Latar Belakang Prof. Dr. Suhaidi, S.H., M.H 4. Dr. Mahmul Siregar, S.H., M.Hum

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keberadaan bank dalam kehidupan masyarakat menempati peran yang cukup penting, sebab lembaga perbankan khususnya bank umum merupakan inti sari dari sistem keuangan setiap negara. Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan-perusahaan, lembaga pemerintah, swasta maupun perorangan menyimpan dananya dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan melalui perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan. Bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1 Kegiatan operasional bank, baik dalam usaha menghimpun dana dari masyarakat maupun mengelola dana, menanam kembali dana tersebut kepada masyarakat, sampai dana tersebut kembali lagi ke bank, senantiasa terkait dengan ketentuan hukum. Oleh karena itu, dengan semakin meningkat dan berkembangnya kegiatan usaha perbankan, peranan bidang hukum dalam mendukung keberhasilan itupun semakin dirasakan penting. 2 1 Thomas Suyatno, dkk, Kelembagaan Perbankan, Jakarta : STIE Perbanas-Gramedia, 1988, hlm.11. 2 Hasanuddin Rahman, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan di Indonesia, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hlm.15. Universitas Sumatera Utara Pasal 1 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 memberikan pengertian tentang Bank yaitu “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit danatau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Bank merupakan salah satu sumber penyedia dana yang diantaranya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat atau perorangan dan badan usaha guna memenuhi kebutuhan konsumsi atau untuk meningkatkan produksi. 3 Pada prinsipnya bank merupakan suatu lembaga perantara keuangan financial intermediary, di samping kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat, bank tersebut juga mempunyai kegiatan berupa penarikan dana dari masyarakat. Jadi dana yang ditarik dari masyarakat tersebut kemudian disalurkan kembali kepada masyarakat. Oleh karena itu bank memperoleh keuntungan diantara kegiatan penyaluran dana dan penarikan dana tersebut. 4 Pemberian kredit merupakan salah satu kegiatan usaha bank dalam rangka mengelola dana yang dikuasainya agar produktif dan memberikan keuntungan. 5 3 Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan Pada Bank, Bandung : CV. Alfabeta, 2003, hlm. 1. 4 Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-Undang Tahun 1998, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hlm. 9. 5 M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Jakarta : Rajawali Pers, 2012, hlm. 3. Universitas Sumatera Utara Kehidupan perekonomian manusia pada saat ini erat kaitannya dengan dunia perbankan. Perbankan berfungsi sebagai penopang untuk membantu kebutuhan hidup manusia dengan cara menjalankan usaha bank yaitu salah satunya dengan memberikan kredit. 6 Mengapa seseorang memerlukan kredit ? Karena manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia yang beraneka ragam sesuai dengan harkatnya selalu meningkat, sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkannya itu terbatas. Hal ini menyebabkan manusia memerlukan bantuan untuk memenuhi hasrat dan cita-citanya. Dalam hal manusia berusaha, maka untuk meningkatkan usahanya, manusia memerlukan bantuan dalam bentuk permodalan. Bantuan dari bank dalam bentuk tambahan modal inilah yang sering disebut dengan kredit. 7 Kredit sesuai dengan kata aslinya credo, berarti kepercayaan. Jika bank memberikan kredit kepada para nasabahnya, berarti bank memberikan kepercayaan kepada nasabah tersebut. Untuk mendukung kepercayaan tersebut diperlukan beberapa faktor dalam penilaian kredit, sedangkan untuk menganalisis kepercayaan itu diperlukan beberapa prinsip dalam pemberian kredit. 8 6 Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di Indonesia Simpanan, Jasa Kredit, Bogor : Ghalia Indonesia, 2006, hlm. 8. 7 Thomas Suyatno, H.A.Chalik, Made Sukada, C.Tinon Yunianti, dan Djuhaepah T. Marala, Dasar-Dasar Perkreditan, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2003, hlm. 13. 8 As.Mahmoeddin, 100 Penyebab Kredit Macet, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1994, hlm. 23. Universitas Sumatera Utara Kredit dalam kehidupan perekonomian dan juga dalam perdagangan mempunyai fungsi sebagai berikut 9 1. Meningkatkan daya guna uang; : 2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang; 3. Meningkatkan daya guna dan peredaran barang; 4. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi; 5. Meningkatkan kegairahan berusaha; 6. Meningkatkan pemerataan pendapatan; 7. Meningkatkan hubungan internasional. Kredit menguntungkan bagi kedua pihak yaitu debitur dan kreditur. Sebagai peminjam kredit, debitur dapat memenuhi kebutuhannya, dan sebagai pemberi kredit akan menerima bunga kredit. Namun, hal itu terjadi apabila kredit dalam keadaan lancar-lancar saja. Kredit juga bisa menjadi bermasalah, kredit bermasalah tidak muncul begitu saja. Selalu ada indikasi awal atau tanda-tanda. Salah satu alasan debitur tidak mau membayar kredit adalah karena debitur tidak mempunyai itikad baik. Itulah sebabnya bank harus berhati-hati dalam memberikan kredit. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan unsur-unsur yang terdapat dalam kredit. Unsur-unsur yang terdapat dalam kredit dapat digolongkan menjadi 10 1. Kepercayaan, yaitu adanya keyakinan dari pihak bank atas prestasi yang diberikannya kepada nasabah debitur yang akan dilunasinya sesuai jangka waktu yang diperjanjikan; : 2. Waktu, yaitu adanya jangka waktu tertentu antara pemberian kredit dan pelunasannya di mana jangka waktu tersebut sebelumnya terlebih dahulu telah disepakati bersama antara pihak bank dan nasabah debitur; 3. Prestasi, yaitu adanya objek tertentu berupa prestasi dan kontra prestasi pada saat tercapainya persetujuan atau kesepakatan perjanjian pemberian kredit antara bank dan nasabah debitur berupa uang dan bunga atau imbalan; 9 Budi Untung, Kredit Perbankan di Indonesia, Yogyakarta : Andi, 2000, hlm. 4. 10 Johannes Ibrahim, Bank Sebagai Lembaga Intermediasi Dalam Hukum Positif, Bandung : CV. Utomo, 2004, hlm. 92. Universitas Sumatera Utara 4. Risiko, yaitu adanya risiko yang mungkin terjadi selama jangka waktu antara pemberian dan pelunasan kredit tersebut, sehingga untuk mengamankan pemberian kredit dan menutup kemungkinan terjadinya wanprestasi dari nasabah debitur, maka diadakan pengikatan jaminan atau agunan. Nasabah-nasabah yang memperoleh kredit dari bank tidak seluruhnya dapat mengembalikannya dengan baik dan tepat pada waktu yang diperjanjikan. Pada kenyataannya selalu ada sebagian nasabah yang karena suatu sebab tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang telah memberi pinjaman. Akibat nasabah tidak dapat membayar lunas utangnya, maka menjadikan perjalanan kredit terhenti atau macet. Kredit macet adalah “suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada waktunya”. 11 Kredit macet dalam dunia perbankan merupakan penyakit berbahaya yang dapat membuat lumpuhnya suatu bank. Masalah kredit macet tidak saja akan merugikan para pemilik saham bank tersebut, tetapi juga akan merugikan para pemilik dana, yang sebagian besar adalah anggota masyarakat. Untuk mencegah terjadinya kredit macet, bank wajib melakukan pengelolaan kredit sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Pengelolaan kredit oleh bank yaitu dengan melakukan upaya-upaya preventif agar kredit tidak menjadi bermasalah. 12 11 Gatot Supramono, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan Yuridis, Jakarta : Djambatan, 1995, hlm. 92. 12 As.Mahmoeddin, Op.Cit., hlm. 12. Kredit yang bersumber dari dana masyarakat harus disalurkan dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian dan aspek-aspek pemberian kredit yang sehat untuk menghindari risiko kredit bermasalah. Kredit bermasalah dapat menimbulkan potensi kerugian pada bank Universitas Sumatera Utara dan mengganggu stabilitas ekonomi dan moneter. Dengan perkataan lain kemacetan kredit akan membawa pengaruh terhadap kesinambungan pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan karena sebagian dana mengendap dalam kredit macet. 13 Terjadinya kredit macet selain berasal dari nasabah, dapat juga berasal dari pihak bank. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kredit macet yang berasal dari nasabah, yaitu nasabah menyalahgunakan kredit yang diperolehnya. Bank juga dapat merupakan salah satu penyebab terjadinya kredit macet, karena bank tidak terlepas dari kelemahan yang dimilikinya. Salah satu kelemahan dari pihak bank seperti kualitas pejabat bank yang kurang baik. 14 1. Prinsip Kepercayaan yaitu pemberian kredit oleh bank kepada nasabah debitur selalu didasarkan kepada kepercayaan. Bank mempunyai kepercayaan bahwa kredit yang diberikannya bermanfaat sesuai dengan peruntukannya, dan terutama sekali bank percaya nasabah debitur yang bersangkutan mampu melunasi utang kredit beserta bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Dalam memberikan kredit kepada nasabah, pejabat bank diwajibkan melaksanakan prinsip-prinsip perbankan yang sehat. Prinsip-prinsip perbankan tersebut diantaranya : 15 2. Prinsip Kehati-hatian Prudential Principle yaitu bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian kredit kepada nasabah debitur harus 13 Yusuf Shopie, Perlindungan Konsumen dan Instrumen-Instrumen Hukumnya, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 2000, hlm. 34. 14 Ibid., hlm.94. 15 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Jakarta : Kencana, 2005, hlm. 66. Universitas Sumatera Utara selalu berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinisp ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan secara konsisten berdasarkan itikad baik terhadap semua persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian kredit oleh bank yang bersangkutan. 16 3. Prinsip Mengenal Nasabah Know Your Customer Principle yaitu prinsip yang diterapkan bank untuk mengetahui identitas nasabah, memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan. 17 Ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi pejabat bank bertindak menyimpang dari prinsip-prinsip perbankan tersebut seperti misalnya kualitas pejabat bank, persaingan antar bank, hubungan ke dalam, dan pengawasan. 18 Bank harus mampu menganalisis dan memprediksi suatu permohonan kredit untuk dapat meminimalkan risiko yang terkandung di dalam penyaluran kredit tersebut. Informasi tentang calon debitur merupakan faktor penting dalam menentukan tingkat risiko yang akan dihadapi bank. 19 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 memberikan panduan agar bank dalam melaksanakan kegiatan pemberian kredit senantiasa mendasarkan pada keyakinan bahwa debitur mampu mengembalikan kredit yang diperolehnya pada 16 Ibid. 17 Z. Dunil, Kamus Istilah Perbankan Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 2004, hlm. 115. 18 Yusuf Shopie, Op.Cit., hlm. 94. 19 Zulkarnain Sitompul, Problematika Perbankan, Bandung : BooksTerrace Library, 2005, hlm. 186. Universitas Sumatera Utara waktu yang telah diperjanjikan kredit yang diberikan terjamin pengembaliannya. 20 Penyelamatan kredit bermasalah merupakan suatu langkah penyelesaian kredit bermasalah melalui perundingan kembali antara kreditur dengan debitur. Perundingan yang dimaksud adalah dengan restrukturisasi kredit. Pemberian kredit senantiasa dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kehati-hatian untuk menghindari kredit bermasalah, akan tetapi dalam kenyataannya tidak ada bank tanpa kredit bermasalah. 21 Di dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 1415PBI2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum, yang dimaksud dengan restrukturisasi kredit adalah upaya perbaikan bank dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya, yang dilakukan antara lain melalui 22 1. Penurunan suku bunga kredit; : 2. Perpanjangan jangka waktu kredit; 3. Pengurangan tunggakan bunga kredit; 4. Pengurangan tunggakan pokok kredit; 5. Penambahan fasilitas kredit; danatau 6. Konversi kredit menjadi penyertaan modal sementara. Bank memiliki berbagai cara untuk menyelamatkan kredit macet. Oleh karena itu, penilaian karakter debitur harus menjadi prioritas dan wajib dilakukan dengan seksama dan sedini mungkin yaitu sejak debitur memulai langkah pertama untuk mendapatkan pinjaman. 23 20 Indrawati Soewarso, Aspek Hukum Jaminan Kredit, Jakarta : Institur Bankir Indonesia, 2002, hlm. 1. 21 Hermansyah, Op.Cit., hlm. 76. 22 Lihat Pasal 1 ayat 26 Peraturan Bank Indonesia Nomor 1415PBI2012 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum. 23 Zulkarnain Sitompul, Op.Cit., hlm. 187. Universitas Sumatera Utara Restrukturisasi kredit macet dilaksanakan di Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai. Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai pada awalnya melihat adanya prospek usaha yang baik bagi debitur, oleh karena itu pihak bank memberikan kesempatan yang bertujuan dalam rangka perbaikan kredit yaitu dengan melakukan restrukturisasi penyelamatan agar debitur dapat digolongkan kembali ke dalam kualitas kredit lancar. Debitur yang telah direstrukturisasi pada periode Januari 2013 sampai dengan Maret 2014 adalah sebanyak 19 debitur dengan nominal dana diperkirakan sebesar Rp. 6.000.000.000,00 Enam Milyar Rupiah. 24 24 Hasil wawancara dengan informan yaitu Pegawai Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai Junior Account Officer 2 pada tanggal 10 April 2014. Apabila kredit macet tidak ditangani secara tuntas, dikhawatirkan dapat menjadi salah satu penghambat pertumbuhan kredit perbankan. Restrukturisasi dilakukan untuk meminimalkan risiko kredit macet dan kerugian keuangan yang lebih besar. Akan tetapi dalam pelaksanaan proses restrukturisasi tidak dapat berjalan lancar. Terdapat hambatan-hambatan yang terjadi dalam melaksanakan restrukturisasi kredit macet di Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai diantaranya seperti debitur tidak memiliki prospek usaha dan debitur tidak kooperatif dalam memenuhi kewajiban kreditnya. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, akan dikaji mengenai Pelaksanaan Restrukturisasi Kredit Macet Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Dan Hambatannya Pada PT Bank Rakyat Indonesia Cabang Binjai. Universitas Sumatera Utara

B. Permasalahan