungan justru mendapatkan kerugian misalnya, rugi waktu, tenaga, pikiran, dsb. Hal tersebut bukanlah menjadi persoalan yang sangat penting karena Tuhan


(45)

akan memberikan anugerah bagi mereka yang dengan ikhlas memberikan segala miliknya dan mereka akan mendapat upah di Surga. Katekis diharapkan mampu mengembangkan sikap dan semangat rela berkorban demi kepentingan umat. Di sini, ia mampu menunjukkan sikap dan semangat mencintai tugas perutusannya dalam segala situasi dan siap untuk tidak menerima imbalan karena Tuhanlah yang akan memberikan upah bagi dirinya.

“Jadi apabila engkau memberi sedekah, janganlah engkau mencanangkan hal itu, seperti yang dilakukan orang munafik di rumah-rumah ibadat dan di lorong-lorong supaya mereka dipuji orang. Aku berkata kepadamu: ‘Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya. Tetapi jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang diperbuat tangan kananmu. Hendaklah sedekahmu itu diberikan dengan tersembunyi” (Mat 6:2-4).

Selain itu, katekis terbuka pada karya Roh Kudus. Dalam mewartakan Kabar Gembira, katekis diharapkan menyadari sepenuhnya bahwa dasar pertama dan utama kegiatan ini adalah Roh Kudus. Dia hadir dan berkarya tidak hanya pada diri katekis itu sendiri, tetapi juga dalam diri para pendengar yang hadir.

Evangelii Nuntiandi artikel 75 menguraikan bahwa:

Roh Kuduslah yang sekarang ini persis seperti awal Gereja, bertindak di dalam setiap penginjil yang membiarkan dirinya dikuasai dan dipimpin oleh Dia. Roh Kudus meletakkan dalam bibirnya kata-kata, yang orang itu tidak dapat menemukannya sendiri, dan sekaligus Roh Kudus menyiapkan jiwa pendengar untuk terbuka dan siap menerima Kabar Baik dan Kerajaaan yang sedang diwartakan.

Pembina katekese umat ialah seorang yang mampu dan rela untuk menjalankan katekese umat dalam kelompok besar. Seorang pembina katekese umat ialah seorang pribadi yang beriman Katolik yang sadar akan panggilan Roh untuk melayani sesama umat. Ia juga seorang pribadi yang rela mengumpulkan, menyatukan dan membimbing kelompok umat untuk melaksanakan katekese


(46)

umat. Selain itu, ia dapat menghargai setiap peserta kelompok katekese umat dengan segala latar belakang dan situasinya dan ia juga berperan sebagai pengarah dan pemudah untuk menciptakan suasana komunikatif dalam kelompok umat dasar yang dilayani (Lalu, 2005:7-8).

Katekis banyak belajar dari segala sesuatu yang ia alami didalam hidupnya. Ada suka dan duka yang ia alami. Berkat kesederhanaan yang ia miliki, pengalaman duka yang dialami justru bukan membuat dirinya menjadi lemah bahkan ia mampu belajar dari pengalaman-pengalaman tersebut dan berkat bantuan Tuhan, ia mampu bangkit dan menjadi orang yang luar biasa (Heryatno, 2012: 39-44).

Katekis adalah “pejuang Kerajaan Allah”. Artinya, katekis memiliki tugas mewartakan Kabar Gembira Kerajaan Allah lewat perjalanan hidupnya. Selain itu, mewartakan Kerajaan Allah juga dapat melalui gerakan sosial, politik, budaya maupun ekonomi (Heryatno, 2012: 100).

Pelaku katekese adalah katekis (bersama umat). Peran katekis adalah sebagai pendamping dan pembina umat dalam proses pewartaan iman mereka bersama. Katekis juga berkatekese di tengah-tengah kelompok-kelompok kategorial. Sosok katekis yang menjadi harapan ialah orang yang sungguh beriman, mampu menjadi fasilitator umat, pewarta sabda Allah, mampu menggerakkan dan membimbing umat karena ia merupakan awam yang secara khusus dipanggil untuk menjadi tokoh dan pemimpin umat. Di tengah-tengah umat, katekis hendaknya mampu terlibat aktif dengan memberi kesaksian sebagai orang beriman dan kehadirannya mampu membangun dan memotivasi umat dalam berkatekese.


(47)

Dalam penyelenggaraan katekese, katekis diharapkan sungguh memperhatikan kebutuhan umat, kenyataan hidup umat, dan masalah-masalah mereka. Katekis mengajak umat untuk berkumpul dan katekis berusaha secara bersama menciptakan suasana katekese yang komunikatif sehingga peserta semua aktif dalam mengikuti katekese (Heryatno, 2009).

Salah satu bentuk keterlibatan kaum awam di bidang pewartaan, yaitu menjadi katekis. Keberadaan dan jati diri katekis tidak dapat dilepaskan dari kehidupan dan perkembangan Gereja Katolik. Dalam perjalanan waktu, keberadaan dan jati diri katekis sungguh dapat dirasakan manfaatnya dalam menumbuhkembangkan Gereja Katolik. Keberadaan dan perannya untuk mewartakan kabar Gembira tidak dapat diremehkan. Tanpa mengenal lelah ia menebarkan benih-benih iman, dan akhirnya boleh menuainya dalam diri banyak orang untuk menjadi anggota Gereja (Prasetya, 2007:5-6).

Seorang katekis, yakni seorang yang mendidik ke arah iman. Mendidik merupakan tugas yang sukar. Mendidik meliputi membentuk alam pikiran dan nilai orang-orang, membimbing mereka kepada kebebasan kepada kemampuan mengambil keputusan dan memberikan penilaian secara pribadi dan matang. Kalau mendidik biasa sudah sukar, apalagi mendidik dalam bidang agama (religius). Oleh karena itu katekis memang harus berusaha terus-menerus demi perkembangan iman umat.

2. Tugas Katekis

Seorang katekis ialah seorang yang dipanggil oleh Tuhan. Sebagai seorang yang dipanggil oleh Tuhan, katekis harus bersedia untuk menjalankan tugas


(48)

perutusannya sebagai katekis. Tidak mudah bagi katekis untuk menjalankan tugas tersebut tetapi berkat pertolongan dari Allah, maka katekis berusaha untuk melaksanakan tugasnya demi kepentingan umat.

Kami wartakan apa yang tidak pernah dilihat oleh mata, dan tidak pernah didengar oleh telinga, dan yang tidak pernah timbul di dalam hati manusia; semua disediakan Allah untuk mereka yang mengasihi Dia (1 Kor. 2:9).

Seperti yang dikatakan Yesus, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat namun percaya” (Yoh:20:29). Hal itu menunjukkan bahwa umat Kristiani harus percaya pada Yesus melalui apa yang mereka rasakan selama ini yakni kasih Allah yang tak berkesudahan. Dalam hal ini, katekis membantu umat untuk mewartakan kasih Allah kepada mereka melalui sabda-Nya. Menjadi pelayan dan saksi misteri kasih Allah adalah tugas seorang katekis. Katekis hendaknya memahami dan mendalami ajaran Kristiani supaya ia dapat menyampaikan kasih Allah melalui sabda-Nya.

Tugas katekis adalah memberikan pengajaran tentang Kristus melalui pembinaan, baik melalui katekese maupun perayaan liturgi sehingga dapat membantu umat dalam mengembangkan iman mereka agar iman mereka dapat bertumbuh semakin dewasa (Prasetya, 32-33). Katekis diharapkan dapat memahami kegiatan pewartaan sebagai mewartakan Yesus Kristus yang pertama dan terutama, baik bagi orang yang belum beriman maupun orang yang sudah beriman kepadaNya. Mewartakan Yesus Kristus berarti mewartakan Kabar Gembira bagi semua orang secara berkesinambungan dari tahap pengajaran sampai ke tahap pendewasaan sehingga mereka terbantu untuk semakin mengenal, mencintai, dan mengimani Yesus Kristus.


(49)

3. Pembinaan Katekis

Supaya katekis dapat melaksanakan tugas perutusannya dengan baik dan bertanggungjawab, katekis perlu dibekali dengan pembinaan. Pembinaan ini sangat penting dan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan diri seorang katekis.

Hendaknya para Ordinaris wilayah berusaha agar para katekis disiapkan dengan sungguh-sungguh untuk dapat melaksanakan tugas mereka dengan baik, yakni supaya dengan diberikan pendidikan yang terus-menerus mereka memahami dengan baik ajaran Gereja dan mempelajari secara teoritis dan praktis norma-norma yang khas untuk ilmu – ilmu pendidikan (KHK kan. 780).

Sudah sepantasnya para Ordinaris wilayah mengupayakan pembinaan yang berguna bagi katekis, baik yang bersifat formal maupun informal, baik yang bersifat rutin maupun berkala. Pembinaan ini menyangkut, baik pengetahuan maupun keterampilan berpastoral agar pewartaan para katekis sungguh berbobot dan dapat dipertanggungjawabkan.

Oleh karena itu, pendidikan mereka harus dilaksanakan dan disesuaikan dengan kemajuan kebudayaan sedemikian rupa sehingga mereka menjadi rekan sekerja yang tangguh bagi para imam, dan mampu menunaikan sebaik mungkin tugas mereka yang semakin bertambah sulit karena beban-beban baru yang lebih berat. Maka dari itu, hendaknya jumlah sekolah-sekolah, baik tingkat keuskupan maupun regio diperbanyak untuk menampung para calon katekis yang mendalami ajaran Katolik, terutama perihal Kitab Suci dan litrugi; juga mengembangkan metode katekese dan praktek pastoral. Selain itu, juga membina diri menurut adat-perilaku Kristiani, dan tiada hentinya berusaha mengembangkan keutamaan serta kesucian hidup. Kecuali itu, hendaklah diselenggarakan pertemuan-pertemuan atau kursus-kursus untuk pada masa-masa tertentu membantu para katekis menyegarkan diri dalam ilmu-ilmu dan keterampilan-keterampilan yang berguna bagi pelayanan mereka serta memupuk dan meneguhkan hidup rohani mereka (AG, 17).

Pembinaan katekis dilakukan dan disesuaikan dengan budaya setempat dimana katekis tersebut berkarya. Pembinaan tersebut dilakukan supaya para


(50)

katekis menjadi rekan kerja imam yang sungguh-sungguh dapat bekerjasama dengan para imam dan menjalankan kegiatan karya pastoral yang baik dan penuh tanggungjawab.

Dalam hal ini, tingkat keuskupan maupun regio hendaknya memperbanyak sekolah untuk menampung calon katekis muda sebagai penerus katekis yang sudah lanjut usia dan melakukan pembinaan bagi mereka mengenai ajaran Gereja terutama Kitab Suci dan liturgi. Pembinaan yang dimaksud ialah melakukan pertemuan atau kursus bagi para katekis terutama dalam mengembangkan keterampilan dalam berkatekese, memahami pengetahuan tentang ajaran Gereja dan dapat saling meneguhkan hidup mereka dalam melayani jemaat.

Pembinaan katekis dapat dilakukan melalui pembinaan berkala dan pembinaan rutin. Pembinaan berkala ini sangat mudah dilakukan dan menarik karena dapat dilakukan tiga bulan sekali atau enam bulan sekali atau setahun sekali dengan aneka tema dan kepentingannya. Sedangkan, pembinaan rutin umumnya tidak menarik dan banyak kendala yang dihadapi, baik pihak Pastor Paroki maupun pihak katekis sendiri, karena keduanya tidak mempunyai sikap dan semangat kesetiaan terhadap komitmen atas karya pewartaan ini. Padahal, pembinaan rutin inilah yang sangat menunjang tercapainya tujuan untuk mengolah motivasi, spiritualitas, pengetahuan, dan keterampilan katekis (Prasetya, 2007: 53-55, 57).

PKKI III mengharapkan agar baik jumlah maupun mutu Pembina Katekese Umat dapat meningkat. Peserta menyadari pula masih terdapat banyak hambatan, misalnya bahwa katekese umat belum terlalu diterima dan dipahami pada Gereja


(51)

lokal, kurangnya sarana dan dana, situasi geografis yang sulit. Namun hal tersebut tidak boleh menyurutkan usaha kita (Lalu, 2005:9-10).

Dalam pembinaan katekis, ada berbagai hal yang harus dikembangkan yakni pengetahuan dan teknik dalam berkatekese. Katekis adalah seorang pendidik yang memperlancar kematangan iman, yang dengan bantuan Roh Kudus diperoleh para katekumen dan mereka yang menerima katekese. Dalam bidang pembinaan ini, realitas pertama yang patut diperhitungkan ialah yang berkaitan dengan pedagogi iman yang orisinil. Katekis dipersiapkan atau dibina supaya mempermudah suatu pertumbuhan dalam pengalaman iman yang tidak ditanamkannya sendiri, karena Tuhanlah yang menaburkannya dalam hati manusia. Tanggungjawab katekis hanyalah mempersuburkan karunia ini dengan memberinya makan dan menolongnya untuk bertumbuh.

Pembinaan berusaha mematangkan kemampuan mendidik dalam diri katekis yang mencakup suatu kesanggupan untuk memperhatikan orang, kemampuan untuk menafsirkan atau menanggapi tugas-tugas mendidik atau prakarsa dalam mengatur kegiatan belajar, dan kesanggupan untuk membimbing kelompok manusia kepada kematangan.

4. Syarat Menjadi Katekis

Demi menjamin kualitas hidup dan tugas perutusannya sebagai katekis, baiklah kalau ia memenuhi kriteria atau syarat yang dapat mendukung keberlangsungan karya pewartaan itu sendiri. Aneka kriteria atau syarat yang diperlukan, antara lain; memiliki hidup rohani yang mendalam. Sudah sepantasnya kalau katekis mempunyai hidup rohani yang mendalam dan iman


(52)

yang terbuka akan sapaan Allah, baik melalui doa, membaca dan merenungkan Kitab Suci, maupun dengan cara lain.

Katekis hendaknya memiliki nama baik sebagai pribadi dan keluarganya. Katekis haruslah memiliki nama baik, entah perilakunya, hidup imannya, entah hidup moralnya. Nama baik tidak hanya berlaku untuk pribadinya sendiri karena kesalehan dan aktivitasnya menyangkut juga seluruh anggota keluarganya. Katekis diharapkan menjadi pribadi yang sungguh diterima oleh umat beriman Katolik di lingkungan tempat ia tinggal dan hidup bersama umat.

Katekis hendaknya mempunyai pengetahuan yang memadai. Mewartakan Kabar Gembira tidak cukup hanya mau, tetapi ia diharapkan mempunyai bekal pengetahuan yang memadai misalnya Kitab Suci, teologi, moral, liturgi, dan sebagainya. Katekis juga memiliki keterampilan yang cukup. Dalam mewartakan Kabar Gembira, katekis diharapkan mempunyai aneka keterampilan yang dapat mendukung tugas perutusannya, termasuk dalam menggunakan aneka sarana yang diperlukan dalam proses pewartaannya (Prasetya, 2007:41-42).

Selain itu, katekis diharapkan memiliki sikap keterbukaan terhadap umat dan mau bergaul dengan siapa saja tanpa membeda-bedakan. Katekis juga diharapkan memiliki mental yang kuat sehingga ketika ia mengalami tantangan, ia tidak mudah putus asa. Katekis diharapkan memiliki jiwa seorang pelayan. Sesuai dengan tugas yang akan ia laksanakan, katekis siap untuk meluangkan waktu, tenaga, pikiran untuk melayani umat.

Hal yang pokok ialah katekis harus dekat dengan Allah. Jika hati seorang katekis dekat dengan Allah maka katekis akan selalu berusaha untuk melakukan


(53)

yang terbaik demi perkembangan iman umat. Allah akan selalu menyertai langkah perjalanan hidupnya dan katekis pun semakin mengandalkan Allah dalam melakukan segala hal. Hanya Allah lah yang menjadi pedoman dan andalan hidupnya.

C. Katekis demi Mewujudkan Gereja Signifikan dan Relevan di tengah Umat 1. Katekis di tengah Umat

Katekis mengemban tugas mulia. Mulia karena menuntun umat Kristiani supaya hidup terpuji di hadapan manusia dan di hadapan Allah. Katekis juga berperan untuk membantu umat demi mewujudkan Gereja signifikan dan relevan. Sebelum berkatekese di tengah umat, katekis diharapkan mengenal situasi umat yang ada di lingkungannya sehingga katekese yang dilaksanakan sungguh relevan dengan situasi yang dialami umat lingkungannya.

Katekis mendapat panggilan untuk mewartakan sabda Allah. Katekis yang diharapkan adalah mereka yang senantiasa sadar, bahwa tugasnya adalah memperkenalkan Allah dan misteri penyelamatan-Nya kepada manusia. Seorang katekis tidak boleh menjauhkan diri dari kehidupan masyarakat. Katekis diharapkan semakin mendalami seluk-beluk persekutuan sosio-eklesial agar pewartaannya mengena, menggema di hati dan mengantar manusia konkret kepada keselamatan dalam Kristus (Telaumbanua, 1999:179). Katekis berhadapan dengan manusia konkret dan berusaha untuk mengakrabkan mereka dengan Allah. Oleh karena itu, katekis diharapkan memiliki sikap terbuka dan rasa sosialisasi yang tinggi terhadap umat lingkungannya.


(54)

Selain itu, katekis diharapkan memiliki spiritualitas. Spiritualitas katekis berkaitan erat dengan hal-hal yang dituntut dalam menunaikan panggilan sebagai katekis. Spiritualitas yang dimiliki katekis antara lain berhubungan dengan iman, pelayanan dan kehidupan rohani sebagai seorang katekis. Spiritualitas ialah karunia dari Roh Kudus, oleh karena Roh Kuduslah yang berkarya dalam diri para katekis untuk bersaksi tentang Yesus Kristus di tengah umat.

2. Katekese di tengah Umat

Gereja adalah umat yang dipanggil Tuhan. Umat Allah merupakan istilah dari Perjanjian Lama. Yang paling menonjol dalam sebutan ini ialah bahwa Gereja itu umat terpilih Allah. Sebutan umat Allah amat dipentingkan khususnya untuk menekankan bahwa Gereja bukanlah pertama-tama suatu organisasi manusiawi melainkan perwujudan karya Allah yang konkrit. Tekanan ada pilihan dan kasih Allah. Perlu disadari lebih dahulu bahwa Gereja adalah kelompok dinamis, yang keluar dari sejarah Allah dengan manusia.

Kita adalah bait Allah yang hidup, menurut Firman Allah: “Aku akan diam bersama-sama dengan mereka dan hidup di tengah-tengah mereka. dan Aku akan menjadi Allah mereka, dan mereka akan menjadi umat-Ku” (2Kor 6:16). Menurut Perjanjian Baru, hal itu justru terlaksana dalam Kristus. Dia adalah “Imanuel, yang berarti Allah beserta kita” (Mat 1:23), sebab dalam Dialah berdiam secara jasmaniah seluruh kepenuhan ke-Allahan” (Kol 2:9). Demikianlah kita ketahui bahwa, bahwa kita di dalam Allah dan Allah di dalam kita. Gereja bukan hanya lanjutan umat Allah yang lama, tetapi terutama kepenuhannya, karena sejarah keselamatan Allah berjalan terus dan Allah memberikan diri dengan semakin


(55)

sempurna (1Kor 15:28). Oleh karena itu dengan sebutan “umat Allah” belum terungkap seluruh kekayaan hidup rohani Gereja (KWI. 2007:333-334).

Umat Allah ialah seluruh umat beriman Katolik, baik Hierarki maupun kaum awam yang karena “Satu Tuhan, satu iman, satu baptisan” (Ef 4:5). Umat Allah mempunyai martabat dan tugas perutusan yang sama. Tugasnya adalah mengambil bagian dalam tugas imamat, kenabian dan rajawi Yesus Kristus (Prasetya, 2007:15-16).

Dalam kehidupannya sebagai umat beriman Katolik, berdasarkan sakramen Baptis, Penguatan atau Krisma, dan Ekaristi, kaum awam diharapkan mau mengambil bagian dalam tugas perutusan Yesus Kristus sebagai imam, nabi, dan raja, seperti dikatatakan Konsili Vatikan II:

Kaum beriman Kristiani, yang berkat Baptis telah menjadi anggota Tubuh Kristus, terhimpun menjadi Umat Allah, dengan cara mereka sendiri ikut mengemban tugas imamat, kenabian, dan rajawi Kristus (LG 31).

Melalui tugas perutusan tersebut, mereka dipanggil untuk mengambil bagian dalam kegiatan-kegiatan yang lebih mengarah pada kehidupan dan perkembangan internal Gereja. Salah satu kegiatan tersebut ialah melaksanakan katekese yang bertujuan untuk mengembangkan iman dalam diri umat dan mewujdukan Gereja yang signifikan dan relevan.

Dalam pelaksanaan katekese, umat merupakan salah satu pusat katekese. Katekese dilaksanakan di tengah-tengah hidup umat. Katekese tidak dapat dipisahkan dari kehidupan umat. Oleh karena itu, paham, tujuan, bahan, metode, perlu digali dan dirumuskan berdasar gambaran serta cita-cita umat yang hendak


(1)

merupakan realisasi dari iman sebagai orang katolik sekaligus anggota Gereja. Sebagai anggota Gereja, kita juga diharapkan mau peduli terhadap masyarakat sekitar kita. Wujud kepedulian kita terhadap lingkungan dan masyarakat merupakan tindakan nyata Gereja di tengah-tengah dunia.

Langkah III: Menggali pengalaman

1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikope langsung dari Kitab Suci, Yoh 5:1-8 atau dari teks fotocopy yang dibagikan

2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan:

 Siapa yang dimaksud dalam perumpamaan tadi?

 Apa artinya perumpamaan ini bagi karya dan hidup kita?

 Apakah Kristus selama ini merupakan sumber hidup dan karya kita? Mengapa?

3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikope sehubungan dengan jawaban atas pertanyaan di atas

4) Pendamping memberikan tafsir dari Yoh 15:1-8 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya:

Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, Yesus adalah pokok anggur yang benar yang sangat diperhatikan secara pribadi oleh Bapa, mempunyai cabang-cabang yang bersemi dan menghasilkan buah-buah yang bagus. Bagian-bagian pohon ini adalah para murid yang telah menerima sabda Yesus yang memberi hidup. Mereka diundang, didorong untuk terus hidup dan tetap tinggal dalam Yesus. Yesus adalah Guru yang selalu mengasihi kita. Sebagai murid Yesus, kita adalah cabang-cabang pohon anggur tersebut dan Yesuslah kepalaNya. Kita melakukan segala tugas dan tanggungjawab seperti apa yang dilakukan oleh Yesus yaitu hidup dalam kasih. Sebagai anggota Gereja, hendaklah kita hidup saling mengasihi satu sama lain terhadap siapa pun. Kasih inilah yang akan menjadi sumber kegembiraan bagi kita. Demi kasih, Yesus memberikan hidupNya bagi kita.

Langkah IV & V: Menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan aksi konkrit

1) Pengantar

Bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus, dalam pembicaraan-pembicaraan tadi kita sudah menemukan tugas dan tanggungjawab sebagai orang Kristiani yang harus kita lakukan terhadap sesama kita. Sebagai orang Kristiani hendaknya kita mewartakan Kabar Gembira di tengah-tengah dunia yakni hidup dalam kasih seperti apa yang diajarkan oleh Yesus kepada kita.

2) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menyadari tugas dan tanggung jawab sebagai anggota Gereja, kita akan melihat situasi konkrit yang


(2)

sering kita alami dan usaha yang akan kita lakukan dalam hidup sehari-hari kita dalam keluarga

 Sebagai anggota Gereja, apakah kita semakin disadarkan untuk selalu hidup dalam kasih? (direfleksikan dalam hati masing-masing)

 Niat apa yang akan kita lakukan agar dapat menjalankan tugas dan kewajiban kita sebagai anggota Gereja?

3) Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan bersama guna menentukan keputusan prakis bersama konkrit yang dapat segera diwujudkan agar mereka semakin menyadari tugasnya sebagai anggota Gereja

Penutup

1) Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara itu lilin dan salib dapat diletakkan ditengah umat dan dinyalakan

2) Kesempatan doa umat spontan dan diawali oleh pendamping 3) Lagu penutup(Kasih)

Tema 3

a. Identitas

Judul pertemuan : Kemajuan Sejati

Tujuan : Agar pendamping dan peserta semakin menyadari bahwa cinta kasih Kristuslah sebagai pendorong untuk mencapai kemajuan sejati

Peserta : Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus Tempat : di rumah umat

Hari/tanggal : Kamis, 20 Februari 2014 Waktu : pkl. 19.00-20.15 WIB

Metode : Informasi, sharing, tanya jawab, refleksi pribadi cerita

Model : Pengalaman Hidup

Sarana : Kitab Suci, Teks lagu, teks cerita

Sumber Bahan : 1 Kor 13:1-13 Bergant, Dianne SJ .2002. Tafsir Alkitab Perjanjian Baru. Yoyakarta. Kanisius, KWI. 2011.

b. Pemikiran Dasar

Dalam alam pembangunan sekarang ini banyak orang berlomba-lomba mengejar kemajuan material. Di desa ada orang berlomba-lomba untuk memiliki kursi sedan yang empuk dan mode-mode pakaian terbaru dsbnya. Demikian pula kehidupan orang-orang di kota-kota ada yang berlomba-lomba memiliki kendaraan bermotor, rumah mewah sedangkan kemajuan di bidang rohani kurang mendapat perhatian. Dalam hal ini, umat lingkungan Santo Yosef Benediktus termasuk aktif terlibat dalam


(3)

kehidupan menggereja yaitu koor, tata laksana, pendalaman iman, parkir di gereja, dsb. Umat lingkungan Santo Yosef Benediktus diharapkan dapat mengimbangi dalam mengejar kemajuan material dan kemajuan rohani mereka karena kemajuan sejati tidak bisa dicapai dengan mengejar kemajuan material saja.

Kemajuan sejati merupakan pembangunan manusia seutuhnya baik lahir maupun batin. St. Paulus mengatakan: “Sekalipun aku memiliki iman yang sempurna untuk memindahkan gunung, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna. Demikian pun kalau kita memiliki harta yang banyak tetapi tidak memiliki kasih sedikitpun tidak berguna. Kasih itu membuat orang sabar, murah hati, berlaku sopan, tidak mencari keuntungan sendiri dan sesamanya. Dengan kata lain kasih itu membuat orang menemukan kemajuan sejati dalam dirinya.

c. Pengembangan Langkah-langkah Pembukaan

1) Pengantar

Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, saya ucapkan selamat malam dan berkah dalem. Dalam pertemuan pendalaman iman ini kita diajak untuk menyadari bahwa cinta kasih Kristuslah sebagai pendorong untuk mencapai kemajuan sejati. Maka dari itu kita kan bersama-sama mendengarkan sabda Yesus agar kita dapat semakin meresapkan dan melaksanakannya di tengah-tengah hidup kita.

2) Lagu pembukaan MB. no. 230 (Hidup cerah) 3) Doa Pembukaan

Allah Bapa yang Maha Kasih. Kami mengucap syukur kepadaMu atas rahmat kesehatan yang Engkau berikan pada kami. Bapa, bimbinglah kami agar kami dapat semakin menyadari tugas kami sebagai anggota Gereja dan semakin mengimani Putra-Mu Yesus. Doa ini kamu haturkan kehadiratMu lewat perantaraan Kristus Tuhan kami. Amin.

Langkah I & II: Mengungkap dan Merefleksikan pengalaman hidup peserta

1) Membagikan teks cerita “Kepala Desa yang Kaya” kepada peserta dan memberi pada peserta kesempatan untuk membaca dan mempelajari sendiri-sendiri terlebih dahulu

2) Penceritaan kembali isi cerita: Pendamping meminta salah satu peserta untuk mencoba menceriterakan kembali dengan singkat tentang isi pokok dari cerita “Kepala Desa yang Kaya”

3) Intisari cerita “Kepala Desa yang Kaya” ialah:

Cerita tersebut menggambarkan seorang kepala desa yang paling kaya di kampungnya. Sebagai seorang kepala desa, ia memiliki pendidikan yang memadai dan kecakapan untuk memimpin. Penduduk desa segan dengannya. Ekonomi rumah tangga kepala desa tak dapat ditandingi oleh penduduk di sana. Kekayaannya berupa kebun karet, kebun kopi, peternakan babi dan barang mewah lainnya. Sebagai kepala desa, ia


(4)

sendiri merasa bahwa ia disegani dan ditakuti oleh penduduknya. Tak segan-segan ia minta bantuan tenaga dari masyarakat untuk menggarap kebun karet dan kebun kopinya, ternak babi dan sapi dengan membayar upah yang murah. Penduduk desa yang lemah dan memiliki perasaan takut kepada pemimpin selalu tunduk dan mengikuti apa yang dikatakan atau diperhitungkan oleh kepala desanya. Kepala desa sendiri tidak menyadari bahwa ia mendidik penduduknya bermental kuli. Tentu saja situasi semacam ini akan berlanjut kalau tidak ada orang yang mulai berani mengubah nasib rakyat.

4) Pengungkapan pengalaman: Peserta diajak untuk mendalami cerita tersebut dengan tuntunan beberapa pertanyaan

 Apa kesan anda terhadap kepala desa yang demikian?

 Apakah dengan pendidikan, kecakapan dan harta benda yang dimiliki ia mengalami keseimbangan kemajuan jasmani dan rohani?

 Bagaimana perasaan anda jika anda menemukan seorang pemimpin yang seperti itu?

 Apakah anda pernah mengalami peristiwa seperti cerita di atas yang berkaitan dengan kepemimpinan yang otoriter? Misalnya: di keluarga, lingkungan dan masyarakat?

5) Suatu contoh rangkuman

Tindakan kepala desa sungguh kurang mencerminkan kasih. Ia memanfaatkan penduduk untuk melakukan apa yang menjadi inginnya yakni menggarap kebunnya. Kepala desa tidak memikirkan perasaan yang dialami oleh penduduk, ia hanya mencari kesenangan duniawi. Sebagai orang Kristiani, kepala desa tersebut kurang menyadari arti cinta kasih yang diajarkan oleh Yesus. Terkadang kita juga sering melalaikan ajaran Yesus dan sering berbuat seenaknya sendiri. Oleh karena itu, cerita tadi mengajak kita untuk menyadari bahwa kepuasan jasmani tidak akan mengantarkan kita menuju kemajuan sejati.

Langkah III: Menggali pengalaman

1) Salah seorang peserta dimohon bantuannya untuk membacakan perikope langsung dari Kitab Suci, 1 Kor 13:1-13 atau dari teks fotocopy yang dibagikan

2) Peserta diberi waktu sebentar untuk hening sejenak sambil secara pribadi merenungkan dan menanggapi pembacaan Kitab Suci dengan dibantu beberapa pertanyaan:

 Ayat mana yang berkesan/menyentuh di hati anda?

 Apa maksud kasih itu mengatasi iman, pengetahuan dan pengharapan?

 Apakah pesan pokok yang mau disampaikan Tuhan lewat 1 Kor 13:1-13?

3) Peserta diajak untuk sendiri mencari dan menemukan pesan inti perikope sehubungan dengan jawaban atas pertanyaan di atas


(5)

4) Pendamping memberikan tafsir dari 1 Kor 13:1-13 dan menghubungkannya dengan tanggapan peserta dalam hubungan dengan tema dan tujuan, misalnya:

Bapak/ibu dan saudara/i terkasih dalam Kristus, kasih adalah cara yang paling dasariah dan yang paling sempurna. Karunia tanpa kasih tidaklah berguna. Kasih mengatasi pengetahuan iman dan pengharapan, maksdunya Kasih tidak akan meghilang. Nubuat, bahasa Roh, pengetahuan mempunyai batas tetapi kasih tidak. Kasih menyempurnakan pengetahuan yang tidak sempurna. Ada karunia Roh lain tetapi kasih adalah karunia yang hakiki. Kasih tahan menghadapi segala sesuatu dan mau percaya akan yang terbaik pada setiap orang. Dalam keadaan bagaimanapun juga kasih tidak pernah hilang harapannya dan sabar menunggu segala sesuatu. Oleh karena itu, Paulus mengajak kita semua agar kita hidup dalam kasih untuk menuju kemajuan sejati tanpa mementingkan harta duniawi.

Langkah IV & V: Menerapkan iman Kristiani dan mengusahakan aksi konkrit

1) Pengantar

Bapak/ibu yang terkasih dalam Yesus, dalam pembicaraan-pembicaraan sebagai orang Kristiani hendaknya kita selalu hidup dalam kasih h seperti apa yang diwartakan oleh santo Paulus kepada kita. Orang yang memiliki pengetahuan, iman yang besar akan sia-sia jika tanpa kasih

2) Sebagai bahan refleksi agar kita semakin menyadari bahwa cinta kasih Kristuslah yang dapat mendorong kita untuk menuju kemajuan sejati. Kita akan melihat situasi konkrit yang sering kita alami dan usaha yang akan kita lakukan dalam hidup sehari-hari kita dalam keluarga

 Sebagai orang Kristiani, apakah kita semakin disadarkan untuk selalu hidup dalam kasih Kristus demi menuju kemajuan sejati? (direfleksikan dalam hati masing-masing)

 Niat apa yang akan kita lakukan agar dapat mencapai kemajuan sejati? 3) Pendamping mengajak peserta untuk membicarakan dan mendiskusikan

bersama guna menentukan keputusan praktis bersama konkrit yang dapat segera diwujudkan agar mereka semakin menyadari tugasnya sebagai anggota Gereja

Penutup

1) Kesempatan hening sejenak untuk merenungkan isi lagu tersebut. Sementara itu lilin dan salib dapat diletakkan ditengah umat dan dinyalakan

2) Kesempatan doa umat spontan dan diawali oleh pendamping 3) Lagu penutup(Kasih)


(6)

Lampiran 8: Foto Pada saat Melaksanakan Katekese Di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta


Dokumen yang terkait

Katekese keluarga untuk meningkatkan kesadaran akan peran penting orang tua bagi pendidikan iman anak di lingkungan Santo Carolus Borromius Margomulyo Paroki Santo Yoseph Medari Yogyakarta.

1 25 209

Pengaruh keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan tugas pelayanan (Diakonia) umat lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul.

0 4 197

Manfaat video siaran penyejuk imani katolik indosiar sebagai media audio-visual dalam katekese umat di lingkungan Santo Ignatius Loyola Cokrodiningratan Paroki Santo Albertus Agung Jetis Yogyakarta.

3 19 178

Upaya meningkatkan keterlibatan umat dalam hidup menggereja di Stasi Santo Lukas, Sokaraja, Paroki Santo Yosep Purwokerto Timur, Jawa Tengah melalui katekese umat model shared christian praxis.

29 354 137

Usaha menemukan makna sakramen Ekaristi demi pengembangan iman umat lingkungan Santo Antonius Joton Paroki Santo Yusuf Pekerja Gondangwinangun Klaten.

0 9 155

Pengaruh keaktifan mengikuti perayaan Ekaristi terhadap keterlibatan tugas pelayanan (Diakonia) umat lingkungan Santo Xaverius Siyono Kuasi Paroki Santo Yusup Bandung Gunungkidul

0 2 195

Pengaruh sosok katekis terhadap minat umat dalam mengikuti katekese orang dewasa di Lingkungan Santo Yosef Benediktus Sagan Paroki Santo Antonius Kota Baru Yogyakarta

1 33 171

SKRIPSI POKOK PEWARTAAN PAULUS DALAM SURAT RASUL PAULUS KEPADA JEMAAT DI GALATIA UNTUK KATEKESE UMAT DI LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS PADUA PAROKI KALASAN YOGYAKARTA

0 5 171

SKRIPSI MENGUPAYAKAN KATEKESE TENTANG KITAB SUCI DALAM KEHIDUPAN KOMUNITAS LEKTOR DI PAROKI SANTO ANTONIUS KOTABARU YOGYAKARTA

0 2 158

USAHA MENEMUKAN MAKNA SAKRAMEN EKARISTI DEMI PENGEMBANGAN IMAN UMAT LINGKUNGAN SANTO ANTONIUS JOTON PAROKI SANTO YUSUF PEKERJA GONDANGWINANGUN KLATEN SKRIPSI

1 2 153