1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Anak Usia Dini PAUD merupakan salah satu lembaga kependidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun kalangan masyarakat
swadaya dengan mengkhususkan pendidikan bagi anak usia dini. Sesuai dengan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 1,
pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri
dengan lingkungannya Suyadi, 2010: 12. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan
dasar. Oleh karena pada usia 0-6 tahun merupakan masa peka bagi anak yang sering disebut Golden Age dimana anak mengalami peningkatan perkembangan
kecerdasan yang sangat signifikan. Menurut E. Mulyasa 2012: 34 masa Golden Age adalah kesempatan bagi anak usia dini untuk belajar guna mengoptimalkan
potensi kecerdasan yang dimilikinya. Hal ini disebabkan terjadi pematangan fungsi- fungsi fisik dan psikis yang siap merespons stimulasi yang datang dari lingkungan.
Selama masa ini, terjadi transformasi pada otak dan fisik anak sehingga usia ini sangat penting bagi perkembangan intelektual, spiritual, emosional, dan sosial anak
sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Pendidikan pada masa ini harus
2 memperhatikan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak agar anak mampu tumbuh
dan berkembang secara optimal. Setiap aspek perkembangan kecerdasan anak dapat berkembang secara pesat jika memperoleh stimulasi lingkungan yang memadai.
Hal ini penting, karena perkembangan yang terjadi dimasa ini sangat berpengaruh pada perkembangan selanjutnya.
Dalam pendidikan anak usia dini, pelaksanaan pembelajaran diarahkan pada pencapaian perkembangan anak yang sesuai dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan anak Departemen Pendidikan Nasional, 2010: 4. Pencapaian perkembangan pada anak
usia dini mencakup perkembangan fisik-motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial-emosional dan perkembangan bahasa Masitoh dkk, 2005: 7.
Salah satu perkembangan yang perlu dioptimalkan adalah kognitif anak. Aspek pengembangan kognitif yang dinyatakan dalam buku pedoman
pengembangan program pembelajaran di Taman Kanak-kanak Departemen Pendidikan Nasional, 2010: 18 bertujuan untuk mengembangkan kemampuan
berpikir anak, yaitu mengolah proses belajar, menemukan alternatif pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan logika matematis dan pengetahuan akan
ruang dan waktu, mempunyai kemampuan memilah, mengelompokkan, serta mempersiapkan kemampuan berpikir lebih teliti.
Dari beberapa unsur kemampuan berpikir anak, pengembangan kemampuan logika matematis perlu ditingkatkan. Menurut Slamet Suyanto 2005: 56
menjelaskan bahwa matematika berfungsi sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak. Pengembangan logika matematis
3 terdiri dari beberapa konsep seperti memilih, klasifikasi, menghitung, angka,
pengukuran, geometri, dan lain-lain. Salah satu konsep yang perlu dikenalkan dalam pembelajaran anak usia dini adalah konsep geometri. Geometri merupakan
kemampuan untuk memahami bentuk dan ruang. Geometri penting untuk dipahami anak sejak dini karena merupakan pondasi awal untuk memahami kemampuan dan
keterampilan yang lebih kompleks seperti keseimbangan, struktur, dan proporsi keseimbangan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar pada tanggal 04 Maret 2016, proses pembelajaran diselenggarakan untuk
mengembangkan aspek perkembangan anak khususnya berkaitan dengan aspek kognitif. Pada saat itu, kegiatan inti pembelajaran diisi untuk pengenalan bentuk
geometri dengan diawali penjelasan oleh guru kemudian anak diminta untuk mengelompokkan geometri sesuai dengan bentuk dan warna. Anak-anak
memberikan warna pada setiap bentuk sesuai dengan jenis kelompok warnanya. Bentuk geometri yang digunakan adalah segi tiga, lingkaran dan segi empat. Setelah
mengelompokkan sesuai dengan warna masing-masing, anak menghitung jumlah masing-masing tiap bentuk geometri tersebut.
Selama proses kegiatan tersebut, anak kurang antusias saat guru memberikan penjelasan mengenai bentuk dan warna geometri. Guru menggunakan
media semi-konkret berupa gambarpotongan kertas berbentuk ketiga bentuk geometri tersebut. Saat memberikan penjelasan, anak-anak terlihat tidak
memperhatikan guru dan berbicara dengan teman sebangku. Setelah selesai pengenalan, guru menanyakan pada anak tentang nama dan warnanya, beberapa
4 anak menjawab dengan mengatakan
“bunder”, “kotak” dan “lingkaran” sedangkan yang lainnya hanya diam saja. Berdasarkan LKA yang dikerjakan oleh anak, dari
24 anak diperoleh hasil sebanyak 7 anak 29,17 mampu mengidentifikasi dan mengelompokkan ketiga bentuk geometri tersebut dan mendapat kriteria baik.
Sisanya kesulitan mengidentifikasi, mengenali dan mengelompokkan bentuk terutama pada bentuk lingkaran dan segi empat dengan ukuran yang berbeda.
Beberapa anak bertanya kepada guru nama bentuk dan warna yang harus dikerjakan. Tetapi sebagian anak mampu mengerjakan sendiri kegiatan tersebut.
Kemudian saat guru bertanya perbedaan ciri-ciri antara ketiga bentuk tersebut, sebanyak 6 anak 25 mampu menyebutkan jawaban ciri-ciri tiga bentuk
geometri sedangkan sisanya hanya mampu menyebutkan satu ciri-ciri bentuk geometri yaitu lingkaran, segi empat atau segi tiga saja. Selanjutnya saat anak
diminta untuk menyebutkan contoh-contoh benda berbentuk geometri, sebanyak 7 anak 29,17 mampu menyebutkan 5 contoh benda seperti contoh benda
berbentuk lingkaran yaitu donat, cincin, ban, bola dan matahari. Sisanya masih kesulitan dalam memberikan contoh benda bentuk segi tiga dan segi empat.
Pembelajaran pengenalan bentuk geometri diselenggarakan dengan guru memanfaatkan
media gambarpotongan
bentuk geometri
kemudian menempelkannya dipapan tulis sehingga anak dapat melihatnya. Guru melakukan
pertanyaan pancingan tentang bentuk geometri yang dibawa oleh guru serta dibantu dengan lembar kerja anak. Guru menanyakan tentang nama bentuk, warna dan
contoh bendanya. Terlihat jika guru kurang menyediakan media konkret dalam mengenalkan geometri sehingga anak kurang antusias dalam mengikuti
5 pembelajaraan. Hal ini menyebabkan pemahaman anak tentang bentuk geometri
menjadi tidak utuh sebab anak hanya sebatas mengetahui bentuk dan nama geometri saja.
Selain itu, pengenalan bentuk geometri dengan menggambar sendiri dipapan tulis memungkinkan terjadinya gambar bentuk geometri yang tidak
proporsional sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman bentuk geometri pada anak. Guru juga kurang pemanfaatan media seperti balok bangunan
sehingga beberapa balok tersebut rusak tidak terpakai dan hilang. Berdasarkan hasil dari pengamatan terlihat jika rata-rata pemahaman bentuk geometri anak masih
kurang dimana terdapat sebanyak 17 anak 70 yang belum mengenal bentuk geometri sesuai dengan kriteria penilaian sehingga guru perlu meningkatkan
kemampuan anak tersebut. Demikian, dibutuhkan sebuah upaya baru untuk menyelenggarakan pembelajaran pengenalan bentuk geometri yang salah satunya
adalah pembelajaran menggunakan multimedia. Pembelajaran multimedia merujuk pada penggunaan teknologi dalam
proses pembelajaran yang menyajikan materi dalam bentuk verbal dan visual. Multimedia dapat dijadikan sebagai variasi media pembelajaran dalam proses
pembelajaran pengenalan bentuk geometri. Multimedia dapat menyajikan kata dan gambar dari materi yang akan disampaikan. Dengan multimedia, anak memiliki
pengalaman yang beragam dari segala macam media pembelajaran. Anak akan merasa lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. Multimedia dapat
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar Azhar Arsyad, 2011: 26. Dengan demikian,
6 pengenalan bentuk geometri melalui multimedia dapat diterapkan dalam proses
pembelajaran dengan menyajikan materi pengenalan bentuk geometri dalam bentuk audio, visual dan verbal.
Penggunaan multimedia dalam pembelajaran tersebut didukung oleh hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya oleh Zunita Andriani 2013
dimana pemahaman bentuk geometri anak kelompok B meningkat setelah melaksanakan pembelajaran berbasis multimedia. Melalui pembelajaran berbasis
multimedia, guru mempunyai panduan jelas dalam menjelaskan bentuk geometri, sehingga dalam menjelaskan dapat berurutan atau sistematis. Penggunaan
multimedia ini dapat membantu penyajian bentuk-bentuk geometri secara proporsional. Geometri dapat dihadirkan dalam bentuk nyata, sehingga dapat
menarik perhatian anak serta memudahkan anak mengingat dan memahami materi tersebut. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan sebuah penelitian untuk
memperbaiki dan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri pada anak kelompok B Di RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar melalui
pembelajaran berbasis multimedia.
B. Identifikasi Masalah