64
Kerjakan aktivitas-aktivitas berikut ini da- lam buku tugasmu
A. Bacalah teks di bawah ini dengan sak- sama
Menyembuhkan Luka dengan Gula Pasir
Andai relawan medis yang berangkat ke Nangroe Aceh Darussalam dibekali pengetahuan
praktis mengenai pencegahan pembusukan organ tubuh akibat luka bernanah dengan menaburkan
gula pasir, mungkin ribuan korban dapat ditolong tanpa harus diamputasi. Padahal, pengetahuan itu
sudah coba disosialisasikan Paul Tahalele, Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
Surabaya.
Profesor Dr. dr. Paul Tahalele memang identik dengan gula pasir. Di tangan Kepala Laboratorium
Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Dr. Soetomo Su- rabaya ini gula pasir digunakan untuk memperlam-
bat pembusukan luka, khususnya luka bernanah.
“Gula pasir sangat efektif menyembuhkan luka bernanah karena bersifat hyperosmol dan higros-
kopis yang berfungsi menarik bakteri agar luka tidak membengkak,” ujar Tahalele saat ditemui di ruang
kerjanya.
Dikatakan bersifat hyperosmol karena gula mampu menyerap air sehingga bakteri yang terkan-
dung pada luka itu otomatis ikut terserap. Bersifat higroskopis karena mampu menarik dan membu-
nuh bakteri. Perpaduan kinerja kedua zat ini mam- pu menghilangkan bakteri penghambat proses
penyembuhan pada luka bernanah.
Perkenalan Tahalele yang ahli bedah jantung dan pembuluh darah dengan gula pasir sukrosa
ia peroleh dari dosennya saat menimba ilmu di Uni- versitas Friederich Alexander Erlangen, Nurenberg,
Jerman, 23 tahun lalu.
Menurut dokter yang hobi renang dan aerobik ini, ilmu kedokteran zaman Mesir Kuno sudah me-
ngenal pengobatan menggunakan sukrosa. “Nenek moyang kita mengenal pula pengobatan madu
untuk mengeringkan luka,” jelasnya.
Tahalele yang menjabat Ketua Umum Pengurus Pusat Persatuan Dokter Spesialis Bedah
Indonesia menerapkan metode itu kepada sebagian besar pasien penyakit jantung yang dia operasi,
tanpa membuahkan keluhan. Pasien yang menderita infeksi rongga di bawah tulang dada
disertai nanah, misalnya, penyembuhannya berlangsung cepat se-telah ditaburi sukrosa.
Meski demikian, kata dokter yang biasa di- panggil “Paul” oleh mahasiswa maupun sejawatnya,
hanya luka bernanah, baik skala besar maupun ke- cil saja yang bisa diberi gula pasir. Itu pun sebaiknya
dilakukan setelah memeriksa dan memastikan je- nis infeksi, sebagaimana tertuang dalam prosedur
perawatan luka bernanah.
Ahli bedah yang berhasil melakukan operasi implantasi alat pacu jantung pada pasien tertua usia
90 tahun dan operasi pengikatan pembuluh darah yang menghubungkan aorta dengan arteri paru pada
bayi usia lima hari ini awalnya ingin menjadi pilot.
Pria kelahiran Mataram, Nusa Tenggara Barat, 4 Maret 1948, ini mengaku menjadi dokter karena
kebetulan. Saat itu ia diterima di tiga Universitas, yaitu Universitas Gajah Mada, Universitas Uda-
yana, dan Universitas Airlangga Unair, namun pilihan jatuh pada Unair.
Mantan Ketua Program Studi Ilmu Bedah yang sekarang menjadi penguji nasional dokter spesialis
bedah umum Indonesia itu menyelesaikan sekolah dasar di Bogor tahun 1960, sekolah lanjutan perta-
manya di Mataram, dan SLTA di Malang, Jawa Timur.
Tahun 1967, ia masuk Fakultas Kedokteran Unair dan menyelesaikan studi tahun 1975 dilan-
jutkan program pendidikan dokter spesialis PPDS bagian ilmu bedah dan lulus tahun 1981. Baru tahun
1987, Tahalele yang mengambil spesialisasi jan- tung dengan alasan organ tubuh tersebut sangat
vital bagi kehidupan itu melanjutkan studi pasca- sarjana di Jerman program ilmu bedah jantung de-
ngan judul disertasi
Verhanten der Haemostase Unter Extrakoporale Zirkulation.
Suami drg. Kustiani Hartiningsih itu mengambil gelar Doktor di Unair. Disertasinya tentang
Model Pendidikan Pra Bedah Terpadu kini menjadi acuan
pendidikan ilmu bedah. Tidak heran, saat dikukuh- kan menjadi guru besar, anggota Tim Kerja Persiap-
an UU Praktik Kedokteran ini banyak menyoroti penurunan kualitas dokter bedah akibat kurangnya
tatap muka dosen dengan mahasiswa.
Kritik tajam terhadap perkembangan pendi- dikan kedokteran pernah dilontarkan mantan aktivis
Di unduh dari : Bukupaket.com
65
kampus ini. Ia menentang perilaku beberapa rekan seprofesi yang lebih mengutamakan pengavelingan
dan koneksi dalam penerimaan mahasiswa daripada profesionalitas. Ia juga menolak dikotomi antara
kedokteran negeri dengan swasta karena menurut- nya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama.
Pengalaman paling berkesan adalah ketika ada seorang dokter umum peserta PPDS ilmu
bedah tahun pertama bukan alumnus Unair. Saat itu, ia menjabat sebagai Kepala Laboratorium Ilmu
Bedah. Dokter itu anak petani asal Tuban yang me- mintanya tidak diskriminatif karena banyaknya anak
dokter ikut pendidikan spesialis bedah. “Bagi saya, ini permulaan jiwa yang berat,” ujarnya.
Mungkin pergolakan batin itu pulalah yang membuat Tahalele tidak memaksakan kedua putri-
nya masuk kedokteran, meski sebagai guru besar ia mendapat jatah kaveling itu.
Sebagai orang yang dilahirkan dari kalangan biasa, Tahalele yang pernah tidur di kantin fakultas
selama enam bulan karena tidak mampu memba- yar ongkos kos itu sadar betul akan kesulitan hidup.
Berbekal pengalaman itulah ia selalu terlibat ke- giatan sosial, seperti menjadi sukarelawan pena-
nganan korban banjir sampai ketua tim medis bakti sosial TNI AL.
Kini, meski secara fisik tidak lagi aktif sebagai relawan karena usia, dia bergerak di bidang lain.
Tahalele aktif menghimpun dana untuk pasien mis- kin. Ia bagaikan oase di padang pasir mahalnya
biaya kesehatan saat ini.
Selain memberi operasi gratis, ia mengupaya- kan pasien miskin mendapat bantuan biaya peng-
obatan selama dan pascaoperasi. Bersama tim dokter jantung, Tahalele tidak malu “mengemis” ke-
pada para dermawan. “Operasinya gratis, tetapi peralatan dan obatnya kan tetap harus bayar,” kata
profesor yang selalu berpenampilan sederhana ini.
B. Carilah arti kata-kata berikut dalam ka- mus