kerusakan lingkungan hidup tersebut pada akhirnya akan menimbulkan gangguan kesehatan yang menjadi biaya sosial social costs yang harus
ditanggung oleh masyarakat. Oleh karena itu penerapan instrumen ekonomi lingkungan berupa asuransi lingkungan untuk mengendalikan
resiko lingkungan perlu dikaji, termasuk perhitungan estimasi kerugian harapan dan premi yang harus dibayarkannya. Apabila nilai premi lebih
kecil daripada keuntungan ekonomi yang diperoleh perusahaan, maka penerapan asuransi lingkungan dianggap layak untuk diterapkan.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai resiko lingkungan akibat kegiatan pertambangan emas di Kabupaten Tanggamus Provinsi
Lampung.
5.2. Metode Analisis Resiko Lingkungan Pertambangan Emas a. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan merupakan data primer dan data sekunder. Data primer yang diperlukan adalah data kualitas air sungai yang berasal
dari lokasi penambangan, data nilai manfaat lingkungan yang terganggu, serta data nilai gangguan kesehatan masyarakat sekitar lokasi
penambangan. Data primer diperoleh dari hasil wawancara terstruktur yang disertai dengan pengisian kuesioner oleh responden. Responden
dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di sekitar lokasi pertambangan dan langsung terkena dampak dari kegiatan penambangan
yang dilakukan. Jumlah responden adalah 30 tiga puluh orang. Data sekunder yang diperlukan berupa data kependudukan sekitar lokasi
penambangan dan peta wilayah pertambangan. Sumber data sekunder berasal dari perusahaan pertambangan serta data potensi desa tahun
2008 Badan Pusat Statistik BPS.
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer
http:www.novapdf.com
b. Analisis Data 1 Pengambilan Sampel Kualitas Air Sungai
Titik pengambilan sampel air sungai ditetapkan menurut ketentuan- ketentuan sebagai berikut.
Pada sungai dengan debit kurang dari 5m
3
detik, sampel air diambil pada satu titik ditengah sungai pada 0,5 x kedalaman
sungai. Pada sungai dengan debit antara 5 – 150 m
3
detik, sampel air diambil pada dua titik, masing-masing pada jarak 13 dan 23
lebar sungai pada 1,5 x kedalaman sungai. Pada sungai dengan debit lebih dari 150 m
3
detik, sampel air diambil minimum pada enam titik, masing-masing pada jarak ¼,
12, dan ¾ lebar sungai, pada 0,2 x kedalaman sungai 0,8 x kedalaman sungai.
Sampel air sungai yang telah diambil selanjutnya dianalisis di Laboratorium
Kesehatan Lingkungan
Politeknik Kesehatan
Lingkungan Depkes Tanjung Karang Departemen Kesehatan. Parameter kualitas air yang dianalisis terdiri dari parameter fisik dan
kimia air. Parameter fisik air meliputi residu terlarut, residu tersuspensi, dan suhu. Parameter kimia yang dianalisis yaitu pH,
Seng, Sianida, Florida, Kadmium, Kromium, Nitrat-N, Nitrit-N, NH
3
-N, Clor bebas, BOD, COD, Sulfida, serta minyaklemak. Baku mutu
lingkungan kualitas air merujuk kepada Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air.
2 Estimasi Nilai Gangguan Ekosistem dan Kesehatan
Kegiatan pertambangan emas memberikan dampak terhadap lingkungan hidup. EPA 1995 dalam risetnya menemukan fakta
bahwa jenis dampak lingkungan akibat pertambangan meliputi pencemaran air permukaan, pencemaran air tanah, pencemaran
tanah, kesehatan manusia, kerusakan flora dan fauna, serta
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer
http:www.novapdf.com
pencemaran udara. Lebih lanjut EPA 1995 menyebutkan bahwa frekuensi terjadinya dampak lingkungan akibat pertambangan berupa
pencemaran air permukaan mencapai 70, pencemaran air tanah mencapai 65, pencemaran tanah 50, kesehatan manusia
mencapai 35, kerusakan flora dan fauna mencapai 25, serta pencemaran udara mencapai 20. Dalam penelitian ini estimasi nilai
gangguan ekosistem difokuskan terhadap resiko lingkungan berupa pencemaran air permukaan dan kesehatan masyarakat.
Wilayah pertambangan emas yang diteliti berdampak langsung terhadap aliran Sungai Napal yang selama ini digunakan oleh
masyarakat sekitar pertambangan untuk memenuhi kebutuhan air rumah tangga sehari-hari. Kegiatan pertambangan berada di hulu
Sungai Napal yang alirannya melintasi Pekon Sidohardjo. Pendekatan penilaian manfaat sungai yang terganggu didekati
dengan pendekatan kesediaan membayar willingness to pay, WTP dari pengguna air dalam menyediakan kebutuhan airnya. Nilai WTP
total merupakan penjumlahan dari WTP untuk pencairan sumber air baru, WTP pembuatan sumur baru, dan WTP pembelian air. Nilai
total WTP tersebut menggambarkan besarnya nilai resiko lingkungan yang harus ditanggung oleh masyarakat akibat akses sumber airnya
terganggu. Adanya gangguan terhadap lingkungan berdampak terhadap
kesehatan masyarakat yang tinggal di sekitar pertambangan dan bagian hilirnya. Air menjadi media penting terjadinya gangguan
kesehatan Metode VHE Value Health Effects digunakan untuk mengestimasi besarnya biaya akibat pencemaran lingkungan
terhadap kesehatan. Pada prinsipnya metode VHE didasarkan kepada WTP willingness to pay yang dikeluarkan oleh penduduk
untuk menghindari sakit akibat dampak degradasi lingkungan yang terjadi, sehingga banyak alasan bagi mereka untuk menghindari
sakit. Hal tersebut berkaitan dengan keinginan untuk menghindari : a kehilangan waktu yang berkaitan dengan sakit; b biaya
Create PDF files without this message by purchasing novaPDF printer
http:www.novapdf.com
pengobatan; c pengeluaran untuk menghindari sakit akibat pencemaran; dan d ketidaknyamanan akibat sakit Bolt et.al.,
2005. Estimasi nilai gangguan terhadap kesehatan masyarakat akibat pertambangan merupakan total biaya pengobatan apabila
sakit dan hilangnya produktivitas kerja selama sakit. Nilai gangguan terhadap sumber air masyarakat dan gangguan
terhadap kesehatan masyarakat merupakan resiko lingkungan yang terjadi. Total resiko lingkungan dihitung sebagai perkalian dari nilai
resiko lingkungan
dengan lamanya
kegiatan eksploitasi
pertambangan.
3 Perhitungan Premi Asuransi Lingkungan
Darmawi 2004 menyebutkan bahwa nilai premi murni dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
P = K U
dimana K adalah kerugian harapan dan U adalah jumlah unit. Dalam penelitian ini nilai K adalah total resiko lingkungan selama
jangka waktu pertambangan. Jangka waktu pertambangan di lokasi penelitian adalah 13 tiga belas tahun. Jumlah unit disetarakan
dengan jumlah penduduk yang terkena dampak kegiatan pertambangan.
5.3. Hasil dan Pembahasan Resiko Lingkungan Pertambangan Emas 5.3.1. Analisis Kualitas Air Permukaan