51
3.7.1.4 Daya Pembeda
Menurut Suharsimi 2013:226, daya pembeda butir soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa
yang berkemampuan rendah. Teknik yang digunakan untuk menghitung daya pembeda untuk tes berbentuk uraian adalah dengan menghitung perbedaan dua
buah rata-rata mean yaitu antara mean kelompok atas dan mean kelompok bawah untuk tiap-tiap item soal. Untuk menentukan kelompok bawah dan
kelompok atass kita bisa mengambil kutubnya saja, yaitu 27 skor teratas dan 27 skor terbawah Suharsimi, 2013:227. Untuk mengetahui daya pembeda soal
maka menggunakan rumus Surapranata, 2006:42 :
dengan
dan
Keterangan : D
= daya pembeda soal ∑A = jumlah skor item kelompok atas
∑B = jumlah skor item kelompok bawah N
A
= jumlah peserta didik kelompok atas N
B
= jumlah peserta didik kelompok bawah Sm = skor maksimal pada butir soal
P
A
= proposi kelompok atas P
B
= proposi kelompok bawah ................................................................................. 6
Surapranata , 2006 : 42
P P
B A
D
S N
P
m A
A
A .
S N
P
m B
B
B .
................................................................................. 7
Surapranata , 2006 : 42
............................................................................... 8 Surapranata , 2006 : 42
52
Selanjutnya hasil dari perhitungan daya pembeda soal dibandingkan dengan tabel klasifikasi daya pembeda soal. Tabel daya pembeda diklasifikasikan sebagai
berikut :
Tabel 3. 3 Klasifikasi Daya Pembeda Soal Interval
Kriteria 0,20
Jelek 0,21 - 0,40
Cukup 0,41 - 0,70
Baik 0,71
– 1,00 Sangat Baik
Sumber : Suharsimi, 2013: 232 Berdasarkan hasil analisis daya pembeda didapat nilai daya pembeda untuk
soal nomor 1 = 0.291 cukup , soal nomor 2 = 0.125 jelek, soal nomor 3 = 0.458 baik, soal nomor 4 = 0.292 cukup, soal nomor 5 = 0.0194 jelek, soal
nomor 6 = 0.278 cukup. Perhitungan daya pembeda selengkapnya ada pada lampiran 13.
3.7.2 Penentuan Instrumen Tes