Catatan Lapangan Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita

49

2. Catatan Lapangan

Catatan lapangan adalah riwayat tertulis, deskriptif, longitudinal, tentang apa yang dikatakan atau dilakukan guru maupun siswa dalam situasi pembelajaran dalam suatu jangka waktu Madya, 2006: 79. Catatan lapangan digunakan saat proses pembelajaran berlangsung untuk mendiskripsikan proses pembelajaran itu sendiri.

3. Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita

Lembar penilaian keterampilan bercerita digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan keterampilan bercerita bahasa Jawa siswa kelas V SD N Bangunjiwo, Kasihan, Bantul. Instrumen penilaian terdiri dari 4 empat aspek yang dikemukakan oleh Supartinah 2010: 23, yaitu 1 Tata bahasa Jawa; 2 Kosa kata bahasa Jawa; 3 Kefasihan; 4 Tingkat tutur. Berikut lembar instrumen penilaian keterampilan bercerita. Tabel 3. Lembar Penilaian Keterampilan Bercerita No Aspek yang dinilai Kriteria Skor 1. Tata bahasa Jawa Selalu berbicara dengan struktur bahasa Jawa yang baik dan benar. Tidak pernah melakukan kesalahan dalam tata bahasa. 4 Jarang terjadi kesalahan tata bahasa karena penguasaan terhadap tata bahasa sudah cukup baik. Dapat berbicara dengan struktur yang cukup baik. 3 Kesalahan tata bahasa kadang-kadang terjadi karena tidak mempunyai kontrol terhadap tata bahasa dengan seksama. 2 Kesalahan tata bahasa selalu terjadi, tetapi dapat dimengerti makna dan maksud ujarannya. Hal ini dikarenakan peserta didik terbiasa menggunakan bahasa Indonesia. 1 2. Kosakata bahasa Jawa Kosakata yang dikuasai sangat luas, sehingga selalu dapat bercerita dengan menggunakan 4 50 mutu kosakata yang tinggi. Kosakata yang dikuasai cukup luas sehingga jarang meraba-raba kata. Dapat bercerita dengan menggunakan kosakata cukup beragam. 3 Mempunyai kosakata bahasa Jawa yang cukup dalam bercerita untuk mengekspresikan hal-hal yang sederhana, meskipun kadang-kadang masih meraba-raba. 2 Kosakata bahasa Jawa yang dikuasai sangat terbatas, sehingga dalam bercerita selalu meraba-raba kata. Kosakata yang digunakan dalam bercerita belum dapat digunakan untuk mengekspresikan ide, gagasan, dan pendapatnya. Kosakata yang dikuasai hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam bercerita saja. 1 3. Kefasihan Dapat bercerita dengan unggah-ungguh bahasa Jawa secara normal karena kepemahaman yang sangat tinggi. Dapat bercerita secara lancar dengan kepercayaan yang sangat tinggi. 4 Dapat bercerita dengan unggah-ungguh bahasa Jawa secara normal karena pemahaman yang cukup, sehingga jarang terbata-bata. Dapat bercerita dengan cukup percaya diri. 3 Masih sering terbata-bata dalam bercerita menggunakan unggah-ungguh bahasa Jawa karena pemahaman yang kurang, sehingga belum tampak normal dan kurang percaya diri. 2 Belum dapat menggunakan unggah-ungguh bahasa Jawa secara lancar sehingga belum tampak muncul ujaran yang normal karena kepemahaman yang kurang. Tampak kurang percaya diri dalam bercerita karena kesalahan pengucapan masih sering terjadi. 1 4. Tingkat tutur Dapat menerapkan tingkat tutur secra tepat sesuai dengan konteks budaya Jawa. Perilaku yang menyertai ujaran selalu sesuai dengan unggah-ungguh. 4 Dapat menerapkan tingkat tutur, namun kadang masih kurang sesuai dengan konteks budaya Jawa. Perilaku yang menyertai ujaran cukup sesuai dengan unggah-ungguh . 3 Dapat menerapkan tingkat tutur, tetapi tidak sesuai dengan konteks budaya Jawa. Perilaku yang menyertai ujaran kurang sesuai dengan unggah-ungguh . 2 51 Belum dapat menerapkan tingkat tutur secara tepat dan sesuai dengan konteks budaya Jawa. Perilaku yang menyertai tujuan ujaran tidak sesuai dengan unggah-ungguh . 1

G. Analisis Data Penelitian