DAMPAK POLA PENGASUHAN ANAK TIPE AUTHORITATIVE TERHADAP PENINGKATAN KASUS MBA (MARRIED BY ACCIDENT) DI DALAM KOMPLEKS PERUMAHAN MILITER KOREM O72/ PAMUNGKAS.

(1)

DAM TERHADA DALAM K MPAK POLA AP PENING KOMPLEKS D Un Guna JU UNI A PENGAS GKATAN K S PERUMA iajukan Ke Universit ntuk Memen a Memperol Tar NI URUSAN PE FAKUL IVERSITAS SUHAN AN KASUS MB AHAN MILI Skripsi pada Fakul tas Negeri Y nuhi Sebagi leh Gelar Sa

Oleh: regan Wahy IM 1241324 ENDIDIKA LTAS ILMU S NEGERI 2016

NAK TIPE A BA (MARRI

ITER KOR

ltas Ilmu So Yogyakarta ian Persyar arjana Pend yu A. 44015 AN SOSIOL U SOSIAL YOGYAKA AUTHORIT IED BY ACC REM 072/ PA

osial ratan didikan LOGI ARTA TATIVE CIDENT) D AMUNGKA DI AS


(2)

(3)

(4)

PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Taregan Wahyu Apriyanto

NIM : 12413244015

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Ilmu Sosial

Judul Skripsi : Dampak Pola Pengasuhan Anak Tipe Authoritative terhadap

Peningkatan Kasus MBA (Married By Accident) di dalam Kompleks

Perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi ini benar-benar merupakan karya penulis. Sepanjang pengetahuan penulis, skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis orang lain atau digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di perguruan tinggi lain, kecuali di bagian-bagian tertentu yang penulis gunakan sebagai sumber penulisan.

Pernyataaan ini dibuat oleh penulis dengan sungguh-sungguh dan penuh kesadaran. Apabila dikemudian hari ternyata tidak benar, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis.

Yogyakarta, Februari 2016

Penulis


(5)

Motto

Only God Can Judge Me

(Penulis)

Taste is A Part Of My Life (Penulis)

Se m a m pu, Se a k a n, Se m a nga t , Pe rsa ha ba t a n

(Penulis)

Hidup Adalah sebuah proses perjuangan untuk mempertahankan sebuah argumen,

benar dan salah tergantung pada seberapa banyak orang yang percaya akan

argumen kita


(6)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya kecil ini untuk :

Ibukku tercinta, terimakasih atas kesabarannya serta kasih dan sayang untuk selama ini, tak pernah lupa Selalu memberikan kesempatan dan menghargai segala

sesuatu yang ada pada diriku untuk kukembangkan potensi yang ada dalam diriku ini.

Kubingkiskan karya ini untuk:

 Keluarga yang selalu ada dan menyediakan tempat bagi diriku untuk memberikan sesuatu yang berarti dan takkan pernah ternilai.

 Sahabat-sahabatku yang selalu ada dan selalu menyediakan keceriaan yang takkan pernah berakhir hingga pada waktunya nanti, love you gaes…

 Seorang Dokter disana yang selalu ada dan memberikan sesuatu yang takkan pernah dapat dilukiskan oleh kata-kata.


(7)

DAMPAK POLA PENGASUHAN ANAK TIPE AUTHORITATIVE TERHADAP PENINGKATAN KASUS MBA (MARRIED BY ACCIDENT) DI DALAM KOMPLEKS PERUMAHAN MILITER KOREM 072/ PAMUNGKAS

Oleh:

Taregan Wahyu A. 12413244015

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi seorang anak dalam melakukan fenomena peningkatan kasus MBA (Married By Accident) dan untuk mengetahui alasan mengapa pola asuh anak tipe authoritative menimbulkan peningkatan kasus MBA (Married By Accident) di dalam kompleks Perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas, serta untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan bagi seorang anak setelah melakukan tindakan tersebut dalam kehidupannya. Fokus pada penelitian ini adalah pola asuh authoritative yang diterapkan, mengetahui faktor-faktor apa saja yang melatar belakangi peningkatan perilaku MBA (Married By Accident), serta mengetahui kehidupan lebih lanjut pada anak-anak pelaku serta hubungan yang ada.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Pemilihan informan dalam penelitian ini dilakukan menggunakan teknik purposive sampling. Informan penelitian ini adalah anak-anak pelaku MBA (Married By Accident) di dalam lingkungan Kompleks Perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas. Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Teknik penggumpulan data penelitian dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Teknik keabsahan data dilakukan dengan cara triangulasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif model interaktif sebagaimana diajukan oleh Miles dan Huberman, yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor-faktor yang memengaruhi peningkatan perilaku MBA ( Married By Accident) adalah faktor pola pengasuhan anak tipe authoritative serta faktor lingkungan sekitar yang mendukung untuk melakukan perilaku tersebut. Pola pengasuhan anak disana menimbulkan perilaku MBA ( Married By Accident) dikarenakan pada tataran orang tua yang menerapkan disiplin keras serta memberikan aturan-aturan yang tidak boleh dilanggar untuk anak perempuannya. Dampak yang ditimbulkan dari keputusan yang diambil anak-anak pelaku MBA ( Married By Accident) mendapatkan berbagai bentuk respon mulai dari bentuk diskriminasi dari keluarga maupun lingkungan sekitar, akan tetapi mereka membuktikan bahwa mereka mampu untuk membangun keluarga kecil mereka dikemudian hari.


(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur yang terlimpah hanyalah untuk Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan serta memberikan nikmat dan kasih sayang-Nya sehingga akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan. Tiada kemudahan yang datang selain karena atas izin-Nya.

Tugas akhir ini disusun sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dalam Jurusan Pendidikan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pihak-pihak yang turut serta membantu penyelesaian tugas akhir ini. Pihak-pihak tersebut ialah:

1. Prof. Dr. H. Rochmat Wahab, M.Pd., M.A., Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta yang secara tidak langsung telah membantu dalam berbagai kepentingan yang berhubungan dengan kuliah.

2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat M.Ag., selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas

Negeri Yogyakarta, yang telah berkenan memberikan fasilitas dan sarana dalam kelancaran dan penyelesaian studi penulis.

3. Bapak Grendi Hendrastomo, M.M., M.A., selaku Ketua Jurusan Pendidikan


(9)

4. Ibu V. Indah Sri Pinasti, M.Si. selaku dosen pembimbing yang senantiasa dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

5. Ibu Puji Lestari M.Hum. selaku narasumber dan penguji utama serta

pembimbing akademik yang telah memberikan masukan dan saran yang sangat berarti guna kesempurnaan penulisan skripsi ini.

6. Ibu Nur Hidayah M.Si. selaku ketua penguji yang telah memberikan arahan

yang sangat berarti bagi penulis.

7. Ibu Prof. Dr Farida Hanum, M.Si. yang telah menjadi tokoh inspiratif dalam

kehidupan penulis tentang sosok aktivis gender dalam kehidupan, karena beliaulah saya mulai mengenal dan berani untuk memberikan sesuatu tentang konteks kesetaraan gender.

8. Para Dosen Jurusan Pendidikan Sosiologi yang sangat berjasa dalam

memberikan bekal ilmu, wawasan dan pengetahuan yang sangat luas.

9. Masyarakat Kompleks Perumahan Korem 072/ Pamungkas yang telah

membantu dan menyediakan kesempatan dalam keberlangsungan penulisan skripsi ini.

10.Para sahabat khususnya untuk Jurusan Pendidikan Sosiologi 2012 yang selalu

ada dan memberikan kesan dan pesan yang takkan pernah terlupakan.

11.Para keluarga, sahabat dan teman-teman yang selalu memberi dukungan,

motivasi dan doanya.


(10)

Akhir kata, peneliti menyadari dengan segala keterbatasan pengetahuan bahwa tugas akhir skripsi ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan dan kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran dari para pembaca demi penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Yogyakarta, Februari 2016 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 5


(12)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR ... 10

A. Kajian Pustaka... 10

1. Tinjauan Tentang Keluarga ... 10

2. Tinjauan Tentang Pola Asuh ... 12

3. Tinjauan Tentang MBA (Married By Accident) ... 15

4. Tinjauan Tentang Penyimpangan Sosial ... 16

5. Pola Asuh Orang Tua Dalam Perspektif Sosiologi ... 17

B. Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berfikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

A. Tempat Penelitian ... 33

B. Waktu Penelitian ... 33

C. Bentuk Penelitian ... 33

D. Sumber dan Jenis Data ... 34

E. Teknik Pengumpulan Data ... 35

F. Instrument Penelitian ... 37

G. Teknik Pemilihan Informan/ Sampling ... 38

H. Validitas Data ... 39

I. Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS ... 44

A. Deskripsi Wilayah Penelitian ... 44

B. Deskripsi Umum Informan ... 48


(13)

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran... 83

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(14)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Bagan Stimulus dan Respon ... 23

Bagan 2 Kerangka Pikir ... 31

Bagan 3 Bagan Analisis Data ... 41

Bagan 4 Skema Pola Penerapan Disiplin Keras Pada Anak ... 61


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1: Peta Wilayah Perumahan Militer Korem 072/Pamungkas ... 119

Gambar 2: Denah Lokasi Perumahan Korem 072/ Pamungkas ... 120

Gambar 3: Wawancara Dengan narasumber Dw1 ... 121

Gambar 4: Narasumber El ... 121

Gambar 5: Wawancara Dengan Narasumber Dw2 ... 122

Gambar 6: Wawancara Dengan Narasumber Id ... 122

Gambar 7: Potret Keceriaan Anak Narasumber Dw1 ... 123

Gambar 8: Potret Keceriaan Anak Narasumber Dw2 ... 123 Gambar 7: Potret Salah Satu Kegiatan yang Ada Dalam Kompleks Perumahan . 124


(16)

DAFTAR TABEL

Table 1: Data Peningkatan Pelaku MBA ... 70


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1: Pedoman Observasi ... 89

Lampiran 2: Pedoman Wawancara ... 93

Lampiran 3: Daftar Koding ... 95


(18)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Anak adalah manusia yang masih kecil dan berasal dari sesuatu atau dilahirkan (Poerwadarminta, 1984: 38). Anak merupakan sebuah titipan dan anugerah dari sang Ilahi yang harus disyukuri. Dimana setiap sisi dan segi kedudukan orang tua akan bertanggung jawab atas segala bentuk perkembangan yang dilalui oleh seorang anak. keluarga menjadi tempat pertama dan utama bagi sang anak untuk menumbuhkan serta mengembangkan segala bentuk potensi yang ada pada diri seorang anak. dari segi dan sisi afeksi tentu keluarga mengambil peran yang dominan serta penting bagi tumbuh kembang seorang anak, hal ini didasari pada pola pengasuhan seperti apa dan bagaimana pola pengasuhan tersebut untuk diterapkan dan diaplikasikan dalam keluarganya.

Anak dalam sebuah keluarga memiliki sebuah problematika yang mana menjadi sisi beban dan tanggungan bagi dirinya untuk tetap dan terus memberikan sesuatu bagi dirinya maupun bagi keluarganya. Namun disisi lain pergaulan anak yang semakin modern disertai kebebasan berekspresi, membuat para orang tua melakukan tindakan preventif dengan berbagai cara pencegahan baik secara ekstrim maupun perlahan, itu semua tak lepas untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satu cara adalah dengan


(19)

merubah pola pengasuhan anak, salah satunya yang dipilih dan dianggap baik oleh sebagian orang tua tidaklah pas dirasakan oleh para anak-anak mereka yang sedang tumbuh dan berkembang menuju masa transisi dari remaja menuju ke tahap selanjutnya yaitu tahap dewasa. Dimana setiap anak dituntut secara biologis untuk mempunyai rasa kasih dan sayang yang ingin diungkapkan dan diekspresikan, namun menurut sebagian orang tua cara itu tidaklah tepat. Karena mereka menilai pada masa remaja adalah masa yang rapuh dan rawan, lingkungan sekitar yang tak mendukung pada tahapan ini, dianggap akan menjerumuskan seorang anak menuju hal-hal yang tidak diinginkan.

Perilaku orang tua dengan cara membatasi seorang anak dalam hal ini anak perempuan, dari segi pergaulan maupun tingkat pertemanan menjadikan anak-anak perempuan merasa tertekan dan mendapat sebuah kungkungan yang seolah menjadi pagar besi yang tak dapat diubah dan dihilangkan dalam hidupnya. Ketimpangan ini memang banyak terjadi dan marak di dalam perumahan korem 072/ Pamungkas, dimana latar belakang orang tua yang basicnya adalah militer, banyak yang masih menilai bahwa masa remaja adalah hal yang rawan dan tak pantas seorang anak untuk berpacaran. Tentu tak semua anak yang dianggap rawan, namun hanya pada tataran anak perempuan saja yang dididik dengan sedikit ekstrim dengan tidak membolehkan pacaran dengan alasan yang tidak logis bagi diri anak-anaknya.


(20)

dikekang dalam pergaulanya adalah anak perempuan. Karena menurut para orang tua di sini lebih membebaskan dan memberikan kesempatan yang lebih untuk anak laki-laki mereka. Dalam hal ini, anak laki-laki dalam kompleks lingkup militer diproyeksikan untuk meneruskan karir sang ayah ketika beliau lengser. Sedangkan untuk anak perempuan hanya selalu dipingit dan dipersiapkan untuk menjadi seorang jodoh yang kriterianya kebanyakan adalah tentara. Hal inilah yang mungkin juga mendasari orang tua di sini menggunakan pola pengasuhan authoritative kepada anak-anak perempuan mereka. Sehingga mereka merasa didiskriminasi dan melakukan pemberontakan dengan berpacaran secara sembunyi-sembunyi dan pada akhirnya mencoba membuktikan pada dirinya bahwa tidak boleh dikekang. dengan melakukan tindakan yang tak diduga oleh para orang tuanya, mereka seakan memberontak dengan tindakan tersebut, tak ayal para orang tua pun merasa gagal mendidik mereka, namun bagi para anak-anak perempuan inilah bentuk aktualisasi pada diri mereka. Inilah yang mendasari kenapa peneliti ingin menelisik lebih lanjut apa alasan mereka melakukan hal tersebut, dan mungkin pula dampak yang ditimbulkan bagi kehidupannya serta orang tua mereka kelak.


(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang dapat diidentifikasi antara lain:

1. Kebebasan ataupun pergaulan seorang anak perempuan dalam kasus di sana

dibatasi dan selalu diprotek dengan begitu saklek.

2. Rasa kebanggaan orang tua kepada anak laki-laki yang dianggap sebagai lebih

dari segi meneruskan karir sang ayah, serta bentuk subordinasi pada anak perempuan yang dianggap hanya sebagai beban keluarga.

3. Pola pengasuhan anak yang timpang terhadap gender (antara laki-laki dan

perempuan ) tidak seimbang dan adil.

4. Bentuk pola pengasuhan anak tipe Authoritative yang diaplikasikan di sana

membuat seorang anak perempuan menjadi diri yang terbatasi dalam segala bentuk aktualisasi dirinya.

5. Peningkatan kasus MBA (Married By Accident) yang didasari sebagai bentuk


(22)

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti ingin memberi batasan cakupan karena bahasan yang luas dan terlalu kompleks, peneliti membatasi permasalahan dan fokus penelitian pada poin:

1. Melihat bagaimana dampak yang ditimbulkan dari pola asuh tipe authoritative

terhadap peningkatan kasus Married By Accident (MBA) dalam lingkup perumahan korem 072/ pamungkas.

2. Mencari alasan dan menguraikan tentang pola pengasuhan anak tipe

Authoritatve terhadap peningkatan kasus Married By Accident (MBA) dalam lingkup perumahan korem 072/ pamungkas.

3. Melihat dan menelisik apakah alasan dan akibat yang ditimbulkan dari

permasalahan yang ada.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apa saja faktor yang memengaruhi peningkatan kasus MBA (Married By


(23)

2. Mengapa pola pengasuhan anak tipe authoritative berdampak terhadap peningkatan kasus MBA (Married By Accident) di dalam Kompleks Perumahan Militer 072/ Pamungkas?

3. Dampak apa saja yang ditimbulkan bagi seorang anak pelaku fenomena MBA

MBA (Married By Accident) tersebut? E. Tujuan Masalah

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui apa saja faktor – faktor yang memengaruhi seorang

anak dalam melakukan fenomena peningkatan kasus MBA (Married By Accident) di dalam kompleks perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas.

2. Untuk mengetahui alasan kenapa pola asuh anak tipe Authoritative

menimbulkan peningkatan kasus MBA (Married By Accident) di dalam kompleks perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas.

3. Untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan bagi seorang

anak setelah melakukan tindakan MBA (Married By Accident) pada kehidupanya.


(24)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian di sini dapat dijadikan sebuah rujukan dan mencari argumen yang pasti tentang penyebab dan alasan yang jelas tentang mengapa pola asuh anak tipe authoritative berdampak pada peningkatan kasus Married By Accident (MBA) dalam lingkup Perumahan Korem 072/ Pamungkas. Selain itu peneliti juga ingin menghadirkan sebuah fakta yang mana ini memang harus dijadikan sebuah refleksi nyata khususnya untuk para orang tua dan calon orang tua dalam pendidikan dan pola asuh anak dalam sebuah keluarga.

Dalam penelitian ini pula peneliti ingin memberikan sedikit pengertian tentang mengapa pola pengasuhan tipe authoritative berdampak pada peningkatan kasus MBA (Married By Accidend) dalam lingkup perumahan militer Korem 072/ Pamungkas. Selain itu peneliti juga ingin memberikan sedikit pencerahan kepada orang tua dan calon orang tua agar mereka menjadikan fenomena ini sebagai sebuah refleksi dan pertimbangan dalam mendidik anak dalam sebuah keluarga, baik dalam konteks ini seorang anak dipandang sama dan tanpa harus menghadirkan dan menyajikan sebuah klausal tentang perbedaan jenis kelamin yang ada. Seorang anak hendaknya dianggap sebagai sebuah anugerah yang diberikan dari RabbNya untuk dijaga dan dididik dengan baik tanpa satu alasan yang mana menghambat perkembangan dan tumbuh kembang dari seorang anak itu sendiri.


(25)

Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoritis maupun praktis diantaranya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Secara khusus, penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi dan dapat memperkuat teori-teori yang erat kaitannya dengan kajian Sosiologi terkhusus mengenai kajian Sosiologi Keluarga, yaitu keluarga, pola asuh anak, dampak pola asuh anak yang diterapkan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lain yang bertema sama dengan penelitian ini.

b. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat dalam membina keluarganya sehingga ada pertimbangan dan wawasan baru dalam mendidik anak yang ada kaitannya dengan pendidikan.


(26)

c. Bagi Universitas Negeri Yogyakarta

Penelitian ini diharapakan dapat menjadi sumber informasi bagi warga Universitas Negeri Yogyakarta mengenai pola asuh orang tua dalam keluarga terhadap anak yang terkait dengan bidang pendidikan.

d. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi terkait sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang terkait dengan hak-hak anak serta kesejahteraan sebuah keluarga dari segi dan sisi keadilan kesetaraan baik untuk laki-laki dan perempuan.


(27)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERFIKIR A. Kajian Pustaka

1. Tinjauan Tentang Keluarga

Keluarga adalah sebuah unit terkecil yang ada di dalam masyarakat. Dalam hal ini keluarga merupakan sebuah tempat dimana individu mengenal individu lain untuk pertama kalinya dan mempelajari kodratnya sebagai makhluk sosial. Dalam sebuah literature disebutkan bahwa, Horton mengemukakan bahwa keluarga adalah suatu kelompok kekerabatan yang menyelenggarakan pemeliharaan anak dan kebutuhan manusiawi tertentu lainnya. keluarga merupakan kelompok yang ditandai dengan adanya ciri saling kenal mengenal sesama anggota, serta kerjasama yang erat dan bersifat pribadi (Leibo, 1994: 54)

Karena itu orang umum sering mengatakan bahwa pembentukan kepribadian seseorang berawal dari keluarga. Sikap, tingkah laku, pergaulan dan watak seseorang dapat mencerminkan dari keluarga itu sendiri (Khairudin: 63). Khairudin mencoba menjelaskan intisari dari pengertian keluarga yaitu:

a. Keluarga merupakan kelompok sosial yang terkecil yang umumnya


(28)

b. Hubungan sosial antara anggota keluarga relative tetap dan didasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi.

c. Hubungan antara anggota keluarga dijiwai oleh suasana kasih sayang

dan rasa tanggung jawab.

d. Fungsi keluarga ialah merawat, memelihara dan melindungi anak

dalam rangka sosialisasinya agar mereka mampu mengendalikan diri dan berjiwa sosial.

Dalam hal ini kaitanya pada tataran keluarga ranah yang diadakan bukan hanya pada sebatas tempat untuk meneruskan generasi selanjutnya, namun juga merupakan sarana dan sebuah upaya dalam penanaman dan sosialisasi tentang kehidupan sosial yang akan ia lanjutkan setelahnya dalam masyarakatnya. Menurut Robert M.Z Lawang, keluarga merupakan kelompok orang-orang yang dipersatukan oleh ikatan-ikatan perkawinan, darah atau adopsi yang membentuk satu rumah tangga, yang berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dengan dan melalui peran-peranya sendiri sebagai anggota keluarga dan yang mempertahankan kebudayaan masyarakat yang berlaku umum atau menciptakan kebudayaan sendiri. Dalam hal ini fungsi keluarga lebih dilihat sebagai sebuah lembaga yang mana mentransformasikan sebuah upaya sosialisasi yang sengaja dibentuk dan dititipkan kepada individu lain dalam sebuah keluarga itu sendiri,


(29)

sehingga sifatnya akan lebih dominan dibandingkan dengan lembaga-lembaga yang lain di luar konteks pribadi diri individu itu sendiri.

2. Tinjauan tentang Pola Asuh Anak

Pola asuh orang tua merupakan pola perilaku yang diterapkan pada anak bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dirasakan oleh anak, dari segi negatif maupun positif. Pola asuh yang ditanamkan tiap keluarga berbeda, hal ini tergantung pandangan dari tiap orang tua (Petranto, 2006).

Macam-Macam Pola Asuh Orang Tua

Menurut Baumrind (dalam Syamsu Yusuf, 2005) terdapat empat macam pola asuh orang tua yaitu:

a. Pola asuh demokratis

Adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua yang demokratis memandang sama kewajiban hak orang tua dan anak, bersikap rasional dan selalu mendasari tindakannya pada rasio pemikiran. Ciri-ciri orang tua demokratis yaitu:

1) Orang tua bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan dan melampaui batas kemampuan anak.


(30)

2) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan.

3) Bersikap responsif terhadap kemampuan anak.

4) Mendorong anak untuk menyatakan pendapat atau pertanyaan. 5) Memberikan penjelasan tentang dampak perbuatan baik dan buruk.

6) Menghargai setiap keberhasilan yang diperoleh anak.

b. Pola asuh otoriter / authoritative

Adalah pola asuh yang merupakan kebalikan dari pola asuh demokratis yaitu cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya disertai dengan ancaman-ancaman. Bentuk pola asuh ini menekan pada pengawasan orang tua atau kontrol yang ditunjukkan pada anak untuk mendapatkan kepatuhan dan ketaatan. Jadi orang tua yang otoriter sangat berkuasa terhadap anak, memegang kekuasaan tertinggi serta mengharuskan anak patuh pada perintah-perintahnya. Secara umum pola asuh otoriter mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1) Orang tua suka menghukum secara fisik.

2) Orang tua cenderung bersikap mengomando (mengharuskan atau memerintah anak untuk melakukan sesuatu tanpa kompromi).


(31)

3) Bersikap kaku.

4) Orang tua cenderung emosional dan bersikap menolak. c. Pola asuh permisif atau pemanja

Merupakan suatu bentuk pengasuhan dimana orang tua memberikan kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak kontrol oleh orang tua. Secara umum ciri-ciri pola asuh orang tua yang bersifat pemanja yaitu:

1) Orang tua tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.

2) Orang tua memberikan kebebasan kepada anak untuk menyatakan dorongan atau keinginannya.

3) Orang tua tidak pernah menegur atau tidak berani menegur perilaku anak, meskipun perilaku tersebut sudah keterlaluan atau di luar batas kewajaran.

d. Pola asuh tipe penelantar

Pola asuh ini biasanya memiliki interaksi waktu yang sedikit dengan anak-anaknya. Secara umum ciri-ciri pola asuh penelantar yaitu:


(32)

1) Orang tua lebih mementingkan kepentingan sendiri misalnya terlalu sibuk, tidak peduli bahkan tidak tahu anaknya dimana atau sedang dengan siapa, dan lain sebagainya.

2) Anak-anak dibiarkan berkembang sendiri baik fisik maupun psikis. 3. Tinjauan tentang MBA (Married By Accident)

Dalam banyak sumber referensi diskripsi tentang Married By Accident (MBA) belum dituliskan secara pasti karena masih dikonsepsikan dalam pengertian umum, film, maupun hukum agama, tentang sepasang remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah. Mereka terdoktrin oleh teman-temannya untuk harus berhubungan seksual apabila sudah lama pacaran. Ketika sudah melakukannya, sang wanita hamil. Semua cita-cita dan masa depan yang masih jauh terbentang harus hancur karena masalah kehamilan di luar nikah). Dalam hal ini pengertian married by accident dalam pengertian masyarakat umum, berarti kehamilan yang tidak diinginkan. Kehamilan yang tidak diinginkan pada remaja sering kali berakhir dengan aborsi. Para ahli memperkirakan bahwa kasus aborsi di Indonesia adalah sekitar 2,4 jiwa per tahun dan sekitar 700 ribu diantaranya dilakukan oleh para remaja (BKKBN, 2001).


(33)

Konsep MBA (Married By Accident) merupakan sebuah konsep baru yang lebih dikenal sebagai sebuah peristiwa hamil diluar nikah ataupun hamil karena ketidak sengajaan. Dalam hal ini yang biasa terjadi dan dikonsepsikan oleh kebanyakan orang, cenderung melihat sebuah peristiwa yang dilakukan oleh seseorang dalam melakukan sebuah hubungan secara biologis secara tidak sah ataupun diluar ikatan pernikahan, dalam hukum islam perilaku tersebut disebut dengan perlakuan zina (Al-Haetamy, 2004: 86). Dalam hal ini peristiwa ini lebih banyak dan dominan dikategorikan sebagai sebuah penyimpangan sosial. Dalam hal ini dampaknya biasanya dikenakan sanksi secara cemoohan maupun menjadi sebuah aib bagi keluarga maupun anggota masyarakat tertentu karena dianggap tidak pantas untuk dilakukan.

4. Tinjauan tentang Penyimpangan Sosial

 Robert M.Z. Lawang: Penyimpangan sosial adalah semua tindakan

yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan menimbulkan usaha dari mereka yang berwenang dalam sistem itu untuk memperbaiki perilaku tersebut.

 James Vander Zanden (Sunarto, 1993) penyimpangan merupakan

perilaku yang oleh sejumlah besar orang dianggap sebagai hal yang tercela dan diluar batas toleransi.


(34)

 Kartini Kartono (2005) dalam Patologi Sosial jilid 1, Mendefinisikan penyimpangan sosial sebagai sebuah tingkah laku yang menyimpang dari tendensi sentral atau cirri-ciri karakteristik rata-rata dari rakyat kebanyakan.

Jadi dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa, penyimpangan sosial sendiri merupakan sebuah fenomena yang mana tak sejalan dengan aturan ataupun kehendak dari masyarakat kebanyakan yang menganggapnya menjadi sebuah penyimpangan, karena dianggap berbeda dan tak lazim dilakukan. Namun perlu diiingat pula dalam hal ini tendensi masyarakat juga mengambil bagian yang sangat penting karena dalam penyimpangan sosial secara tidak langsung masyarakat juga memberikan andil dalam munculnya hal tersebut, seperti kontrol sosial yang lemah, tidak berfungsinya masyarakat sebagai parameter dari tindakan para individunya, serta aturan-aturan ataupun norma yang tidak lagi berlaku di dalam masyarakatnya.

5. Pola Asuh Orang Tua dalam Perspektif Sosiologi

a. Teori Tindakan Sosial Max Webber

Pola asuh merupakan suatu tindakan yang diambil dan diterapkan oleh orang tua dalam keluarga. Pemilihan pola asuh dalam keluarga tidak dipilih dan diterapkan secara asal-asalan, akan tetapi lebih pada adanya alasan-alasan lain yang melatar


(35)

belakangi para orang tua untuk menerapkan dan mengadopsi pola pengasuhan yang diterapkan dalam mendidik anak-anaknya. Menurut Webber dimana perilaku yang dilakukan oleh individu diarahkan kepada tujuan-tujuan yang hendak dicapai dan dipilih diantara sejumlah cara yang memungkinkan (Robinson, 1986: 21).

Dilihat dari beberapa jenis pada pola pengasuhan yang ada sangat memungkinkan untuk diterapkan dalam sebuah keluarga. Penerapannya tentu saja dilatar belakangi oleh tujuan ataupun sesuatu hal yang ingin dituju ataupun dicapai. Hal yang logis yang menjadi tujuan setiap orang tua dalam bidang pendidikan anaknya adalah agar sang anak menjadi baik serta menuju hal-hal yang diangap baik dan menjadi tujuan orang tua. Akan tetapi dengan penerapan pola asuh anak yang tidak setara akan kedudukan gender justru akan membuat sebuah polemik baru bagi orang tua karena setiap intensitas perkembangan anak harus pula ditentukan pada konteks kesetaraan.

Tindakan sosial yang dikemukakan oleh Weber ini menyebutkan bahwa apa yang terjadi dalam realitas dan keseharian pada lingkungan sekitar tempat tingal seorang


(36)

individu akan secara nyata mempengaruhi dari segi perilaku maupun bentukan dalam hal pemikiran. Tak hanya pada satu sisi saja melainkan cakupan yang ada sangatlah kompleks dan mendalam. Seorang individu bertingkah laku dan memperagakan jati dirinya juga salah satunya karena adanya bentukan dan rangsangan berupa stimulus untuk bertindak dan memberikan gambaran, bagaimana suatu tindakan tersebut untuk dapat dilakukan. Pada akhirnya seorang individu melakukan suatu tindakan yang dilakukanya bukan karena semata-mata murni karena kehendak maupun keinginan dari individu tersebut, melainkan juga ada bentukan dari masyarakat sekitar individu tersebut untuk membentuk dan menjadikan diri seorang individu menjadi mau dan mampu untuk bertindak sesuai dengan kebiasaan yang dilihatnya. Itu semua tidak hanya dalam jangka waktu yang singkat akan tetapi membutuhkan waktu yang konstan dalam kehidupan seorang individu tersebut.

Dalam hal ini apa yang dideskripsikan menurut webber menjadi suatu bentukan nyata dalam fenomena di atas ketika banyaknya peristiwa yang menjadikan seorang perempuan itu dalam melakukan sebuah “pemberontakan” dalam lingkup


(37)

keluarga yang dirasakan tak adil bagi dirinya, menjadikan sisi ini bagaikan “diorama” yang nantinya perlu untuk ditiru dan dilakukan secara nyata dalam kehidupan para anak perempuan di perumahan Korem 072/ Pamungkas. Bukan hanya sekedar bentukan yang tak dianggap rasional lagi, melainkan tindakan yang irrasional namun menjadikan diri dan menunjukkan pada semua orang bahwa inilah “aku”, aku yang selalu terkungkung pada didikan dan peran yang tak adil dalam keluarga membuat para anak-anak perempuan ingin menunjukkan jati diri yang sebenarnya. Pemikiran-pemikiran inilah yang menjadikan anak-anak perempuan disana menjadi berani untuk mengambil resiko dan beban yang mungkin akan terjadi ketika mereka tengah melakukan maupun mengalami peristiwa tersebut sebagai sebuah upaya dalam menunjukkan jati diri yang sesungguhnya.

b. Teori Anomi

Anomi adalah suatu keadaan masyarakat dimana tidak ada norma yang dipatuhi secara teguh dan diterima secara luas. Masyarakat anomis adalah masyarakat yang tidak memiliki norma pedoman mantap yang dapat dianut dan menjadi pedoman oleh warganya. Individu anomis adalah individu yang


(38)

tidak memiliki pedoman nilai yang jelas dalam bertindak. Kondisi masyarakat yang anomis atau individu yang anomis akan melahirkan perilaku yang tidak teratur dan tidak jelas, sehingga perilaku mana yang disebut sesuai dan mana yang tidak sesuai dengan norma menjadi kabur.

Dalam hal ini seorang anak dinilai dalam melakukan perbuatan MBA( Marriead By Accident) tidak menyadari dan memang dalam melakukan hal tersebut seakan menjadi situasi yang dianggap tidak realistis dan tidak dalam kondisi sadar, sehingga dapat dikatakan dalam hal ini seoarang anak perempuan yang melakukan hal tersebuat merasa bahwa dirinya berada pada sisi anomi dan tidak lagi memikirkan pelajaran (sosialisasi dan pengasuhan serta edukasi yang dilakukan orang tuanya) selain itu mereka sudah merasa pada batas pembuktian diri tehadap ambisi yang ia capai.

c. Teori Stimulus Respon

Beberapa istilah yang perlu dijelaskan dalam teori ini adalah stimulus, respons, dorongan, reinforcementlfaktor penguat. Stimulus adalah peristiwa yang terjadi baik di luar maupun di dalam tubuh manusia yang menyebabkan timbulnya suatu perubahan tingkah laku. Respons adalah perubahan yang disebabkan oleh adanya stimulus. Menurut Keller &


(39)

Schoenfeld (Wibowo,1988:127) stimulus mempunyai 3 (tiga) fungsi yaitu:

a. Pembangkitan: stimulus yang membangkitkan, adalah stimulus yang langsung memberikan suatu respons. Misalnya makanan langsung menimbulkan air liur orang yang melihatnya pada saat lapar terutama.

b. Diskriminasi: stimulus yang diskriminatif, adalah stimulus yang tidak langsung menimbulkan respons tetapi hanya merupakan pertanda adanya stimulus pembangkit. Misalnya mendengar ada tukang siomay lewat. Saat barn mendengar belum ada reaksi apapun dan diri orang tersebut, barulah setelah melihat sang penjual menyajikan sepiring di depannya keluarlah air liurnya. c. Reinforcement: adalah stimulus yang menimbulkan konsekuensi yang positif atau negatif pada terbentuknya respons. Reinforcement positif adalah stimulus yang jika diberikan akan memperkuat tingkah laku respons. Misalnya seorang anak yang menolong orang lain kemudian mendapat pujian dan hadiah, maka ia akan cenderung mengulangi tingkah laku menolongnya di kemudian hari. Reinforcement negatif adalah stimulus yang jika tidak diberikan atau dihentikan pem-beriannya, akan memperkuat terjadinya respons. Misalnya seorang anak yang kegemukan dan


(40)

manakala dia berprestasi di kelas/menjadi juara kelas. Maka ia akan mengulangi dan meningkatkan prestasi akademiknya tersebut.

Bagan 1: Bagan Stimulus dan Respon

Dorongan adalah suatu kekuatan dalam diri seseorang yang jika telah mencapai kekuatan yang maksimum akan menyebabkan orang tersebut melakukan sesuatu. Menurut Dollard & Miller (dalam Wibowo, 1988:127) terdapat 2 (dua) macam dorongan pada manusia yaitu dorongan primer dan dorongan sekunder. Dorongan primer adalah dorongan bawaan seperti lapar, haus, sakit dan seks. Dorongan sekunder adalah dorongan yang bersifat sosial dan dipelajari misalnya dorongan untuk mendapat upah, pujian, perhatian dan sebagainya.

STIMULUS  ORGANISME: 

1. PERHATIAN  2. PENGERTIAN  3. PENERIMAAN 

RESPONSE (Perubahan  Sikap) 


(41)

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Skripsi Asri Widya Ningrum Jurusan Pedidikan Sosiologi Universitas

Negeri Yogyakarta (04413244015) tentang Profil Pergeseran Fungsi Keluarga Pada Anak Berperilaku Menyimpang Di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kutoarjo, Jawa Tengah.

Dalam penelitian diatas dituliskan bahwa terdapat pergeseran fungsi keluarga pada anak berperilaku menyimpang, mengenai hal ini berbagai konteks terkait dengan fungsi pendidikan dan fungsi ekonomi, dalam hal ini dari segi pendidikan yang dilakukan oleh orang tua terjadi pergeseran seperti tidak lagi memandang bahwa sang anak dianggap harus dan wajib mendapatkan fungsi pendidikan dalam keluarga, akan tetapi pada anak yang berperilaku menyimpang sudah tidak diperhatikan lagi dari segi pendidiknya, dari segi ekonomi sang anak yang dianggap sudah menjalankan perilaku menyimpang tidak lagi disuplay dari segi dan sisi ekonominya, akan tetapi seorang anak dalam hal ini sudah mulai diikutsertakan dalam dunia pekerjaan ataupun sang anak sudah mulai bekerja secara mandiri.


(42)

2. Penelitian Berjudul “ Pola Asuh Orang Tua dalam Meningkatkan Disiplin Anak di Perumahan Muria Indah Desa Gondangmanis Kecamatan Bae Kabupaten Kudus” oleh Herlin Prasetiyanti Jurusan Pendidikan Sosiologi Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2005. Dalam hal ini diungkapkan bahwa ada suatu sisi pada keadaan orang tua dimana, kedua orang tua mempunyai tipe ataupun perilaku otoriter terhadap anak-anaknya. Dimana orang tua menginginkan seorang anak untuk berperilaku dan bertindak disiplin, namun di sisi lain orang tua juga mengimpelentasikan pola asuh otoriter, dimana justru cenderung mengekang anak dan membuat anak lebih cenderung bersikap sebaliknya.

Kedua sumber penelitian yang relevan diatas, dapat digunakan oleh peneliti sebagai bahan pembanding dalam melakukan penelitian ini. dari kedua penelitian diatas, fokus objek penelitian yang diambil pada dasarnya adalah sama yakni mengenai pola asuh orang tua dalam sebuah keluarga, sedangkan persamaan dari penelitian-penelitian di atas dengan penelitian ini adalah mengenai pola asuh yang diterapkan oleh orang tua kepada anak. sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan keduanya adalah pada latar belakang keluarga yang ada dan menjadi objek penelitian. Dalam penelitian ini kami memfokuskan pada keluarga yang berlatar belakang militer dengan segala


(43)

otoritasinya dalam mendidik serta menerapkan pola pengasuhan anak yang dilakukan dalam mendidik serta mengarahkan kehidupan seorang anak dalam keluarganya.

C. Kerangka Pikir

Keluarga merupakan sebuah komponen terpenting dan utama dalam sebuah prosesi sosialisasi yang dilakukan oleh seorang individu dalam persiapannya menuju sebuah kehidupan bermasyarakat secara langsung dan nyata. Dalam keluarga sendiri selalu dijaga dan dikonsepsikan sebuah fungsi yang mana langsung menjadi dan berkembang dalam sebuah sistem yang terjaga dan selalu dipertahankan satu sama lainya. Dalam hal ini adanya pembagian peran dan sebuah realitas yang mana pembagian tugas dan kewenangan yang ada dan memang saling dikonsepsikan oleh anggotanya satu sama lainya. Sebuah potret nyata tentang kehidupan sebuah keluarga tentunya akan dilalui dan dilakukan oleh seorang individu itu sendiri, tak terkecuali dalam hal ini adalah bagaimana seorang anak itu mulai mengerti arti dan makna akan sebuah kehidupan yang nyata. Dalam keluarga itu sendiri tentunya seorang anak yang dipandang sebagai salah seorang penerus dari sebuah keluarga dan keberlangsungan dari pondasi dasar keluarga tersebut. sebuah afeksi, prosesi pendidikan, serta pemenuhan kehidupan yang


(44)

selalu menjadi kebutuhan primer dari seorang anak maupun individu dalam masa tumbuh dan kembangnya.

Pola asuh anak dalam konteks ini yang kami bahas tentang bagaimana pola asuh itu diterapkan dan diaplikasikan dalam sebuah keluarga itu dengan sebagaimana mestinya. Pola asuh yang diterapkan dalam sebuah keluarga tentunya akan berbeda dan memiliki karakteristik masing-masing dari keluarga itu sendiri. Hal ini tentunya menjadi sebuah kesempatan bagi seorang anak maupun individu diri memiliki karakteristik tersendiri dalam diri dan aplikasi yang diterapkan dalam kehidupanya. Lebih spesifik dalam hal ini adalah bagaimana pola penerapan tipe Authoritative atau Otoriter dalam penerapannya dalam sebuah keluarga. Kompleks perumahan militer yang dipandang sebagai sebuah sarana pendidikan yang dihasilkan dan diteruskan dalam kehidupan seorang anak tentunya menjadi sebuah dilematis bagi tumbuh kembang seorang anak itu sendiri, dalam perumahan Korem 072/ Pamungkas, seorang anak mulai dididik dan dibesarkan dalam lingkup keluarga yang berlatar belakang dari seorang ayah yang memiliki pengalaman pendidikan militer. Dalam hal ini pula seorang anak mulai dibiasakan untuk disiplin dan mematuhi peraturan yang ada dan memang dibentuk dan dikonsepsikan dalam sebuah keluarga itu sendiri. Dalam hal ini


(45)

mereka yang mendapatkan pola pengasuhan yang dianggap tidak sejalan dengan pemikirannya, menganggap apa yang dilakukan oleh orang tuanya tidaklah benar dan kurang pas bagi kehidupan sang anak tersebut. anak-anak yang seharusnya mendapatkan perilaku dan pemenuhan kebutuhan dalam tumbuh kembangnya sama dan tak harus dan tak selayaknya dibedakan dalam konteks perbedaan jenis kelamin. Disini (dalam kompleks perumahan militer Korem 072/ Pamungkas), apresiasi dan kebanggaan yang ada lebih memihak dengan keberadaan anak laki-laki dibandingkan dengan anak perempuan. Sang ayah dan keluarga menilai bahwa sang anak laki-laki dipandang akan menjadi sebuah penerus tongkat estafet dalam meneruskan regenerasi menjadi seorang angkatan militer dan dipandang dapat menjadikan kebanggaan tersendiri bagi keluarganya kelak. Mindset keluarga disana (Militer) memandang sebuah keberhasilan dari tolak ukur dan standar keberhasilan sebuah keluarga dari kebanggaanya dari anak laki-laki sendiri. Sedangkan sang anak perempuan hanya dipandang sebagai sebuah sarana penerus keluarga militer keluarga, dalam hal ini seorang anak perempuan dipandang sebagai pendamping laki-laki ataupun calon istri bagi seorang laki-laki, namun perlu diketahui pula dalam konteks ini sang anak perempuan pun juga diberikan batasan dan kriteria tertentu untuk klasifikasi pasangan oleh para orang tua,


(46)

perempuannya, dalam hal ini jelasnya adalah seorang anak perempuan harus dan diberikan sebuah arahan yang jelas tentang calon suami yang akan dinikahinya hendaknya juga berlatar belakang dari ranah militer, ataupun minimal tidak boleh menjadi istri di luar konteks pegawai negeri, karena dianggap mendapatkan mantu yang berlatar belakang dari militer juga merupakan sebuah kebanggaan yang nyata terhadap kebanggaan dari sebuah keluarga itu sendiri.

Kondisi di atas, menjadikan sebuah anekdot dan realitas yang sesungguhnya tidak dikehendaki dan diminati serta diminta oleh sang anak perempuan, karena dari segi sisi kebanggaan dan prestis orang tua dan keluarga lebih berpandangan bahwa sang anak laki-laki lebih membanggakan dari pada anak perempuan itu sendiri, dari segi pemenuhan kebutuhan dan permintaan dari sang anak perempuan juga terasa didiskriminasi dan diperlakukan seperti tak adil. Anak perempuan memang sedikit menerima dan memberikan sebuah pressure ataupun tekanan bagi dirinya secara kodrati, akan tetapi dalam konteks pergaulan dan konteks mencari pasangan para anak perempuan seakan melakukan sebuah pemberontakan dari apa yang telah mereka terima selama ini. seakan menjadi sebuah ledakan dan pertunjukan dari emosional yang ada pada mereka, mereka yang mulai melampiaskan dengan tindakan yang mungkin menjadi sebuah aib dan


(47)

menjadi corengan serta tamparan keras bagi keluarganya. Tidak hanya satu dua kasus yang memunculkan bahwa perempuan melakukan tindakan yang dianggap sebagai sebuah klausal yang sebenarnya tak pantas dilakukan dan diproyeksikan sebelumnya. Dalam hal ini tentunya peningkatan kasus MBA (Married By Accident) dilakukan oleh sang anak perempuan sebagai sebuah penyalur dan kanalisasi dari emosi yang selama ini dianggap terlalu menekan dan mendiskritkan kaum perempuan selama ini. tak hanya dalam satu dua konteks saja diskriminasi itu ditemukan tapi lebih kompleks lagi perihal dalam perilaku yang dianggap tidak mencerminkan bahwa keadilan dalam pengasuhan anak itu sendiri. Perlahan namun pasti seorang anak perempuan menunjukkan bahwa “aku” mampu dan aku juga harus diakui keberadaannya sebagai sebuah pemberontakan dari apa yang diterimanya selama ini. memang terkadang kehidupan seperti tak adil dan tak memihak namun demi sebuah intitas dari apa yang ingin ditunjukannya itulah yang memang mereka perjuangkan sebagai sebuah agregat dari yang didapatnya.


(48)

Bagan 2 : Kerangka Pikir Keluarga Militer 

Pola Asuh Orang Tua Tipe  Authoritative 

Faktor‐faktor Penyebab   

Peningkatan Kasus MBA  (Married By Accident) 


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

Berdasarkan masalah yang diambil dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif. Bogdan dan Taylor dimana mereka mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (Lexy J. Moleong, 2011: 4).

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan alasan bahwa dengan menggunakan analisis kualitatif disini data yang kami peroleh akan lebih mendalam dan disarankan pada konteks penggalian data yang memang mengarah pada metode penelitian kualitatif. Metode dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif dimana peneliti akan mencari sumber data berupa wawancara serta observasi kepada si pelaku yang mana peneliti disini sudah menentukan kriteria yang dianggap menjadi fokus dalam penelitian ini. tak hanya data primer saja dalam hal ini peneliti juga menggunakan data sekunder sebagai pendukung dan sebagai alat verifikasi dari data yang telah diperoleh.


(50)

A. Lokasi

Lokasi dan objek penelitian kami terfokus pada lingkungan keluarga TNI-AD (Tentara Nasional Indonesia - Angkatan Darat) di dalam Perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas, Demak Ijo, Nogotirto, Gamping, Sleman.

B. Waktu

Penelitian sudah dilaksanakan dalam jangka 3 (tiga) bulan yaitu pada bulan Agustus hingga Oktober 2015.

C. Bentuk Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan dengan jenis pendekatan deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor, penelitian kualitatif diartikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati (Moelong, 2006: 4). Menurut Nazir, metode penelitian deskripstif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 2005: 54).

Tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual, dan akurat


(51)

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki dengan banyak penajaman. Penelitian diskriptif bertujuan untuk mendiskripsikan atau melukiskan realitas sosial yang kompleks yang ada di dalam masyarakat (Mantra, 2004: 38).

D. Sumber dan Jenis Data:

1. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto, 2002: 107). Dan sumber data penelitian ini meliputi:

a. Sumber Primer

Data primer adalah data yang diambil secara langsung oleh peneliti kepada sumbernya tanpa perantara dengan cara menggali makna dari kata-kata dan tindakan informan di lapangan. Kata-kata dan tindakan merupakan sumber utama diambil melalui wawancara yang direkam dengan tape recorder.

b. Sumber Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber data tidak langsung yang mampu memberikan tambahan serta penguatan terhadap penelitian. Sumber data sekunder merupakan data yang digunakan untuk mendukung data primer yaitu data yang berupa buku, majalah, koran, dokumen resmi, dokumen pribadi (Sugiono, 2006: 159).


(52)

2. Jenis Data

Data dalam penelitian kualitatif adalah berupa tulisan-tulisan dan gambar dari hasil wawancara dan hasil observasi dan bukan berpa angka-angka seperti dalam penelitian kualitatif. Data tersebut berupa transkrip wawancara, catatan lapangan, foto, memo, dan dokumen penting lainnya. hasil dari penelitian ini berupa bentuk ketikan komputer.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang relevan dan sesuai dengan masalah pada penelitian ini, maka digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik pengumpulan data adalah dengan menggunakan teknik observasi. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang ingin diteliti (Usman, 1995: 54). Secara lebih sempit observasi diartikan sebagai setiap kegiatan untuk melakukan pengukuran dengan menggunakan indera pengelihatan yang berarti tidak menggunakan ataupun memakai pengajuan berupa pertanyaan-pertanyaan (Soeharto, 2004: 69).


(53)

Observasi yang dilakukan adalah jenis observasi langsung, akan tetapi peneliti tidak terlibat langsung dalam kegiatan responden. Dengan kata lain, peneliti ini menggunakan teknik observasi nonpartisipan. Observasi nonpartisipan adalah pengamat tidak melibatkan diri secara langsung ke dalam objek pengamatan, pengamat berada di luar subjek yang diamati dan tidak ikut dan tidak berperan dalam kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan, sehingga pengamat akan lebih mudah mengamati kemunculan tingkah laku yang diharapkan (Soehartono, 2004: 69). Observasi ini merupakan pengamatan dan pencatatan awal yang sistematis terhadap gejala-gejala yang akan diteliti. Observasi ini dilakukan secara langsung oleh peneliti terhadap permasalahan yang akan dikaji.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2007: 186). wawancara yang dilakukan disini, peneliti menggunakan wawancara terstruktur dengan maksud agar pada saat proses wawancara berlangsung topik bahasan serta cakupan data yang diperoleh tepat sasaran serta tidak membuang banyak waktu penelitian. Dalam hal ini peneliti membuat beberapa


(54)

tersebut kepada narasumber untuk dijawab. Hal ini bertujuan agar diperoleh data yang lengkap dan sesuai dengan masalah yang akan diteliti dan rencana awal dalam tujuan penelitian ini.

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang (Sugiyono, 2010: 82).

4. Studi Pustaka

Untuk kelengkapan data dan informasi dalam penelitian ini, maka peneliti menambahkan data dari buku-buku, literature, karya tulis ilmiah, artikel dari internet, dan sumber lain yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti lebih mendalam.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen sendiri menurut Arikunto (2002: 126) ialah alat pada waktu peneliti menggunakan suatu metode. Karena dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi, maka intrumen yang dibutuhkan antara lain yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara, tape recorder, kamera, serta alat tulis.


(55)

G. Teknik Pemilihan Informan/ Sampling

Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling untuk pengambilan sampel dengan tujuan menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (Moleong, 2007:224). Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik sampling bertujuan (Purposive Sampling) yaitu pengambilan data ataupun sampel berdasarkan pada tujuan atau pertimbangan tertentu (Usman, 1995: 47). Maksud sampling dalam penelitian ini adalah untuk menjaring sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber dan bangunannya (Constuctions).

Populasi di sini adalah keluarga militer yang tinggal dan menjadi anggota dalam satuan Korem 072/ Pamungkas. Fokus sampel yang digunakan adalah anak-anak perempuan yang menjadi ataupun melakukan tindakan MBA (Married By Accident). Karena dalam hal ini keluarga tentunya menerapkan pola pengasuhan yang mungkin ataupun dirasa tidak sesuai oleh sang anak perempuan dalam perlakuan yang sesungguhnya. Sedangkan dalam dan untuk konteks anak laki-laki lebih dominan tidak melakukan hal tersebut karena mungkin ada banyak faktor yang melatar belakanginya. Sehingga karena adanya


(56)

banyak keluarga yang juga menjalankan hal tersebut diluar konteks dan lingkup keluarga militer yang ada di daerah Yogyakarata ini, peneliti membatasi hanya pengambilan sampel di lingkungan kompleks perumahan satuan militer Korem 072/ Pamungkas. Tujuan dari metode ini sendiri adalah agar diperoleh data yang sesuai dengan fakta yang ada dilapangan.

H. Validitas Data

Setelah data terkumpul maka langkah selanjutnya adalah pemeriksaan keabsahan data ataupun disebut dengan validitas data. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan teknik triangulasi. Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan atau valid tidaknya data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut (Moleong, 2007:330). Untuk tekniknya sendiri, dalam penelitian ini digunakan teknik trianggulasi dengan sumber dan metode.

Triangulasi sumber adalah teknik pemeriksaan keabsahan dengan membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang telah diperoleh dengan menggunakan waktu dan alat yang berbeda (Moelong, 2006: 178). Data diperoleh dengan mencari


(57)

beberapa informan dengan menggunakan metode yang sama. Sedangkan triangulasi metode adalah pengecekan data yang didapat dari metode pengumpulan data yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan studi dokumentasi.

Menurut Patton dalam bukunya Lexy J. Moleong untuk mengecek dan membandingkan derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dapat dicapai dengan jalan: pertama membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara. Kedua yaitu membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakannya secara pribadi. Ketiga adalah membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu. Keempat adalah membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandanagn orang. Kelima adalah membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan (Moleong, 2006: 178).

Pengecekan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara-cara membandingkan data wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengecekan derajat kepercayaan dalam penelitian ini dengan menggunakan sumber hasil dari informasi dari wawancara yang dilakukan dengan beberapa informan.


(58)

I. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif. Karena model ini akan menggambarkan keadaan dan fenomena yang diperoleh dalam bentuk kata-kata untuk ditarik sebuah kesimpulan. Proses ini dilakukan menggunakan model analisis interaktif seperti yang diungkapkan Miles dan Huberman, yaitu proses analisis yang dilakukan bersama dengan proses pengumpulan data. Proses analisi data dalam penelitian ini menggunakan empat tahap, yaitu: tahap pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan (Huberman, 1992: 15-20). Keempat tahapan menurut model interaktif dari Miles dan Huberman dapat dijelaskan dengan menggunakan skema sebagai berikut:

Bagan 3: Bagan Teknik Analisis Data Model Miles dan Huberman. Reduksi Data 

Pengumpulan Data

Penyajian Data  Penarikan Kesimpulan


(59)

1) Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dicatat dalam catatan lapangan yang berisi tentang apa yang dilihat, didengar, dirasakan, disaksikan, dialami sendiri oleh peneliti tanpa adanya pendapat dari peneliti. Temuan tentang apa yang dijumpai selama penelitian dan merupakan bahan rencana pengumpulan data untuk tahap berikutnya. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi (Huberman, 1992: 15-20).

2) Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses di mana peneliti melakukan pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan data hasil penelitian. Proses ini juga dinamakan sebagai proses transformasi data, yaitu perubahan dari data yang bersifat “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan menjadi data yang bersifat “halus” dan siap pakai setelah dilakukan penyeleksian, membuat ringkasan, menggolongkan ke dalam pola-pola dengan membuat transkrip penelitian untuk mempertegas, memperpendek, membuat fokus dan kemudian membuang data yang


(60)

tidak diperlukan agar dengan mudah ditarik kesimpulanya (Huberman, 1992: 15-20).

3) Penyajian Data

Penyajian data dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam melihat hasil penelitian. Dengan penyajian data akan dipahami apa yang terjadi, apa yang harus dilakukan, dan lebih lanjut lagi menganalisis mengambil tindakan berdasarkan atas pemahaman yang di dapat dari penyajian-penyajian data tersebut (Huberman, 1992: 15-20).

4) Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan adalah usaha untuk mencari atau memahami makna, keteraturan, pola-pola penjelasan alur sebab akibat atau proposisi. Tahapan ini menyangkut penggambaran makna dari data yang ditampilkan. Sebelum membuat kesimpulan peneliti harus mencari pola, hubungan, persamaan dan sebagainya antara detail yang ada untuk kemudian dipelajari, dianalisis dan disimpulkan (Huberman, 1992: 15-20).


(61)

BAB IV

PEMBAHASAN DAN ANALISIS A. Deskripsi Wilayah Penelitian

1. Kondisi Umum Perumahan Korem 072/ Pamungkas.

Kompleks perumahan militer Angkatan Darat Korem 072/ Pamungkas, merupakan salah satu kompleks perumahan militer milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI-AD) yang ada di kota Yogyakarta. Di kota pelajar ini sendiri kompleks perumahan Militer Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat sendiri berdiri beberapa perumahan untuk dan digunakan oleh anggotanya. Anggota yang dimaksud adalah anggota yang menjadi anggota kesatuan dari wilayah maupun kompleks satuan yang ada di Yogyakarta itu sendiri. Pembagian ini dilakukan untuk mempermudah dalam mengkoordinir dan menjalankan tugas satuan dari Kodam IV Diponegoro yang ada di Semarang, maupun Kodam Jaya yang ada di Jakarta.

2. Sejarah Singkat

Kompleks Perumahan Korem 072/ Pamungkas sendiri merupakan salah satu perumahan yang didirikan dalam cakupan desa Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Kompleks perumahan militer 072/ Pamungkas merupakan sebuah bilik asrama kesatuan milik satuan komandan Korem dibawah arahan dan tunjukkan dari Rindam IV/ Diponegoro. Dalam


(62)

hal ini perumahan tersebut merupakan fasilitas bagi para prajurit yang terpilih dan terbagi dalam berbagai latar belakang satuan kerja yang ada didalam Korem 072/ Pamungkas tersebut. Klasifikasinya antara lain adalah dibagi dalam beberapa bagian dan beban kerja mulai dari Bagian Logistik (Basilog) hingga bagian Intelijen (Intel) dimana setiap bagian tugasnya diberikan pemimpin (perwira) yang mendiami barak ataupun sisi perumahan bagian depan. total dari perumahan ini sendiri terdiri dari 30 buah perumahan, dimana pembagiannya terdiri dari 10 unit rumah tipe 45 yang dihuni oleh para perwira yang terbagai dalam satuan tugas masing-masing, sedangkan 20 rumah lainnya dihuni oleh para anggota yang terpilih dan bertugas dalam satuan lingkup komandan Korem 072. Dimana setiap rumahnya diisi oleh istri dan anak-anak dari para anggotanya. Perumahan ini berdiri pada tahun 1900-an atas dasar dari pemikir1900-an d1900-an rujuk1900-an dari kom1900-and1900-an Kodam 4/ Diponegoro yang mana salah satu dari upaya untuk mensejahterakan para anggotanya dan mempermudah komunikasi serta tukar pikiran dari para anggota dengan komandan dalam satuan tugas masing-masing ataupun sebaliknya untuk mempermudah para komandan dalam memberikan arahan serta petunjuk langsung yang diperintahkan dari pusat yaitu Markas Besar TNI AD- KODAM JAYA ataupun dari Kodam IV Diponegoro.


(63)

3. Kondisi Geografis

Lokasi dari perumahan ini pun dapat dikatakan sangat strategis dalam perjalanan tujuan dari perumahan ini sendiri dibuat pada awalnya. Dimana berbatasan langsung dengan Ring Road Barat disisi baratnya, sedangkan disebelah Selatan terdapat jalan utama Jalan Godean, dimana disebelah selatan lagi terdapat 2 (dua) kompi besar (dapat dikatakan anak cabang dari Korem) yaitu terdiri dari Kompi Senapan C (biasa disebut dengan Kompi C) dan Kompi KiKavser 2/ BS (Berdiri Sendiri), sedangkan jika berjalan keselatan lagi terdapat Rumah susun yang baru didirikan pada awal tahun 2014 untuk upaya pendapatan devisa ataupun memaksimalkan lahan kosong dalam lingkup militer, sisi samping dari rumah susun tersebut terdapat bagian dari satuan cabang lain yaitu Bekang. Sedangkan sisi timur berbatasan langsung dengan perumahan Nogotirto Asri, sedangkan untuk batasan utara terdapat PO Putera Remaja (merupakan salah satu PO bis perjalanan komersil antar pulau maupun dalam pulau).

4. Iklim Masyarakat/ Keadaan Masyarakat

Kondisi dan iklim masyarakat yang ada di dalam kompleks perumahan Korem sendiri dikatakan cukup baik dari segi ekonomi maupun dari segi kesejahteraan para anggotanya, dimana untuk dewasa ini yang bekerja tidak hanya dari para suami yang bertugas pokok sebagai anggota Militer Angkatan


(64)

Darat, namun juga diisi oleh para ibu-ibu dan para istri yang mulai memasuki dunia karir ataupun dunia kerja. Dari segi dan sisi keamanan pun kompleks perumahan ini dapat dikatakan cukup aman karena minimnya tindakan kriminalitas yang ada di dalamnya. Setiap sisi dan segi fasilitas yang ada di dalam kompleks ini tidak lain dan tidak bukan hanya untuk mensejahterakan para anggotanya yang tinggal dan hidup serta menetap sementara waktu (hingga proses pensiun ataupun dipindah tugaskan ke lain kesatuan ataupun dengan berbagai alasan). Fasilitas yang ada di dalamnya terdiri dari 1 (satu ) buah Lapangan Voli, 1 (satu) buah lapangan Bulutangkis, 1 (satu) buah kolam ikan yang dikelola secara swadaya dan bersama-sama. Jenis kegiatan serta agenda yang dilakukan ataupun dilaksanakan di sana meliputi arisan ibu-ibu, arisan bapak-bapak, kerja bakti rutin sebulan sekali, dan berbagai bentuk demontrasi dari pihak luar maupun dari kesatuan Korem 072/ Pamungkas sendiri. Untuk para remaja dan anak-anak terdapat pertemuan para karang taruna meskipun intensitasnya dapat dikatakan tidak terlalu sering.

5. Kondisi Keagamaan dan Jenjang Pendidikan

Mengenai keberagaman yang ada di dalam Kompleks Perumahan Korem 072/ Pamungkas ini sendiri didominasi oleh menganut agama keyakinan mayoritas Islam, dapat dikatakan prosentasenya adalah 85 persen untuk muslim, 10 persen untuk nasrani, dan 5 persen untuk agama lain seperti Budha dan Hindu. Namun perbedaan yang ada tidaklah memunculkan


(65)

permasalahan maupun konflik yang ada, melainkan tidak adanya rasa perbedaan dan saling menghormati antara satu dengan yang lain. untuk jenjang pendidikan yang ada disana mayoritas mengenyam pendidiakn untuk tingkat Sekolah Menengah Atas untuk para anggota militer (Suami) dan untuk istri rata-rata juga masih didominasi untuk jenjang Sekolah Menengah Atas maupun kejuruan yang sederajat, meskipun ada pula beberapa yang berlatar belakang Diploma maupun Strata 1. Untuk sisi pendidikan anak-anak, keluarga masih tetap berfikir pada prioritas pendidikan tertinggi untuk anak laki-laki ketimbang untuk anak perempuan.

B. Deskripsi Umum Informan

Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis, dapat diketahui bahwa.

Berikut ini adalah data mengenai profil informan:

1. Mbak Dw (1)

Mbak Dw (1) adalah seorang anak dari ibu LH dan Bapak Serka (Sersan Kepala) YS, mereka dikarunia dengan 2 orang anak yaitu laki-laki dan perempuan. Saudara laki-laki Mbak Dw adalah seorang laki-laki yang sekarang sudah dan sedang bekerja di dalam kesatuan Brimob yang berada di daerah Kendari, Sulawesi Tenggara. Mbak Dw sendiri menikah dengan Mas Al. Mas Al sendiri juga berlatar belakang dari militer kedua orang tuanya, ayahnya bernama


(66)

Praka Pr dan ibu Sm. Mbk Dw dan Mas Al dikaruniai dengan 2 buah hati, terdiri dari 2 anak perempuan bernama, An dan Ai. Mereka sekarang berdomisili dan menetap di daerah Ungara, Semarang, Jawa Tenggah semenjak sang ayah meninggal. Kehidupan mereka pada awalnya tanpa mengenal sedikitpun bantuan dari orang tua mereka, mereka berusaha untuk menjalankan kehidupan dengan membuka usaha sendiri. Usaha mereka ialah menyewakan angkutan truk yang mulanya mereka kredit dan dicicil melalui usaha Mbk Dw yang mulanya bekerja sebagai seorang SPG (Sales Promotion Girl) disebuah mall yang ada di Semarang. Kehidupan mereka yang didapatkan cukup harmonis dan dapat dikatakan sebagai keluarga yang berbahagia meskipun awal dan mula mereka menjalani hubungan ini mengalamai berbagai lika-liku serta problematika yang dapat dikatakan tidak mudah untuk dilalui oleh seorang anak. namun mereka perlahan namun pasti meskipun mendapatkan banyak ujian, dari mulai harus berusaha sendiri dan memulai semua dari titik nol dalam menjalankan kehidupan mereka, mereka tetap yakin dan optimis kekuatan dari cintalah yang mereka milik. Selain itu pula tekad kuat dari Mbk Dw yang merasa sakit hati ataupun merasa tidak diperlakukan adil oleh orang tuanya (terutama sang ayah) dalam mendidik dan membesarkan dirinya seolah menjadi kekuatan


(67)

tersendiri. Beliau ingin membuktikan bahwa beliau bisa hidup dan memulai hidup tanpa bantuan dari orang tua mereka.

2. Mbk Dv

Mbk Dv merupakan anak perempuan pertama dari 3 bersaudara yang semuanya adalah anak perempuan. Orang tua beliau bernama Serma (Sersan Mayor) Pr dan Ibu Sk. Perjalanan hidup dari Mbk Dv sendiri dijalankan dengan berbagai bentuk disiplin tinggi dan aturan keras yang ada dan dibuat oleh kedua orang tua mereka, karena basic (dasar) dari kakek dan nenek keluarga Mbk Dv sendiri merupakan keluarga militer dimana pendidikan yang diterapkan dan pola pengasuhan yang dijalankan seperti pendidikan yang dilakukan untuk mendidik para calon prajurit. Mbk Dv sendiri sekarang bekerja sebagai seorang perawat sudah menjadi status PNS (Pegawai Negeri Sipil) disalah satu rumah sakit khusus prajurit ataupun angkatan di Kota Yogyakarta. Kisah beliau dimulai dari masa beliau menginjak masa Sekolah Menengah Atas (SMA) dimana beliau melakukan ataupun menjalankan kegiatan untuk anak-anak yang memasuki masa pubertas yaitu pacaran. Pacar Mbk Dv bukan lain dan bukan tidak adalah mas Yg yang juga tinggal satu komplek dan juga berlatar belakang dari keluarga militer pula ( Pratu Ek dan Ibu Pr). Mereka menjalin hubungan dan melakukan dating secara sembunyi-sembunyi,


(68)

karena alasan utamanya adalah ayah Mbk Dv sendiri yang terkenal sangat galak dan disiplin tinggi. Sekali beliau bilang tidak pasti semua anaknya tidak berani melakukan hal tersebut. Meskipun demikian Mbk Dv yang merasa tindakan yang dilakukan dan diterapkan kepada dirinya dalam keluarganya tidaklah sesuai dengan hati nuraninya. Mbk Dv sendiri merasa iri dan merasa bahwa kenapa teman-teman sebayanya yang diperbolehkan pacaran tetapi kenapa saya tidak boleh, apakah saya merasa salah, apakah saya tidak diperkenankan merasakan kebahagiaan yang mereka alami. Pertanyaan- pertanyaan itulah yang muncul dan menjadikan Mbk Dv melakukan hal tersebut. Meskipun demikian polemik yang terjadi sempat membuat Mbk Dv merasa tertekan dengan tindakan yang dilakukanya tersebut. pada mulanya beliau bersikeras untuk tetap merawat anak yang ada di dalam kandungannya tersebut, namun orang tuanya bersikeras untuk melakukan aborsi bagi kandungan Mbk Dv, namun Mbk Dv yang bersikeras untuk tetap mempertahankan kandungannya membuat ia harus diungsikan sementara waktu di rumah saudaranya yang ada di salah satu kota di Jawa Tengah untuk menghilangkan aib yang telah ia perbuat. Waktu demi waktupun berjalan, sang anak pun lahir ke dunia ini. bukan bahagia yang didapatkan oleh Mbk Dv tetapi cobaan besar datang menerpa, sang ayah menyuruh Mbk Dv untuk menitipkan anak tersebut ke sebuah panti asuhan. Tidak hanya berhenti disitu saja sang


(69)

ayah telah menyiapkan jodoh untuk Mbk Dv yang berasal dari latar belakang Polisi, hanya selisih satu bulan dari kelahiran anaknya beliaupun menikah dan menjalankan kehidupannya dengan sang suami baru yang dianggpanya tidakalh sesuai dengan kata hati dan keinginan Mbk Dv sendiri, karena rumah tangga yang ia jalankan bukan seperti dengan apa yang beliau harapkan.

3. Mbk El

Mbk El lahir merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, 2 perempuan dan 1 laki-laki. mbk El lahir dari orang tua Serma Sj dan Ibu Rs. Mbk El sendiri sekarang bekerja di salah satu sales dari produk eletronik yang ada di Yogyakarta. Kehidupan asmara yang ia lakukan pun penuh dengan perjuangan dan juga pertentangan. Apapun yang diberlakukan oleh sang ayah dan sang ibu ia terjang tanpa memikirkan sebab dan akibat yang mungkin akan muncul, maklum karena beliau adalah anak pertama. Dimana setiap sisi dan segi kehidupan remajanya dilalui dengan berbagai hadangan yang menerpa. Sebenarnya orang tua Mbk El yang menerapkan disiplin tinggi untuk anak-anak perempuan mereka, sedangkan untuk anak laki-laki Mas Sl (Sang adik sendiri sekarang sudah menjadi salah satu prajurit Angkata Udara di Jawa Timur) tidak demikian dalam pola asuh yang diterapkannya.


(70)

kampus yang ada di Yogyakarta dan bertemu dengan Mas Ed. Hubungan yang mulanya sembunyi-sembunyi dengan berbagai penekanan yang dilakukan oleh orang tua mbk ela tidak membuat Mbk El memiliki rasa jera. Bukan menuruti kata orang tua, Mbk El justru menunjukkan dan melakukan pacaran terang-terangan di rumah. Mulai dari mendapatkan tindakan pengusiran dari orang tua mbk El hingga ancaman yang di lakukan. Akan tetapi tetap saja Mbk El melakukan hal tersebut karena kenapa sang adik diperbolehkan untuk berpacaran sedangkan ia dan Mbk Nn tidak diperkenankan. Dengan berjalannya waktu mbk El pun melakukan hal tersebut, meskipun dengan keadaan hamil Mbk El pun dipaksa oleh kedua orang tuanya demi menyelesaikan kuliah Diplomanya, akan tetapi Mbk El menyerah karena usia kandunganya yang sudah besar, sehingga ia keluar dan Drop Out. Kekecewaan inilah yang dialami oleh kedua orang tua mbk El karena bukan hanya malu yang mereka dapat tetapi kekecewaan karena anaknya putus sekolah. Dari keadaan tersebut mbk El pun akhirnya menikah dengan Ms Ed yang sekarang telah bekerja sebagai Polisi Pamong Praja (SatpolPP). Meskipun kehidupan mbk El tidak disetujui oleh kedua orang tuanya tapi ia tetap bersikeras untuk menjalankan kehidupannya. Sekarang Mbk El dikarunia seorang anak perempuan dan tinggal di sebuah kontrakan dikota Jogjakarta, meskipun demikian Mbk El tidak ingin memutus tali silaturahmi


(71)

dengan kedua orang tuanya, meskipun ia dan Mbk Nn ( juga mengalami kisah yang sama dengan sang kakak) sering mendapatkan sindiran dari orang tuanya terutama sang mama dengan membandingkan dengan sang adik laki-laki Mas Sl.

4. Mbk Dw (2)

Mbk Dw lahir dari 5 saudara kandung dimana 3 diantaranya meninggal ketika usia Balita, Mbk Dw memiliki 1 saudara perempuan 3 tahun lebih tua darinya (sang kakak). Dalam kehidupan keluarga Mbk Dw ini memang orang tuanya yang bernama Peltu ( Pembantu Letnan Satu ) Mk dan ibunya seorang perawat Ibu Hr. kedua orang tua Mbk Dw memang dikenal sebagai sosok yang juga disiplin tinggi dengan latar belakang keluarga militer mereka. Selain itu karena kedua anak mereka adalah perempuan yang harus dididik dengan demikian disiplin menurut mereka, sealain itu pula latar belakang keluarga orang tua yang berpunya yang dianggap mereka melarang anak-anakanya untuk berpacaran diusia remaja, karena sebenarnya orang tua Mbk Dw sudah memiliki kriteria tersendiri untuk pendamping sang anak. akan tetapi Mbk Dw yang merupakan adik dari Mbk Rt tidak menuruti apa yang dikatakan oleh sang ayah dan sang ibu, meskipun sering mendapatkan omelan (dimarahi secara verbal) dan mungkin hukuman


(72)

bahwa teman-teman sebayanya yang juga diperbolehkan untuk berpacaran mengapa saya tidak diperbolehkan, selain itu alasan lainnya juga terdapat dari banyaknya kasus dalam komplek ini yang dirasa itu menjadi patokan atau semangat bagi Mbk Dw untuk menentang aturan dari kedua orang taunya. Mbk Dw sering bergonta- ganti pasangan karena banyak pasangan dari Mbk Dw yang diancam dan tidak diperbolehkan melanjutkan hubungannya karena ancaman dari orang tua Mbk Dw. Berbeda dengan Mbk Dw, Mbk Rt sang kakak ini lebih pendiam dan cenderung mematuhi dan melaksanakan semua perkataan dan aturan yang dibuat oleh kedua orang tuanya. Terkadang Mbk Dw juga merasa hal itu yang menjadikan kedua orang tuanya lebih memanjakan sang kakak daripada dengan dirinya. Pada suatu saatpun terjadi ketika Mbk Dw berkenalan dengan Mas Ar, mulanya ia bertemu dengan Mas Ar karena keduanya adalah penggemar salah satu klub sepak bola yang ada di Jawa Timur (Klub Brajamusti). Berpacaran selama kurang dari tiga bulan Mbk Dw melakukan hal tersebut dan lama-kelamaanpun perut Mbk Dwi membesar. Seperti tersambar petir mendengar kabar tersebut, kedua orang tua Mbk Dw yang takut akan tersebar aib tersebut bergegas menikahkan Mbk Dw dengan Mas Ar. Bukan persetujuan setelah prosesi tersebut dilakukan akan tetapi pengusiran yang dilakukan oleh orang tua Mbk Dw, meskipun demikian Mbk Dw tidak merasa bahwa


(73)

ia bersalah akan tetapi inilah pilihan yang dipilih oleh Mbk Dw sendiri. Meskipun demikian Mbk Dw tetap mendapatkan tawaran oleh orang tua Mbk Dw jika ia mau berpisah dengan Mas Ar, Ua akan diberikan harta warisan, jika tidak maka Mbk Dw tidak akan diakui lagi sebagai anggota keluarga. Namun Mbk Dw memilih untuk tetap dan tinggal bersama dengan Mas Ar. Mbk Dw dan Mas Ar pun dikaruniai dengan seorang putra yang bernama Ys. Mereka tinggal bersama dengan keluarga Mas Ar di daerah Plengkung Gadhing.

5. Mbk Id

Mbk Id lahir dari pasangan Serka Ng dan Ibu Nn, beliau memiliki 5 saudara kandung yang kesemuanya adalah perempuan. Mbk Id adalah anak pertama darai seluruh saudara kandung yang ada. Mbk Id mulanya adalah anak yang penurut dan dikenal pendiam. Dimana ia selalu patuh oleh orang tuanya, meskipun orang tauanya berlaku egaliter dalam pengasuhan pada kelima anak perempuannya ia tetap merasa didiskriminasi ketika ia beranjak menuju tahap remaja. Dimana Mbk Id sama sekali tidak diperbolehkan pacaran dengan remaja lainnya. akan tetapi boleh berpacaran dengan pilihan dari orang tuanya. Waktu demi waktupun dilalui oleh Mbk Id dengan ,menuruti itu semua, akan tetapi titik jenuh dari mbk Id pun muncul ketika pacar


(74)

memasuki Sekolah Menengah Atas (SMA), Ia pun kembali berhubungan dengan Mas Ag tersebut. hingga akhirnya kejadian itupun muncul. Tidak disangka dan tidak dikira oleh orang tua sebelumnya ketika Mbk Id yang dikenal sebagai anak kecil penurut berubah menjadi seorang anak yang bagi mereka sangat mengecewakan. Apapun pilihan yang seharusnya ada seolah menjadi tiada ketika hal tersebut sudah terjadi, tanpa berfikir panjang Mbk Id pun dinikahkan di tempat saudaranya dengan diam-diam karena menganggap menjadi sebuah hal yang sangat memalukan. Setelah menikah pun Mbk Id tidak diperkenankan untuk pulang kerumah kedua orang tuanya, akan tetapi ia memulai semua kehidupannya dari nol dan hidup mandiri bersama dengan masa Ag. Mereka pun dikarunia dengan 2 buah hati, 1 laki-laki dan 1 lagi perempuan. Kehidupan mereka kini dapat dikatakan bahagia dengan sisi dan segi ekonomi yang tercukupi meskipun tanpa bantuan dari orang tua. Mbk Id bekerja di sebuah perusahaan susu di kota Yogyakarta dan Mas Ag bekerja sebagai teknisi bengkel milik salah satu perusahaan terkenal di Indonesia.


(75)

C. Pembahasan Dan Analisis

Penjelasan tentang diskripsi di atas dapat dikembangkan kembali kedalam hasil penelitian dan pembahasan untuk memperoleh deskripsi data penelitian yang valid. Berdasarakan wawancara dan observasi yang telah dilakukan, peneliti memperoleh data dari beberapa narasumber (anak) yang melakukan tindakan MBA (Married By Accident) yang ada di dalam komplek perumahan Militer Korem 072/ Pamungkas. Peneliti di sini memperoleh data dengan melakukan dengan cara observasi dan wawancara terhadap narasumber ataupun responden yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini. dengan pola pengasuhan anak yang diterapkan dalam sebuah keluarga militer tentunya akan berbeda dengan pola pengasuhan yang dilakukan dan diterapkan dengan keluarga lainnya.

1. Pola Asuh Orang Tua Pada Anak Di Dalam Kompleks Perumahan Militer

Korem 072/ Pamungkas.

Pola asuh antara orang tua dengan sang anak sangat dipengaruhi oleh persepsi sang anak terhadap pelatihan yang dialami dan interpretasi terhadap motivasi hukuman dari ataupun berasal dari orang tua. Setiap pola asuh terhadap seorang anak yang diterapkan oleh kedua orang tua pada dasarnya akan membawa dampak dampak


(76)

maupun kelak setelah ia dewasa maupun membangun serta menjalankan sebuah keluarga sendiri yang mandiri. Berhasil maupun tidaknya, baik maupun tidaknya kedua orang tua dalam menjalankan ataupun menerapkan pola pengasuhan anak akan terlihat dalam

kehidupan sehari-hari atupun latar belakang dari kedua orang tua tersebut. selain itu pula acuan yang juga dijadikan sebuah patokan dalam memilih dan menerapkan pola pengasuhan terhadap anaknya juga terdapat pada pengalaman common sense dari kedua orang tuanya dulu dalam mendapatkan pengasuhan yang diterapkan pula oleh kedua orang tua mereka terdahulu.

Keluarga militer yang dipandang sebagai sebuah keluarga yang mendapatkan image dengan disiplin serta tatanan yang dianggap keras dan tegas dalam perjalanan hidup seorang anggota prajurit juga melekat pada sebuah identitas kehidupan keluarga yang dibentuk. Tidak dapat dipungkiri dalam hal ini disisi lain akan menjadi sebuah keuntungan tersendiri karena dengan tidak sengaja akan mendapatkan status ataupun strata dalam sebuah kehidupan masyarakat yang tidak biasa, sedangkan disisi lain, itu pula dapat menjadi sebuah beban bagi seorang anak ataupun anggota keluarga dari bagian keluarga militer itu sendiri karena menopang beban nama baik dan juga mendapatkan amanat dalam menjaga keberlangsungan nama baik lembaga terkait dalam hal ini adalah lembaga satuan kemiliterannya.


(77)

Latar belakang tersebut menjadikan orang tua dalam lingkup militer tanpa disadari menerapkan pola pengasuhan yang bersifat Authoritative ataupun otoriter. Dalam pendidikan ataupun mendidik seorang anak secara asumtif ada kencenderungan besar untuk mencapai hasil sebaik-baiknya dengan mengadakan keserasian antara disiplin dengan kebebasan (Soekanto, 2004: 117). Secara skematis maka kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi adalah sebagai berikut:


(78)

DISIPLIN KERAS                                   DISIPLIN KURANG

Bagan 4 : Skema Pola Penerapan Disiplin Keras Pada Anak (Soekanto, 2004: 118) KESERASIAN

OPTIMAL

a.i. Orang tua melaksanakan

displin keras dengan kebebasan yang kurang

ii. anak menjadi dominan

agresif dan pemberontak

SANGAT BEBAS KURANG BEBAS

c.i. Orang tua kurang

menerapkan disiplin dan kebebasan.

ii. Anak kurang

emosional, sangat agresif dan tidak patuh.

b.i. Orang melaksanakan

kebebasan yang besar, tapi disiplinnya kurang.

ii. Anak menjadi orang

yang tidak sendiri, tidak bertanggung jawab dan impulsive.

a. i. Orang tua melaksanakan

disiplin keras, yang disertai dengan kebebasan yang besar

ii. Anak menjadi sangat tergantung dan sangat patuh.


(79)

Atas dasar skema di atas, maka secara asumtif mungkin timbul tingkah laku yang menyimpang yang bahkan dapat menjadi tingkah laku delinkuen, seperti gambaran sebagai berikut :

Bagan 5: Skema Delinkuen (Soekanto, 2004: 119)

Skema di atas merupakan pembagian sikap yang terbagi dalam tingkatan tingkat pergaulan seorang individu. Tingkah laku yang delikuen lebih banyak didasarkan pada pola tingkah laku yang ideal dalam sebuah

NON DELIKUEN

DELIKUEN

DISIPLIN KERAS

KURANG BEBAS

DISIPLIN KURANG  SANGAT


(80)

interaksi ataupun juga dapat disebut sebagai pola interaksi sosial yang ideal. Sedangkan untuk perilaku yang non-delikuen merupakan pola interaksi yang terkungkung atau terbatas pada batasan tidak ideal ataupun pola interaksi yang yang tidak ideal (Soekanto, 2004: 119). Perilaku ataupun tindakan ini sendiri dalam kaitannya dengan bentukan kehidupan responden berkaitan erat dengan pola perilaku interaksi yang selalu dibatasi dan cenderung selalu diikat pada tataran aturan disiplin keras. Dengan kata lain dalam berbagai tindakan seorang anak yang berinteraksi ataupun dalam kehidupan pergaulan seorang anak selalu didikte dan diawasi dengan aturan serta batasan yang diberikan oleh para orang tua mereka.

Seorang individu yang sebelum mengadakan interaksi dengan pihak lain, jika ia dalam keadaan tenang (menggunakan logika) maka ia akan dapat berpikir secara lebih jernih dan mampu mengambil keputusan yang lebih baik ataupun cenderung pada tataran logis. Hal yang tidak didapatkan dan tidak dapat dirasakan pada anak-anak perempuan pelaku MBA (Married By Accident) di dalam perumahan Korem 072/ Pamungkas. Tindakan dan keadaan yang memang memaksa untuk mereka lakukan sebagai sebuah usaha pemberontakan pada orang tua mereka dan sebagai sebuah usaha menunjukkan bahwa mereka tidaklah pantas diperlakukan seperti ini. Tindakan yang tidak memakai logika atupun tanpa berpikir jernih dalam hal ini mereka lakukan dalam alam bawah sadar, tidaklah ada pegangan ataupun


(1)

15.Apakah anda merasa yakin akan kehidupan anda setelah anda menempuh hal tersebut?

Iyalah apalagi kita udah dikasi anak, tinggal ngejalanin ajalah, sekarang


(2)

NARASUMBER 5

Waktu : 10 Oktober 2015 pukul 17.00 WIB

Tempat :Kontrakan Mbk Id.

Identitas Keluarga Narasumber :

1. Ayah : Serka Ng

2. Ibu : Nn

3. Suami : Ag

PEDOMAN WAWANCARA

Indentitas Diri Narasumber: 5 (Lima)

Nama : IDS

Usia : 33 tahun

1. Bagaimana orang tua dalam memberikan pola asuh kepada anda? Sebenarnya sama aja ya apalagi saya dan saudara saja kan kelimanya cewek semua, jadi tidak ada yang dibedakan, tapi kalok masalah atauran jelas semua berlaku sama.

2. Perilaku apa saja yang anda terima dalam pola asuh yang

diterapkan?


(3)

Disiplin sama aturan tegas yang ada dalam keluarga dulu, kalok tidak nurut apa melanggar pasti kena marah terus juga kena pukul yang jelas. 3. Bagaimana hubungan antar anggota keluarga satu sama lainya?

Semua baik-baik saja kalok ibuk sama bapak, kalok kita (anak-anak) sama ibu masih sering ngomong, tapi kalok sama bapak jarang banget.

4. Apakah hubungan yang berjalan harmonis atau seperti apa?

Ya berjalan sama keluarga kebanyakan, bisa dikatakan cukup bahagialah. 5. Bagaimana hubungan anda dengan ayah?

Kalok saya pribadi sama saudara-saudara saya tidak dekat sama bapak, soalnya kalok salah dikit pasti dimarahi, pokoknya bapak itu galak banget. 6. Bagaimana hubungan anda dengan ibu anda?

Kalok sama ibu sih saya lumayan deket, sering dikasi tau ini itu, tapi kebanyakan ini itu kadang juga bosen dikit-dikit dikasi tau yang bak lah aaplah tapikan menurut dia tapi kalok dari aku kan belum tentu baik. 7. Perlakuan apa saja yang dibatasi oleh orang tua anda kepada anda?

Jelas dan tegas pacaran sama pergaulan, jangankan deket nyebut nama cowok saja didepan bapak ibu pasti langung kena marah, dikiranya ngeyel apa tidak pantas yang pasti langsung dimarahin.

8. Apakah anda merasa pergaulan anda dibatasi?

Ya sangat jelas banget kalok dari segi sama cowok-cowok tapi kalok sama cewek tidak apa-apa tapi ya itu ada aturan jam kalok udah malem kudu udah pulang tapi kalok main dirumah tidak apa-apa..

Comment [ u60] : ATR/OTR 

Comment [ u61] : BHG 

Comment [ u62] : TDK 

Comment [ u63] : DKT 

Comment [ u64] : MKG 


(4)

9. Apakah anda merasa di batasan itu mengekang anda? Sangat mengekang.

10.Apa yang anda lakukan dari tindakan yang diberikan orang tua anda tersebut?

Pacaran sembunyi-sembunyilah soalnya kan kalok masalh itu pasti tidak berani terang-terangan apalagi didepan orang tua, soalnyakan bapak sama ibuk pas saya pacaran ini udah punya calon buat saya, tapi saya tidak mau. 11.Faktor apa saja yang ada sehingga anda melakukan hal tersebut?

Soalnya kan saudara saya cewek semua selain itu saya tidak mau kalok saya selalu diatur dan selalu di berikan tekanan sama orang tua, terlebih lagi masalah untuk masa depan saya.)

12.Apakah anda merasa bersalah setelah melakukan hal tersebut? Tidak sama sekali, justru saya berbuat seperti ini karena orang tua, biar mereka tau saja, selain itu juga biar saudara-saudara saya tidak seperti saya ini yang dijodohkan.

13.Bagaimana hubungan anda dengan orang tua setelah melakukan hal tersebut?

Yang jelaskami berdua diusir dan tidak boleh lagi dating kerumah, soalnya kata mereka dulu sih udah buat malu jadi ya gitulah.

Comment [ u66] : MKG 

Comment [ u67] : MNT 

Comment [ u68] : ATR/OTR 

Comment [ u69] : BHG 


(5)

14.Bagaimana hubungan anda dengan lingkungan sekitar anda?

Kalok dulu dikomplek kan gara-gara jarang ya pasti diomongin tapi ya ini kan udah pilihan saya, tapi disini dikontrakan alhamdulilah baik-baik semua warganya jadi tidak ada masalah..

15.Apakah anda merasa yakin akan kehidupan anda setelah anda menempuh hal tersebut?

Yakin, soalnya kami berdua udah bekerja jadi punya bekal buat masa depan keluarga kami, kami pinginnya seperti ini terus bisa bersama dan baik-baik saja.

Comment [ u71] : KCW 

Comment [ u72] : BHG 


(6)

Gambar 1: Peta Wila

Go

DAF

ayah Peruma

oogle Maps

FTAR GAM

ahan Militer

diakses 01 N

MBAR

r Korem 072

November 20

2/Pamungkas

015)