Kerangka Pikir KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR
28
mereka yang mendapatkan pola pengasuhan yang dianggap tidak sejalan dengan pemikirannya, menganggap apa yang dilakukan oleh
orang tuanya tidaklah benar dan kurang pas bagi kehidupan sang anak tersebut. anak-anak yang seharusnya mendapatkan perilaku dan
pemenuhan kebutuhan dalam tumbuh kembangnya sama dan tak harus dan tak selayaknya dibedakan dalam konteks perbedaan jenis kelamin.
Disini dalam kompleks perumahan militer Korem 072 Pamungkas, apresiasi dan kebanggaan yang ada lebih memihak dengan keberadaan
anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Sang ayah dan keluarga menilai bahwa sang anak laki-laki dipandang akan menjadi
sebuah penerus tongkat estafet dalam meneruskan regenerasi menjadi seorang angkatan militer dan dipandang dapat menjadikan kebanggaan
tersendiri bagi keluarganya kelak. Mindset keluarga disana Militer memandang sebuah keberhasilan dari tolak ukur dan standar
keberhasilan sebuah keluarga dari kebanggaanya dari anak laki-laki sendiri. Sedangkan sang anak perempuan hanya dipandang sebagai
sebuah sarana penerus keluarga militer keluarga, dalam hal ini seorang anak perempuan dipandang sebagai pendamping laki-laki
ataupun calon istri bagi seorang laki-laki, namun perlu diketahui pula dalam konteks ini sang anak perempuan pun juga diberikan batasan
dan kriteria tertentu untuk klasifikasi pasangan oleh para orang tua, bahwa calon suami yang akan menjadi pendamping bagi sang anak
29
perempuannya, dalam hal ini jelasnya adalah seorang anak perempuan harus dan diberikan sebuah arahan yang jelas tentang calon suami
yang akan dinikahinya hendaknya juga berlatar belakang dari ranah militer, ataupun minimal tidak boleh menjadi istri di luar konteks
pegawai negeri, karena dianggap mendapatkan mantu yang berlatar belakang dari militer juga merupakan sebuah kebanggaan yang nyata
terhadap kebanggaan dari sebuah keluarga itu sendiri. Kondisi di atas, menjadikan sebuah anekdot dan realitas yang
sesungguhnya tidak dikehendaki dan diminati serta diminta oleh sang anak perempuan, karena dari segi sisi kebanggaan dan prestis orang
tua dan keluarga lebih berpandangan bahwa sang anak laki-laki lebih membanggakan dari pada anak perempuan itu sendiri, dari segi
pemenuhan kebutuhan dan permintaan dari sang anak perempuan juga terasa didiskriminasi dan diperlakukan seperti tak adil. Anak
perempuan memang sedikit menerima dan memberikan sebuah pressure ataupun tekanan bagi dirinya secara kodrati, akan tetapi
dalam konteks pergaulan dan konteks mencari pasangan para anak perempuan seakan melakukan sebuah pemberontakan dari apa yang
telah mereka terima selama ini. seakan menjadi sebuah ledakan dan pertunjukan dari emosional yang ada pada mereka, mereka yang mulai
melampiaskan dengan tindakan yang mungkin menjadi sebuah aib dan
30
menjadi corengan serta tamparan keras bagi keluarganya. Tidak hanya satu dua kasus yang memunculkan bahwa perempuan melakukan
tindakan yang dianggap sebagai sebuah klausal yang sebenarnya tak pantas dilakukan dan diproyeksikan sebelumnya. Dalam hal ini
tentunya peningkatan kasus MBA Married By Accident dilakukan oleh sang anak perempuan sebagai sebuah penyalur dan kanalisasi dari
emosi yang selama ini dianggap terlalu menekan dan mendiskritkan kaum perempuan selama ini. tak hanya dalam satu dua konteks saja
diskriminasi itu ditemukan tapi lebih kompleks lagi perihal dalam perilaku yang dianggap tidak mencerminkan bahwa keadilan dalam
pengasuhan anak itu sendiri. Perlahan namun pasti seorang anak perempuan menunjukkan bahwa “aku” mampu dan aku juga harus
diakui keberadaannya sebagai sebuah pemberontakan dari apa yang diterimanya selama ini. memang terkadang kehidupan seperti tak adil
dan tak memihak namun demi sebuah intitas dari apa yang ingin ditunjukannya itulah yang memang mereka perjuangkan sebagai
sebuah agregat dari yang didapatnya.
31
Bagan 2 : Kerangka Pikir
Keluarga Militer
Pola Asuh Orang Tua Tipe
Authoritative
Faktor ‐faktor Penyebab
Peningkatan Kasus MBA
Married By Accident
Dampak Pada Kehidupan Anak
32