H
a
: b
i
≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari risiko sistematis , nilai tukar, dan suku bunga terhadap harga saham perusahaan
perbankan di BEI.
b. Pengujian Hipotesis 2 Uji-T
Pengujian ini dilakukan untuk menguji hipotesis yang menyatakan faktor risiko sitematis mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham
perbankan di BEI. Bentuk pengujian:
•
b
1
= Risiko Sistematis
H
o
: b
1
= 0, artinya faktor risiko sistematis tidak mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap saham perusahaan perbankan di BEI
H
a
: b
1
≠ 0, artinya faktor risiko sistematis mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan di BEI.
•
b
2
= Nilai Tukar
H
o
: b
2
= 0, artinya faktor nilai tukar tidak mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap harga saham perusahaan Perbankan di BEI.
H
a
: b
2
≠ 0, artinya faktor nilai tukar mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap harga saham perusahaan perbankan di BEI.
•
b
3
= Suku Bunga
H
o
: b
3
= 0, artinya faktor suku bunga tidak mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap harga saham perusahaan Perbankan di BEI.
H
a
: b
3
≠ 0, artinya faktor suku bunga mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap harga saham perusahaan Perbankan di BEI.
Universitas Sumatera Utara
Pada pengujian hipotesis ini nilai t
hitung
akan dibandingkan dengan nilai t
tabel
pada tingkat signifikan α = 5. Peneliti mengamati t
tabel
pada tingkat signifikan 2,5 karena melihat dua arah. Kriteria pengambilan keputusan pada
uji t ini adalah: Ha
ditolak H
o
diterima jika : -t
tabel
≤ t
hitung
≤ t
tabel
H
a
diterima H
o
ditolak jika : t
tabel
-t
hitung
atau t
hitung
t
tabel
. Pengujian asuksi klasik dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian
yang BLUE Best Linier Unbiased Estimation. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan program Software SPSS Statistic Package for the Social
Sciens 17.00 for windows.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
4.1.1 Bursa Efek Indonesia Pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau
bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda
untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan
seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti
perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi
bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Bursa Efek Indonesia berawal dari pendirian bursa di Batavia oleh
pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912. Sekuritas yang diperdagangkan adalah saham dan obligasi yang diterbitkan pemerintah Hindia
Belanda dan sekuritas lainnya. Perkembangan bursa efek di Batavia Jakarta sekarang sangat pesat sehingga mendorong pemerintah Belanda membuka Bursa
Efek Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan Bursa Efek Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Kedua bursa ini kemudian ditutup karena terjadinya
gejolak politik Eropa pada awal tahu5n 1939. Bursa Efek pun akhirnya ditutup
Universitas Sumatera Utara