Patofisiologi Mual-Muntah PostKemoterapi Faktor-Faktor yang MempengaruhiMual-Muntah Post Kemoterapi

4.2 Patofisiologi Mual-Muntah PostKemoterapi

Mual-muntah post kemoterapi disebabkan oleh kehadiran atau adanya agen kemoterapi atau metabolit agen kemoterapi di aliran darah atau cairan serebrospinal yang berperan secara langsung pada chemoreceptor trigger zone di area postrema. Area postrema berada di sebelah luar barrier darah-otak dan sehingga menyebabkan terjadinya kesensitifan melalui darah dan cairan serebrospinal Hawkins Grunberg, 2009. Sinyal dari area postrema kemudian disampaikan ke nukleus traktus solitarius yang terletak di dalam barrier darah-otak dan mengandalkan pada neuro transmitter untuk memicu muntah. Agen sitotoksik juga dapat menyebabkan terlepasnya serotonin 5-HT dan substansi P NK1 dari sel enterochromaffin di mukosa lambung yang kemudian mengirim sinyal ke nukleus traktus solitarius melalui serabut sensori vagal Girish Manikandan; Herrstedt, 2008 dalam dalam Hawkins Grunberg, 2009. Sinyal yang berasal dari nukleus traktus solitarius, respon muntah diatur oleh jalur aferen, termasuk saraf vagus dan phrenic.Tambahannya, pada serotonin 5-HT dan jalur substansi P NK1, cannabioid dan jalur dopamine D2 juga dapat menyebabkan mual-muntah post kemoterapi. Jalur lain yang meliputi mual-muntah termasuk acetylcoline atau muskarinik M, histamin H, endorphin, dan �-aminobutyric acid tetapi jalur ini tidak diharapkan mengaktifkan mual-muntah post kemoterapi Herrstedt, 2008 dalam Hawkins Grunberg, 2009. Universitas Sumatera Utara

4.3 Faktor-Faktor yang MempengaruhiMual-Muntah Post Kemoterapi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi mual-muntah adalah: 4.3.1Kategori obat kemoterapi yang digunakan Obat-obat kemoterapi dikategorikan berdasarkan aktivitas farmakologi dan pengaruhnya terhadap reproduksi sel. Kelompok dasar dan aksi potensial mereka adalah sebagai berikut: a. Obat-obat spesifik fase siklus sel berpengaruh terhadap sel-sel yang sedang mengalami pembelahan. Contohnya adalah antimetabolit, alkaloid tanaman vinca, dan zat lainnya seperti asparaginase dan dacarbazine. Obat-obat ini sangat efektif melawan tumor yang sedang bertumbuh yang memiliki proporsi yang lebih besar pada siklus sel selama fase obat tersebut menyerang sel kanker. Obat-obat ini diberikan dalam konsentrasi minimal secara terus-menerus Otto, 1996. b. Obat-obat pada fase siklus sel non spesifik berpengaruh pada sel yang sedang membelah atau beristirahat. Misalnya agen alkilasi, antibiotik antitumor, nitrourea, hormon dan steroid, serta agens lainnya seperti prokarbazin. Bersifat aktif pada segala fase dalam siklus sel dan dapat efektif pada tumor yang besar dengan beberapa sel aktif yang sedang membelah pada saat pemberian. Obat-obat ini sering diberikan secara injeksi bolus tunggal Otto, 1996 Universitas Sumatera Utara 4.3.2 Dosis dari obat kemoterapi Pemberian dosis yang tinggi pada obat kemoterapi lebih sering menyebabkan mual-muntah post kemoterapi National Comprehensive Cancer Network, 2007. 4.3.3 Cara pemberian obat kemoterapi a. Pemberian secara intravena Banyak obat kemoterapi yang digunakan melalui intravena.Misalnya siklofosfamid, epirubisin, vinkristin, 5-FU, metotreksat, sitarabin, dan lain- lain.Cara pemberian kemoterapi melalui intravena untuk pengobatan kanker payudara, kanker kolorektal, limfoma maligna, leukemia akut, dan lain-lain.Cara pemberian kemoterapi melalui intravena bervariasi tergantung pada jenis obat dan keganasannya Sudoyo, Setiyohadi, Alwi, Simadibrata, Setiati, 2009. Obat kemoterapi yang diberikan melalui intravena dapat menyebabkan terjadi lebih cepat daripada diberikan melalui oral.Karena obat kemoterapi yang diberikan melalui intravena diabsorbsi lebih cepat Cancer Care Nova Scotia, 2004. b. Pemberian secara oral Pemberian secara oral biasanya untuk pengobatan kanker ovarii yang relaps, kanker kolorektal yang telah lanjut, leukemia limfositik kronik sel B, dan lain-lain. Beberapa jenis obat yang digunakan per oral yaitu etoposid, kapesitabin, dan fludarabin Brunner Suddarth, 1997. Universitas Sumatera Utara c. Pemberian secara intra-muskulus Pemberian secara intra-muskulus lebih jarang digunakan karena banyak obat yang dapat mengiritasi atau bahkan merusak kulit dan jaringan otot.Pemberian intra-muskulus sering dihindari karena meyebabkan resiko syok anafilaksis. Pemberian intra-muskulus antara lain pemberian Bleomycin Sylvia Wilsson, 1996. Pemberian cara ini yaitu suntikan tidak diberikan pada lokasi yang sama dengan pemberian dua-tiga kali berturut-turut. Yang dapat diberikan intra- muskulus antara lain bleomycin dan methotrexate Rasjidi, 2007. d. Pemberian secara intra-arteri Pemberian secara intra-arteri memerlukan pemasangan kateter pada arteri yang terletak di dekat tumor.Obat diberikan dalam larutan yang mengandung heparin melalui pompa infus karena terdapat tekanan arteri Otto, 1996. Pemberian intra-arteri jarang dilakukan karena membutuhkan sarana yang cukup banyak, antara lain alat radiologi diagnostik, mesin atau alat filter, serta memerlukan keterampilan tersendiri Rasjidi, 2007. e. Pemberian secara intraperitoneal Pemberian secara intraperitoneal adalah pemberian agen kemoterapi secara langsung ke dalam rongga peritoneal melalui dialisa Kumar, 1996. Kemoterapi intraperitoneal diberikan melalui kateter Tenckhoff kateter khusus yang dirancang untuk menghilangkan atau menambahkan cairan dalam jumlah besar dari atau ke dalam rongga perut atau melalui port implan yang melekat pada kateter. Kemoterapi disuntikan ke port melalui kateter, lalu masuk ke rongga Universitas Sumatera Utara abdomen dimana obat terabsorbsi ke daerah yang terkena.Cara ini memiliki efek samping yang lebih buruk daripada kemoterapi IV biasa Otto, 1996. 4.3.4 Karakteristik individu a. Riwayat mengonsumsi alkohol Sebuah penelitian telah menunjukkan bahwa muntah lebih mudah dikontrol pada pasien dengan riwayat alkohol kronik 100 ghari dibandingkan pasien yang tidak memiliki riwayat alkohol Gralla, 2000.Di dalam sebuah evaluasi, 52 pasien menerima cisplatin dosis tinggi dan kombinasi regimen anti- muntah yang sesuai, 93 dari pasien dengan riwayat alkohol kronik tidak mengalami muntah.Sementara 61 dari pasien lainnya yang tidak memiliki riwayat alkohol mengalami muntah Tyson, 1999. c. Usia Pasien dengan usia muda lebih memungkinkan untuk muntah. Resiko ini mungkin sebuah masalah psikologis secara langsung atau tidak langsung bagi pasien usia muda. Usia muda secara tidak langsung sering mengalami reaksi distonik akut ketika menerima anti-muntah. Anti-muntah memiliki reseptor dopamin sebagai penghalang mekanisme aksi Allen Reily, 1999. Di dalam sebuah ringkasan laporan, dari hampir 500 pasien yang menerima metoclopramide, hanya 2 pasien berumur 30 tahun yang muntah. 27 muntah terjadi pada usia muda Kris, 2000. Ketika anti-muntah dopamin diberikan selama beberapa hari, yang paling sering terjadi adalah reaksi distonik. Reaksi distonik khusus terjadi pada pasien usia muda Andrews Bandhri, 2000. Universitas Sumatera Utara d. Jenis kelamin Beberapa penelitian melaporkan bahwa wanita lebih sulit mengontrol muntah dibanding laki-laki.Hal ini merupakan masalah yang kompleks.Namun, dengan menggunakan analisis multivariat menunjukkan bahwa jenis kelamin merupakan faktor bersifat independen dari muntah Balfour, 2001. Dalam penelitian anti-muntah, wanita terdaftar sebagai penerima dua atau lebih agen muntah cisplastin plus dan cysclophosphamide.Dan wanita jarang memiliki riwayat penggunaan alkohol Andrews Bandhri, 2000. e. Motion Sickness Motion sickness sangat sering terjadi seperti mabuk laut, mabuk udara, dan lainnya.Tandanya adalah pucat, keringat dingin, mual, dan muntah. Tanda dan gejala yang timbul relatif bertahap, tetapi pada saat tertentu akan memuncak sehingga terjadi mual dan muntah. Setelah mual-muntah sering terjadi malaise Neal, 2005. Motion sickness dipercaya merupakan respon terhadap informasi sensoris yang bermasalah.Hanya sedikit yang diketahui mengenai mekanisme neural yang terlibat dalam motion sickness Neal, 2005.Pasien yang mengalami motion sickness biasanya lebih mudah mengalami mual-muntah akibat kemoterapi Solimando, 2003. f. Siklus kemoterapi Siklus kemoterapi adalah waktu yang diperlukan untuk pemberian satu kemoterapi. Untuk satu siklus umumnya setiap 3 atau 4 minggu sekali, namun ada juga yang setiap minggu Tjokronegoro, 2006. Siklus kemoterapi Universitas Sumatera Utara memberikan pengaruh terhadap gejala mual-muntah.Semakin tinggi siklus kemoterapi, maka semakin berat gejala mual-muntahnya McRonald Fleisher, 2005.

4.4 PengukuranMual-Muntah