9 Menentukan butir soal yang memenuhi kriteria valid, reliabel, dan
mempunyai daya pembeda yang signifikan berdasarkan hasil analisis tes uji coba sebagai soal tes hasil belajar.
10 Melaksanakan tes hasil belajar pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal yang telah ditentukan berdasarkan data nomor 9.
11 Menganalisis data hasil tes hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
12 Menyusun hasil penelitian.
3.4 Analisis Instrumen Penelitian
Analisis instrumen yang digunakan untuk pengujian instrumen pada penelitian ini sebagai berikut.
3.4.1 Validitas
Validitas merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah Arikunto, 2006:168.
Untuk melakukan validitas tes bentuk uraian digunakan rumus korelasi product moment :
= ∑
− ∑ ∑ {
∑ − ∑ }{ ∑
− ∑ } keterangan:
r
xy
: koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y N
: banyaknya peserta tes X
: jumlah skor item Y
: jumlah skor total Arikunto, 2006: 170.
Hasil perhitungan r
xy
dikonsultasikan pada tabel harga kritik product moment dengan taraf signifikasi 5. Jika r
xy
r
kritik
maka butir soal tersebut valid.
3.4.2 Taraf Kesukaran Soal
Taraf kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada tingkat kemampuan tertentu yang biasa dinyatakan dengan indeks. Indeks ini
biasa dinyatakan dengan proporsi yang dinyatakan dengan proporsi yang besarnya antara 0,00 sampai dengan 1,00 Semakin besar tingkat kesukaran berarti soal
semakin mudah. Adapun rumus yang digunakan untuk mencari taraf kesukaran soal bentuk
uraian adalah Tingkat kesukaran
= Rata – rata =
Untuk menginterpolasikan nilai taraf kesukaran soal, Arifin 2012:135 dalam bukunya menggunakan kriteria sebagai berikut.
Tabel 3.2 Kriteria Taraf Kesukaran Soal
Nilai Taraf Kesukaran Kriteria Taraf Kesukaran
0,00 – 0,30 Soal sukar
0,31 – 0,70 soal sedang
0,71 – 1,00 soal mudah
Dapat dikatakan bahwa penyusunan suatu item dilakukan dengan mempertimbangkan tingkat kesukaran item, maka diharapkan hasil yang didapat
siswa dapat menggambarkan prestasi yang sesungguhnya.
3.4.3 Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang mampu menguasai materi dengan siswa yang kurangtidak mampu
menguasai materi. Langkah-langkah menghitung daya pembeda adalah sebagai berikut.
1 Menghitung jumlah skor total tiap siswa. 2 Mengurutkan skor total mulai dari skor terbesar sampai terkecil.
3 Menetapkan kelompok atas dan kelompok bawah. Jika jumlah siswa 30 maka kelompok atas maupun kelompok bawah ditetapkan 27 dari jumlah
siswa. 4 Menghitung rata-rata skor untuk kelompok atas maupun kelompok bawah.
5 Menghitung daya pembeda dengan rumus =
, dimana DP adalah daya pembeda,
adalah rata-rata kelompok atas, adalah rata-rata
kelompok bawah, dan Skor Maks adalah skor maksimal tiap butir soal. 6 Membandingkan daya pembeda dengan kriteria sebagai berikut.
≥ 0,40 : sangat baik
0,30 ≤
0,39 : baik 0,20
≤ 0,29 : cukup, soal perlu perbaikan
0,19 : kurang baik, soal harus dibuang Arifin, 2012: 133.
Untuk menghitung signifikansi daya pembeda soal uraian dapat digunakan rumus: =
− ∑
− ∑ − 1
dengan t
: daya pembeda : rata-rata dari kelompok atas
: rata-rata dari kelompok bawah ∑ X
: jumlah kuadrat deviasi individual dari kelompok atas ∑ X
: jumlah kuadrat deviasi individual dari kelolmpok bawah n
: 27 × m, dengan m adalah jumlah peserta tes bila m 30
df :
n − 1n − 1, α = 5
Dengan kriteria soal memiliki daya beda yang signifikan apabila t t
.
Arifin, 2012: 277.
3.4.3 Reliabilitas