Macam- macam lingkungan pendidikan adalah : a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan sekolah c. Lingkungan kampung
d. Lingkungan pemuda e. Lingkungan negara
Purwandari, 2004 : 148
2.3.5.7 Teori- Teori Tentang Pendidikan John Locke dan Francis Bacon
Mengatakan bahwa anak yang baru dilahirkan itu dapat diumpamakan kertas putih bersih yang belum ditulisi. Jadi sejak lahir anak
itu tidak mempunyai bakat kemampuan apa-apa. Karenanya anak dapat dibentuk sekehendak pendidiknya. Disini kekuasaan ada pada pendidikan.
Pendidikan atau lingkungan berkuasa atas pembentukan anak. Pendidikan dapat dilihat dari 2 sisi yaitu :
1. Pendidikan sebagai praktek, maksudnya adalah seperangkat
kegiatan atau aktivitas yang diamati dan disadari dengan tujuan untuk membantu pihak lain agar memperoleh perubahan perilaku.
2. Pendidikan sebagai praktik, pengertiannya adalah seperangkat
pegetahuan yang telah tersusun secara sistematis yang berfungsi untuk menjelaskan, menggambarkan, meramalkan dan mengontrol
berbagai gejala dan peristiwa pendidikan, baik yang bersumber
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pengalaman pendidikan maupun dari hasil perenungan yang mendalam untuk melihat makna pendidikan dalam konteks yang
lebih luas. Anonim, 2004 : 3 Teori Behaviourism
Adalah mengatakan bahwa untuk menjadi ilmu pengetahuan, psikologi harus memfokuskan perhatiannya pada sesuatu yang bisa diteliti
lingkungan dan perilaku yang fokus pada apa yang tersedia dalam individu persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, berbagai citra perasaan dan sebagainya.
Perasaan itu sifatnnya subyektif dan kebal bagi pengukuran sehingga tidak akan pernah bisa ilmu pengetahuan yang obyektif. Aliran ini didasarkan
pada perubahan tingkah laku yang diamati. Oleh karena itu aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran bagaimanah
lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau ada stimulus dan respon.
Stimulus dapat berupa perilaku yang diberikan pada siswa, sedangkan
respons berupa perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa. Teori Cognitivism
Menjelaskan dalam belajar bagaimanah orang-orang berpikir. Oleh karena itu dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan proses belajar
dari pada hasil belajar itu sendiri. karena menurut teori ini bahwa belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks. Jadi menurut teori cognitivism
pendidikan dihasilkan dari proses berpikir.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Teori Constructivism
Menurut teori constructivism yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri.
Konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif
membangun konsep baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian
rupa sehingga mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. Jadi dalam pandangan
constructivism sangat penting peranan siswa. Agar siswa memiliki
kebiasaan berpikir maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar. Menurut teori ini juga perlu disadari bahwa siswa adalah subyek utama dalam
penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai pengalaman yang memungkinkan terbentuknya
pengetahuan.Mereka harus menjalani sendiri berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan pemikiran tentang pengetahuan-pengetahuan
tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah siswa perlu menguasai bagaimana caranya belajar.
Teori Humanistic
Teori ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk, memanusiakan manusia. Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila
sipembelajar telah memahami lingkungan nya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain sipembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan
dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka. Menurut aliran Humanistik para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi
dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan ini. Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia
mempunyai keinginan alami untuk berkembang untuk menjadi lebih baik dan belajar. Secara singkat pendekatan humanistic dalam pendidikan
menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka
punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk mengembangkan diri
yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara
positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik. Dalam teori humanistik belajar dianggap
berhasil apabila pembelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang
pelakunya bukan dari sudut pandang pengamatnya. Dwi, 2005 : 57
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Teori Sukmadinat
1. Pendidikan Klasik
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti Perenialism
, Essensialism, dan Existensialism dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan
meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses. Isi pendidikan atau materi diambil dari
kasanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam
prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima
informasi dan tugas-tugas dari pendidik. 2.
Pendidikan Pribadi Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan
anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan
bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya
menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik. Teori pendidikan pribadi
menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan
mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual kurikulum subjek
akademis. 3.
Teknologi Pendidikan Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang
mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya
ada yang berbeda. Dalam teknologi pendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan
praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama. Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus,
berupa data-data obyektif dan keterampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational . Isi disusun dalam bentuk
desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar
secara individual. Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-
keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada
penyampaian dan pendalaman bahan. 4.
Pendidikan Interaksional Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang
bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja
sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada
guru. Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan dengan lingkungan,
antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih
sekedar mempelajari fakta-fakta. Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang
bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksi
sosial. Suroto, 2002 : 79 Teori Edward Lee Thorndike
Teori Koneksionisme Edward Lee Thorndike adalah tokoh psikologi yang mampu memberikan pengaruh besar terhadap
berlangsungnya proses pembelajaran. Teorinya dikenal dengan teori Stimulus-Respons
. Menurutnya, dasar belajar adalah asosiasi antara stimulus dengan respons. Stimulus akan memberi kesan kepada panca
indra, sedangkan respons akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Asosiasi seperti itu disebut Connection. Prinsip itulah yang
kemudian disebut sebagai teori Connectionism.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pendidikan yang dilakukan Thorndike adalah menghadapkan subyek pada situasi yang mengandung problem. Model eksperimen yang
ditempuhnya sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan kucing sebagai objek penelitiannya. Kucing dalam keadaan lapar dimasukkan ke dalam
kandang yang dibuat sedemikian rupa, dengan model pintu yang dihubungkan dengan tali. Pintu tersebut akan terbuka jika tali
tersentuhtertarik. Di luar kandang diletakkan makanan untuk merangsang kucing agar bergerak keluar. Pada awalnya, reaksi kucing menunjukkan
sikap yang tidak terarah, seperti meloncat yang tidak menentu, hingga akhirnya suatu saat gerakan kucing menyentuh tali yang menyebabkan
pintu terbuka. Setelah percobaan itu diulang-ulang, ternyata tingkah laku kucing untuk keluar dari kandang menjadi semakin efisien. Itu berarti,
kucing dapat memilih atau menyeleksi antara respons yang berguna dan yang tidak. Respon yang berhasil untuk membuka pintu, yaitu menyentuh
tali akan dibuat pembiasaan, sedangkan respon lainnya dilupakan. Eksperimen itu menunjukkan adanya hubungan kuat antara stimulus dan
respon. Thorndike merumuskan hasil eksperimennya ke dalam tiga hukum dasar, sebagai berikut:
a. Hukum Kesiapan The Law of Readiness
Hukum ini memberikan keterangan mengenai kesiapan seseorang merespons menerima atau menolak terhadap suatu stimulan :
Pertama, bila seseorang sudah siap melakukan suatu tingkah laku, pelaksanaannya akan memberi kepuasan baginya sehingga tidak akan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
melakukan tingkah laku lain. Contoh, peserta didik yang sudah benar- benar siap menempuh ujian, dia akan puas bila ujian itu benar-benar
dilaksanakan. Kedua, bila seseorang siap melakukan suatu tingkah laku tetapi
tidak dilaksanakan, maka akan timbul kekecewaan. Akibatnya, ia akan melakukan tingkah laku lain untuk mengurangi kekecewaan. Contoh
peserta didik yang sudah belajar tekun untuk ujian, tetapi ujian dibatalkan, ia cenderung melakukan hal lain misalnya: berbuat gaduh, protes untuk
melampiaskan kekecewaannya. Ketiga, bila seseorang belum siap melakukan suatu perbuatan tetapi
dia harus melakukannya, maka ia akan merasa tidak puas. Akibatnya, orang tersebut akan melakukan tingkah laku lain untuk menghalangi
terlaksananya tingkah laku tersebut. Contoh, peserta didik tiba-tiba diberi tes tanpa diberi tahu lebih dahulu, mereka pun akan bertingkah untuk
menggagalkan tes. Keempat, bila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku
dan tetap tidak melakukannya, maka ia akan puas. Contoh, peserta didik akan merasa lega bila ulangan ditunda, karena dia belum belajar.
b. Hukum Latihan The Law of Exercise
Hukum ini dibagi menjadi dua, yaitu hukum penggunaan the law of use
, dan hukum bukan penggunaan the law of disuse. Hukum penggunaan menyatakan bahwa dengan latihan berulang-ulang, hubungan
stimulus dan respons akan makin kuat. Sedangkan hukum bukan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
penggunaan menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respons akan semakin melemah jika latihan dihentikan. Contoh: Bila peserta didik
dalam belajar bahasa Inggris selalu menghafal perbendaharaan kata, maka saat ada stimulus berupa pertanyaan apa bahasa Inggrisnya kata yang
berbahasa Indonesia maka peserta didik langsung bisa merespons pertanyaan itu dengan mengingat atau mencari kata yang benar.
Sebaliknya, jika tidak pernah menghafal atau mencari, ia tidak akan memberikan respons dengan benar. Dengan demikian, dapat dikatakan
bahwa prinsip utama belajar adalah pengulangan. Makin sering suatu pelajaran diulang, akan semakin banyak yang dikuasainya. Sebaliknya,
semakin tidak pernah diulang, pelajaran semakin sulit untuk dikuasai. c. Hukum Akibat The Law of Effect
Hubungan stimulus-respons akan semakin kuat, jika akibat yang ditimbulkan memuaskan. Sebaliknya, hubungan itu akan semakin lemah,
jika yang dihasilkan tidak memuaskan. Maksudnya, suatu perbuatan yang diikuti dengan akibat yang menyenangkan akan cenderung untuk diulang.
Tetapi jika akibatnya tidak menyenangkan, akan cenderung ditinggalkan atau dihentikan. Hubungan ini erat kaitannya dengan pemberian hadiah
reward dan sanksi punishment. Contoh: Peserta didik yang biasa menyontek lalu dibiarkan saja atau justru diberi nilai baik, anak didik itu
akan cenderung mengulangnya, sebab ia merasa diuntungkan dengan kondisi seperti itu. Tetapi, bila ia ditegur atau dipindahkan sehingga
temannya tahu kalau ia menyontek, ia akan merasa malu merasa tidak
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
diuntungkan oleh kondisi. Pada kesempatan lain, ia akan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan itu, sebab ia merasakan ada hal yang tidak
menyenangkan baginya. Suroto, 2002 : 34-36 Teori Classical Conditions
Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Ivan Petrovich Pavlov, warga Rusia yang hidup pada tahun 1849-1936. Teorinya adalah tentang
conditioned reflects . Pavlov mengadakan penelitian secara intensif
mengenai kelenjar ludah. Penelitian yang dilakukan Pavlov menggunakan anjing sebagai objeknya. Anjing diberi stimulus dengan makanan dan
isyarat bunyi, dengan asumsi bahwa suatu ketika anjing akan merespons stimulan berdasarkan kebiasaan. Ketika akan makan, anjing mengeluarkan
liur sebagai isyarat dia siap makan. Percobaan itu diulang berkali-kali, dan pada akhirnya percobaan dilakukan dengan memberi bunyi saja tanpa
diberi makanan. Hasilnya, anjing tetap mengeluarkan liur dengan anggapan bahwa di balik bunyi itu ada makanan. Lewat penemuannya,
Pavlov meletakkan dasar behaviorism sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi berbagai penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-
teori belajar. Prinsip belajar menurut Pavlov adalah sebagai berikut: a.
Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkanmempertautkan antara perangsang stimulus
yang lebih kurang dengan perangsang yang lebih lemah. b.
Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
c. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme
individu. d.
Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak. e.
Semua aktivitas susunan saraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibitasi.
Zainul, 2008 : 30-38
2.4 Kerangka Pikir
Kerangka pikir dari penelitian ini membahas “Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran tenaga kerja anak di Surabaya”, dalam pembahasan ini
variabel yang mempengaruhi yaitu tingkat pendapatan keluarga, jumlah anak, dan tingkat pendidikan orang tua. Untuk mengetahui keterkaitan hubungan antar
variabel maka dapat dijelaskan dalam uraian sebagai berikut :
1. Tingkat Pendapatan Keluarga X
1
Yang dimaksud dengan upah atau pendapatan adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pengusaha kepada pekerja untuk suatu
pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan, dinyatakan atau dinilai dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan atau perundang-
undangan dan dibayarkan atas dasar suatu perjanjian kerja antara pengusaha dan pekerja termasuk tunjangan, baik untuk pekerja sendiri
maupun keluarganya. Suprihanto, 2002 : 111-112 Dengan tingkat
pendapatanupah yang didapat dalam keluarga tinggimencukupi untuk konsumsi sandang pangan papan seluruh keluarga sehari – hari, maka akan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.