Investasi Penanaman Modal Asing persektor Pertanian, dan Industri, sebagai variabel terikat digunakan uji F dapat di lihat pada tabel berikut :
Tabel 10. Analisis Varian Anova
Variabel Terikat Tingkat Signifikan
≤ 0,05 Keterangan
Penyaluran KPR type 54 Y1
≤ 0,05 Signifikan
Penyaluran KPR type 36 Y2
≤ 0,05 Signifikan
Sumber pada output Anova
Oleh karena F hitung F tabel maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti bahwa secara keseluruhan variabel bebas yaitu Pendapatan
Perkapita X
1
, Tingkat Suku Bunga KPR X
2
, Inflasi X
3
dan Jumlah Rumah Tangga X
4
berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap Penyaluran KPR type 54 dan type 36 Y.
4.3.3. Uji Hipotesis Secara Parsial
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas Pendapatan Perkapita X
1
, Tingkat Suku Bunga KPR X
2
, Inflasi X
3
dan Jumlah Rumah Tangga X
4
, berpengaruh secara parsial dan nyata terhadap Penyaluran KPR type 54 dan type 36 melalui BTN di Kota
Surabaya Y. Hasil penghitungan tersebut dapat dilihat dalam tabel analisis sebagai berikut :
Tabel 11. Hasil Analisis Variabel Pendapatan Perkapita X
1
, Tingkat Suku Bunga KPR X
2
, dan Inflasi X
3
, dan Jumlah Rumah Tangga X
4
berpengaruh secara parsial
dan nyata terhadap Penyaluran KPR Type 54 dan Type 36 di Kota Surabaya Y.
Variabel YX Tingkat
Sig X1 Ket.
α = 0,05
Tingkat Sig X2
Ket α =
0,05 Tingkat
Sig X3 Ket
α = 0,05
Tingkat Sig X4
Ket α =
0,05 Penyaluran
KPR type 54Y1
0,661 Tidak
Signifik an
0,020 Signifik
an 0,597
Tidak Signifik
an 0,000
Signifik an
Penyaluran KPR type 36
Y2 0,272
Tidak Signifik
an 0,009
Signifik an
0,643 Tidak
Signifik an
0,000 Signifik
an
Sumber pada output Coefficient
Dengan melihat dari hasil analisis Variabel Pendapatan Perkapita, Tingkat Suku Bunga KPR, Inflasi dan Jumlah Rumah Tangga terhadap
type Penyaluran KPR type 54 dan Type 36 di Kota Surabaya adalah diketahui bahwa variabel Tingkat Suku Bunga KPR dan Jumlah Rumah
Tangga yang signifikan terhadap variabel Penyaluran KPR type 54 dan type 36 di Kota Surabaya. Untuk mengetahui sektor - sektor mana sajakah
yang paling dominan terhadap variabel - variabel bebas tersebut, Untuk itu kita akan melihat tabel koefisien Variabel Independent di bawah ini :
Tabel 12. Hasil Koefisien Variabel Independen
Koefesien Variabel Independen Variabel
Dependent β
β
x1
β
x2
β
x3
β
x4
Penyaluran KPR type 54
-113573,470 1,493 -1.280,550 32,252 0,155 Penyaluran KPR
type 36 -17.153,531 0,582 -223,235 4,262 0,024
Sumber pada output Coefficient
4.3.3. Pembahasan
Dengan melihat hasil regresi yang didapat maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa untuk Penyaluran Kredit Pemilikan Rumah
type 54 dan type 36 melalui BTN di Kota Surabaya: 1.
Pendapatan Perkapita tidak berpengaruh nyata tidak signifikan dan positif terhadap penyaluran KPR type 54 dan type 36 di Kota
Surabaya. Yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis yang terdapat dalam kerangka pikir bahwa pendapatan perkapita berpengaruh
terhadap penyaluran KPR type 54 dan type 36 di Kota Surabaya. Perkembangan Pendapatan perkapita tertinggi terjadi pada tahun 1994,
sedangkan perkembangan terendah terjadi pada tahun 1998. Setelah dilakukan pengujian ternyata tidak selalu dengan naiknya pendapatan
perkapita kemampuan masyarakat untuk membeli rumah juga meningkat. Hal ini terjadi karena distribusi pendapatan perkapita tidak
merata, sehingga hanya bisa dirasakan oleh masyarakat ekonomi menengah keatas, lain halnya dengan masyarakat menengah kebawah
walaupun yang dibeli merupakan type paling sederhana tetap saja masyarakat kalangan menengah kebawah kesulitan dalam pemenuhan
kebutuhan akan perumahan. 2.
Tingkat suku Bunga berpengaruh nyata signifikan dan negatif terhadap penyaluran KPR type 54 dan type 36 di Kota Surabaya.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil dan perhitungan sesuai dengan hipotesis yang terdapat dalam kerangka pikir bahwa
pendapatan tingkat Suku Bunga berpengaruh terhadap penyaluran KPR
type 54 dan type 36 di Kota Surabaya. Dimana perkembangan tingkat suku bunga yang menurun terjadi pada tahun 2000 yang menyebabkan
penyaluran KPR juga meningkat. Sedangkan perkembangan tertinggi terjadi pada tahun 1998 dikarenakan krisis moneter yang menyebabkan
banyak rupiah yang beredar di pasaran. Secara keseluruhan tingkat suku bunga memainkan peranan penting bagi kalangan rumah tangga
dalam membuat keputusan mengenai pembelian barang-barang tahan lama, seperti rumah tinggal.
3. Inflasi tidak berpengaruh nyata tidak signifikan dan negatif terhadap
penyaluran KPR type 54 dan type 36 di Kota Surabaya. Yang berarti tidak sesuai dengan hipotesis dan kerangka pikir yang menyatakan
bahwa inflasi berpengaruh terhadap penyaluran KPR type 54 dan type 36 di Kota Surabaya. Hal ini terjadi salah satunya disebabkan oleh
kemampuan masyarakat kalangan menengah keatas untuk membeli melakukan kredit pemilikan rumah yang salah satu tujuannya yaitu
untuk investasi karena harga rumah semakin tahun akan semakin meningkat. sehingga meskipun inflasi tinggi kemampuan masyarakat
terutama kalangan menengah keatas untuk membeli rumah tetap tinggi. Untuk perkembangan inflasi tertinggi yaitu pada tahun 1998 sedangkan
perkembangan terendah terjadi pada tahun 1999. Dalam hal ini diharapkan peran pemerintah untuk dapat mengendalikan inflasi
karena dengan turunnya inflasi masyarakat kalangan menengah
kebawah dapat menjangkau untuk membeli rumah diantaranya type 54 dan type 36 di Kota Surabaya.
4. Jumlah Rumah Tangga berpengaruh nyata signifikan dan positif
terhadap penyaluran KPR type 54 dan type 36 di Kota Surabaya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa hasil analisis sesuai dengan
hipotesis dan kerangka pikir yang telah dibuat. Dimana tahun 2000 terjadi perkembangan tertinggi dimana terjadi peningkatan jumlah
rumah tangga. Sedangkan pada tehun 1994 jumlah rumah tangga menurun yang disebabkan karena banyaknya jumlah kematian dank
arena adanya program Keluarga Berencana KB dari pemerintah. Bisa disimpulkan meningkatnya jumlah rumah tangga akan bepengaruh
pada penyaluran KPR type 54 dan type 36 di Kota Surabaya. 5.
Dengan melihat hasil koefesien variabel Tingkat Suku Bunga KPR dan Jumlah Rumah Tangga yang didapat di tabel atas maka peneliti
dapat mengambil kesimpulan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga KPR yang mempunyai hasil koefesien yang lebih besar dari pada
variabel Jumlah Rumah Tangga, hal ini menunjukan bahwa variabel Tingkat Suku Bunga merupakan faktor yang paling dominan dalam
pemenuhan kebutuhan akan perumahan. Dengan perluasan peran dan fungsi perbankan untuk memudahkan memperoleh kredit dari
lembaga perbankan yang juga diharapkan Kredit Pemilikan Rumah melalui Bank BTN dapat memberikan kemudahan kepada
masyarakat Surabaya dalam memiliki rumah guna mencapai kebutuhan papan demi tercapainya kesejahteraaan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan