9. Area optimum adalah area kondisi yang menghasilkan krim dengan daya
sebar 5 sampai 7 cm, viskositas 50 sampai 65 d Pa.s, persen pergeseran viskositas setelah penyimpanan satu bulan kurang dari 10 .
C. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah serbuk teh hijau yang berasal dari salah satu produsen teh hijau di Wonosobo, metanol teknis, metanol
p.a Merck, Germany, reagen Karl Fischer p.a Merck, Germany, kloroform teknis, etil asetat teknis, etanol teknis, akuades, asam stearat farmasetis,
VCO Virjint, PT. Vermindo International, Bekasi ,
setil alkohol farmasetis, asam sitrat farmasetis, trietanolamin, metil paraben, aseton p.a Merck,
Germany , Na
2
CO
3
p.a Merck, Germany, kuersetin p.a Sigma Chem Co, USA, dan reagen Folin-Ciocalteu p.a Merck, Germany.
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Karl Fischer Titrator Mettler DL 18,
timbangan elektrik, shaker, vakum evaporator, seperangkat alat spektrofotometer UV-Vis Perkin Elmer Lambda 20., spektrofotometer UV
Genesys 10S, timbangan elektrik, vacuum rotary evaporator Buchi, mikropipet Akura 825, Socorex, alat-alat gelas, Mixer modifikasi Fakultas Farmasi USD,
waterbath, viscotester Rion-Japan VT 04, dan alat uji daya sebar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
D. Tata Cara Penelitian
1. Penetapan kadar air serbuk teh hijau
Penetapan kadar air serbuk teh hijau dilakukan dengan metode Karl Fischer. Serbuk teh hijau ditimbang 1 g, ditambah 10 mL metanol, lalu didiamkan
selama 1 hari pada suhu kamar. Selanjutnya dilakukan pre-titrasi pada alat dan uji kebocoran alat, hingga didapat angka drift 10-50. Standarisasi dilakukan dengan
cara menimbang spuit berisi akuades, kemudian sebanyak 1-2 tetes akuades dimasukkan ke dalam beaker titrator. Bobot akhir akuades dan spuit injeksi
ditimbang. Selisih penimbangan merupakan bobot akuades yang diteteskan. Data bobot akuades yang diteteskan kemudian dimasukkan ke dalam alat dan dilakukan
titrasi. Alat akan menghitung kesetaraan volume titran dengan bobot akuades. Sebanyak 1 mL metanol p.a dimasukkan ke dalam beaker titrator kemudian
dilakukan titrasi. Hitung kadar air dalam blanko metanol. Sampel sebanyak 1 mL dimasukkan beaker titrator, dititrasi, kemudian dihitung kadar airnya dengan
rumus: Kadar air =
100 mg
ditimbang yang
bobot mg
metanol blanko
air bobot
mg x
× −
x = angka yang muncul pada alat
2. Ekstraksi polifenol teh hijau
Sebanyak 100 g serbuk teh dengan derajat halus 1220 dimaserasi menggunakan pelarut metanol 500 mL dengan bantuan shaker dengan kecepatan
150 rpm selama 48 jam. Ekstrak metanol yang diperoleh dipekatkan dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vacuum rotary evaporator sampai volume 100 mL. Selanjutnya ditambahkan 100
mL kloroform dan 100 mL air. Lapisan atas fase polar dipisahkan, kemudian dan diekstraksi dengan etil asetat 2 x 150 mL. Fase atas etil asetat dikumpulkan
kemudian diuapkan hingga kering Nagayama et al., 2002.
2. Penetapan kadar polifenol dalam ekstrak kering polifenol teh hijau
a. Larutan stok kuersetin 1 mgmL Sebanyak 0,05 g kuersetin standar dilarutkan dengan aseton 75 dalam
labu ukur 50 mL kemudian diencerkan hingga tanda. b. Penetapan operating time
Diambil sebanyak 4 mL larutan stok dan encerkan dengan aseton 75 dalam labu 10 mL hingga tanda. Sebanyak 0,5 mL larutan tersebut diambil dan
dimasukkan dalam labu ukur 50 mL. Tambahkan pereaksi Folin-Ciocalteu sebanyak 2,5 mL dan biarkan selama 2 menit. Tambahkan 7,5 mL larutan Na
2
CO
3
kemudian encerkan dengan akuades hingga tanda. Larutan divortex kemudian absorbansi diukur pada panjang gelombang 726 nm selama 120 menit.
c. Penetapan panjang gelombang serapan maksimum Diambil sebanyak 4 mL larutan stok dan encerkan dengan aseton 75
dalam labu 10 mL hingga tanda. Sebanyak 0,5 mL larutan tersebut diambil dan dimasukkan dalam labu ukur 50 mL. Tambahkan pereaksi Folin-Ciocalteu
sebanyak 2,5 mL dan biarkan selama 2 menit. Tambahkan 7,5 mL larutan Na
2
CO
3
kemudian encerkan dengan akuades hingga tanda. Larutan divortex selama 30 detik kemudian diinkubasi selama operating time kemudian disentrifuse dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 600-800 nm.
d. Penetapan kurva baku Sebanyak 0,05 g kuersetin standar dilarutkan dengan aseton 75 sampai
volume 50,0 mL. Buat seri konsentrasi kuersetin 0,2; 0,3; 0,4; 0,5; 0,6; dan 0,7 mgmL menggunakan aseton 75. Sebanyak 0,5 mL larutan tersebut diambil dan
dimasukkan dalam labu ukur 50 mL. Tambahkan pereaksi Folin-Ciocalteu sebanyak 2,5 mL dan biarkan selama 2 menit. Tambahkan 7,5 mL larutan Na
2
CO
3
kemudian encerkan dengan akuades hingga tanda. Larutan divortex selama 30 detik kemudian diinkubasi selama operating time kemudian disentrifuse dengan
kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang serapan maksimum. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali.
e. Penetapan kadar polifenol dalam ekstrak kering polifenol teh hijau Sebanyak 500 mg ekstrak kering polifenol teh hijau dimasukkan dalam
labu ukur 25 mL kemudian dilarutkan dengan aseton 75 dan diencerkan hingga tanda. Sebanyak 1 mL larutan tersebut diambil kemudian dimasukkan dalam labu
ukur 50 mL dan diencerkan dengan akuades hingga tanda. Ambil 0,5 mL larutan tersebut dan masukkan dalam labu ukur 50 mL. Tambahkan pereaksi Folin-
Ciocalteu sebanyak 2,5 mL dan biarkan selama 2 menit. Tambahkan 7,5 mL larutan Na
2
CO
3
kemudian encerkan dengan akuades hingga tanda. Larutan divortex selama 30 detik kemudian diinkubasi selama operating time kemudian
disentrifuse dengan kecepatan 4000 rpm selama 5 menit. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang serapan maksimum. Replikasi dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
sebanyak 6 kali. Kadar polifenol dalam sampel dihitung menggunakan persamaan kurva baku sehingga diperoleh konsentrasi polifenol terhitung ekuivalen terhadap
kuersetin.
3. Penentuan nilai SPF secara in vitro
a. Larutan stok polifenol teh hijau 30 mg Serbuk ekstrak kering polifenol teh hijau ditimbang setara dengan 15 mg
polifenol teh hijau kemudian dilarutkan dengan etanol 90 dalam labu ukur 50 mL kemudian diencerkan hingga tanda.
b. Penentuan spektra UV ekstrak kering polifenol teh hijau Diambil larutan stok polifenol teh hijau sebanyak 2 mL dan dimasukkan
dalam labu ukur 10 mL, encerkan dengan etanol 90 hingga tanda. Spektra UV larutan diperoleh dengan scanning absorbansi larutan pada panjang gelombang
250-400 nm. b. Penentuan nilai SPF
Diambil larutan stok polifenol teh hijau sebanyak 2, 4, dan 6 mL dan encerkan dengan etanol 90 dalam labu ukur 10 mL sehingga diperoleh larutan
polifenol teh hijau dengan konsentrasi 6; 12; dan 18 mg . Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali untuk tiap konsentrasi.
Absorbansi A masing-masing konsentrasi diukur tiap 5 nm pada rentang panjang gelombang 290 nm hingga panjang gelombang tertentu di atas 290 nm
yang mempunyai nilai serapan 0,050. Dibuat kurva antara nilai absorbansi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
terhadap panjang gelombang. Luas daerah di bawah kurva AUC antara dua panjang gelombang yang berurutan dihitung dengan rumus :
[ AUC ] =
] [
2 a
p p
Ap a
p A
− −
+ −
λ λ
Ap = absorbansi pada panjang gelombang yang lebih tinggi di antara dua
panjang gelombang yang berurutan Ap-a
= absorbansi pada panjang gelombang yang lebih rendah di antara dua panjang gelombang yang berurutan
p λ
= panjang gelombang yang lebih tinggi di antara dua panjang gelombang berurutan
a p
− λ
= panjang gelombang yang lebih rendah di antara dua panjang gelombang berurutan
Seluruh luas daerah di bawah kurva absorbansi dapat dihitung dengan menjumlahkan semua harga AUC. Harga Sun Protection Factor SPF dapat
dihitung dengan rumus : Log SPF =
1 n
AUC λ
− λ
…………………...3
n λ
= panjang gelombang terbesar di antara panjang gelombang 290 nm hingga di atas 290 nm yang mempunyai nilai absorbansi 0,050
1 λ
= panjang gelombang terkecil 290 nm Petro, 1981
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4. Optimasi formula krim sunscreen
a. Formula Krim Sunscreen Formula yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada formula standar
sunscreen basis krim Young, 1972 : Antiviray
8,0 Stearic acid
1,7 Isopropyl myristate
6,0 Abracol PGS
3,5 Triethanolamine
0,8 Distilled water
80,0 Preservative
one microspatula-full Perfume one
drop Pada penelitian ini dilakukan modifikasi formula sehingga diperoleh
formula sebagai berikut : Polifenol teh hijau
16,07 mg terhitung ekuivalen terhadap kuersetin Asam stearat
1,7 g VCO
6,0 g Setil alkohol
3,5 g Trietanolamin
0,8 g Akuades
60,0 mL Asam sitrat
0,5 g Metil paraben
0,25 g Perfume
q.s
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
b. Pembuatan krim sunscreen ekstrak polifenol teh hijau
Tabel III. Percobaan Desain Faktorial
Formula Komposisi
1 a b ab Polifenol teh hijau mg
15,26 16,34 16,80 17,91
Asam stearat g 1 6 1 6
VCO g 3 3 10
10
Setil alkohol g 3,5 3,5 3,5 3,5
Trietanolamin g 0,8 0,8 0,8 0,8
Akuades mL 60 60 60 60
Metil paraben g 0,25 0,25 0,25 0,25
Asam sitrat g 0,5 0,5 0,5 0,5
Perfume q.s. q.s. q.s. q.s.
Konsentrasi polifenol yang digunakan = 0,022 bb terhitung ekuivalen terhadap kuersetin
Asam stearat dan setil alkohol dilelehkan secara terpisah di atas waterbath, kemudian dicampur dalam keadaan panas. Tambahkan VCO, trietanolamin, dan
metil paraben ke dalam campuran tersebut kemudian diaduk hingga merata. Masukkan 23 bagian akuades ke dalam campuran tersebut dan dicampur
menggunakan mixer dengan kecepatan 300 rpm selama 15 menit. Asam sitrat yang telah dilarutkan dalam 16 bagian akuades ditambahkan ke dalam campuran
sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan mixer kecepatan 300 rpm selama 30 menit. Ekstrak kering polifenol teh hijau dilarutkan dalam sisa akuades yang
tersedia kemudian dimasukkan ke dalam campuran tersebut sambil terus diaduk dengan mixer dengan kecepatan 300 rpm. pH sediaan diuji dengan indikator
universal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik krim sunscreen
a. Uji daya sebar Uji daya sebar sediaan krim sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau
dilakukan 48 jam setelah pembuatan dengan cara : krim ditimbang seberat 1 gram, diletakkan di tengah kaca bulat berskala. Di atas krim diletakkan kaca bulat lain
dan pemberat sehingga berat kaca bulat dan pemberat 125 gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat penyebarannya Garg et al., 2002. Replikasi
dilakukan sebanyak 6 kali. b. Uji Viskositas
Pengukuran viskositas menggunakan alat Viscotester Rion-Japan seri VT 04 dengan cara : krim dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable
viscotester. Viskositas krim diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali, yaitu 1 48 jam setelah krim dibuat dan 2
setelah disimpan selama 1 bulan. Replikasi dilakukan sebanyak 6 kali Melani, Purwanti, dan Soeratri, 2005.
c. Uji Stabilitas Stabilitas sediaan krim ditunjukkan dengan nilai pergeseran viskositas
yang dihitung dengan rumus : |
jam 48
viskositas bulan
1 viskositas
jam 48
viskositas |
viskositas pergeseran
− =
x 100
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6. Pengujian tipe krim sunscreen
Sebanyak 0,5 g krim sunscreen dimasukkan beaker glass dan diencerkan dengan 2 mL akuades. Campuran diaduk kemudian ditambah 2 tetes metilen blue.
Warna campuran diamati. Bagian yang berwarna biru menunjukkan fase air sedangkan bagian yang tidak berwarna merupakan fase minyak.
7. Subjective assessment
Subjective assessment dilakukan dengan membuat kuesioner untuk memperoleh data tentang tingkat penerimaan konsumen terhadap formula krim
sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau. Kuesioner disebarkan kepada 30 responden. Hasil subjective assessment diinterpretasikan sebagai tingkat
penerimaan konsumen terhadap krim sunscreen ekstrak kering polifenol teh hijau.
E. Analisis Data dan Optimasi
Data yang terkumpul adalah data uji daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas. Dengan metode desain faktorial dapat dihitung besarnya
efek asam stearat, VCO, dan interaksinya sehingga dapat diketahui faktor yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas. Area komposisi optimum
asam stearat dan VCO diperoleh dari penggabungan contour plot masing-masing respon yang dikenal dengan superimposed contour plot. Area yang diperoleh
selanjutnya diprediksi sebagai area komposisi yang optimum terbatas pada level yang diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis statistik teknik Yate’s treatment dilakukan untuk mengetahui signifikansi dari setiap faktor dan interaksi dalam mempengaruhi respon.
Berdasarkan analisis statistik ini, maka dapat ditentukan ada atau tidaknya hubungan dari setiap faktor dan interaksi terhadap respon. Hal tersebut dapat
dilihat dari harga F hitung dan F tabel. Sebelumnya ditentukan hipotesis terlebih dahulu, hipotesis alternatif H
1
menyatakan adanya regresi hubungan antara faktor dengan respon, sedangkan H
merupakan negasi dari H
1
yang menyatakan tidak adanya regresi hubungan antara faktor dengan respon. H
1
diterima dan H ditolak bila harga F hitung lebih besar daripada harga F tabel yang berarti bahwa
faktor berpengaruh signifikan terhadap respon. F tabel diperoleh dari F
α
numerator, denominator dengan taraf kepercayaan 95 . Derajat bebas dan interaksi experiment sebagai numerator yaitu 1, dan derajat bebas experimental
error sebagai denominator yaitu 15, sehingga diperoleh harga F tabel untuk faktor dan interaksi pada semua respon adalah F
0,051, 15
= 4,5431.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Penetapan Kadar Air Serbuk Teh Hijau
Teh hijau yang digunakan dalam penelitian ini berupa serbuk teh berwarna hijau, berbau khas, serta mempunyai rasa pahit. Sebelum dilakukan ekstraksi,
terlebih dahulu dilakukan penetapan kadar air serbuk teh hijau dengan titrimetri Karl Fischer. Prinsip penetapan kadar air berdasarkan reaksi kuantitatif air dengan
larutan anhidrat sulfur dioksida dan iodium dengan adanya buffer yang bereaksi dengan ion hidrogen Anonim, 1995. Penetapan kadar air dalam serbuk teh hijau
dilakukan untuk mengetahui kandungan air dalam serbuk teh hijau. Kadar air yang rendah dalam serbuk teh hijau dapat mencegah terjadinya degradasi
enzimatik maupun adanya kontaminasi oleh mikroorganisme. Sebelum dilakukan penetapan kadar air dalam serbuk teh hijau, terlebih
dahulu dilakukan pre-titrasi, cek kebocoran, dan standarisasi. Pre titrasi bertujuan untuk menghilangkan air dalam pelarut. Cek kebocoran dilakukan untuk
mengetahui jumlah lembab yang masuk ke dalam titrator. Lembab yang masuk dapat mempengaruhi hasil penetapan kadar air. Hasil cek kebocoran
diperbolehkan untuk penetapan kadar air bila nilai drift adalah 10-50. Pada penelitian ini, drift cek kebocoran adalah 25 sehingga diperbolehkan untuk
penetapan kadar air sampel serbuk teh hijau. Standarisasi bertujuan untuk mengetahui kesetaraan antara volume titran dengan bobot air. Berdasarkan hasil
standarisasi, 5 mL titran setara dengan 25,960 mg air.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI