pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan apa yang harus dilakukan tetapi juga dapat mempengaruhi bagaimana bawahan melaksanakan perintahnya.
C. Pendekatan-Pendekatan Studi Kepemimpinan
Penelitian-penelitian dan teori-teori kepemimpinan dapat diklasifikasikan sebagai pendekatan-pendekatan kesifatan, perilaku dan situasional contingency
dalam studi tentang kepemimpinan. Pendekatan pertama memandang kepemimpinan sebagai suatu kombinasi
sifat-sifat yang tampak. Seorang pemimpin memiliki ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang menyebabkan mereka dapat memimpin para pengikutnya. Sifat-sifat
ini mencakup energi, pandangan, pengetahuan dan kecerdasan, imajinasi, kepercayaan diri, integritas, kepandaian berbicara, pengendalian dan
keseimbangan mental maupun emosional, bentuk fisik, pergaulan sosial dan persahabatan, dorongan, antusiasme, berani dan lain-lain.
Pendekatan kedua bermaksud mengidentifikasikan perilaku-perilaku behaviors pribadi yang berhubungan dengan kepemimpinan efektif. Pendekatan
ini mencoba menentukan apa yang dilakukan oleh para pemimpin efektif yaitu bagaimana mereka mendelegasikan tugas, bagaimana mereka berkomunikasi
dengan dan memotivasi bawahan mereka, bagaimana mereka menjalankan tugas- tugas, dan sebagainya.
Kedua pendekatan ini mempunyai anggapan bahwa seorang individu yang memiliki sifat-sifat tertentu atau memperagakan perilaku-perilaku tertentu akan
muncul sebagai pemimpin dalam situasi kelompok apapun di mana dia berada.
Pendekatan ketiga yaitu pandangan situasional menganggap bahwa kondisi yang menentukan efektifitas kepemimpinan bervariasi dangan situasi
tugas-tugas yang dilakukan, keterampilan dan pengharapan bawahan, lingkungan organisasi, pengalaman masa lalu pemimpin dan bawahan dan sebagainya.
D. Teori Situasional
Kepemimpinan situasional menurut Hersey dan Blanchard dalam Thoha, 2007:63 adalah didasarkan pada saling berhubungannya di antara hal-hal berikut
ini: 1.
Jumlah petunjuk dan pengarahan yang diberikan oleh pimpinan, Perilaku pengarahan dapat dirumuskan sebagai sejauh mana seorang
pemimpin melibatkan dalam komunikasi satu arah. Bentuk pengarahan dalam komunikasi satu arah ini antara lain, menetapkan peranan yang seharusnya
dilakukan pengikut, memberitahukan pengikut tentang apa yang seharusnya bisa dikerjakan, di mana melakukan hal tersebut, bagaimana melakukannya, dan
melakukan pengawasan secara ketat kepada pengikutnya. 2.
Jumlah dukungan sosioemosional yang diberikan oleh pimpinan, Perilaku mendukung adalah sejauh mana seorang pemimpin melibatkan
diri dalam komunikasi dua arah, misalnya mendengar, menyediakan dukungan dan dorongan, memudahkan interaksi, dan melibatkan para pengikut dalam
mengambil keputusan. Kedua poros tersebut ditempatkan pada dua poros yang terpisah dan
berbeda seperti Gambar 2.1 sehingga dengan demikian dapat diketahui empat gaya dasar kepemimpinan.
Tinggi Dukungan dan Rendah Pengarahan
G3 Tinggi Pengarahan dan
Tinggi Dukungan G2
Rendah Dukungan dan Rendah Pengarahan
G4 Tinggi Pengarahan dan
Rendah Dukungan G1
Gambar 2.1 Empat Dasar Gaya Kepemimpinan Sumber: Miftah Thoha 2007:65
Dalam gaya 1 G1, seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang
banyak memberikan pengarahan namun sedikit dukungan. Pemimpin ini memberikan instruksi yang spesifik tentang peranan dan tujuan bagi para
pengikutnya, dan secara ketat mengawasi pelaksanaan tugas mereka. Dalam gaya 2 G2, seorang pemimpin menunjukkan perilaku yang
banyak mengarahkan dan banyak memberikan dukungan. Pemimpin dalam gaya seperti ini mau menjelaskan keputusan dan kebijaksaan yang ia ambil dan mau
menerima pendapat pengikutnya. Tetapi pemimpin dalam gaya ini masih tetap harus memberikan pengawasan dan pengarahan dalam penyelesaian tugas-tugas
pengikutnya. Dalam gaya 3 G3, perilaku pemimpin menekankan pada banyak
memberikan dukungan namun sedikit dalam pengarahan. Dalam gaya seperti ini pemimpin menyusun keputusan bersama-sama dengan para pengikutnya, dan
mendukung usaha-usaha mereka dalam menyeelsaikan tugas. Adapun gaya 4 G4, pemimpin memberikan sedikit dukungan dan sedikit
pengarahan. Pemimpin dengan gaya seperti ini mendelegasikan keputusan- keputusan dan tanggung jawab pelaksanaan tugas keada pengikutnya.
3. Tingkat kesiapan atau kematangan para pengikut yang ditunjukkan dalam
melaksanakan tugas khusus, fungsi atau tujuan tertentu. Kematangan dalam kepemimpinan situasional dapat dirumuskan sebagai
suatu kemampuan dan kemauan dari orang-orang untuk bertanggung jawab dalam mengarahkan perilakunya sendiri. Kemampuan yang merupakan salah satu unsur
dalam kematangan, berkaitan dengan pengetahuan atau keterampilan yang dapat diperoleh dari pendidikan, latihan dan atau pengalaman. Adapun unsur yang lain
dari kematangan bertalian dengan keyakinan diri dan motivasi seseorang.
Ada empat tingkat kematangan menurut Hersey dan Blanchard dalam Thoha, 2007:71, yang dapat dilihat pada Gambar 2.2 berikut ini:
Mampu dan Mau Mampu tetapi
Tidak Mau atau kurang yakin
Tidak Mampu tetapai Mau
Tidak Mampu dan Tidak Mau atau
tidak yakin M4
M3 M2
M1
Gambar 2.2 Empat Tingkat Kematangan Sumber: Thoha 2007:71
Gambar 2.2 menggambarkan hubungan antara tingkat kematangan para pengikut atau bawahan dengan gaya kepemimpinan yang sesuai untuk diterapkan
ketika para pengikut bergerak dari kematangan yang sedang ke kematangan yang telah berkembang dari M1 sampai dengan M4.
Ada empat dasar perilaku pemimpin dalam mengambilan keputusan pada berbagai situasi tersebut menurut Hersey dan Blanchard dalam Thoha, 2007:67,
yaitu:
1. Instruksi.
Gaya ini dicirikan dengan komunikasi satu arah. Pemimpin memberikan batasan peranan pengikutnya dan memberitahu mereka tentang apa,
bagaimana, bilamana dan di mana melaksanakan berbagai tugas. Inisiatif pemecahan masalah dan pembuatan keputusan semata-mata dilakukan
oleh pemimpin. Pemecahan masalah dan keputusan diumumkan, dan pelaksanaannya diawasi secara ketat oleh pemimpin. Perilaku pemimpin
ini digunakan untuk situasi G1 dan M1. 2.
Konsultasi. Pada gaya ini pemimpin masih banyak memberikan pengarahan dan masih
membuat hampir sama dengan keputusan, tetapi hal ini diikuti dengan meningkatkan banyaknya komunikasi dua arah dan perilaku mendukung,
dengan berusaha mendengar perasaan pengikut tentang keputusan yang dibuat, serta ide-ide dan saran-saran mereka. Meskipun dukungan
ditingkatkan, pengendalian atas pengambilan keputusan tetap pada pemimpin. Perilaku pemimpin ini digunakan untuk situasi G2 dan M2.
3. Partisipasi.
Dengan gaya ini, pemimpin dan pengikut saling tukar menukar ide dalam pemecahan masalah dan pembuatan keputusan. Komunikasi dua arah
ditingkatkan, dan peranan pemimpin adalah aktif mendengar. Tanggung jawab pemecahan masalah dan pembuatan keputusan sebagian besar
berada ada pihak pengikut. Hal ini sudah sewajarnya karena pengikut mempunyai kemampuan melaksanakan tugas. Perilaku pemimpin ini
digunakan untuk situasi G3 dan M3.
4. Delegasi.
Pada gaya ini bawahanlah yang memiliki kontrol untuk memutuskan tentang bagaimana cara pelaksanaan tugas. Pemimpin memberikan
kesempatan yang luas bagi bawahan untuk melaksanakan pertunjukan mereka sendiri karena mereka memiliki kemampuan dan keyakinan untuk
memikul tanggung jawab dalam pengarahan perilaku mereka sendiri. Perilaku pemimpin ini digunakan untuk situasi G4 dan M4.
E. Kinerja Karyawan