Autokorelasi Multikolinieritas Uji Parsial

47 Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persaman regresi yang regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan malalui uji F dan uji t menjadi bias.

1. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu data time series atau data yang diambil pada waktu tertentu data cross-sectional ”Gurajati, 1999:201. Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residual Yobservasi–Yprediksi pada waktu ke-6 et tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya et-1. Karena sampel yang digunakan orang maka tidak menggunakan uji Autokorelasi.

2. Multikolinieritas

Multikolinieritas berarti bahwa adanya hubungan linier yang “sempurna” atau pasti diantaranya beberapa atau semua variabel yang yang ada. Hubungan antara variabel bebas yang dikatakan memiliki nilai multikolinieritas jika memiliki nilai VIF Variance Inflation Factor lebih besar daripada 10 Gujarati, 1995 : 157.

3. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas dalam analisis regresi untuk mendapatkan hasil yang baik, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah homogenitas varians yang ditimbulkan oleh koefisien pengganggu e. Perhitungan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 48 ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara menentukan formulasi regresi linier berganda dengan menggunakan residual sebagai indikator terikat Algifary, 2000 : 87. Uji heterokedastisitas menggunakan bantuan program SPSS 16.0. 3.4.5 Analisis Linier Berganda Untuk mengetahui pengaruh antara variabel terikat dengan variabel bebas digunakan persamaan regresi linier berganda, sebagai berikut : Y=β 0 + β 1 X 1 + β 2 X 2 + β 3 X 3 +e …….Sulaiman, 2004 : 80 Keterangan : Y = Kinerja manajerial β = Konstanta X 1 = Desentralisasi X 2 = Komitmen Organisasi X 3 = Motivasi Kerja β 1 = Koefisien regresi X 1 β 2 = Koefisien regresi X 2 β 3 = Koefisiensi regresi X 3 e = Koefisien penggangu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 49

3.4.6. Uji Hipotesis 1. Uji Kecocokan Model Uji F

Uji F dipergunakan untuk menguji sesuai atau tidaknya model regresi yang dihasilkan guna memperediksi pengaruh X 1 Desentralisasi, X 2 Komitmen Organisasi, X 3 Motivasi Kerja terhadap Y kinerja manajerial pada Dinas Sosial Kota Surabaya .Suharyadi, 2004: 523. Hipotesis Statistik: Ho : b1 = b2 = b3 = 0 ; model regresi linier berganda yang dihasilkan tidak cocok untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. H1 : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0 ; model regresi linier berganda yang dihasilkan cocok untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. a. Nilai Kritis dalam distribusi F dengan tingkat signifikan α 5 atau 0,05 b. Kriteria pengujian yang dipakai dalam uji F adalah : 1. Jika nilai probabilitas 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima 2. Jika nilai probabilitas 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak

2. Uji Parsial

Uji t ini dilakukan untuk mengetahui dan membuktikan secara empiris pengaruh Desentralisasi, Komitmen Organisasi, Motivasi Kerja terhadap Kinerja Manajerial. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 50 Hipotesis statistik: a. Ho : bi = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. Hi : bi ≠ 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat. b. Tingkat signifikan α 5 atau 0,05 c. Kriteria pengujian : 1. Jika nilai probabilitas 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima 2. Jika nilai probabilitas 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Obyek Penelitian

Berdasar peraturan walikota surabaya no. 91 tentang penjabaran tugas dan fungsi Dinas sosial kota Surabaya adalah melaksanakan sebagian kewenangan daerah di bidang sosial serta melaksanakan tugas pembantu dan atau pemerintah provinsi. Dinas Sosial Kota Surabaya terletak di jalan Kedungsari no. 18 Surabaya - Gedung perkantoran sebagaian berlantai dua : 976 m2 - Aula dan gudang : 250 m2 - Perumahan Dinas Kepala : 119,50 m2 - Rumah Dinas kasubag TU : 96 m2. - Rumah DinasKoperasi : 96 m2. Kantor Urusan Dinas Soisal, dengan status Gedungnya: Bangunan gedung milik sendiri, dibangun dengan biaya DIP, masing- masing seluas 90 m2, untuk Kantor Urusan Dinas Sosial wilayah: Keputih, Babat Jerawat. Bangunan Gedung milik sendiri, dibangun dengan biaya Non DIP Dana Lokalswadaya, untuk Kantor Urusan Dinas Sosial ; Wonorejo, Kalijudan

4.1.1. Letak Geografis Kantor Dinas Sosial Kota Surabaya

Kota Surabaya dalam Tata Pemerintahan merupakan Daerah Tingkat II berstatus Kota Surabaya, memiliki luas daerah kurang lebih 290,44 Km. Dengan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.