162 162
162 162
162
u Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2 untuk SMAMA Kelas XI Ilmu AlamIlmu Sosial
u
A
Membaca Cepat
1. Membaca Teks
Bacalah teks berikut dengan waktu dua menit
Ketika Korupsi Dianggap Sebagai Hak Asasi
Oleh Ahmad Sanusi Tambunan
Indonesia termasuk negara terkorup di dunia. Dalam beberapa laporan akhir lembaga pemantau korupsi, Transparency International
TI, senantiasa menempatkan Indonesia dalam sepuluh negara paling korup di samping Nigeria, Pakistan, Kenya, Bangladesh, Cina,
Kamerun, Venezuela, Rusia, dan India.
Di negeri ini, praktik korupsi sudah sangat menjamur, mengakar, bahkan jadi budaya sehari-hari. Hampir di setiap institusi pemerintah
dari Rukun Tetangga RT sampai tingkat lembaga tinggi negara terjangkit korupsi. Misalnya, dalam mengurus KTP dan surat-surat
keterangan lainnya yang dimulai dari pejabat tingkat RT si pembuat akan dikenakan biaya lain-lain di luar biaya resmi. Pembuatan surat
izin mengemudi SIM, sertifikat tanah, bahkan sampai membuat surat keterangan tidak mampu dan surat kematian pun tak luput dari korupsi.
Pada tingkat yang lebih tinggi, misalnya, seorang pejabat menyimpan uang negara dalam rekening pribadinya, menggunakan fasilitas negara
seperti telepon, listrik, air, alat tulis kantor dianggap biasa. Juga anggota legislatif yang tidak disiplin menghadiri rapat-rapat DPR hingga banyak
keputusan yang menyangkut kepentingan rakyat tertunda.
Di lingkungan departemen yang melayani kesejahteraan rakyat, banyak dana sosial yang diselewengkan dan tidak sampai ke tangan
yang berhak. Ironisnya, Departemen Agama yang seyogyanya menjadi institusi terdepan dalam mempertahankan nilai-nilai moralitas dan
Departemen Pendidikan Nasional yang bertugas mencetak generasi penerus bangsa justru menjadi sarang korupsi nomor wahid. Demikian
juga korupsi yang terjadi di kalangan penegak hukum, jaksa, hakim, lembaga legislatif, dan lembaga swasta-swasta lainnya.
Hal yang menggelikan, bahkan masyarakat akar rumput juga ikut berkorupsi ria, meskipun kapasitasnya masih kecil-kecilan. Seperti
pedagang kaki lima menggunakan badan jalan untuk berdagang yang membuat kemacetan lalu lintas dan tidak menyisakan trotoar untuk
pejalan kaki, pengasong berjualan di sembarang tempat, kondektur dan sopir angkutan umum menggunakan jalan seenaknya tanpa
mengindahkan rambu-rambu lalu lintas dan pengendara yang lain, para pedagang menjual tidak sesuai dengan timbangan atau takaran. Dan,
para pegiat sektor informal di tengah gemerlap kota besar, juga tak kalah giat dalam berkorupsi. Tampaknya mereka tak mau kalah dan tak mau
disalahkan. Korupsi sudah dianggap menjadi hak asasi yang harus mereka tuntut. ”Kalau para pejabat korupsi mengapa kami tidak,”
begitulah kira-kira pembelaan mereka.
Di unduh dari : Bukupaket.com
163 163
163 163
163
u Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2 untuk SMAMA Kelas XI Ilmu AlamIlmu Sosial
u
Semua itu memperlihatkan betapa budaya korupsi sudah sampai pada tingkat yang demikian kompleks. Kiranya tak salah jika ada yang
menganggap korupsi sebagai bagian inheren dalam budaya masyarakat. Hal inilah kemudian yang sering kali dijadikan pembenaran bagi sikap
apatis dan tidak melakukan apa-apa untuk menghilangkan praktik haram tersebut. Masyarakat pun sudah tak mampu lagi berpikir jernih
dengan menganggap korupsi sama dengan hak asasi manusia yang biasa atau bahkan harus dilakukan. Sepertinya ada perasaan aneh bila
tidak melakukan korupsi.
Faktor penyebab
Mengapa korupsi kian menjadi-jadi? Ada empat hal utama yang memicunya: 1 sistem pemerintahan atau negara yang memungkinkan
dan memberi peluang untuk korupsi; 2 semakin menurunnya moralitas, akhlak, dan kesadaran masyarakat; 3 pandangan hidup
yang materialistis, sekular, kapitalis, dan melupakan keberadaan Allah dalam kehi-dupan; serta 4 kurang aktifnya masyarakat dalam
mengontrol.
Survei Indonesian Corruption Watch ICW belum lama ini menunjukkan bahwa sebab-sebab korupsi, menurut responden, adalah
sifat konsumtif masyarakat, ketidakpedulian masyarakat, gaji yang rendah, rendahnya disiplin aparat, atasan ikut melakukan korupsi,
adanya contoh dari lingkungan sosial di kantor atau tempat kerja, perilaku aparat yang sudah membudaya, sanksi hukum yang rendah,
penegakkan hukum lemah, prosedur dan birokrasi yang berbelit-belit dan lama, ketidakjelasan informasi soal prosedur, kurangnya penga-
wasan dari instansi yang bersangkutan pengawasan internal maupun dari instansi luar pengawasan eksternal, rendahnya kesadaran
masyarakat sebagai konsumen, dan lemahnya pengawasan dari unsur masyarakat.
Butuh tindakan nyata
Bagaimanapun korupsi harus dibrantas. Perang melawan korupsi tidak hanya butuh konsep-konsep di atas kertas, akan tetapi tindakan
nyata yang didukung strategi yang tepat. Membudayanya korupsi harus dilawan dengan sikap dan budaya anti korupsi dalam
masyarakat.
Kiranya kita masih memerlukan waktu puluhan tahun bahkan adanya perubahan generasi untuk bisa keluar dari budaya korupsi. Cara
yang paling tepat barangkali dengan proses penyadaran, advokasi, dan konseling. Juga melalui jalur pendidikan formal dan informal. Peran
guru agama, para ulama dan pemuka agama sangat diharapkan untuk menumbuhkanmeningkatkan iman dan takwa dan perilakuakhlak
mulia agar dapat mengubah konsep kultural masyarakat yang sudah sampai pada tahap degradasi moral. Di samping tentu saja penegakan
hukum yang didukung kepemimpinan yang berani dan betul-betul menjalankan amar ma’ruf nahi munkar agar dapat menjalankan kebijakan
pemerintah yang tegas dengan pelaksanaan yang tegas pula. Koruptor ditindak dan dikenai hukuman tanpa pandang bulu. Jika para penegak
Di unduh dari : Bukupaket.com
164 164
164 164
164
u Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2 untuk SMAMA Kelas XI Ilmu AlamIlmu Sosial
u
hukum —seperti jaksa, hakim, polisi— tidak bertindak tegas, maka tidak akan terjadi pe-rubahan apa-apa. Apalagi bila para penegak
hukum mau disuap, maka para pelaku korupsi malah bebas dan berkembang biak.
Survey yang dilakukan United Nation Development Program UNDP baru-baru ini menjadi indikasi kuat mengenai hal itu. Hasil survey
menunjukkan bahwa korupsi di sektor publik dianggap sangat lazim oleh 75 responden. Sebanyak 65 persen bahkan tidak hanya menduga
tentang praktik korupsi tetapi terlibat secara langsung dalam praktik ini terutama menyangkut pejabat pemerintah. Dari 40 persen responden
yang telah melihat kasus korupsi, kurang dari 10 persen yang dilaporkan.
Survey ini juga menemukan bahwa alasan utama tidak melaporkan korupsi karena mereka tidak tahu ke mana harus melapor; kasus tidak
dapat dibuktikan; proses yang berbelit-belit dan panjang; dan menganggap tidak ada tindakan nyata terhadap kasus tersebut
meskipun sudah dilaporkan.
Penelitian UNDP maupun ICW menunjukkan bahwa para responden pada dasarnya anti-korupsi. Namun ketika sampai pada
tingkat pencegahan, mereka cenderung permisif.
Belajar dari negeri lain
Satu hal yang bisa diupayakan bersama adalah menempatkan kembali pembangunan karakter bangsa sebagai bagian penting yang
tidak boleh dilupakan. Singapura, Hongkong, dan Korea Selatan telah membuktikan bahwa dengan kemauan keras, keseriusan, dan itikad
politik semua pihak, mereka dapat menjadi negara jajaran teratas yang mempraktikkan pemerintahan yang bersih.
Seyogianya, kita bisa mencontoh hal yang baik dari negara lain. Singapura, Hongkong, dan Korea Selatan bisa menekan korupsi salah
satunya dengan membentuk Biro Investigasi Khusus yang bertugas mengontrol dan mengusut segala macam dugaan korupsi. Biro ini
dibentuk sedemikian rupa sehingga bebas dari pengaruh dan tekanan politik, mempunyai integritas, diberikan gaji yang tinggi untuk
menghindari suap, serta diikuti dengan adanya penegakan hukum kepada siapapun yang terbukti melakukan korupsi sehingga kerja keras
biro ini tidak sia-sia. Demikian juga di RRC yang mulai dari titik nol. Masa lalu diputihkan, dan selanjutnya hukum betul-betul ditegakkan.
Dengan sistem pembuktian terbalik, Malaysia bisa menekan kasus korupsi seminimal mungkin.
Para pejabat negara bisa mencontoh Khalifah Umar bin Abdul Azis yang tak mau menggunakan fasilitas negara sedikit pun untuk hal-hal
di luar kepentingan negara. Dikisahkan beliau harus mematikan lampu dari fasilitas negara lantaran akan digunakan untuk kepentingan
pribadi. Bahkan dalam ajaran agama disebutkan bahwa korupsi termasuk tindakan yang dilaknat Allah. Namun tampaknya tak ada
tanda-tanda korupsi itu berkurang bahkan terus berjalan berkesinambungan dan bahkan terpelihara.
Di unduh dari : Bukupaket.com
165 165
165 165
165
u Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2 untuk SMAMA Kelas XI Ilmu AlamIlmu Sosial
u
Segera bentuk KPK
Sudah banyak perangkat hukum yang dibuat di Indonesia untuk memberantas korupsi, seperti UU tentang Pemberantasan Korupsi No.
31971. Bahkan jauh sebelum itu pada tahun 1950-an dan 1960-an juga sudah muncul peraturan-peraturan yang terkait dengan upaya
pemberantasan korupsi. Tap MPR No. XIMPR1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas KKN pun sudah
didukung UU No. 281999 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang bersih dan bebas KKN, dan UU No. 331999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi UU Antikorupsi. Tapi tampaknya peraturan-peraturan tersebut belum berdampak banyak.
Untuk itulah kiranya perlu segera dibentuk Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sebelum lembaga itu terbentuk, Komite
Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara KPKPN yang sudah ada harus tetap memaksimalkan peranannya.
Kiranya, pemberantasan korupsi hanya bisa dicapai jika muncul itikad semua kalangan bahwa korupsi terkait erat dengan harkat dan
martabat serta integritas sebuah bangsa. Kita harus yakin bahwa bangsa kita mampu asal ada kemauan yang keras. Di samping itu, harus pula
diyakini, bahwa korupsi merupakan ancaman yang serius bagi demokratisasi suatu bangsa.
Sumber: Republika, 26 Agustus 2003
1
A. Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini 1. Laporan apa yang diterima paling akhir dari Transparancy
International mengenai Indonesia?
2. Sebutkan lima negara terkorup di dunia 3. Mengapa Indonesia dikategorikan negara terkorup di dunia?
4. Departemen apa saja yang dianggap terkorup di Indonesia? 5. Contoh apa yang dikategorikan korupsi di kalangan
masyarakat? 6. Sebutkan empat penyebab korupsi di negara kita
7. Sebutkan hasil survey ICW terhadap semaraknya korupsi di Indonesia
8. Dalam bentuk apa korupsi yang sering terjadi di tingkat RT? 9. Apa yang diperoleh dari hasil survey UNDP itu?
10. Apa alasan masyarakat tidak melaporkan kegiatan korupsi? 11. Landasan apa yang memunculkan korupsi sebagai hak asasi?
12. Apa yang dimaksud pengawasan internal itu? 13. Negara mana saja yang sudah dapat mengatasi budaya
korupsi? 14. Apa tugas Biro Investigasi yang berjalan di negara
Singapura, Hongkong, dan Korea Selatan? 15. Apa yang dilakukan RRC untuk menanggulangi korupsi?
Di unduh dari : Bukupaket.com
166 166
166 166
166
u Belajar Efektif
Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2 Bahasa Indonesia 2
Bahasa Indonesia 2 untuk SMAMA Kelas XI Ilmu AlamIlmu Sosial
u
2
2. Mengungkapkan Isi Bacaan