UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MUSLIMAT NU PLOSOGEDE.

(1)

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MUSLIMAT NU PLOSOGEDE SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh Isma Aini Saputri NIM 12111241014

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI JURUSAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA


(2)

(3)

(4)

(5)

v MOTTO

“Pendidik profesional adalah yang mau mengembangkan media pembelajaran


(6)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Segala Puji bagi Allah SWT, skripsi ini peneliti persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua, Bapak Subur dan Ibu Titik Sundari yang telah banyak berkorban, mencurahkan segala doa, dukungan, dan kasih sayang kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan,

2. Seluruh keluarga besar, dosen pembimbing, guru, sahabat dan semua pihak yang telah mendukung,


(7)

vii

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MULTIMEDIA

PADA ANAK KELOMPOK B DI RA MUSLIMAT NU PLOSOGEDE Oleh

Isma Aini Saputri NIM 12111241014

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia pada anak kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar dan mendeskripsikan langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran berbasis multimedia. Pembelajaran berbasis multimedia menggunakan video edukatif yang berisi materi pengenalan bentuk geometri. Kemampuan mengenal bentuk geometri pada penelitian ini difokuskan pada mengelompokkan bentuk geometri, membedakan ciri-ciri bentuk geometri dan menyebutkan benda-benda (benda sebenarnya) yang berbentuk geometri.

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaborasi, guru sebagai pelaksana tindakan dan peneliti sebagai perancang tindakan. Penelitian dilakukan dengan dua siklus terdiri dari lima pertemuan. Subyek penelitian adalah semua anak kelompok B RA Muslimat NU Plosogede yang berjumlah 24 anak. Obyek penelitian ini adalah kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia. Metode pengumpulan data menggunakan observasi dan dokumentasi. Data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri dengan pembelajaran berbasis multimedia. Pada tahap pra siklus` sebesar 27,78%, meningkat menjadi 47,22% pada siklus I dan meningkat pada siklus II menjadi 76,39% yang telah mencapai indikator keberhasilan sebesar 70%. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah: 1) Anak menonton video edukatif yang ditayangkan dan mendengarkan penjelasan guru secara klasikal; 2) Tanya-jawab materi geometri antara guru dan anak secara klasikal dan individu; 3) Anak mengaplikasikan materi dengan media plastisin, sedotan dan puzzle bongkar pasang; 4) Anak mengerjakan tugas (lembar kerja anak). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kemampuan mengenal bentuk geometri dapat ditingkatkan dengan pembelajaran multimedia pada anak kelompok B RA Muslimat NU Plosogede.


(8)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Syukur Alhamdulillah, atas rahmat dan karunia Allah SWT, sehingga

skripsi yang berjudul “Upaya Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk

Geometri melalui Pembelajaran Berbasis Multimedia pada Anak Kelompok B Di RA Muslimat NU Plosogede” dapat terselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna meraih gelar Sarjana Pendidikan.

Keberhasilan penyusunan skripsi ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu disampaikan terima kasih kepada :

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan kuliah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan izin penelitian.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini yang telah berkenan memberikan izin penelitian.

4. Ibu Dra. Sudaryanti, M.Pd dan Ibu Nur Cholimah, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan ilmu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

5. Kepala Sekolah RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar Magelang yang telah memberikan izin dan kemudahan selama proses penelitian berlangsung.

6. Ibu Rismiyati selaku guru kelas kelompok B RA Muslimat NU Plosogede yang bersedia menjadi mitra dan memberikan bantuan dalam penelitian ini.

7. Semua murid kelompok B RA Muslimat NU Plosogede yang telah berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Kedua orang tua penulis Bapak Subur dan Ibu Titik Sundari, saudara penulis Aninda Hemalia Putri, serta segenap keluarga yang telah memberikan doa, kekuatan, dana dan motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.


(9)

ix

9. Seluruh sahabat dan teman-teman PG-PAUD 2012, atas bantuan, dukungan, doa serta motivasi selama penyusunan skripsi.

10. Semua pihak yang memberikan doa, bantuan dan motivasi.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan.

Wasssalamu’alaikum Wr.Wb

Yogyakarta, 21 Oktober 2016

Penulis


(10)

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PERNYATAN ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GRAFIK ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat penelitian ... 8

G. Definisi Operasional... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Perkembangan Kognitif Anak TK B ... 11

B. Matematika Anak Usia Dini ... 15

C. Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri ... 20

1. Pengertian Geometri... 20

2. Macam Geometri ... 21

3. Tahap Belajar Geometri ... 23


(11)

xi

1. Pengertian Multimedia ... 25

2. Karakteristik Media dalam Pembelajaran Multimedia ... 27

3. Model Pembelajaran Multimedia ... 29

E. Kerangka Berpikir ... 32

F. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 34

B. Tahap Penelitian ... 35

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 38

D. Setting Penelitian ... 39

E. Metode Pengumpulan Data ... 39

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 43

H. Indikator Keberhasilan ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 46

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 46

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 46

a. Deskripsi Data Kemampuan Awal Anak ... 46

b. Deskripsi Hasil Penelitian ... 50

1) Implementasi Pelaksanaan Siklus I ... 50

2) Implementasi Pelaksanaan Siklus II ... 58

B. Pembahasan ... 63

C. Keterbatasan Penelitian ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 75


(12)

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Observasi ... 41

Tabel 2. Rubrik Penilaian Mengelompokkan Bentuk Geometri ... 42

Tabel 3. Rubrik Penilaian Membedakan Ciri Bentuk Geometri ... 42

Tabel 4. Rubrik Penilaian Menyebutkan Benda Berbentuk Geometri ... 43

Tabel 5. Pemahaman Bentuk Geometri Anak Kelompok B Prasiklus... 49

Tabel 6. Perbandingan Prasiklus dan Siklus I Mengenal Geometri ... 56

Tabel 7. Perbandingan Siklus I dan Siklus II Mengenal Geometri ... 62


(13)

xiii

DAFTAR GRAFIK

hal Grafik 1. Perbandingan Rata-rata Persentase Mengenal Geometri ... 64 Grafik 2. Peningkatan Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri ... 67


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 77

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 83

Lampiran 3. Hasil Penelitian ... 88

Lampiran 4. Hasil Pengolahan Data... 96

Lampiran 5. Rencana Kegiatan Harian ... 98

Lampiran 6. Lembar Kerja Anak ... 114


(15)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu lembaga kependidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun kalangan masyarakat swadaya dengan mengkhususkan pendidikan bagi anak usia dini. Sesuai dengan Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 1, pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah untuk mengembangkan berbagai potensi anak sejak dini sebagai persiapan untuk hidup dan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Suyadi, 2010: 12).

Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar. Oleh karena pada usia 0-6 tahun merupakan masa peka bagi anak yang sering disebut Golden Age dimana anak mengalami peningkatan perkembangan kecerdasan yang sangat signifikan. Menurut E. Mulyasa (2012: 34) masa Golden Age adalah kesempatan bagi anak usia dini untuk belajar guna mengoptimalkan potensi kecerdasan yang dimilikinya. Hal ini disebabkan terjadi pematangan fungsi-fungsi fisik dan psikis yang siap merespons stimulasi yang datang dari lingkungan. Selama masa ini, terjadi transformasi pada otak dan fisik anak sehingga usia ini sangat penting bagi perkembangan intelektual, spiritual, emosional, dan sosial anak sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Pendidikan pada masa ini harus


(16)

memperhatikan seluruh potensi yang dimiliki oleh anak agar anak mampu tumbuh dan berkembang secara optimal. Setiap aspek perkembangan kecerdasan anak dapat berkembang secara pesat jika memperoleh stimulasi lingkungan yang memadai. Hal ini penting, karena perkembangan yang terjadi dimasa ini sangat berpengaruh pada perkembangan selanjutnya.

Dalam pendidikan anak usia dini, pelaksanaan pembelajaran diarahkan pada pencapaian perkembangan anak yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan tingkat pencapaian perkembangan anak (Departemen Pendidikan Nasional, 2010: 4). Pencapaian perkembangan pada anak usia dini mencakup perkembangan fisik-motorik, perkembangan kognitif, perkembangan sosial-emosional dan perkembangan bahasa (Masitoh dkk, 2005: 7). Salah satu perkembangan yang perlu dioptimalkan adalah kognitif anak.

Aspek pengembangan kognitif yang dinyatakan dalam buku pedoman pengembangan program pembelajaran di Taman Kanak-kanak (Departemen Pendidikan Nasional, 2010: 18) bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir anak, yaitu mengolah proses belajar, menemukan alternatif pemecahan masalah, mengembangkan kemampuan logika matematis dan pengetahuan akan ruang dan waktu, mempunyai kemampuan memilah, mengelompokkan, serta mempersiapkan kemampuan berpikir lebih teliti.

Dari beberapa unsur kemampuan berpikir anak, pengembangan kemampuan logika matematis perlu ditingkatkan. Menurut Slamet Suyanto (2005: 56) menjelaskan bahwa matematika berfungsi sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak. Pengembangan logika matematis


(17)

terdiri dari beberapa konsep seperti memilih, klasifikasi, menghitung, angka, pengukuran, geometri, dan lain-lain. Salah satu konsep yang perlu dikenalkan dalam pembelajaran anak usia dini adalah konsep geometri. Geometri merupakan kemampuan untuk memahami bentuk dan ruang. Geometri penting untuk dipahami anak sejak dini karena merupakan pondasi awal untuk memahami kemampuan dan keterampilan yang lebih kompleks seperti keseimbangan, struktur, dan proporsi (keseimbangan).

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan di RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar pada tanggal 04 Maret 2016, proses pembelajaran diselenggarakan untuk mengembangkan aspek perkembangan anak khususnya berkaitan dengan aspek kognitif. Pada saat itu, kegiatan inti pembelajaran diisi untuk pengenalan bentuk geometri dengan diawali penjelasan oleh guru kemudian anak diminta untuk mengelompokkan geometri sesuai dengan bentuk dan warna. Anak-anak memberikan warna pada setiap bentuk sesuai dengan jenis kelompok warnanya. Bentuk geometri yang digunakan adalah segi tiga, lingkaran dan segi empat. Setelah mengelompokkan sesuai dengan warna masing-masing, anak menghitung jumlah masing-masing tiap bentuk geometri tersebut.

Selama proses kegiatan tersebut, anak kurang antusias saat guru memberikan penjelasan mengenai bentuk dan warna geometri. Guru menggunakan media semi-konkret berupa gambar/potongan kertas berbentuk ketiga bentuk geometri tersebut. Saat memberikan penjelasan, anak-anak terlihat tidak memperhatikan guru dan berbicara dengan teman sebangku. Setelah selesai pengenalan, guru menanyakan pada anak tentang nama dan warnanya, beberapa


(18)

anak menjawab dengan mengatakan “bunder”, “kotak” dan “lingkaran” sedangkan yang lainnya hanya diam saja. Berdasarkan LKA yang dikerjakan oleh anak, dari 24 anak diperoleh hasil sebanyak 7 anak (29,17%) mampu mengidentifikasi dan mengelompokkan ketiga bentuk geometri tersebut dan mendapat kriteria baik. Sisanya kesulitan mengidentifikasi, mengenali dan mengelompokkan bentuk terutama pada bentuk lingkaran dan segi empat dengan ukuran yang berbeda. Beberapa anak bertanya kepada guru nama bentuk dan warna yang harus dikerjakan. Tetapi sebagian anak mampu mengerjakan sendiri kegiatan tersebut.

Kemudian saat guru bertanya perbedaan ciri-ciri antara ketiga bentuk tersebut, sebanyak 6 anak (25%) mampu menyebutkan jawaban ciri-ciri tiga bentuk geometri sedangkan sisanya hanya mampu menyebutkan satu ciri-ciri bentuk geometri yaitu lingkaran, segi empat atau segi tiga saja. Selanjutnya saat anak diminta untuk menyebutkan contoh-contoh benda berbentuk geometri, sebanyak 7 anak (29,17%) mampu menyebutkan 5 contoh benda seperti contoh benda berbentuk lingkaran yaitu donat, cincin, ban, bola dan matahari. Sisanya masih kesulitan dalam memberikan contoh benda bentuk segi tiga dan segi empat.

Pembelajaran pengenalan bentuk geometri diselenggarakan dengan guru memanfaatkan media gambar/potongan bentuk geometri kemudian menempelkannya dipapan tulis sehingga anak dapat melihatnya. Guru melakukan pertanyaan pancingan tentang bentuk geometri yang dibawa oleh guru serta dibantu dengan lembar kerja anak. Guru menanyakan tentang nama bentuk, warna dan contoh bendanya. Terlihat jika guru kurang menyediakan media konkret dalam mengenalkan geometri sehingga anak kurang antusias dalam mengikuti


(19)

pembelajaraan. Hal ini menyebabkan pemahaman anak tentang bentuk geometri menjadi tidak utuh sebab anak hanya sebatas mengetahui bentuk dan nama geometri saja.

Selain itu, pengenalan bentuk geometri dengan menggambar sendiri dipapan tulis memungkinkan terjadinya gambar bentuk geometri yang tidak proporsional sehingga dapat mengakibatkan terjadinya kesalahpahaman bentuk geometri pada anak. Guru juga kurang pemanfaatan media seperti balok bangunan sehingga beberapa balok tersebut rusak tidak terpakai dan hilang. Berdasarkan hasil dari pengamatan terlihat jika rata-rata pemahaman bentuk geometri anak masih kurang dimana terdapat sebanyak 17 anak (70%) yang belum mengenal bentuk geometri sesuai dengan kriteria penilaian sehingga guru perlu meningkatkan kemampuan anak tersebut. Demikian, dibutuhkan sebuah upaya baru untuk menyelenggarakan pembelajaran pengenalan bentuk geometri yang salah satunya adalah pembelajaran menggunakan multimedia.

Pembelajaran multimedia merujuk pada penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran yang menyajikan materi dalam bentuk verbal dan visual. Multimedia dapat dijadikan sebagai variasi media pembelajaran dalam proses pembelajaran pengenalan bentuk geometri. Multimedia dapat menyajikan kata dan gambar dari materi yang akan disampaikan. Dengan multimedia, anak memiliki pengalaman yang beragam dari segala macam media pembelajaran. Anak akan merasa lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran. Multimedia dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar (Azhar Arsyad, 2011: 26). Dengan demikian,


(20)

pengenalan bentuk geometri melalui multimedia dapat diterapkan dalam proses pembelajaran dengan menyajikan materi pengenalan bentuk geometri dalam bentuk audio, visual dan verbal.

Penggunaan multimedia dalam pembelajaran tersebut didukung oleh hasil penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya oleh Zunita Andriani (2013) dimana pemahaman bentuk geometri anak kelompok B meningkat setelah melaksanakan pembelajaran berbasis multimedia. Melalui pembelajaran berbasis multimedia, guru mempunyai panduan jelas dalam menjelaskan bentuk geometri, sehingga dalam menjelaskan dapat berurutan atau sistematis. Penggunaan multimedia ini dapat membantu penyajian bentuk-bentuk geometri secara proporsional. Geometri dapat dihadirkan dalam bentuk nyata, sehingga dapat menarik perhatian anak serta memudahkan anak mengingat dan memahami materi tersebut. Oleh karena itu, peneliti ingin melakukan sebuah penelitian untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri pada anak kelompok B Di RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar melalui pembelajaran berbasis multimedia.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Dari total 24 anak, terdapat 7 anak yang telah memahami bentuk geometri, sedangkan 17 anak masih kesulitan dalam mengenali, mengelompokkan dan membedakan ciri-ciri bentuk geometri.


(21)

2. Media pembelajaran yang digunakan dalam pengenalan bentuk geometri belum optimal, diantaranya adalah gambar dalam majalah atau menggambar sendiri dipapan tulis.

3. Anak kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran pengenalan bentuk geometri sebab media yang digunakan oleh guru kurang menarik.

4. Multimedia diyakini mampu meningkatkan pemahaman bentuk geometri anak tetapi strategi penerapannya yang tepat dalam pembelajaran belum diketahui. C.Batasan Masalah

Dari uraian di atas, maka penelitian ini dibatasi pada masalah terkait penerapan multimedia yang tepat untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri pada anak kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede, Ngluwar. D.Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan masalah yang telah dipaparkan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia pada anak kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede?”.

E.Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia pada anak kelompok B dan mendeskripsikan langkah-langkah dalam meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia pada anak kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede.


(22)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini secara praktis, yaitu: 1. Bagi Anak

Penelitian ini bermanfaat untuk membantu anak dalam membangun kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran yang lebih bervariasi yaitu berbasis multimedia.

2. Bagi Guru

Penelitian ini juga bermanfaat bagi guru yakni guru dapat mengembangkan kinerjanya secara profesional terutama dalam penggunaan media pembelajaran yang lebih bervariasi (multimedia) selama melaksanakan proses pembelajaran terutama dalam meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri.

3. Bagi Peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk mahasiswa/peneliti Program Studi PAUD sebagai acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri melalui pembelajaran multimedia.

4. Bagi Sekolah

Penelitian ini dapat digunakan sebagai sarana refensi sekolah dalam meningkatkan kualitas proses pembelajaran yang mampu mengembangkan aspek perkembangan anak terutama kognitif-matematika khususnya pengenalan bentuk geometri.


(23)

G.Definisi Operasional

Pengenalan bentuk geometri adalah suatu kemampuan anak yang berkaitan dengan mengenal dan memahami sesuatu yang berkonsep ukuran, bentuk kedudukan dan ruang. Geometri merupakan bentuk atau bangun datar maupun bangun ruang. Dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak, geometri datar yang dikenalkan adalah lingkaran, segi tiga dan segi empat.

Penelitian ini berfokus pada peningkatan kemampuan mengenal bentuk geometri datar pada anak kelompok B. Kriteria penilaian yang digunakan mengacu pada indikator mengelompokkan bentuk geometri, membedakan ciri-ciri bentuk geometri dan menyebutkan benda berbentuk geometri yang tertuang dalam kisi-kisi penilaian dengan kriteria skor 1-3. Penilaian dihasilkan dari pengamatan pada proses pembelajaran dengan tanya jawab antara guru dan anak, serta menilai dari lembar kerja anak dengan masing-masing indikator.

Multimedia merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Multimedia biasanya berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara dan video. Kombinasi tersebut merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan atau isi pelajaran dan dapat merangsang pilihan, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali.

Pengenalan bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia adalah suatu upaya pembelajaran yang dirancang untuk memberikan pemahaman tentang bentuk geometri dengan menayangkan materi yang terdapat pada softfile


(24)

pembelajaran yang berisikan visual, teks, audio dan animasi bentuk geometri berupa video edukatif dan ditampilkan melalui laptop serta dipancarkan di dinding menggunakan LCD dan proyektor. Video edukatif berisikan materi macam-macam bentuk geometri, contoh-contoh benda berbentuk geometri dan ciri sederhana bentuk geometri.


(25)

BAB II KAJIAN TEORI A.Perkembangan Kognitif Anak TK B

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas dan berbeda dengan anak lain yang berada di atas usia 8 tahun. Anak usia dini sangat dinamis, antusias dan hampir selalu ingin tahu terhadap apa yang dilihat dan didengarnya, serta seolah-olah tak pernah berhenti belajar (Sofia Hartati, 2005: 8). Secara umum karakteristik anak usia dini yang khas dijelaskan oleh Richard D. Kellough (Sofia Hartati, 2005: 8-11) adalah sebagai berikut :

1. Anak Bersifat Egosentris

Anak yang mempunyai sifat egosentris cenderung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Contohnya anak masih berebut alat-alat mainan, menangis bila menghendaki sesuatu yang tidak dipenuhi oleh orang tuanya atau memaksakan sesuatu terhadap orang lain. Hal ini sejalan dengan pendapat Piaget (Sofia Hartati, 2005: 9) bahwa anak usia dini sedang berada pada fase transisi dari fase praoperasional ke fase operasional konkret. Pada saat fase praoperasional, pola berfikir anak bersifat egosentris dan simbolik, sedangkan pada fase operasional konkret anak mulai menerapkan logika untuk memahami persepsi-persepsi. Anak yang berada pada masa transisi ini masih berpikir menurut kedua pola tersebut secara bergantian atau kadang secara simultan.

2. Anak Memiliki Rasa Ingin Tahu Yang Besar

Bagi anak, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan sehingga menimbulkan rasa keingintahuan yang tinggi. Rasa ingin tahu anak bervariasi sesuai dengan apa yang menarik perhatiannya. Misalnya anak


(26)

lebih tertarik dengan benda yang menimbulkan akibat daripada benda yang terjadi dengan sendirinya.

3. Anak adalah Makhluk Sosial

Anak merasa senang ketika diterima dan bersama dengan teman sebayanya. Anak senang bekerja sama dalam membuat rencana dan menyelesaikan pekerjaannya. Anak akan membangun konsep diri melalui interaksi sosial. Anak belajar membangun kepuasan melalui penghargaan diri ketika diberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya.

4. Anak Bersifat Unik

Anak merupakan individu yang unik dimana masing-masing memiliki bawaan, minat, kapabilitas dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu sama lain. Anak juga memiliki keunikan lain dalam hal seperti gaya belajar, minat dan latar belakang keluarga. Walaupun pola urutan umum dalam perkembangan anak dapat diprediksi tetapi pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki perbedaan satu sama lain.

5. Anak Umumnya Kaya Dengan Fantasi

Anak menyukai hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada umumnya anak kaya dengan fantasi. Imajinasi anak berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Misalnya saat anak melihat gambar sebuah robot, maka imajinasinya berkembang bagaimana robot itu berjalan dan bertempr dan seterusnya. Anak dapat menceritakan melebihi apa yang anak dengar dan lihat sesuai dengan imajinasi yang sedang berkembang pada pikirannya.


(27)

6. Anak Memiliki Daya Konsentrasi Yang Pendek

Anak sulit untuk berkonsentrasi pada suatu kegiatan dalam jangka waktu yang lama. Anak cepat mengalihkan perhatian pada kegiatan lain, kecuali jika kegiatan tersebut menyenangkan, bervariasi dan tidak membosankan. Pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bervariasi dan menyenangkan sehingga tidak membuat anak terpaku di tempat dan menyimak dalam jangka waktu lama.

7. Anak Merupakan Masa Belajar Yang Paling Potensial

Pada masa anak usia dini, anak mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dan pesat pada berbagai aspek. Seluruh potensi anak mengalami masa peka untuk tumbuh dan berkembang. Oleh sebab itu, anak membutuhkan stimulasi dan rangsangan dari lingkungannya. Pembelajaran pada masa ini mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak mencapai tahapan sesuai dengan tugas perkembangannya.

Setiap anak memiliki periode perkembangan yang menunjukkan ciri-ciri atau karakteristik perilaku tertentu. Karakteristik perkembangan anak adalah tugas perkembangan pada suatu periode yang harus dicapai dan dikuasai oleh seorang anak. Anak yang mampu mencapai tugas perkembangan pada periode tertentu maka anak memperoleh dasar penguasaan perkembangan pada periode berikutnya. Menurut Sofia Hartati (2005: 18) tugas perkembangan tersebut meliputi berbagai karakteristik perilaku pada masing-masing aspek perkembangan yaitu nilai, agama dan moral, sosial emosional, fisik motorik, bahasa serta kognitif. Oleh karena


(28)

penelitian ini fokus pada kemampuan matematis yang menjadi bagian dari kognitif, maka karakteristik perkembangan kognitif akan lebih ditonjolkan.

Menurut Soemiarti Patmonodewo (1995: 24) kognitif merupakan pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati yang menunjukkan tingkah laku orang untuk memperoleh pengetahuan. Perkembangan kognitif pada anak menunjukkan perkembangan dari organ berpikir anak. Kemampuan anak dalam mengkoordinasi berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah digunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan. Perkembangan kognitif dinyatakan dengan pertumbuhan kemampuan merancang, mengingat dan mencari penyelesaian masalah yang dihadapi.

Piaget (Soemiarti Patmonodewo, 1995: 24) menjelaskan tahapan perkembangan kognitif yang terdiri dari tahap sensorimotor, tahap praoperasional, tahapan operasional konkret dan tahapan operasional formal. Tahapan-tahapan perkembangan tersebut berkaitan dengan pertumbuhan kematangan dan pengalaman anak. Pada masa anak prasekolah, perkembangan kognitif mencapai pada tahapan praoperasional, dimana anak menggunakan fungsi simbolik. Anak mampu mengingat kembali simbol-simbol dan membayangkan benda yang tidak nampak secara fisik. Pada tahap ini anak belum menguasai operasi mental secara logis. Setiap anak memiliki cara berpikirnya sendiri. Rita Eka Izzaty, dkk (2008: 88) menjelaskan beberapa ciri berpikir anak pada tahap praoperasional ini antara lain:

a. Anak mulai menguasai fungsi simbolis; sehingga anak mampu bermain pura-pura dan penguasaan bahasa menjadi semakin sistematis.


(29)

b. Terjadi tingkah laku imitasi; anak suka peniruan terutama pada kakak atau teman yang lebih besar usianya.

c. Cara berpikir anak egosentris; yaitu suatu ketidakmampuan untuk membedakan antara perspektif seseorang dengan perspektif orang lain.

d. Cara berpikir anak centralized yaitu berpusat pada satu dimensi saja. e. Berpikir tidak dapat dibalik; operasi logis anak belum dapat dibalik.

f. Berpikir terarah statis; anak tidak pernah memperhatikan dinamika proses terjadinya sesuatu.

Oleh karena perkembangan kognitif pada anak usia prasekolah adalah memasuki tahap praoperasional maka pengembangan kognitif harus disesuaikan dengan cara berpikir anak. Kognitif yang dinyatakan dengan pertumbuhan kemampuan merancang, mengingat dan mencari penyelesaian masalah yang dihadapi. Sedangkan praoperasional anak ditunjukkan dengan anak menggunakan fungsi simbolik. Anak mampu mengingat kembali simbol-simbol dan membayangkan benda yang tidak nampak secara fisik. Dengan demikian, guru harus menyediakan proses dan media pembelajaran yang sesuai dengan cara berpikir anak yang simbolis, terutama dalam pengenalan bentuk geometri.

B.Matematika Anak Usia Dini

Matematika merupakan pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar-struktur tersebut sehingga terorganisasi dengan baik. Matematika digunakan sebagai bahasa simbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah-istilah yang didefinisikan secara cermat, jelas dan


(30)

akurat. Kegiatan matematika sederhana yang sering dilakukan adalah menghitung, mengukur, mendesain, menempatkan, bermain dan menjelaskan.

Pengenalan matematika anak usia dini bertujuan untuk mengembangkan aspek moral, sosial, fisik dan emosi secara menyeluruh dan optimal dengan cara pengenalan yang benar (Sudaryanti, 2006: 3). Pengenalan matematika berkaitan dengan aritmetika, geometri, pecahan, pengukuran dan pengelolaan data. Kemampuan dasar matematika anak prasekolah berada pada tahap praopersional yang dalam perkembangannya anak mampu berpikir secara simbolis. Dimana anak mulai mengerti bahwa hal-hal abstrak misalnya angka dapat mewakili banyak benda.

Kegiatan pembelajaran pengenalan matematika di TK bukan hanya sekedar untuk mengembangkan kemampuan calistung (baca, tulis, hitung), tetapi juga mengembangkan aspek-aspek perkembangan secara menyeluruh. Slamet Suyanto (2005: 56) menyebutkan bahwa matematika berfungsi sebagai salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak. Mulanya anak tidak tahu bilangan, angka dan operasi bilangan matematis. Secara bertahap sesuai dengan perkembangan mentalnya anak belajar membilang, mengenal angka, dan berhitung. Matematika untuk anak usia dini diawali dengan pemahaman konsep bilangan dan operasi bilangan. Piaget (Slamet Suyanto, 2005: 160) mengatakan bahwa anak harus dilatih terlebih dahulu mengkonstruksi pemahaman dengan bahasa simbolik yang disebut sebagai abstraksi sederhana (simple abstraction) atau abstraksi empiris. Misalnya, saat guru memberi anak uang logam guru mengatakan “koin”. Lalu anak dilatih untuk berpikir simbolik lebih jauh yang disebut abstraksi


(31)

reflektif (reflective abstraction). Ketika guru menaruh sebuah koin didepan anak, guru mengatakan “satu”, lalu menaruh lagi sambil berkata “dua”, dan seterusnya. Dengan demikian anak mulai menghubungkan antara jumlah koin dengan bahasa matematis bilangan: satu, dua, tiga, dan seterusnya. Langkah berikutnya adalah mengajarkan anak menghubungkan antara pengertian bilangan dengan simbol bilangan. Misalnya sebuah koin dengan kata “satu” dan angka 1. Dua buah koin dengan kata “dua” dan angka 2, demikian seterusnya sampai anak benar-benar memahaminya.

Piaget (Slamet Suyanto, 2005: 56) menegaskan bahwa pengenalan matematika pada anak usia dini sebaiknya dilakukan melalui penggunaan benda-benda konkret dan pembiasaan penggunaan matematika agar anak dapat memahami matematika. Sebagai contoh, mengingatkan anak tentang tanggal hari ini dan menuliskannya di papan tulis yang akan melatih anak mengenal bilangan.

Tujuan pembelajaran matematika untuk anak usia dini sebagai logico-mathematical learning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit. Anak belajar memahami bahasa matematis dan penggunaanya untuk berpikir. Slamet Suyanto (2005: 162) menyebutkan beberapa konsep matematika untuk anak usia dini meliputi hal-hal berikut ini :

1. Memilih, membandingkan dan mengurutkan misalnya memilih kubus yang pendek, diteruskan ke yang lebih panjang sehingga membentuk urutan dari yang paling pendek ke yang paling panjang.

2. Klasifikasi, yaitu mengelompokkan benda-benda ke dalam beberapa kelompok misalnya berdasarkan ukuran atau bentuknya.


(32)

3. Menghitung, yaitu menghubungkan antara benda dengan konsep bilang dimulai dari satu. Jika sudah mahir anak dapat menghitung kelipatan misalnya kelipatan dua, lima atau sepuluh.

4. Angka, yaitu simbol dari kuantitas. Anak menghubungkan antara kebanyakan benda dengan menggunkan simbol angka.

5. Pengukuran, yaitu anak dapat mengukur ukuran suatu benda dengan berbagai cara mulai dari ukuran non standar menuju ukuran standar. Ukuran non standar misalnya kaki, depa dan jengkal. Sedangkan ukuran standar ialah dengan menggunakan alat ukur standar misalnya penggaris atau meteran.

6. Geometri, yaitu mengenal bentuk, luas, volume dan area.

7. Membuat grafik misalnya guru membagi kartu merah, hijau dan kuning untuk anak yang suka apel, mangga dan pisang. Lalu guru meminta ank untuk menempelnya di papan tulis yang telah diberi sumbu datar (X) dan tegak (Y). Maka akan tampak grafik yang menggambarkan banyaknya anak yang suka buah-buahan tersebut

8. Pola, yaitu membentuk pola misalnya guru memberi angka 1, 3, 6 lalu anak melanjutkannya dengan suatu pola tertentu, bisa 9, 12, 15, dst.

9. Problem solving, yaitu kemampuan memecahkan persoalan sederhana yang melibatkan bilangan dan operasi bilangan.


(33)

Sedangkan fokus pengajaran matematika di taman kanak-kanak menurut Kindergarten Curriculum Focal Points (George S. Morrison, 2012: 267-268) adalah sebagai berikut :

1. Angka dan operasinya: menyajikan, membandingkan dan mengurutkan seluruh angka serta menggabungkan dan memisahkan sejumlah rangkaian angka. 2. Geometri: menggambarkan wujud dan ruang.

3. Pengukuran: mengurutkan objek berdasarkan atribut yang dapat diukur.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa matematika pada anak usia dini adalah pengetahuan yang berkaitan dengan berbagai struktur abstrak dan hubungan antar struktur guna mengembangkan kemampuan berpikir logis dan matematis, dimana kegiatan belajar tentang konsep matematika dilakukan melalui aktifitas bermain dalam kehidupan sehari-hari dan bersifat ilmiah dengan cara yang menyenangkan dan tidak rumit.

Kemampuan matematika anak akan sejalan dengan berkembangnya kemampuan konversinya. Martin Jamaris (2006: 44) menyatakan bahwa kemampuan konversi merupakan kemampuan untuk memahami perubahan-perubahan yang berkaitan dengan jumlah, ukuran, bentuk, volume, dan bidang. Kemampuan ini menjadi dasar pengembangan kemampuan matematika dasar.

Beberapa konsep atau materi matematis tersebut, pada dasarnya perlu diperkenalkan kepada anak usia dini. Salah satu konsep matematika yang sangat penting untuk dikenalkan adalah konsep geometri. Konsep geometri berkaitan dengan pemahaman bentuk dan ruang.


(34)

C.Kemampuan Mengenal Bentuk Geometri 1. Pengertian Geometri

Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 355), geometri adalah cabang matematika yang menerangkan sifat-sifat garis, sudut, bidang dan ruang. Geometri sendiri (Greek; geo= bumi, metria= ukuran) adalah sebagian dari matematika yang mengambil persoalan mengenai ukuran, bentuk, dan kedudukan serta sifat ruang. Sudaryanti (2006: 45) menambahkan geometri merupakan bentuk atau bangun datar maupun bangun ruang. Dalam pembelajaran di TK, geometri datar yang dikenalkan adalah lingkaran, segi tiga dan segi empat. Sedangkan untuk geometri ruang adalah balok, kubus, bola,dll.

Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa pengenalan bentuk geometri adalah suatu upaya untuk mengembangkan kemampuan anak yang berkaitan dengan mengenal dan memahami sesuatu yang berkonsep ukuran, bentuk kedudukan dan ruang.

Membangun konsep geometri pada anak dimulai dengan mengidentifikasikan bentuk-bentuk dan menyelidiki bangunan dan memisahkan gambar-gambar biasa seperti segi empat, lingkaran dan segi tiga. Selain itu anak juga belajar bahasa untuk mengungkapkan letak seperti dibawah, di atas, kiri dan kanan yang menjadi dasar awal memahami geometri (Carol Seefeldt, 2008: 398). Guru dapat menciptakan suasana lingkungan yang memperkuat anak untuk belajar bentuk-bentuk. Mendorong anak untuk sadar akan bentuk-bentuk geometri didalam lingkungan alami yang memungkinkan anak untuk membuat asosiasi antara


(35)

benda-benda biasa dan kata-kata tidak biasa yang mewakili bentuk-bentuk itu. Anak juga belajar untuk mengidentifikasikan bentuk-bentuk.

Hal ini juga didukung dalam Kindergarten Curriculum Focal Points, bahwa anak menafsirkan dunia fisik dengan ide geometri (misalnya wujud, orientasi, hubungan, keruangan) dan menggambarkannya dengan kosakata yang terkait (George S. Morrison, 2012: 267). Anak mengidentifikasi, menamai, dan menggambarkan berbagai wujud seperti persegi, segi tiga, lingkaran, segi empat, heksagon (reguler) dan trapesium (sama sisi) yang disajikan dalam berbagai cara (misalnya dengan ukuran dan orientasi yang berbeda-beda), beserta bentuk tiga dimensi seperti bola, kubus dan tabung.

Pada penelitian ini, pengenalan bentuk geometri terfokus pada peningkatan pemahaman kemampuan anak untuk mengingat, mengenal, mengidentifikasi serta mengaplikasikan berbagai wujud bentuk geometri, khususnya bentuk geometri datar.

2. Macam-macam Geometri

Geometri terdiri dari beberapa klasifikasi bangun. Daitin Tarigan (2006: 63) membagi klasifikasi bentuk geometri diantaranya adalah bangun datar dan bangun ruang.

a. Bangun Datar

Bangun datar didefinisikan sebagai bangun yang rata yang mempunyai dua dimensi yaitu panjang dan lebar tetapi tidak mempunyai tinggi atau tebal. Namun, tidak semua benda yang ada disekitar kita yang terlihat datar, rata, tinggi atau tebal merupakan bangun datar sehingga pengertian bangun datar adalah abstrak.


(36)

Jenis-jenis bangun datar jika ditinjau dari sisinya digolongkan menjadi dua jenis yaitu bangun datar bersisi lengkung dan lurus. Bangun datar bersisi lengkung antara lain lingkaran, ellips, dll. Sedangkan bangun datar yang bersisi lurus antara lain adalah segi tiga, segi empat, segi lima, dst. Segi tiga terdiri dari segi tiga tumpul, segi tiga samakaki, segi tiga samasisi dan segi tiga sembarang. Selanjutnya segi empat dikelompokkan menjadi jajar genjang, trapesium dan layang-layang. Jajar genjang yang keempat sudutnya siku-siku adalah persegi panjang, sedangkan persegi panjang yang keempat sisinya sama panjang disebut persegi.

b. Bangun Ruang

Bangun ruang merupakan bangun tiga dimensi yaitu sebuah bangun yang memiliki ruang dan dibatasi oleh sisi-sisi. Jumlah dan model dari sisi-sisi yang membatasi bangun tersebut menentukan nama dan bentuk dari bangun tersebut. Contoh bangun ruang diantaranya adalah kubus, balok, prisma, limas, tabung, kerucut, dan bola.

Dari beberapa bentuk yang telah dijabarkan di atas, tidak semua bentuk harus dipahami oleh anak. Terdapat beberapa bentuk yang penting untuk dipahami oleh anak sebagai dasar pemahaman bentuk geometri seperti yang tercantum pada kurikulum jenjang taman kanak-kanak. Bentuk geometri tersebut antara lain: bangun datar (persegi, persegi panjang, segi tiga, hati, lingkaran) sedangkan bangun ruang (kubus, persegi, tabung, kerucut). Penelitian yang dilakukan adalah lebih memfokuskan dalam pengenalan bentuk geometri bangun datar.


(37)

3. Tahap Belajar Geometri

Pembelajaran dilaksanakan berdasarkan pada tahap perkembangan anak dalam memahami materi bentuk. Hal ini bertujuan agar bentuk geometri dapat dipahami anak dengan mudah. Van Hiele dalam Tarigan (2006: 62) menyatakan bahwa terdapat lima tahapan belajar anak dalam belajar geometri. Tahapan belajar geometri tersebut diantaranya adalah:

a. Tahap Pengenalan

Pada tahap ini anak mulai mengenal suatu bentuk geometri secara keseluruhan, namun belum mengetahui adanya sifat-sifat dari bentuk geometri yang dilihatnya, misalnya seorang anak yang diperlihatkan sebuah persegi panjang ia belum mengetahui jika persegi panjang tersebut mempunyai sifat atau keteratuan tertentu.

b. Tahap Analisis

Dalam tahap ini anak sudah mulai mengenal sifat-sifat yang dimiliki benda geometri yang diamati walaupun anak belum mengerti tentang hubungan yang terkait antara suatu benda geometri dengan benda geometri yang lainnya. Anak sudah mampu menyebutkan aturan yang terdapat pada benda geometri, seperti saat mengamati bentuk persegi panjang maka anak telah mengetahui bahwa terdapat dua pasang sisi yang berhadapan dan kedua pasang sisi tersebut saling sejajar.

c. Tahap Pengurutan

Pada tahap ini anak sudah mulai mampu melakukan penarikan kesimpulan, namun kemampuan ini belum dikembangkan secara penuh. Anak mampu


(38)

mengurutkan bentuk geometri, misalnya anak sudah mengenal bahwa persegi itu adalah jajar genjang, belah ketupat adalah layang-layang.

d. Tahap Deduksi

Dalam tahap ini anak sudah mampu menarik kesimpulan secara deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum pada hal-hal yang bersifat khusus. Anak telah mengerti pentingnya unsur-unsur yang didefinisikan. Anak juga sudah mulai menggunakan aksioma atau postulat yang dipakai dalam pembuktian. Misalnya, anak sudah mulai memahami perlunya aksioma, asumsi, defenisi, teorema, bukti dan dalih.

e. Tahap Akurasi

Tahap ini anak mulai menyadari pentingnya ketepatan dari prinsip dasar yang melandasi sebuah pembuktian. Misalnya anak mengetahui pentingya aksioma atau postulat geometri Eulclid. Tahap akurasi adalah tahap berpikir yang tinggi,rumit dan kompleks sehingga hanya dapat dijangkau oleh siswa yang sudah ditingkat lanjutan atas.

Dari kelima tahap pembelajaran geometri tersebut, anak usia 5-6 tahun berada pada tahap pengenalan dan tahap analisis. Dimana anak mulai mengenal bentuk geometri secara keseluruhan tetapi belum mampu mengetahui sifat-sifat bentuk geometri lebih dalam. Pelaksanaan pembelajaran pemahaman bentuk geometri sebaiknya dihubungkan dengan benda-benda yang ada disekitar anak. Guru dapat membantu anak untuk menunjuk dan mencari serta mengelompokkan benda berbentuk geometri dengan benda-benda disekitar anak, misalnya gunung dan papan rambu lalu lintas untuk menunjukkan bentuk segi tiga; keramik, papan


(39)

tulis, jendela untuk bentuk segi empat, dan lain-lain. Oleh sebab itu, guru dituntut untuk lebih kreatif dalam merencanakan pembelajaran konsep geometri agar anak lebih mudah dalam memahami bentuk geometri.

D.Pembelajaran Multimedia 1. Pengertian Multimedia

Mochamad Nursalim (2013: 19) menjelaskan bahwa multimedia merupakan suatu sistem penyampaian dengan menggunakan berbagai jenis bahan belajar yang membentuk suatu unit atau paket. Contohnya suatu modul belajar terdiri atas bahan cetak, bahan audio, dan bahan audiovisual. Multimedia biasanya berupa kombinasi antara teks, grafik, animasi, suara dan video. Kombinasi tersebut merupakan suatu kesatuan yang secara bersama-sama menampilkan informasi, pesan atau isi pelajaran dan dapat merangsang pilihan, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan dan terkendali.

Multimedia dapat digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan kelompok besar. Multimedia cukup efektif sebab dapat menggunakan proyektor yang memiliki jangkauan pancar yang cukup besar. Dengan menggabungkan unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound dapat mengakomodasi modalitas belajar siswa (Wina Sanjaya, 2011: 219). Multimedia dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif, maupun kinestetis.

Pembelajaran dengan menggunakan multimedia muncul dan berkembang berdasarkan permasalahan yang muncul dalam penerapan teknologi dalam proses pembelajaran dan kejenuhan serta kurang komunikatifnya penyampaian materi pelajaran didalam kelas yang dapat memotivasi belajar peserta didik. Pembelajaran


(40)

multimedia memudahkan proses pembelajaran dan menumbuhkan kekreatifan dan keinovasian pendidik dalam mendesain pembelajaran yang komunikatif dan interaktif serta sebagai jalan permasalahan ditengah kesibukan pendidik (Daryanto, 2010: 64).

Manfaat lain dari penggunaan multimedia adalah proses pembelajaran lebih menarik, lebih interaktif, jumlah waktu mengajar dapat dikurangi, kualitas belajar siswa dapat ditingkatkan serta sikap belajar siswa dapat ditingkatkan. Lebih jelas lagi, Daryanto (2010: 52) menyebutkan beberapa keunggulan dari multimedia pembelajaran, yaitu :

a. Memperbesar benda yang sangat kecil dan tidak tampak oleh mata seperti kuman, bakteri, dan lain-lain.

b. Memperkecil benda yang sangat besar yang tidak mungkin dihadirkan ke sekolah seperti gajah, gunung, dan lain-lain.

c. Menyajikan benda atau peristiwa yang kompleks, rumit dan berlangsung cepat atau lambat seperti sistem tubuh manusia, berkembangnya bunga, dan lain-lain. d. Menyajikan benda atau peristiwa yang jauh seperti bulan, bintang, dan lain-lain. e. Menyajikan benda atau peristiwa yang berbahaya seperti letusan gunung berapi,

racun, dan lain-lain.

f. Meningkatkan daya tarik dan perhatian siswa.

Berdasarkan beberapa pengertian multimedia di atas dapat disimpulkan pembelajaran multimedia adalah upaya yang dilakukan pendidik untuk menyampaikan ilmu pengetahuan kepada anak didik untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan memanfaatkan multimedia berupa kombinasi antara teks,


(41)

grafik, animasi, suara dan video. Multimedia memudahkan proses pembelajaran dan menumbuhkan kekreatifan serta keinovasian pendidik dalam mendesain pembelajaran yang komunikatif dan interaktif. Dengan desain pembelajaran yang bervariatif maka anak akan lebih tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran.

Pengenalan bentuk geometri melalui pembelajaran berbasis multimedia adalah suatu upaya pembelajaran yang dirancang untuk memberikan pemahaman tentang bentuk geometri dengan menayangkan materi yang terdapat pada softfile atau CD pembelajaran yang berupa video edukatif yang berisikan visualisasi bentuk geometri dengan kombinasi teks, audio dan animasi bergerak yang ditampilkan melalui laptop serta dipancarkan di dinding menggunakan LCD dan proyektor. 2. Karakteristik Media dalam Pembelajaran Multimedia

Sebagai salah satu komponen sistem pembelajaran, pemilihan dan penggunaan multimedia pembelajaran harus memperhatikan karakteristik komponen lain, seperti tujuan, materi, strategi dan evaluasi pembelajaran. Daryanto (2010: 53) membagi karakteristik multimedia pembelajaran sebagai berikut: a. Memiliki lebih dari satu media konvergen misalnya menggabungkan unsur

audio dan visual.

b. Bersifat interaktif, dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna.

c. Bersifat mandiri, dalam pengertian memberi kemudahan dan kelengkapan isi sedemikian rupa sehingga pengguna bisa menggunakan tanpa bimbingan orang lain.


(42)

Sejalan dengan penjelasan di atas, maka Deni Darmawan (2012: 55) menambahkan beberapa karakteristik pembelajaran multimedia yang harus diperhatikan oleh pendidik saat akan menggunakannya, yaitu:

a. Berisi konten materi yang representatif dalam bentuk visual, audio, dan audiovisual.

b. Beragam media komunikasi dalam penggunaanya. c. Memiliki bahasa warna dan bahasa resolusi objek. d. Tipe-tipe pembalajaran yang bervariasi.

e. Respons pembelajaran dan penguatan bervariasi.

f. Mengembangkan prinsip self evaluation dalam mengukur proses dan hasil belajarnya.

g. Dapat digunakan secara klasikal atau individual.

Berdasarkan beberapa karakteristik multimedia yang telah dipaparkan di atas, maka multimedia yang digunakan dalam pembelajaran anak usia dini adalah multimedia yang menyajikan informasi melalui penggabungan teks, visual, audio dan animasi bergerak dalam bentuk video edukatif tentang materi bentuk geometri. Selain itu, multimedia dibuat komunikatif dan interaktif serta mampu digunakan secara individu maupun kelompok.

3. Model Pembelajaran Multimedia

Azhar Arsyad (2011: 172) mengungkapkan bahwa pembelajaran multimedia menyajikan informasi berbentuk dokumen hidup, dapat dilihat di layar monitor atau ketika diproyeksikan ke layar lebar, dapat didengar suaranya, dilihat gerakannya (video atau animasi). Multimedia bertujuan untuk menyajikan


(43)

informasi dalam bentuk yang menyenangkan, menarik, mudah dimengerti dan jelas. Informasi akan mudah dimengerti sebab indera sebanyak mungkin akan menyerap informasi tersebut, terutama telinga dan mata.

Multimedia menampilkan informasi yang akan diberikan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran multimedia ini disesuaikan dengan materi maupun tujuan dari pembelajaran itu sendiri. Deni Darmawan (2012: 61-66) menjelaskan empat macam model pembelajaran multimedia, sebagai berikut: a. Model Drills

Model drills merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. Model ini menyajikan masalah-masalah dalam bentuk latihan soal pada tingkat tertentu. Menurut Daryanto (2010: 55), dalam model ini juga disediakan jawaban benar yang dilengkapi dengan penjelasannya sehingga diharapkan pengguna dapat memahami suatu konsep tertentu. Pengguna juga dapat melihat skor akhir yang dicapai sebagai indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam memecahkan soal-soal yang diajukan.

b. Model Tutorial

Model tutorial merupakan model yang menggunakan program komputer berisikan materi pelajaran. Materi pelajaran disajikan dalam unit-unit kecil yang disusul dengan pertanyaan. Respons siswa dianalisis oleh komputer dan umpan baliknya yang benar diberikan. Siswa dituntut untuk mengaplikasikan ide dan pengetahuan yang dimilikinya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.


(44)

Model tutorial menyajikan pembelajaran lewat teks atau grafik pada layar yang menyediakan poin-poin pertanyaan atau permasalahan, jika respons siswa benar maka komputer akan bergerak pada pembelajaran selanjutnya, sedangkan jika respons siswa salah maka komputer akan mengulangi pembelajaran sebelumnya atau bergerak pada salah satu bagian tertentu pembelajaran ulang bergantung pada kesalahan yang dibuat.

c. Model Simulasi

Model simulasi merupakan model pembelajaran multimedia yang mencoba memberikan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui penciptaan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya. Model ini mendorong siswa untuk mendapatkan pengalaman masalah secara nyata dan membuat seolah-olah siswa melakukan sendiri pengalaman tersebut.

d. Model Games

Model permainan ini berisikan petunjuk dan aturan permainan. Pembelajaran didesain seolah-olah peserta didik mengikuti permainan yang disajikan melalui simulasi-simulasi tertentu yang dibutuhkan agar peserta didik mampu menerapkan semua pengalaman belajarnya dalam menyelesaikan masalah yang dimaksud. Dengan model permainan ini diharapkan terjadi aktivitas belajar sambil bermain yang membuat proses pembelajaran menjadi menyenangkan.

Dari beberapa bentuk pembelajaran berbasis multimedia yang telah dijelaskan di atas, guru dapat memilih salah satu bentuk dalam proses pembelajaran sesuai situasi dan kondisi. Dengan demikian proses pelaksanaan pembelajaran berbasis multimedia untuk meningkatkan pemahaman bentuk geometri dapat


(45)

berjalan lancar. Penelitian ini menggunakan pembelajaran berbasis multimedia dengan model tutorial, dimana materi pelajaran disajikan dalam program komputer. Oleh karena, anak belum mampu mengoperasikan komputer maka model tutorial yang digunakan bersifat sederhana dimana hanya menampilkan video edukatif berisikan materi bentuk geometri dengan bantuan sarana-prasarana yang telah dimiliki oleh sekolah dan dioperasikan oleh peneliti.

Model tutorial yang digunakan adalah berupa video edukatif yang berisikan gabungan materi secara teks, visual, audio dan animasi materi bentuk geometri. Video edukatif yang digunakan dalam pembelajaran ini diperoleh dari website internet khusus yang berisikan video-video edukatif untuk pembelajaran anak usia dini yaitu Kastari Animation dan Bloom Animation. Pemilihan video edukatif dari kedua website tersebut dikarenakan konten dalam video-video tersebut sesuai dengan materi pembelajaran yang akan dikenalkan yaitu macam-macam bentuk geometri, contoh benda yang berbentuk geometri dan ciri sederhana bentuk-bentuk geometri.

Pengenalan bentuk geometri dimulai dengan apersepsi yaitu guru memberikan pertanyaan pancingan yaitu “anak-anak apa saja ya bentuk geometri itu?”, pertanyaan ini diberikan kepada anak tanpa memperlihatkan bentuk-bentuk geometri. Pembelajaran dilanjutkan dengan penayangan video edukatif kemudian guru memberikan penjelasan sederhana sesuai dengan materi yang ditayangkan. Setelah penayangan materi selesai, pembelajaran dilanjutkan dengan sesi tanya jawab dengan siswa mengenai materi bentuk geometri dan siswa diajak untuk mengaplikasikan pengetahuannya dalam lembar kerja anak yang disesuaikan


(46)

dengan rencana kegiatan pembelajaran yang telah ditentukan sehingga pemahaman anak tentang bentuk geometri dapat diketahui.

E.Kerangka Berpikir

Pengenalan matematika pada anak usia dini mencakup beberapa materi pokok. Salah satu materi yang dikenalkan adalah bentuk geometri yang meliputi konsep bentuk dan ruang. Konsep pengenalan geometri ini mengacu pada salah satu aspek perkembangan kognitif. Dalam pembelajaran di Taman Kanak-kanak, konsep geometri mengacu pada kemampuan pemahaman konsep mengelompokkan, membedakan dan menyebutkan geometri.

Berdasarkan pengamatan awal pada anak kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar yang telah dilaksanakan, pemahaman bentuk geometri anak masih kurang. Hal ini ditunjukkan dimana anak masih kesulitan dalam mengenali, mengidentifikasi dan mengelompokkan bentuk geometri. Selain itu, guru hanya menggunakan media pembelajaran yang sederhana yaitu potongan gambar berbentuk geometri. Dengan demikian, anak kesulitan dalam memahami bentuk geometri secara utuh dan benar.

Pengenalan konsep geometri terutama dalam pemahaman bentuk geometri dapat ditingkatkan melalui inovasi pembelajaran. Inovasi yang dapat digunakan adalah dengan penggunaan pembelajaran berbasis multimedia. Oleh karena, guru kurang memaksimalkan penggunaan media yang ada maka multimedia sangat membantu anak dalam memahami bentuk geometri secara utuh. Dengan multimedia, materi pengenalan geometri dapat disajikan dalam bentuk rangkaian teks, audio, dan gambar bergerak (video atau animasi). Berdasarkan karakteristik


(47)

anak usia dini yang memiliki daya konsentrasi yang pendek, maka penyajian materi dengan multimedia dapat menarik antusiasme anak sehingga anak akan lebih memperhatikan materi pembelajaran. Penyajian materi membantu anak dalam merekonstruksi pengetahuan tentang konsep geometri.

Dengan demikian, diharapkan dengan melaksanakan pembelajaran berbasis multimedia dapat meningkatkan pemahaman bentuk geometri pada anak kelompok B di RA Muslimat NU Plososgede.

F. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir di atas maka hipotesis dalam penelitian ini adalah “pembelajaran berbasis multimedia dapat meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri pada anak kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede”, dengan cara menayangkan video edukatif yang berisikan materi macam-macam bentuk geometri, contoh benda berbentuk geometri dan ciri-ciri sederhana bentuk geometri secara bertahap dan berulang-ulang.


(48)

BAB III

METODE PENELITIAN A.Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Menurut Wina Sanjaya (2011: 26) penelitian tindakan kelas adalah proses pengkajian masalah pembelajaran didalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah dengan melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Lebih lanjut lagi Grundy dan Kemmis (Wina Sanjaya, 2011: 30) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas meliputi tiga hal, yaitu peningkatan praktik, pengembangan profesional dan peningkatan situasi tempat praktik berlangsung.

Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk menemukan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman bentuk geometri pada anak kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede. Model PTK yang dilakukan dalam penelitian ini adalah menggunakan model PTK kolaboratif, dimana guru dan peneliti berkolaborasi memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar siswa. Peneliti membuat rencana tindakan (RKH) untuk melaksanakan proses pembelajaran berbasis multimedia, memilih video edukatif yang akan digunakan, mengamati pelaksanaan pembelajaran sedangkan guru sebagai pelaksana tindakan. Kemudian secara bersama-sama guru dan peneliti menganalisis pengaruh dari tindakan yang telah diberikan.


(49)

B.Tahap Penelitian

Penelitian ini menggunakan acuan model penelitian tindakan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Terdapat empat komponen penelitian tindakan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Komponen tersebut berada dalam satu sistem yang saling terkait (Sukardi, 2003: 214). Model ini dapat mencakup beberapa siklus. Adapun pelaksanaan model penelitian pada setiap siklus tersebut adalah: 1. Perencanaan: rencana tindakan yang akan dilakukan peneliti untuk memperbaiki

dan meningkatkan proses serta hasil belajar di kelas.

2. Pelaksanaan: tindakan apa yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya untuk meningkatkan kondisi pembelajaran yang ada sehingga kondisi yang diharapkan dapat tercapai.

3. Pengamatan: peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan.

4. Refleksi: mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas dampak dari tindakan dengan menggunakan berbagai kriteria. Berdasarkan hasil refleksi, peneliti melakukan modifikasi terhadap rencana pelaksanaan yang berikutnya.

Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus. Pada siklus pertama terdapat tiga pertemuan, sedangkan pada siklus kedua terdapat dua pertemuan. Namun, jika diperlukan untuk mencapai hasil yang lebih baik maka siklus berikutnya dapat dilakukan. Pada tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah, kemudian peneliti dan guru merancang tindakan yang akan dilakukan pada siklus tindakan.


(50)

Berikut langkah-langkahnya secara rinci: a. Rencana Tindakan Siklus I

Perencanaan dibutuhkan untuk mempersiapkan segala sesuatu yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Perencanaan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Mempersiapkan materi pembelajaran yang disesuaikan dengan materi yang telah diambil dari indikator pengembangan kognitif pada kurikulum yang digunakan oleh sekolah dalam bentuk Rencana Kegiatan Harian (RKH). Terdapat pula metode dan media pengajaran yang digunakan yaitu pembelajaran berbasis multimedia.

2) Menata lingkungan belajar, yakni menyiapkan alat dan bahan pendukung pembelajaran berbasis multimedia dan sarana-saran lain yang mendukung proses belajar mengajar.

3) Menyusun instrumen penelitian dan penilaian yang berupa:

a) Membuat lembar observasi yang digunakan untuk mengamati anak saat melakukan pembelajaran mengenal bentuk geometri dengan pembelajaran berbasis multimedia.

b) Mempersiapkan dokumentasi berupa lembar kerja anak yang akan digunakan untuk mengukur seberapa besar anak mengenal bangun geometri.

4) Penelitian dilaksanakan dalam kurun waktu 1 bulan yaitu pada bulan Mei 2016 dengan rincian menyusun instrumen penelitian, pembuatan media pembelajaran yang digunakan yaitu multimedia bangun geometri, dan pelaksanaan penelitian.


(51)

5) Menyamakan persepsi antara guru dan peneliti tentang penerapan pembelajaran berbasis multimedia pada materi mengenal bentuk geometri agar proses pembelajaran berjalan sesuai rencana.

b. Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan

Pelaksanaan disesuaikan dengan prosedur perencanaan yang telah ditentukan. Proses pembelajaran dilaksanakan dengan panduan RKH yang telah dibuat. Peneliti bertindak sebagai observer sedangkan guru bertindak sebagai pelaksana. Pelaksanaan tindakan terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Sedangkan pengamatan yang dilakukan adalah dengan memantau efektivitas penerapan pembelajaran berbasis multimedia yang ditunjukkan dengan keterlibatan anak, keaktifan anak baik fisik ataupun mental, serta peningkatan pemahaman bentuk geometri anak. Selain itu, juga dilakukan pengumpulan data dan menghitung presentase tingkat keberhasilan pemahaman konsep geometri. 1) Kegiatan Awal

Kegiatan awal dimulai dengan berdoa secara klasikal yang dilanjutkan dengan hafalan beberapa doa sehari-hari dan surat-surat pendek. Kemudian apersepsi yang dilaksanakan berkaitan dengan materi yang akan disampaikan. 2) Kegiatan Inti

Pada kegiatan inti diawali dengan penayangan video edukatif tentang bentuk geometri. Guru menyampaikan materi-materi pembelajaran yang sesuai dengan RKH yang telah dibuat sebelumnya. Penayangan video edukatif disesuaikan dengan materi yang telah dipilih dan dicantumkan dalam RKH. Kemudian kegiatan inti dilanjutkan dengan tanya jawab antara guru dan anak lalu


(52)

anak diminta untuk mengerjakan tugas (LKA) untuk mengukur tingkat pemahaman anak.

Pada siklus pertama, video edukatif yang ditayangkan adalah materi tentang nama-nama bentuk geometri dan contoh benda berbentuk geometri, sedangkan pada siklus kedua video yang ditayangkan adalah nama-nama bentuk, contoh benda berbentuk geometri dan ciri-ciri sederhana bentuk geometri. Pada siklus kedua, pengenalan bentuk geometri dibantu dengan pemanfaatan media seperti plastisin, puzzle bongkar pasang dan sedotan.

3) Kegiatan Akhir

Pada tahap ini, kegiatan diisi dengan bercerita atau bercakap-cakap, diskusi, tanya jawab dan evaluasi pada kegiatan yang telah dilakukan selama satu hari dan diakhiri dengan berdoa bersama.

c. Refleksi

Pada tahap ini, peneliti dan guru melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan. Hasil evaluasi dikaji dan digunakan sebagai acuan guna menyempurnakan tindakan yang berikutnya. Apabila masih ditemukan masalah atau hambatan sehingga tujuan penelitian belum tercapai maka akan dilakukan langkah perbaikan yang dilaksanakan pada siklus kedua.

C.Subyek dan Obyek Penelitian

Subyek penelitian adalah benda, hal, atau orang tempat data untuk variabel penelitian melekat dan dipermasalahkan (Suharsimi Arikunto, 1998: 144). Dalam penelitian ini, yang menjadi subyek penelitian adalah semua anak kelompok B di RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar yang berjumlah 24 anak yang terdiri dari 17


(53)

putra dan 7 putri. Sedangkan obyek penelitian adalah variabel atau yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Suharsimi Arikunto, 2006: 118). Obyek dalam penelitian ini adalah kemampuan mengenal bentuk geometri dan pembelajaran berbasis multimedia.

D.Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RA Muslimat NU Plosogede, Ngluwar, Magelang. Dilaksanakan pada semester II tahun ajaran 2015-2016 pada bulan Mei-Juni 2016.

E.Metode Pengumpulan Data

Teknik atau metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Suharsimi Arikunto, 2005: 100). Metode pengumpulan data adalah suatu cara yang digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data agar dapat memperoleh keterangan secara lengkap. Penelitian ini menggunakan metode diantaranya sebagai berikut:

1. Metode observasi, merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis (Sutrisno Hadi dalam Sugiyono, 2013: 203). Observasi yang dilakukan adalah dengan mengamati tentang proses kegiatan pembelajaran, suasana kelas, dan keadaan lingkungan kelas selama proses tindakan. Dalam penelitian ini digunakan cara observasi partisipan artinya dalam pengamatan peneliti ikut terjun dan aktif dengan subyek penelitian untuk mendapatkan data dan informasi. Untuk mengumpulkan data dengan metode ini digunakan pedoman observasi.


(54)

2. Metode dokumentasi digunakan untuk mendapatkan informasi mengenai jumlah siswa, perangkat pembelajaran, dan aktivitas pembelajaran di RA Muslimat NU Plosogede Ngluwar Magelang.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Meneliti adalah melakukan pengukuran, sehingga diperlukan alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian disebut dengan instrumen penelitian. Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2013: 148).

Instrumen dalam penelitian ini adalah pedoman pengamatan berisikan indikator-indikator pengamatan untuk mengukur tingkat pemahaman bentuk geometri anak khususnya bentuk geometri datar. Indikator-indikator pengamatan yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Mengelompokkan bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segi tiga, segi empat, dan lain-lain)

Indikator mengelompokkan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membagi atas beberapa kelompok bentuk-bentuk geometri sesuai dengan nama, bentuk, warna atau ciri-ciri bentuk geometri tertentu.

2. Membedakan ciri-ciri bentuk geometri

Indikator membedakan ciri-ciri bentuk geometri diartikan sebagai kemampuan untuk mengenal, mengidentifikasi dan mampu mengungkapkan perbedaan ciri-ciri setiap bentuk geometri.


(55)

3. Menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri

Indikator menyebutkan dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menemukan, memperlihatkan, kemudian dapat menerangkan kepada orang lain tentang benda-benda yang berbentuk geometri.

Ketiga indikator tersebut menjadi ukuran pemahaman bentuk geometri anak. Berikut kisi-kisi instrumen pengumpulan data masing-masing indikator pengamatan:

Tabel 1. Kisi-kisi Obervasi

Variabel Sub Variabel Sub-Sub Variabel Indikator

Kemampuan matematika

Bentuk geometri 1.Mengelompokkan bentuk-bentuk geometri (lingkaran, segi tiga, segi empat)

a. Anak mampu mengelompokkan 3 bentuk geometri dengan tepat. b. Anak kurang mampu

mengelompokkan 3 bentuk geometri dengan tepat. c. Anak belum mampu

mengelompokkan 3 bentuk geometri dengan tepat. 2.Membedakan ciri-ciri

bentuk geometri (bentuk,siku-siku)

a. Anak mampu membedakan ciri-ciri bentuk geometri.

b. Anak kurang mampu membedakan ciri-ciri bentuk geometri.

c. Anak belum mampu membedakan ciri-ciri bentuk geometri.

3.Menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri

a. Anak mampu menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri. b. Anak kurang mampu menyebutkan

benda-benda yang berbentuk geometri

c. Anak belum mampu menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri.


(56)

Tabel 2. Rubrik Penilaian Kemampuan Mengelompokkan Bentuk-Bentuk Geometri.

No Kriteria Deskripsi Skor Keterangan

1. Anak mampu mengelompokkan bentuk-bentuk geometri

Jika anak mampu mengelompokkan 3 bentuk geometri sesuai dengan kelompoknya dengan tepat (jumlah bentuk=15 buah)

3 Jika anak mampu mengelompokkan 3 bentuk geometri sesuai dengan kelompoknya dengan jumlah benar masing-masing bentuk 5 buah.

2. Anak kurang mampu mengelompokkan bentuk-bentuk geometri

Jika anak mampu mengelompokkan 3 bentuk geometri sesuai dengan kelompoknya dengan kesalahan kurang dari 3

2 Jika anak mampu mengelompokkan 3 bentuk geometri sesuai dengan kelompoknya dengan jumlah benar masing-masing bentuk 3-4 buah.

3. Anak belum mampu mengelompokkan bentuk-bentuk geometri

Jika anak belum mampu

mengelompokkan 3 bentuk geometri sesuai dengan

kelompoknya dengan kesalahan lebih dari 3

1 Jika anak mampu mengelompokkan 3 bentuk geometri sesuai dengan kelompoknya dengan jumlah benar masing-masing bentuk 1-3 buah.

Tabel 3. Rubrik Penilaian Kemampuan Membedakan Ciri-Ciri Bentuk Geometri

No Kriteria Deskripsi Skor Keterangan

1. Anak mampu

membedakan ciri-ciri bentuk geometri

Jika anak mampu mengungkapkan perbedaan ciri-ciri 3 bentuk geometri dengan tepat

3 Jika anak mampu

mengungkapkan perbedaan ciri-ciri 3 bentuk geometri dengan tepat (lingkaran, segi tiga, segi empat) dari jumlah siku-siku dan bentuknya. 2. Anak kurang mampu

membedakan ciri-ciri bentuk geometri

Jika anak mampu mengungkapkan perbedaan ciri-ciri 2 bentuk geometri dengan tepat

2 Jika anak mampu

mengungkapkan perbedaan ciri-ciri 2 bentuk geometri dengan tepat dari segi siku-siku dan bentuknya.

3. Anak belum mampu membedakan ciri-ciri bentuk geometri

Jika belum mampu mengungkapkan

perbedaan ciri-ciri bentuk geometri

1 Jika belum mampu

mengungkapkan perbedaan ciri-ciri bentuk geometri sehingga anak perlu bimbingan atau hanya menyebutkan ciri-ciri 1 bentuk geometri.


(57)

Tabel 4. Rubrik Penilaian Kemampuan Menyebutkan Benda-Benda Berbentuk Geometri

No Kriteria Deskripsi Skor Keterangan

1. Anak mampu menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri

Jika anak mampu menyebutkan 5-8 benda yang mempunyai bentuk menurut ciri-ciri geometri tertentu, setelah melihat tayangan.

3 Jika anak mampu menyebutkan 5-8 benda yang mempunyai bentuk menurut ciri-ciri geometri tertentu dengan tepat dan cepat.

2. Anak kurang mampu menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri

Jika anak mampu menyebutkan 1-4 benda yang mempunyai bentuk menurut ciri-ciri geometri tertentu, setelah melihat tayangan.

2 Jika anak mampu menyebutkan 1-4 benda yang mempunyai bentuk menurut ciri-ciri

geometri tertentu dengan tepat.

3. Anak belum mampu menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri

Jika anak belum mampu menyebutkan benda yang mempunyai bentuk menurut ciri-ciri geometri tertentu, setelah melihat tayangan.

1 Jika anak belum mampu menyebutkan benda yang mempunyai bentuk menurut ciri-ciri geometri tertentu sehingga anak memerlukan bimbingan.

G.Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah suatu proses mengolah dan menginterpretasikan data dengan tujuan mendudukkan berbagai informasi sesuai dengan fungsinya hingga memiliki makna dan arti yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian (Wina Sanjaya, 2011: 106). Dalam penelitian ini data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan teknik analisis deskriptif kualitatif dan kuantitatif dengan persentase.

Data yang dianalisis adalah data yang berasal dari data observasi aktivitas anak ketika kegiatan pembelajaran bangun geometri melalui pembelajaran multimedia. Teknik analisis data kualitatif digunakan untuk menentukan peningkatan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri menggunakan pembelajaran multimedia, sedangkan teknik analisis data kuantitatif digunakan


(58)

untuk menentukan seberapa besar peningkatan kemampuan anak dalam mengenal bentuk geometri sesudah adanya tindakan.

Penghitungan data kuantitatif adalah dengan menghitung rata-rata perkembangan anak berdasarkan skor yang diperoleh dari lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Dengan rata-rata yang diperoleh dapat diketahui persentase perkembangan kemampuan mengenal bentuk geometri pada anak. Perhitungan dalam analisis data menghasilkan persentase pencapaian yang selanjutnya diinterpretasikan dalam kalimat. Berikut rumus yang digunakan dalam menghitung persentase:

P = �

� × 100% Keterangan :

P = angka persentase

F = frekuensi yang sedang dicari persentase N = jumlah responden anak

Berdasarkan data yang telah dianalisis secara deskriptif kuantitaf, selanjutnya data tersebut perlu dianalisis dengan teknik analisis kualitatif. Teknik analisis data deskriptif kualitatif adalah harus dinyatakan dalam sebuah predikat yang menunjuk pada pernyataan keadaan, ukuran kualitas. Hasil tersebut harus diubah menjadi sebuah predikat (Suharsimi Arikunto, 2005: 269). Data tersebut diinterpretasikan ke dalam lima tingkatan menurut Suharsimi Arikunto (2010: 175) yaitu :

1. Kriteria sangat baik, yaitu jika nilai yang diperoleh anak adalah 81-100% 2. Kriteria baik, yaitu jika nilai diperoleh anak adalah 61-80%


(59)

3. Kriteria cukup, yaitu jika nilai diperoleh anak adalah 41-60% 4. Kriteria kurang, yaitu jika nilai yang diperoleh anak adalah 21-40% 5. Kriteria kurang sekali, yaitu nilai yang diperoleh anak adalah 0-20% H.Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan yang dipakai dalam penentuan kesimpulan ini adalah meningkatnya pemahaman bentuk geometri anak kelompok B yang terlihat dalam proses pembelajaran yang berlangsung dengan menggunakan multimedia. Besarnya peningkatan pemahaman dapat dilihat dari peningkatan rata-rata prosentase setiap aspek yang diamati, yaitu apabila 70% dari siswa kelompok B termasuk dalam kategori baik dimana anak mampu mengelompokkan bentuk geometri, membedakan ciri-ciri bentuk geometri dan menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri.


(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan mengenal bentuk geometri ini dilakukan di RA Muslimat NU Plosogede, Ngluwar, Magelang. Lokasi RA Muslimat NU Plosogede berada di desa Plosogede, kecamatan Ngluwar, kabupaten Magelang. RA ini berlokasi di pinggir jalan desa yang tidak begitu ramai, sehingga keamanan anak terjaga. Lingkungan sekolah dekat dengan sawah dan cukup nyaman untuk belajar.

RA tersebut terdiri dari dua kelas, yaitu kelas A dan kelas B, 1 ruang guru dan 2 toilet. Dalam ruang kelas terdapat beberapa alat permainan seperti balok kayu, peraga rambu lalu lintas, bongkar pasang dan lain-lain. Selain itu di RA ini dilengkapi dengan alat permainan outdoor. Tenaga pendidik yang ada adalah tiga orang guru. Penelitian ini dilakukan pada kelas kelompok B dimana siswanya berjumlah 24 anak.

2. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Deskripsi Data Kemampuan Awal Anak

Penelitian dilakukan pada RA Muslimat NU Plosogede, Ngluwar, Magelang didasari adanya beberapa masalah yang ditemukan peneliti melalui observasi secara langsung baik pada anak maupun guru dalam proses pembelajaran. Dari beberapa permasalahan yang muncul, peneliti mengambil permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan kognitif khususnya perkembangan matematika terkait dengan pemahaman bentuk geometri. Pada anak kelompok B di RA Muslimat NU


(61)

Plosogede Ngluwar, permasalahan yang terkait dengan bentuk geometri adalah anak mengalami pemahaman yang tidak utuh tentang bentuk geometri.

Pada saat itu, pengenalan bentuk geometri dilakukan oleh guru dengan memberikan penjelasan singkat melalui gambar bentuk geometri yang dibuat sendiri oleh guru dipapan tulis. Guru menggambar ketiga bentuk geometri yaitu lingkaran, segi tiga, dan segi empat. Guru menjelaskan kepada anak tentang nama ketiga bentuk tersebut, dilanjutkan dengan penjelasan tentang ciri-ciri bentuknya seperti “anak-anak lingkaran itu bentuknya bunder melengkung”, “segi tiga mempunyai tiga garis”, dan “segi empat mempunyai empat garis”. Guru juga memberikan contoh benda berbentuk geometri yang berada didalam ruang kelas.

Oleh karena guru hanya menggunakan gambar yang ada dipapan tulis, terlihat jika anak kurang antusias dalam memperhatikan penjelasan guru. Anak-anak terlihat asyik berbicara dengan teman sebangku. Kemudian untuk mengukur tingkat pemahaman anak, guru menggunakan tiga indikator penilaian yaitu mengelompokkan bentuk geometri, membedakan ciri bentuk geometri dan menyebutkan benda berbentuk geometri. Ketiga indikator tersebut terangkum dalam lembar kerja anak maupun kegiatan inti yang dibuat oleh guru.

Berdasarkan fakta yang diperoleh ketika observasi awal diketahui bahwa rata-rata pemahaman anak tentang bentuk geometri masih kurang. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan hasil pengamatan masing-masing indikator dimana dari total 24 anak, sebanyak 7 anak (29,17%) mampu mengelompokkan bentuk geometri, 6 anak (25%) mampu membedakan ciri-ciri bentuk geometri, dan 7 anak (29,17%) mampu menyebutkan benda berbentuk geometri. Hal ini disebabkan


(62)

karena guru hanya mengandalkan gambar yang ada di majalah maupun dengan menggambar geometri di papan tulis dimana bentuk geometri tersebut menjadi tidak proporsional. Selain itu, guru kurang memanfaatkan sarana-prasarana yang telah dimiliki sekolah seperti balok-balok bangunan, proyektor dan LCD. Dengan pemanfaatan media belajar yang kurang maksimal, membuat anak menjadi tidak antusias dalam mengikuti pembelajaran pengenalan bentuk geometri sehingga pemahaman anak menjadi tidak utuh.

Rendahnya pemahaman anak tentang bentuk geometri dapat terlihat dari indikator mengelompokkan bentuk geometri. Anak mengalami kesulitan dalam mengenali dan menunjuk bentuk geometri kedalam satu kelompok bentuk geometri sesuai dengan bentuk dan warnanya. Anak masih bingung menunjuk bentuk geometri tersebut kedalam satu kelompok bentuk berdasarkan warna. Anak bingung untuk menunjuk antara bentuk lingkaran dan segi empat sehingga anak belum mampu mengelompokkan dengan benar.

Selain itu anak juga kesulitan dalam menyebutkan benda-benda yang berbentuk geometri. Hal ini disebabkan karena guru kurang memberikan contoh konkret pada anak tentang benda-benda yang berbentuk geometri. Bentuk geometri yang dikenalkan pada pembelajaran sebelumnya adalah lingkaran, segi tiga dan segi empat yang hanya dipelajari dari majalah atau hasil gambar guru sendiri. Ketika diminta untuk menyebutkan benda-benda disekitar yang berbentuk geometri, pengetahuan anak masih terbatas, misalnya untuk benda yang berbentuk segi tiga maka jawaban anak hanya gunung dan atap rumah.


(63)

Indikator lain yang menunjukkan tingkat kemampuan anak adalah membedakan ciri-ciri bentuk geometri. Membedakan ciri-ciri bentuk geometri terfokus pada ciri jumlah sisi yang dimiliki oleh setiap bentuk. Rata-rata anak hanya mampu menyebutkan perbedaan ciri-ciri satu atau dua bentuk geometri saja, misalnya segi tiga dan segi empat.

Pemahaman anak tentang bentuk geometri sebelum dilakukan tindakan cenderung kurang baik. Hal ini dapat diketahui dari tabel dibawah ini:

Tabel 5. Pemahaman Bentuk Geometri Anak Kelompok B Prasiklus

No Aspek yang diamati Kondisi Awal Kriteria

Jumlah Persentase 1. Kemampuan mengelompokkan bentuk

geometri

7 29,17% Kurang 2. Kemampuan membedakan ciri bentuk

geometri

6 25% Kurang

3. Kemampuan menyebutkan benda berbentuk geometri

7 29,17% Kurang Persentase rata-rata 27,78% Kurang

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa pemahaman bentuk geometri anak kelompok B berada pada tingkat kurang. Hal ini terlihat dari hasil persentase pemahaman bentuk geometri pada semua anak. Dengan demikian peneliti akan melaksanakan pembelajaran berbasis multimedia yang memanfaatkan video edukatif tentang bentuk geometri. Metode pembelajaran ini dipilih karena dapat menampilkan bentuk-bentuk geometri berserta contoh-contoh bendanya sehingga memudahkan guru dalam mempersiapkan pembelajaran. Diharapkan dapat menumbuhkan rasa antusias anak untuk menyimak materi pembelajaran dan anak mendapatkan pengalaman pembelajaran yang menarik serta dapat memahami bentuk geometri dengan mudah.


(64)

b. Deskripsi Hasil Penelitian

1) Implementasi Pelaksanaan Siklus 1 a) Perencanaan

Pelaksanaan siklus I dimulai dengan mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan dalam pelaksanaan tindakan. Peneliti memulai dengan sebuah perencanaan yang diantaranya adalah:

1. Mempersiapkan materi pembelajaran yang tercantum dalam Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang disesuaikan dengan tema pembelajaran dan mempersiapkan video edukatif.

2. Menata lingkungan belajar yaitu mempersiapkan alat dan bahan pendukung pembelajaran berbasis multimedia seperti laptop, LCD, roll kabel dan proyektor. Kemudian menata tempat duduk anak.

3. Mempersiapkan lembar observasi sesuai indikator pengamatan dan lembar kerja anak (LKA). Indikator pengamatan diambil dari kurikulum yang digunakan oleh guru yaitu gabungan dari Kurikulum Departemen Agama dan Kurikulum 2010. 4. Menyamakan persepsi antara guru dan peneliti dalam pelaksanaan pembelajaran

yang akan dilakukan. b) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan siklus I dilakukan selama 3 kali pertemuan dimana proses pembelajaran dilakukan pada pukul 07.00-09.30 WIB. Adapun langkah-langkah pembelajarannya adalah: 1) Anak menonton video edukatif yang ditayangkan dan mendengarkan penjelasan guru secara klasikal; 2) Tanya-jawab materi geometri


(65)

antara guru dan anak secara klasikal dan individu; 3) Anak mengerjakan tugas (lembar kerja anak). Berikut deskripsi pelaksanaan siklus I adalah sebagai berikut: (1)Pertemuan I

Dilaksanakan pada hari Senin, 30 Mei 2016 dengan tema gejala alam dan sub tema matahari, bulan, bintang. Kegiatan pembelajaran diawali dengan masuk ruang kelas kemudian guru membuka kegiatan dengan salam dilanjutkan berdoa mau belajar, hafalan doa harian seperti doa sebelum makan, dan surat-surat pendek seperti surat Al Humazah secara bersama-sama. Kemudian guru mengajak anak untuk bernyanyi dan bertepuk tangan lalu mengulas materi pembelajaran hari sebelumnya yaitu tentang benda-benda yang ada di alam semesta.

Pembelajaran dilanjutkan dengan pengenalan bentuk geometri dengan menayangkan video edukatif. Guru mengenalkan macam-macam bentuk geometri, yaitu bentuk bangun datar. Sebelum tayangan video edukatif diputar, guru meminta anak untuk menyebutkan bersama macam-macam bentuk geometri yang telah diketahui anak. Kebanyakan anak menjawab segi empat, segi tiga dan lingkaran saja. Hal tersebut terjadi karena pembelajaran bentuk geometri sebelumnya sering mengulas ketiga macam bentuk tersebut, sedangkan bentuk yang lain kurang dikenalkan.

Pembelajaran dilanjutkan dengan penayangan video edukatif tentang macam-macam bentuk geometri, dimana dalam penelitian ini terfokus pada pengenalan bentuk bangun geometri datar. Pengenalan bentuk bangun geometri datar diantaranya adalah segi empat, segi tiga, lingkaran dan persegi panjang. Meskipun pembelajaran sebelumnya sering mengulas ketiga bentuk dasar yaitu


(1)

122

Saat anak bermain bongkar pasang (bentuk geometri)


(2)

123

b. Pertemuan III

Saat anak mendengarkan penjelasan materi yang ada dalam video


(3)

124

Saat anak menirukan kalimat sederhana

Siklus II

a. Pertemuan I


(4)

125

Saat anak mengelompokkan bentuk geometri (mewarnai sesuai kelompok)


(5)

126

b. Pertemuan II

Saat guru menjelaskan materi bentuk geometri


(6)

127

Saat anak mewarnai gambar rumah (terdapat susunan bentuk geometri) yang dilanjutkan dengan tanya jawab perbedaan ciri-ciri bentuk geometri


Dokumen yang terkait

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA ANAK MELALUI MEDIA AUDIO VISUAL PADA KELOMPOK B TK MUSLIMAT NU V Upaya Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Media Audio Visual Pada Kelompok B TK Muslimat NU V Boyolali Tahun Ajaran 2014/2015.

0 3 14

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK-BENTUK GEOMETRI MELALUI PERMAINAN KOTAK POS PADA Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentukbentuk Geometri Melalui Permainan Kotak Pos Pada Anak Kelompok B Di TK Aisyiyah Troketon III Pedan Tahun Pelajaran 2

1 2 16

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK-BENTUK GEOMETRI MELALUI PERMAINAN KOTAK POS PADA ANAK Upaya Meningkatkan Kemampuan Mengenal Bentukbentuk Geometri Melalui Permainan Kotak Pos Pada Anak Kelompok B Di TK Aisyiyah Troketon III Pedan Tahun Pelaja

0 1 10

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN MELALUI PERMAINAN BENTUK-BENTUK GEOMETRI Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Permainan Bentuk-Bentuk Geometri pada Anak Kelompok B di TK Pertiwi Jomboran I Klaten.

0 3 15

PENDAHULUAN Peningkatan Kemampuan Berhitung Permulaan Melalui Permainan Bentuk-Bentuk Geometri pada Anak Kelompok B di TK Pertiwi Jomboran I Klaten.

0 1 7

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI BERMAIN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK B Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Melalui Bermain Bentuk Geometri Pada Anak Kelompok B Tk Aisyiyah Buntalan I Klaten Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013.

0 1 17

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF MELALUI BERMAIN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK B Upaya Meningkatkan Kemampuan Kognitif Melalui Bermain Bentuk Geometri Pada Anak Kelompok B Tk Aisyiyah Buntalan I Klaten Semester I Tahun Pelajaran 2012-2013.

0 1 19

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PERMAINAN PUZZLE DI RA AL - HIDAYAH.

0 0 26

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI KEGIATAN FINGER PAINTING PADA ANAK KELOMPOK A TK GENTUNGAN 01 MOJOGEDANG TAHUN 2015/2016.

0 0 20

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL BENTUK GEOMETRI MELALUI PERMAINAN DAKON GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK A di TK ARUM PUSPITA TRIHARJO BANTUL.

3 49 193