Hubungan antara Usia dengan Kejadian DM Tipe 2 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian DM Tipe 2

berarti tidak ada insulin sama sekali, sedangkan relatif berarti jumlahnya cukup atau memang sedikit tinggi atau daya kerjanya kurang. Fungsi hormon insulin yang dihasilkan oleh sekelompok sel beta pankreas yang berperan dalam metabolisme glukosa bagi sel tubuh. Ketika kandungan lemak dalam darah meningkat karena faktor makanan yang mengandung kolesterol, maka hormon insulin lebih banyak digunakan untuk membakar lemak tersebut. Akibatnya tubuh kekurangan hormon insulin untuk memperlancar metabolisme gula dalam darah. Dengan demikian setiap orang dengan jenis kelamin laki-laki maupun perempuan memiliki risiko yang sama terkena DM apabila pola makannya tidak baik.

5.1.3 Hubungan antara Usia dengan Kejadian DM Tipe 2

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa usia yang paling banyak ditemui pada penderita DM tipe 2 adalah responden yang berusia 40 tahun ke atas, yaitu mencapai 70,3, sebaliknya sebanyak 54,1 responden yang tidak terkena DM berusia di bawah 40 tahun. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara usia dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil pada uji chi square yaitu p value = 0,003 α = 0,05. Perhitungan risk estimate diperoleh nilai odds ratio 2,781, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang berusia 40 tahun memiliki risiko 2,97 kali untuk menderita diabetes melitus tipe 2 dibandingkan dengan responden yang berusia 40 tahun. Hasil penelitian ini relatif sama dengan yang dikemukakan oleh International Diabetes Federation IDF, sebesar 90-95 orang dengan diabetes tipe 2 biasanya berumur lebih dari 40 tahun. Hasil penelitian Sarwono Waspadi membuktikan bahwa DM tipe 2 sering dijumpai pada usia 40-60 tahun. Tingkat kerentanan terjangkitnya penyakit DM sejalan dengan bertambahnya umur. Menurut perkumpulan Endrokrinilogi Indonesia salah satu faktor risiko dalam DM tipe 2 adalah orang yang berumur lebih dari 45 tahun Seisar Komala Dewi, 2007: 26. Jika dilihat dari persentase pada responden DM tipe 2 hanya ditemui 29,7 yang berusia kurang dari 40 tahun. Perubahan progresif metabolisme karbohidrat pada lanjut usia meliputi perubahan pelepasan insulin yang dipengaruhi oleh glukosa dan hambatan pelepasan glukosan yang diperantarai insulin. Menurut Naskah Lengkap Diabetes Melitus 2007: 302, hasil penelitian populasi, diperkirakan kadar glukosa darah postchallenge akibat menua sebesar 6- 9 mgdl per dekade, sedangkan kadar glukosa darah puasa akibat menua meningkat hanya sebesar 1-2 mgdl per dekade.

5.1.4 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian DM Tipe 2

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang paling banyak ditemui pada penderita DM tipe 2 adalah responden dengan tingkat pendidikan SMA dan PT, yaitu mencapai 78,4, sebaliknya sebanyak 45,9 responden yang tidak terkena DM mempunyai tingkat pendidikan SD dan SMP. Pada kelompok kontrol, tingkat pendidikan yang rendah akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang rendah, sehingga pola konsumsi makanan cenderung baik tidak mengkonsumsi makanan siap saji. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kejadian diabetes melitus tipe 2. Kesimpulan tersebut berdasarkan hasil pada uji chi square yaitu p value = 0,002 α 0,05. Perhitungan risk estímate diperoleh nilai odds ratio 0,325 OR 1 dapat disimpulkan bahwa tingkat pendidikan SD dan SMP merupakan faktor protektif melindungi atau dapat mengurangi risiko terhadap kejadian diabetes melitus tipe 2. Ada indikasi bahwa dengan meningkatnya tingkat pendidikan, seseorang lebih cenderung mau menerima dirinya sebagai orang sakit bila ia mengalami gejala tertentu daripada kelompok masyarakat yang lebih primitif. Mereka juga dilaporkan lebih cepat mencari pertolongan dokter dibanding masayarakat yang berstatus sosial lebih rendah. Data penelitian ini juga menunjukkan hal serupa, pada kelompok kasus sebagian besar responden yang berpendidikan SMA dan PT cenderung memeriksakan dirinya ke RSUD Sunan Kalijaga Demak. Ada indikasi bahwa dengan tingginya tingkat pendidikan, mempengaruhi pendapatan dan kemapanan dalam hidupnya. Tingkat kemapanan inilah diikuti dengan pola konsumsi yang berlebih, sehingga berpeluang terkena DM tipe 2.

5.1.5 Hubungan antara Tingkat Pendapatan dengan Kejadian DM Tipe 2

Dokumen yang terkait

Studi Potensi Interaksi Obat Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh

15 165 69

Gambaran Pola Makan Penderita Diabetes Melitus Rawat Jalan Di Puskesmas Kotanopan Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2013

9 95 78

Profil Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Sri Pamela Tebing Tinggi pada Tahun 2011-2012

0 29 0

Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dengan Komplikasi Hipertensi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Umum Langsa Tahun 2011

4 87 60

Pengaruh Faktor Risiko yang Bisa Dimodifikasi terhadap Diabetes Mellitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Hadrianus Sinaga Pangururan Kabupaten Samosir

3 75 141

Gambaran Diabetes Melitus Pada Pasien Penyakit Jantung Koroner Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, Medan Tahun 2010

1 42 56

Faktor Risiko Terjadinya Sindroma Koroner Akut pada Penderita Usia < 45 Tahun yang Berobat di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

4 47 137

Faktor Risiko yang Memengaruhi Kasus Penderita Diabetes Melitus Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas Banda Sakti Kecamatan Banda Sakti Kota Lhokseumawe Tahun 2014

2 27 161

KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun.

0 1 17

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR RISIKO OBESITAS DENGAN KEJADIAN DIABETES MELITUS TIPE 2 - Studi Cross-Sectional Pada Pasien Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang Tahun 2016 - Unissula Repository

0 0 12