Kondisi Tanah 1. Geologi dan Morfologi

32 mempunyai bulan kering curah hujan 60 mm dan curah hujan basah sepanjang tahun curah hujan 100 mm. Jumlah curah hujan yang tinggi sepanjang tahun atau tidak terjadi bulan-bulan kering yang jelas, berpotensi meningkatkan daya erosi dan sedimentasi. Kondisi real di lapangan ditandai dengan keruhnya air sungai, danau, atau paya-paya beberapa saat setelah hujan turun. Tingkat kekeruhan tersebut berkorelasi positif dengan tingkat erosi yang terjadi di kawasan ini. Suhu bulanan rata-rata sekitar 26,7 C, suhu maksimum dapat mencapai 34,9 C. Dari segi suhu udara tidak ada masalah untuk tanaman kehutanan, perkebunan atau pertanian pada umumnya, asalkan tersedia cukup air pengairan. Kelembaban udara di kawasan konservasi Tahura SSH cukup tinggi yaitu antara 79,2 sampai 82,7. Sehubungan dengan hal ini perlud diwaspadai terhadap ancaman hama dan penyakit, terutama jamur. D. Kondisi Tanah D.1. Geologi dan Morfologi Kawasan Tahura SSH terletak dalam struktur Tersier dan cekungan belakang busur Back Arc Basin dari busur pegunungan volcanic arc Sumatera yang membujur mengikuti pola Sumatera dengan arah barat laut-tenggara. Cekungan ini bagian dari cekungan Sumatera Tengah yang tersusun atas batuan sedimen dan endapan permukaan aluvial. Endapan pada cekungan ini terdiri dari lapisan yang tebal diantara sumber minyak dan batu-batuan daerah Minas. Dengan adanya proses patahan dan pelipatan selama zaman Orogeni Plio- Plistosen menimbulkan patahan yang cenderung mengarah barat laut-tenggara dan sebuah seri patahan yang terpilin Penyebaran geologi di Tahura SSH diambil berdasarkan peta geologi skala 1:250.000 lembar Pekanbaru Suwarna et al, 1994 dalam Dinas Kehutanan 2003. Kawasan ini tersusun oleh Formasi Petani dan Formasi Minas. Formasi Petani membentuk fisiografi berombak sampai berbukit kecil dan terbentuk dari serpih yang dilapisi dengan batupasir, batudebu, dab batulumpur, sedangkan Formasi Minas membentuk fisiografi dataran datar sampai bergelombang yang terbentuk dari lumpur yang tidak terkonsolidasi sampai semi konsolidasi, pasir dan kerikil. Dataran di kawasan ini memiliki sejarah yang cukup kompleks, yaitu telah mengalami berbagai proses geomorfik di permukaannya termasuk proses erosi dan sedimentasi. Dari hasil interpretasi data yang dilengkapi dengan 33 pengamatan lapangan dapat diketahui bahwa seluruh wilayah taman hutan sampai saat ini masih mengalami siklus erosi aktif karena adanya proses pengangkatan dan biasanya membentuk lembah-lembah sempit menyerupai huruf V. D.2. Klasifikasi Tanah Proses pembentukan tanah di kawasan Tahura SSH berjalan lebih cepat karena didukung oleh iklim daerah studi yang basah, dimana gerakan air ke bawah yang terus menerus, suhu tinggi dan banyaknya organisme biomass di dalam tanah. Berdasarkan pengamatan lapangan dan analisis laboratorium menunjukkan bahwa jenis-jenis tanah di kawasan ini terdiri atas ordo, yaitu ultisol dan inceptisol. Jenis tanah ultisol ditemukan di derah berlereng dimana memungkinkan terjadinya illuviasi liat membentuk horison argilik. Terbentuknya horison argilik pada ultisol di tempat ini terjadi setelah mengalami erosi truncated sehingga terbentuk lereng. Jenis tanah inceptisol dapat terbentuk di lereng yang lebih curam akibat erosi yang lebih kuat. Selain itu inceptisol menyebar mendekati aliran sungai. Pada spot-spot tertentu tepatnya pada punggung lereng daerah tua terdapat juga jenis tanah oxi sol yang telah melapuk lanjut

E. Kondisi Hidrologi